Anda di halaman 1dari 13

HUKUM PERTAMBANGAN

PERTAMBANGAN DAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

1. MAULIDA RIZQIA MULYANI


2. KAVITA SUCI HIJRIANI
3. ANNISA RAHAYU
4. RUSMAN

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin. Segala


puji bagi Allah yang telah memberi kemudahan kepada kami dalam menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa kerja sama yang baik untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Untuk itu kami telah berusaha sebaik mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini. Mulai dari pengumpulan sumber, pencarian pembahasan dari
informasi yang sesuai dengan tema sampai kepada tahap penyusunannya yang telah kami
usaha kerjakan dengan sebaik mungkin. Salah satu tujuan dari makalah ini tentunya untuk
melengkapi tugas mata kuliah Hukum Pertambangan yang sebagaimana telah ditentukan
sebagai salah satu upaya dalam pemahaman mengenai materi “Pertambangan dan
Lingkungan”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurnah. Karena masih
banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Oleh karenanya, untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
sangat kami butuhkan.
Drmikian, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................................


B. Rumusan Masalah .............................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

A. Pengertian Hukum Pertambangan dan Hukum Lingkungan................................


B. Hubungan Hukum Pertambangan dan Lingkungan ............................................
C. Dampak Pertambangan Bagi Lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial............................................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu,
meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara dan lain-lain. Bahan galian
ini dikuasasi oleh negara. Hak Penguasaan Negara berisi wewenang untuk mengatur,
mengurus dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta berisi kewajiban
untuk mempergunakannya sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penguasaan oleh negara
diselenggarakan oleh pemerintah.
Dalam pengusahaan bahan galian (tambang), pemerintah dapat melakukan sendiri
dan/atau menunjuk kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
yang tidak atau belum dapat dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah.
Keberadaan perusahaan tambang di Indonesia kini banyak dipersoalkan oleh berbagai
kalangan. Ini disebabkan keberadaan perusahaan tambang itu telah menimbulkan dampak
negatif di dalam pengusahaan bahan galian. Dampak negatif dari keberadaan perusahaan
tambang adalah meliputi :
1. Rusaknya hutan yang berada di daerah lingkar tambang;
2. Tercemarnya laut;
3. Terjangkitnya penyakit bagi masyarakat yang bermukim di daerah lingkar tambang;
dan
4. Konflik antara masyarakat lingkar tambang dengan perusahaan tambang.
Walaupun keberadaan perusahaan tambang menimbulkan dampak negatif, akan tetapi
keberadaan perusahaan tambang juga menimbulkan dampak positif dalam pembangunan
nasional. Dampak positif dari keberadaan perusahaan tambang adalah :
1. Meningkatkan devisa negara;
2. Meningkatkan pendapatan asli daerah;
3. Menampung tenaga kerja; dan
4. Meningkatnya kondisi sosial ekonomi, kesehatan dan budaya masyarakat yang
bermukim di lingkar tamang.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hukum petambangan dan lingkungan?
2. Apakah hubungan antara hukum pertambangan dan lingkungan?
3. Apakah dampak pertambangan bagi lingkungan fisik dan lingkungan sosial?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum pertambangan dan lingkungan
2. Untuk mengetahui hubungan antara hukum pertambangan dan lingkungan
3. Untuk mengetahui dampak pertambangan bagi lingkungan fisik dan lingkungan
sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Pertambangan dan Hukum Lingkungan

Pertambangan adalah kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan cara
membongkar tanah.

Istilah hukum pertambangan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu mining
law. Hukum pertambangan adalah :

“hukum yang mengatur tentang penggalian atau pertambangan bijih-bijih dan mineral-
mineral dalam tanah” (Ensiklopedia Indonesia, tt : 1349).

