DOSEN PENGAMPU:
RIFQI FEBRIAN, S.H., M.H
DISUSUN OLEH :
WULANDARI
213004010006
Assalamualaikum wr. wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT yang telah
memberikan keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kajian Yuridis Tentang
Mineral dan Batubara”tepat pada waktunya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Widowati, D.Y., Yurista, A.P., Rafael Edy Bosko, R.E. 2019. “Hak Penguasaan Atas Sumber
Daya Alam Dalam Konsepsi Dan Penjabarannya Dalam Peraturan Perundang-Undangan.” Journal
LEGISLASI INDONESIA 16 (2): hlm 148.
2
Pratama, Muhammad Reza Fadhil, Lego Karjoko, and Sapto Hermawan. 2023. “Analisis Yuridis
Pengaturan Reklamasi Pertambangan Batubara Pasca Perubahan Undang-Undang Mineral Dan
Batubara.” Jurnal Discretie 4 (1): hlm 203.
1
yuridis tentang mineral dan batubara menjadi esensial untuk memahami
kompleksitas permasalahan yang terkait.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Salinding, Marthen. 2019. “Prinsip Hukum Pertambangan Mineral Dan Batubara Yang
Berpihak Kepada Masyarakat Hukum Adat.” Jurnal Konstitusi 16 (1): hlm 149.
4
Erwin, Muhammad. 2011. Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum. Jakarta: Rajawali
Pers, hlm 179.
3
hukum, dan prinsip "siapa yang merusak membayar." Tujuannya adalah untuk
memastikan adanya keadilan antara generasi saat ini dan masa depan dalam
pengelolaan sumber daya mineral dan batubara, serta untuk melindungi hak hukum
MHA dan komunitas lainnya.5
5
Ibid
6
Liyus, Herry, Sri Rahayu, and Dheny Wahyudhi. 2019. “Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Pertambangan Dalam Perspektif Perundang-Undangan Indonesia.” Jurnal Inovatif XII (1): hlm 45.
7
Sompie, Evie. 2017. “Tinjauan Yuridis Terhadap Penghentian Sementara Izin Usaha
Pertambangan Dan Izin Usaha Pertambangan Khusus.” Jurnal Hukum Unsrat 23 (9): hlm 30.
4
maupun pemerintah daerah yang bersumber dari kegiatan pertambangan mineral
dan batubara. Terkait dengan prinsip akuntabilitas pengelolaan pertambangan
mineral dan batubara pada tanah ulayat, maka hak-hak MHA atas sumber daya
mineral antara fee, ganti rugi atas lahan, ganti rugi atas dampak langsung dari
pertambangan, CSR perusahaan dan lain sebagainya harus direalisasikan oleh
perusahaan pertambangan.
8
Nofrizal, Hayatul Ismi, and Almadison. 2022. “Arah Kebijakan Pertambangan Untuk
Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Perizinan Usaha Tambang Batuan Pasca Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Di Kabupaten Rokan Hulu Riau).” Jurnal Ilmu Hukum 11 (2): hlm
75.
5
ramah lingkungan. Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku adalah
hal penting untuk memastikan bahwa eksploitasi berlangsung sesuai aturan,
sementara distribusi manfaat yang adil membantu mengurangi kesenjangan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan ini juga
mendorong inovasi teknologi dan mempromosikan keberlanjutan dengan tujuan
tidak menguras stok mineral dan batubara secara berlebihan. Pemberdayaan
masyarakat lokal adalah tujuan penting lainnya, yang melibatkan partisipasi mereka
dalam pengambilan keputusan dan mendapatkan manfaat dari sumber daya alam di
wilayah mereka. Mencapai semua tujuan ini memerlukan kerjasama yang baik
antara pemerintah, industri, dan masyarakat serta kemungkinan perubahan dalam
kebijakan dan praktik industri.
6
dan mengatasi dampak kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan yang
bijaksana dan berkelanjutan sangat penting.9
Di satu sisi, pemanfaatan mineral dan batubara adalah langkah yang tidak
dapat dihindari untuk memenuhi kebutuhan akan komoditas tersebut, sehingga
eksploitasi sumber daya ini diperlukan. Namun, di sisi lain, kegiatan pertambangan
juga berdampak negatif pada lingkungan, yang dirasakan secara langsung oleh
masyarakat di sekitar lokasi pertambangan. Pengelolaan sumber daya mineral dan
batubara yang tidak bijaksana dapat menyebabkan konflik antara masyarakat
pribumi dengan perusahaan pertambangan. Masalah seperti blokade wilayah
tambang, isu lingkungan, kompensasi lahan, perbedaan budaya antara pendatang
dan masyarakat pribumi, dan masalah lainnya muncul akibat pengelolaan yang
kurang efektif.10
9
Risal, Samuel, DB Paranoan, and Suarta Djaja. 2017. “Analisis Dampak Kebijakan
Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Makroman.” Jurnal
Administrative Reform (JAR) 1 (3): hlm 517-518.
