net/publication/332413213
CITATIONS READS
3 43,144
1 author:
Candra Nugraha
16 PUBLICATIONS 67 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Candra Nugraha on 15 April 2019.
Gambar 2. Contoh lubang bekas tambang sebelum dan setelah ditimbun kembali
(Sumber: Hendrasto, 2018)
Pada periode awal kegiatan, perusahaan akan memerlukan upaya yang tinggi untuk
mendapatkan seluruh perizinan inti yang diperlukan, misalnya izin lingkungan, izin operasi
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS Limbah B3), dsb. Pada saat yang
bersamaan, sistem manajemen pengelolaan mulai disusun berdasarkan ‘kebiasaan umum’
yang dilakukan oleh industri pertambangan. Sangat wajar apabila pada periode awal ini
seringkali terjadi perubahaan dalam prosedur, yang disesuaikan dengan praktek pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang dilakukan.
Pada periode menengah, dimana operasional telah berjalan dengan perizinan lingkungan
yang memadai, perusahaan perlu untuk menetapkan target kinerja praktek pengelolaan
lingkungan. PROPER dapat digunakan sebagai salah satu target untuk hal ini, dimana PROPER
akan menilai kepatuhan pada aspek perizinan, administrasi, dan teknis operasional.
Gambar 3. Upaya pemenuhan ketaatan perusahaan berdasarkan waktu operasi
Catatan: Terdapat asas ‘Fiksi Hukum’ yang beranggapan bahwa ketika suatu peraturan
perundang-undangan telah diundangkan maka pada saat itu setiap orang dianggap tahu
(presumption iures de iure) dan ketentuan tersebut berlaku mengikat sehingga
ketidaktahuan seseorang akan hukum tidak dapat membebaskan/memaafkannya dari
tuntutan hukum (ignorantia jurist non excusat). Seseorang tidak bisa mengelak dari
jeratan hukum dengan berdalih belum atau tidak mengetahui adanya hukum dan
peraturan perundang-undangan tertentu.
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan. Beberapa izin operasional yang wajib dimiliki oleh usaha pertambangan
diantaranya adalah:
1. Izin pembuangan air limbah kegiatan pertambangan.
2. Izin pembuangan air limbah domestik, jika kegiatan pertambangan didukung oleh
adanya asrama/mess/camp beserta fasilitas pendukungnnya (dapur, laundry, dll)
yang mengolah air buangannya secara terpusat.
3. Izin tempat penyimpanan sementara limbah B3.
4. Izin penimbunan tailing, bagi perusahaan yang memproses bijih dan menyisakan
tailing.
5. Izin pengambilan air permukaan atau air tanah.
6. Izin pengoperasian insinerator, jika usaha melakukan pengolahan limbah B3 sendiri.
7. Izin penimbunan sampah, jika melakukan pengelolaan sampah domestiknya sendiri.
8. Izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) jika usaha dilakukan di hutan dengan status
hutan produksi dan/atau hutan lindung.
9. dll.
Selain peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang mengatur tata
kelola lingkungan usaha pertambangan, perusahaan juga bisa mengacu pada dokumen-
dokumen praktek pengelolaan lingkungan tambang terbaik dunia (Best Management
Practice) sebagai rujukan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang baik. Beberapa rujukan yang umum digunakan adalah:
- Seri “Praktik Kerja Unggulan Dalam Program Pembangunan Berkesinambungan Untuk
Industri Pertambangan”, diterbitkan oleh Australian Government, edisi Agustus 2016
atau edisi sebelumnya, dapat dirujuk di laman
https://archive.industry.gov.au/resource/Programs/LPSD/Pages/LPSDhandbooks.aspx
.
- Global Acid Rock Drainage (GARD) Guide untuk topik terkait pengelolaan air asam
tambang, dapat dirujuk di laman http://www.gardguide.com.
- International Cyanide Management Code (ICMC) untuk manajemen sianida, dapat
dilihat pada bagian lain buku ini atau di laman https://www.cyanidecode.org.
No Kegiatan Substansi
1 Eksplorasi • Efisiensi pembukaan lahan
• Penyiapan sarana/fasilitas pengelolaan lingkungan sebelum
pengeboran, pembuatan sumur/parit uji
• Kajian geokimia dalam rangka studi kelayakan
2 Konstruksi • Penyiapan sarana/fasilitas pengelolaan lingkungan
• Pengamanan, pengelolaan tanah zona perakaran
• Sarana dan prasarana pertambangan dilengkapi fasilitas
pengelolaan lingkungan (drainase, kolam pengendap, oil trap)
3 Penambangan • Penyiapan sarana/fasilitas pengelolaan lingkungan
• Pengamanan, pengelolaan tanah zona perakaran
• Jarak aman penambangan/penimbunan terhadap fasilitas
umum
• Pengutamaan backfilling
• Pengelolaan air larian permukaan, air tambang
• Integrasi pencegahan dan penanggulangan AAT dalam
penambangan
• Tambang bawah tanah: kajian, identifikasi, dan pemantauan
subsidence
• Tambang semprot, kapal keruk darat: air kerja sirkulasi
tertutup
• Tambang kapal keruk laut: pencegahan dan penanggulangan
tumpahan hidrokarbon dan bahan kimia
• Tambang ekstraksi cair: daur ulang air kerja, pemantauan
subsidence
4 Pengangkutan • Pengendalian debu, pencegahan kebocoran, pencegahan dan
penanggulangan tumpahan hidrokarbon dan bahan kimia
5 Pengolahan/pemurnian • Air kerja sirkulasi tertutup atau air keluaran yang memenuhi
baku mutu
• Larangan menggunakan merkuri
• Sirkulasi air kerja tertutup dan fasilitas minimum untuk
pelindian timbunan bijih