Definisi ini hanya difokuskan pada aktivitas penggalian atau pertambangan bijih-bijih.
Penggalian atau pertambangan merupakan usaha untuk menggali berbagai potensi-potensi
yang terkandung dalam perut bumi. Di dalam deinisi ini juga tidak terlihat bagaimana
hubungan antara pemerintah dengan subjek hukum. Padahal untuk menggali bahan tambang
itu diperlukan perusahaan atau badan hukum yang megelolahnya. Definisi ini dapat kita baca
dalam Blacklaw Dictionary. Mining law adalah :

“the act of appropriating a mining claim (parcel of land containing precious metal in its
soil or rock) according to certain estabilished rule” (Blacklaw Dictionary, 1982 : 847).

Artinya, hukum pertambangan adalah ketentuan yang khusus yang mengatur hak
menambang (bagian dari tanah yang mengandung logam berharga di dalam tanah atau
bebatuan) menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Definisi ini difokuskan kepada hak masyarakat semata-mata untuk melakukan


pertambangan pada sebidang tanah atau bebatuan yang telah ditentukan. Sementara itu, hak
menambang adalah hak untuk melakukan kegiatan eksploitasi (mining right shall be regarded
as a prospecting right and an exploitation right) begitu juga dengan objek kajian hukum
pertamangan. Objek kajian hukum pertambangan tidak hanya mengatur hak penambang
semata-mata, tetapi juga mengatur kewajiban penambang kepada negara. Oleh karena itu,
kedua definisi di atas perlu disempurnakan, sehingga hukum pertambangan diartikan sebagai

“ kesulurahan kaidah hukum yang mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan


bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang atau
badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang)”.

Sedangkan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan
nakhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan serta makhluk hidup yang lain.

Hukum lingkungan dalam literatur bahasa asing seperti Inggris : Environmental Law,
bahasa Belanda : Milieurecht, Jerman : Umweltrecht, Prancis : Droit de I’environment.
Hukum lingkungan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang diajukan kepada
kegiatan-kegiatan yang yang memengaruhi kualitas lingkungan, baik secara alami maupun
buatan manusia.

B. Hubungan Antara Hukum Pertambangan dan Lingkungan

Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum lingkungan
karena setiap usaha pertambangan, apakah itu berkaitan dengan pertambangan umum
maupun pertambangan minyak dan gas bumi diwajibkan untuk memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Hal ini, lazim disebut dengan pelestarian
fungsi lingkungan hidup (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap perusahaan yang bergerak
dalam berbagai bidang kegiatan, khususnya di bidang pertambangan diwajibkan untuk
melakukan hal-hal berikut ini :

a. Perusahaan wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup (Pasal 15


ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup). Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka 21 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup). Hal-hal yang dianalisis meliputi :
1. Iklim dan kualitas udara;
2. Fisiologi dan geologi;
3. Hidrologi dan kualitas air;
4. Ruang, lahan dan tanah;
5. Flora dan fauna; dan
6. Sosial (demografi, ekonomi, sosial budaya) dan kesehatan masyarakat.
b. Perusahaan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan.
Penanggung jawab usaha dapat menyerahkan pengelolaan limbahnya kepada pihak
lain (Pasal 16 Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup).
c. Perusahaan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. Pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun meliputi : menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan/atau membuang (Pasal 17 Undang-Undang No. 23
tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Disamping kewajiban itu, perusahaan pertambangan juga dilarang :

a. Melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup; dan
b. Melakukan impor limbah berbahaya dan beracun (Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 21
Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Semua kewajiban itu harus dipenuhi oleh perusahaan dan larangan itu harus
diindahkannya. Seperti kita ketahui bahwa perusahaan pertambangan umum maupun
pertambangan minyak dan gas bumi pasti menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

C. Dampak Pertambangan Bagi Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial

Pertambangan minyak dan gas bumi pasti menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

- Dampak pertambangan bagi lingkungan fisik

Contohnya, dapat dikemukakan sebuah perusahaan pertambangan yang diduga telah


melakukan pencemaran lingkungan hidup adalah PT Newmont Minahasa Raya (NMR). PT
ini diduga telah menimbulkan pencemaran lingkungan pada Teluk Buyat, Minahasa Sulawesi
Utara dan menimbulkan dampak negatif terhadap empat orang warga Buyat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan
Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) UI disimpulkan
sebagai berikut.