10
Reynold Ronny Nahuway, Hugo Warami, & Ichwan Tjolly. 2018. “Eksternalitas, Persepsi, Dan
Harapan Masyarakat Terhadap Kehadiran Perusahaan Pertambangan Pt. Megapura Prima Industri
Di Kampung Klasari Distrik Moi Sigen Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat.” Jurnal Ilmu
Sosial Dan Humaniora 7 (2): hlm 116.
7
C. Tindak Pidana di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
• Pasal 160: Mengatur sanksi bagi mereka yang melakukan eksplorasi tanpa
izin, dengan ancaman kurungan maksimal 1 tahun atau denda maksimal Rp
200 juta. Selain itu, pemegang izin eksplorasi yang melakukan kegiatan
operasi produksi dapat dihukum dengan penjara maksimal 5 tahun dan
denda maksimal Rp 10 miliar.
• Pasal 161: Menyatakan bahwa orang atau pemegang izin operasi produksi
yang menampung, memanfaatkan, atau menjual mineral dan batubara yang
tidak sesuai izin dapat dihukum dengan penjara maksimal 10 tahun dan
denda maksimal Rp 10 miliar.
11
Liyus, Herry, Sri Rahayu, and Dheny Wahyudhi. 2019. “Analisis Yuridis Terhadap Tindak
Pidana Pertambangan Dalam Perspektif Perundang-Undangan Indonesia.” Jurnal Inovatif XII
(1):hlm 47.
8
• Pasal 162: Mengatur sanksi bagi mereka yang menghalangi kegiatan
pertambangan yang memenuhi syarat, dengan ancaman kurungan maksimal
1 tahun atau denda maksimal Rp 100 juta.
• Pasal 163: Menjelaskan bahwa jika tindak pidana dilakukan oleh badan
hukum, selain sanksi kepada pengurusnya, badan hukum itu sendiri dapat
dikenakan denda tambahan dan sanksi seperti pencabutan izin usaha atau
pencabutan status badan hukum.
• Pasal 164: Menyatakan bahwa pelaku tindak pidana dapat dikenai sanksi
tambahan seperti perampasan barang yang digunakan dalam tindak pidana,
perampasan keuntungan yang diperoleh, atau kewajiban membayar biaya
yang timbul akibat tindak pidana.
• Pasal 165: Mengatur sanksi untuk mereka yang mengeluarkan izin yang
bertentangan dengan undang-undang dan menyalahgunakan
kewenangannya, dengan ancaman penjara maksimal 2 tahun dan denda
maksimal Rp 200 juta.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Erwin, Muhammad. 2011. Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum. Jakarta:
Rajawali Pers.
Liyus, Herry, Sri Rahayu, and Dheny Wahyudhi. 2019. “Analisis Yuridis Terhadap
Tindak Pidana Pertambangan Dalam Perspektif Perundang-Undangan
Indonesia.” Jurnal Inovatif XII (1): 42–60.
Pratama, Muhammad Reza Fadhil, Lego Karjoko, and Sapto Hermawan. 2023.
“Analisis Yuridis Pengaturan Reklamasi Pertambangan Batubara Pasca
Perubahan Undang-Undang Mineral Dan Batubara.” Jurnal Discretie 4 (1):
201. https://doi.org/10.20961/jd.v4i1.73965.
Reynold Ronny Nahuway, Hugo Warami, & Ichwan Tjolly. 2018. “Eksternalitas,
Persepsi, Dan Harapan Masyarakat Terhadap Kehadiran Perusahaan
Pertambangan Pt. Megapura Prima Industri Di Kampung Klasari Distrik Moi
Sigen Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat.” Jurnal Ilmu Sosial Dan
Humaniora 7 (2): 115–25.
Risal, Samuel, DB Paranoan, and Suarta Djaja. 2017. “Analisis Dampak Kebijakan
Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di
Kelurahan Makroman.” Jurnal Administrative Reform (JAR) 1 (3): 516–30.
https://doi.org/10.30872/JAR.V1I3.482.
Widowati, D.Y., Yurista, A.P., Rafael Edy Bosko, R.E. 2019. “Hak Penguasaan
Atas Sumber Daya Alam Dalam Konsepsi Dan Penjabarannya Dalam
Peraturan Perundang-Undangan.” Journal LEGISLASI INDONESIA 16 (2):
147–59.
11