“ keempat warga buyat tersebut positif mengandung merkuri di atas batas normal. Darah
keempat warga itu mengandung 9.51 sampai dengan 23.90 miligram merkuri per liter darah.
Jumlah ini melebihi ambang normal yang ditetapkan WHO pada tahun 1990, yaitu 5 sampai
dengan 10 miligram per liter”.

Pemeriksaan juga dilakukan oleh Pusat Laboratorium Forensik Polri. Hasil pemeriksaan
menunjukkan sebagai berikut.

“telah terjadi pencemaran lingkungan yang kadarnya melebihi ambang batas yang
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup”.

Sebagai konsekuensi yuridis terhadap hasil pemeriksaan itu, Mabes Polri, yang
dinyatakan oleh Kabarekstrim Mabes Polri, Komjen Pol. Suyinto Landung Sudjono, meminta
PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) untuk sementara menghentikan kegiatan pertambangan
di Desa Ratatotok, Teluk Buyat, Minahasa Sulawesi Utara. Ini telah ditemukan bahwa
perairan disekitar lokasi pertambangan emas itu telah terbukti telah mencemari lingkungan
sehingga menyebabkan banyak warga menderita gatal-gatal, pusing dan benjol-benjol di
bagian kepala. Disamping itu, pihak Mabes Polri telah menetapkan enam orang tersangka
dari PT. Newmont Minahasa Raya. Keenam tersangka itu adalah :

1. Richard Ness, Direktur Utama PT. Newmont Minahasa Raya


2. Phil Turner, Manajer Pemeliharaan dan Produksi
3. Bill Long, Manajer Penutupan Tambang
4. David Somie, mantan supirintendent lingkungan
5. Jerry Kojansow, Manajer Lingkungan
6. Putra Wijayanti, Manajer Pengolahan Limbah
Keenam tersangka telah diduga melakukan pencemaran lingkungan di Teluk Buyat,
Minahasa Sulawesi Utara sehingga mereka dijerat berdasarkan Pasal 41 dan Pasal 42
Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditentukan
jenis hukuman dan denda yang dapat dijatuhkan kepada pelaku yang melakukan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan.

Pencemaran itu dilakukan dengan sengaja dan karena kealpaannya. Pencemaran yang
dilakukan dengan sengaja hukumannya lebih berat, sedangkan karena kealpaannya disajikan
dalam Tabel 1 dan 2.

Apabila tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan,
perserikatan, yayasan atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiga
(Pasal 45 Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Tabel 1 jenis hukuman dan denda

No Jenis Perbuatan Lamanya Pidana Besarnya Denda


Penjara
1. Sengaja melakukan pencemaran 10 tahun Rp. 500.000.000,00
lingkungan
2. Karena kealpaan melakukan 3 tahun Rp. 100.000.000,00
pencemaran lingkunagan

Tabel 2 akibat perbuatan pidana

No Jenis Perbuatan Lamanya Pidana Besarnya Denda


Penjara
1. Sengaja melakukan pencemaran 15 tahun Rp. 750.000.000,00
lingkungan dan akibatnya orang mati
atau luka berat
2. Kealpaan melakukan pencemaran 5 tahun Rp. 150.000.000,00
lingkungan

Hukuman itu dijatuhkan kepada :

a. Badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain;


b. Mereka yang memberikan perintah untuk melakukan tindak pidana; atau
c. Pemimpin perusahaan; atau
d. Mereka yang memberikan perintah atau pemimpin perusahaan (Pasal 47 Undang-
Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).
- Dampak pertambangan bagi lingkungan sosial
1. Dampak bagi ekologi
Perubahan bentangan alam (landscape)
Semua proyek pertambangan, terutama pertambangan terbuka memerlukan lahan
dalam jumlah sangat besar untuk membangun lubang tambang, pabrik pengolah biji
besi, perumahan karyawan. Tentunya proses penggalian dan pengambilan batuan akan
menggusur lahan pertanian, hutan, dan sumber air (hidrologi). Aktivitas ini
menyebabkan terjadinya tata air setempat, resiko bencana, longsor, serta banjir.
Karena permukaan tanah dikupas, digali menjadi lubang-lubang raksasa. Banyak
kasus hilangnya keanekaragaman hayati dan mata pencaharian penduduk terutama
yang hidupnya bergantung pada hutan.
2. Pertambangan menyebabkan limbah beracun/tailing
Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang. Selain,
tailing kegiatan tambang juga menghasilkan limbah lain seperti: limbah kemasan
bahan kimia dan limbah domestik. Tailing yang menyerupai lumpur kental, pekat,
asam dan mengandung logam-logam berat itu berbahaya bagi keselamatan makhuluk
hidup.Dampak tailing yang ditimbulkan oleh sebuah perusahan tambang berarti kita
sedang bunuh diri dan anak cucu. Perusahaan tambang setiap hari membuang ribuan
ton tailing ke laut yang mengancam keselamatan dan melahirkan mala petaka bagi
anak cucu.
3. Dampak bagi sosial-budaya
Dalam “The formsof Capital” (1986) Piere Boudieu membagi modal menjadi modal
kapital, modal budaya dan modal sosial. Modal sosial dapat secara bebas
diterjemahkan sebagai hubungan atau jaringan (network) antara orang-orang yang
memiliki pikiran dan gagasan sama tentang suatu hal.
Dalam konteks masyarakat lokal di lokasi pertambangan, hubungan sosial terbentuk
karena kesamaan kepentingan di atas pengelolaan sumber-sumber produksi setempat,
kesamaan atas tanah dan kekayaan alam, serta kesamaan sejarah dan adat budaya.
Direnggutnya penguasaan masyarakat atas tanah dan kekayaan alam menyebabkan
fondasi modal sosial mereka lenyap dan berdampak pada:
a. Lenyapnya daya ingat sosial, hilangnya tatanan nilai sosial yang dulunya dimiliki
komunitas,
b. Putusnya hubungan silahturami antar warga menyebabkan perpecahan,
persengketaan dan bahkan ke taraf konflik (saling melenyapkan eksistensi satu
sama lain). Mekanisme resolusi konflik tradisional yang telah hidup dalam
komunitas tidak lagi dijadikan kontrol dalam kehidupan sosial.
c. Menurunnya daya tahan tubuh, karena merosotnya mutu kesehatan, mental
warga, dan seringkali munculnya penyakit-penyakit baru, baik penyakit yang
berupa metabolisme akut akibat pencemaran (udara, air, tanah dan bahan-bahan
hayati yang dikonsumsi), penyakit menular (kelamin)dan penyakit lain yang
dibawa oleh pekerja yang berasal dari luar daerah.
4. Dampak pertambangan bagi ekonomi masyarakat

Ekonomi dibagi menjadi kegiatan Produksi, Distribusi dan Konsumsi. Daya rusak
tambang pada ekonomi setempat, merupakan penghancuran pada tata produksi, distribusi
dan konsumsi lokal.

Operasi pertambangan membutuhkan lahan yang luas, dipenuhi dengan cara menggusur
tanah milik dan wilayah kelola rakyat. Kehilangan sumber produksi tanah dan kekayaan
alam

a. melumpuhkan kemampuan masyarakat setempat menghasilkan barang-barang dan


kebutuhan mereka sendiri.

b. Rusaknya tata konsumsi, lumpuhnya tata produksi menjadikan masyarakat makin


tergantung pada barang dan jasa dari luar. Untuk kebutuhan sehari-hari mereka
semakin lebih jauh dalam jeratan ekonomi. Uang tunai yang cendrung melihat tanah
dan kekayaan alam sebagai faktor produksi dan bisa ditukar dengan sejumlah uang
tidak lebih.

c. Rusaknya tata distribusi, kegiatan distribusi setempat semakin didominasi oleh arus
masuknya barang dan jasa dalam komunitas.
Dibangun opini publik bahwa pertambangan akan membawa kesejateraan dengan
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat. Tetapi yang terjadi seperti
yang dikemukakan di atas, maka janji investor dan pemkab adalah peningkatan
ekonomi rakyat akan berubah roman menjadi kuli di negeri sendiri.
Tawaran akan pertambangan perlu dikaji secara cermat dengan melihat fakta-takta
yang sudah ada. Bukan dengan pragramtis lalu pertambangan disetujui, setelah itu
baru diakhiri dengan kekesalan.

5. Dampak pertambangan bagi aspek politik

Politik seringkali diartikan sebagai proses pembuatan keputusan dalam sebuah


kelompok. Dickerson dan Flanagan, politik sebagai “sebuah proses resolusi konflik
(kepentingan), dimana segala daya dan usaha dikerahkan untuk pencapaian tujuan
bersama”. Dalam kenyataannya, ia berujud upaya seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuannya dengan berbagai cara, bisa mempengaruhi dan
meyakinkan, membohongi atau bahkan menyingkirkan pihak lain. HaroldLasswell,
politik yaitu: siapa mendapatkan apa, kapan, dimana dan bagaimana?
Politik lokal merupakan sarana penampungan dan pengakomodasian kepentingan
warga setempat. Politik menjadi sasaran daya rusak untuk memenangkan kepentingan
industri tambang. Ini dapat dilihat dari beberapa indikasi berikut:

a. Margininalisasi tata-kepemimpinan yang membela kepentingan warga oleh negara


dan korporasi. Ini bisa dilakukan dengan mendorong penggunaan perangkat-
perangkat kepemimpinan formal, yang harus patuh kepada ketentuan negara.
b. Rontoknya kelembagaan politik setempat digantikan oleh tata kelembagaan yang
patuh kepada aturan-aturan negara. Ini menyebabkan lenyapnya ruang aspirasi dan
partisipasi warga, dalam pengambilan keputusan politik setempat. Proses politik
menjadi ajang legitimasi sosial bagi operasi tambang di tanah-tanah milik dan
wilayah kelola warga.

c. Program Community Development adalah cara yang digunakan untuk menggusur


kelembagaan politik setempet. Dan ini biasanya dipakai jaringan LSM/NGO
makanya banyak NGO tidak banyak berkomentar tentang pertambangan atau
kerusakan lingkungan hidup. LSM model ini biasanya sangat akrab dengan
Birokrat dan sangat kompromistis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Pengertian hukum pertambangan dan hukum lingkungan

“ kesulurahan kaidah hukum yang mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan


bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang atau
badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang)”.

Sedangkan hukum lingkungan dalam literatur bahasa asing seperti Inggris :


Environmental Law, bahasa Belanda : Milieurecht, Jerman : Umweltrecht, Prancis : Droit de
I’environment. Hukum lingkungan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang diajukan
kepada kegiatan-kegiatan yang yang memengaruhi kualitas lingkungan, baik secara alami
maupun buatan manusia.

- Hubungan hukum pertambangan dan lingkungan

Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum lingkungan
karena setiap usaha pertambangan, apakah itu berkaitan dengan pertambangan umum
maupun pertambangan minyak dan gas bumi diwajibkan untuk memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Hal ini, lazim disebut dengan pelestarian
fungsi lingkungan hidup (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup).

- Dampak pertambangan bagi lingkungan fisik dan lingkungan sosial


1) Dampak bagi ekologi
2) Pertambangan menyebabkan limbah beracun/tailing
3) Dampak bagi sosial-budaya
4) Dampak pertambangan bagi ekonomi masyarakat
5) Dampak pertambangan bagi aspek politik
B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurnah, karena masih
banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Oleh karenanya, untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
sangat kami butuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya untuk para
mahasiswa serta menjadi referensi.
DAFTAR PUSTAKA

HS, Salim. 2014. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: Rajawali.

Akib, Muhammad. 2018. Hukum Lingkungan. Depok: Rajawali Pers

Walhintt.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai