Anda di halaman 1dari 26

TINDAK KORUPSI DI SEKTOR SUMBER DAYA ALAM DAN CARA

PEMBERANTASANNYA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD BOMA ADICHANDRA

NIM : 20170610017

MATA KULIAH : HUKUM SUMBER DAYA ALAM

KELAS : C

DOSEN PENGAMPU : H.NASRULLAH,S.H., Sag.,MCL

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

FAKULTAS : HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
DAFTAR ISI

BAB I ( PENDAHAULUAN)

LATAR BELAKANG..........................................................................................................1

RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2

BAB II ( PEMBAHASAN )

Apa yang mendasari tindak korupsi berkembang di lingkungan SDA....................................3-5

tindak korupsi di lingkungan SDA membawa kesengsaraan di lingkungan masyarakat.........6-10

tindak korupsi di lingkungan SDA telah melanggar UU 33 ayat 3 tahun 1945......................11-14

bagaimana pencegahan dan pemberantasan tindak korupsi di lingkungan SDA....................15-20

BAB III ( PENUTUP)

KESIMPULAN............................................................................................................................21

SARAN .............................................................................................................................22
BAB I

PENDAHAULUAN

LATAR BELAKANG

Sumber daya alam merupakan suatau lingkup yang mempengaruhi kehidupan manusia dan jasad
hidup lainnya yang ada di dalam ruang tersebut,sumber daya sendiri mempengaruhi kehidupan
manusia karena manuisa mmperlukan sumber daya lingkungan itu sendiri,contoh manusia meperlukan
air untuk kebutuhan hidup sehari-hari ataupun tanah untuk menanam tumbuh-tumbuhan.sumber daya
alam sendiri memiliki 2 tipe yaitu SDA yang dapat di perbaharui dan tidak dapat di perbaharui.SDA
yang dapat di perbaharui seperti (air,tanah,udara,matahari,mutiara,minyak nilam) SDA yang tidak
dapat di perbaharui seperti (tembaga,nikel,minyak bumi,batu,belerang,karbon,nuklir).SDA yang dapat
di perbaharui itu memiliki bahan yang dapat di perbaharui dan selalu ada dzatnya atau
bentuknya,SDA yang tidak dapat di perbaharui yaitu bahan nya memiliki waktu terbentuknya
memiliki waktu yang sangat lama,dan dzatnya dan bentuknya tidak selalu ada dan jika dzatnya itu
sudah habis maka sulit untuk terbentuknya lagi.ALLAH S.W.T. menganuggrahkan indonseia
kakayaan alam yang begitu banyak sehingga di setiap daerah di indonseia memiliki SDA yang
beraneka ragam.contoh saja di wilayah kalimantan yang kaya akan batu bara,ataupun di wilayah
papua memiliki kekayaan emas,mutiara,nike DLL yang sangat banyak,indonseia juga sebagian besar
wilayahnya air sehingga indonesia masih memilik SDA yang belum di olah.indonesia juga memiliki
kekayaan laut yang kaya pula.tetapi dengan kekayaan SDA tersebut indonesia memiliki masalah
besar di dalamnya yaitu potensi tindak korupsi.di indonesia koupsi sudah banyak terjadi mulai dari
tingkat bawah hingga tingkat atas,korupsi merupakan penyakit di masyarakat yang harus di
berantas.sayangnya pejabat-pejabat penyumbang tindak korupsi terbesar di indonesia.banyak sumber
untuk melakukan tindak korupsi,salah satunya di lingkungngan SDA.berarti dengan tindakan
melakukan korupsi di lingkungna SDA maka telah melanggar pasal 33 ayat 3 UUD 1945.yang
menjelaskan bahwasannya air,udara.ruang angkasa dan SDA yang terkandung di dalamnya agar di
gunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyatnya.tapi hal itu sepertinya tidak sesuai dengan
kondisi kesejahteraan rakyat saat ini.di negeri kaya di negeri ini masih banyak masyarakat yang di
bawah kesejahteraan.contoh SDA air masih banyak masayarakat yang kekuranggan air bersih untuk
keperluan sehari-hari,contoh lainnya adalah padi,padi merupakan dasar dari adanya nasi nasi
merupakan kebutuhan pangan masyarakat indonesia.tapi banyaknya ekspor SDA dari negeara
lain,contoh ekspor beras,garam DLL.tujuan sebenarnya dari ekspor tersebut bukan untuk menutupi
kebutuhan rakyat tapi karena adanya tindak korupsi didalamnya.maka dari itu KPK harus menggusut
agar tindak kourpsi di lingkungan SDA dapat di berantas,maka dari itu makalah ini akan membahas
mengenai potensi dan pemberantasan korupsi di lingkungan SDA

1)
RUMUSAN MASALAH

Tindak korupsi yang telah saya jelaskan di latar belakang, telah membuat SDA menjadi ladang untuk
bertindak korupsi hal ini menimbulkan masalah besar di negeri ini terutama yang di sengsarakan
biasanya kalangan marjinal,maka dari itu Dalam mempelajari lebih lanjut dari masalah potensi
korupsi di lingkungan SDA sendiri maka saya sebagai penulis disini akan menjabarkan apa saja yang
akan di bahas di dalam makalah ini,mulai faktor hingga penyelesaian tindak korupsi di lingkungan
SDA.di bawah ini beberapa point yang akan saya jelaskan dalam makalah potensi korupsi di
lingkungan SDA

1. Apa yang mendasari tindak korupsi berkembang di lingkungan SDA

2. tindak korupsi di lingkungan SDA membawa kesengsaraan di lingkungan masyarakat

3. tindak korupsi di lingkungan SDA telah melanggar UU 33 ayat 3 tahun 1945

4. bagaimana pencegahan dan pemberantasan tindak korupsi di lingkungan SDA

2)
BAB II

PEMBAHASAN

A. APA YANG MENDASARI TINDAK KORUPSI BERKEMBANG DI


LINGKUNGAN SDA

Kepercayaan memiliki aspek-aspek integritas, kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan.


Salah satu faktor penentu kepercayaan adalah kinerja KPK dalam penanganan TPK SDA. Penelitian
ini bertujuan menguji secara empiris hubungan kinerja KPK dalam menangani TPK SDA dan
kepercayaan terhadap KPK dalam menangani TPK SDA KPK merupakan lembaga negara yang
bersifat independen dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dalam penanganan korupsi.
Landasan hukum bagi KPK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya adalah Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002. Komisi Pemberantasan Korupsi (2006) memberikan penjelasan mengenai
bentuk-bentuk korupsi utamanya perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri dan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, dan sarana yang menyebabkan kerugian keuangan
negara Bentuk-bentuk TPK SDA contohnya alih fungsi hutan menjadi perkebunan secara ilegal
karena adanya konspirasi pemegang kekuasaan dan pengelola sumber daya alam yang berujung pada
korupsi untuk ekspansi perkebunan kelapa sawit (Tarigan, 2013). Contoh yang lain adalah,
menjanjikan hadiah atau memberikan kemudahan izin dalam pengelolaan sumber daya alam secara
illegal dan sejenisnya yang termasuk gratifikasi menurut UU No 20 Tahun 2001. erdapat beberapa
permasalahan yang menjadi penyebab kerentanan korupsi berkaitan sumber daya alam utamanya
ketidapastian hukum dan perizinan, kurang memadainya sistem akuntabilitas, lemahnya pengawasan,
dan kelemahan sistem pengendalian manajemen

3)
Sebagai contoh terjadinya korupsi di sektor kehutanan dan perkebunan disebabkan ketidakpastian
hukum dalam perencanaan kawasan hutan. Selain itu adanya kerentananan perizinan sektor kehutanan
dan perkebunan terhadap korupsi. Berdasarkan Kajian Kerentanan Korupsi di Sistem Perizinan Sektor
Kehutanan (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2014) menunjukkan potensi suap mencapai 22 milyar
rupiah per izin per tahun. dua menyatakan bahwa semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan

kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.bahwasannya sumber daya alam harus dapat di kelola pemerintah
daerah maupun pusat sehingga SDA yang ada dapat senantiasa tersedia guna mendukung ke-

giatan pembangu-nan baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pengaturan

hak-hak dasar masyarakat dalam UUD 1945 dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu norma

dasar hak masyarakat secara individu, norma dasar hak masyarakat secara kolektif, dan norma

dasar hak bagi anak.sehingga ketersedain sumber daya dapat terpenuhi untuk kebutuhan selanjutnya.

Namun demikian pemanfaatan SDA terutama di bidang kehutanan dan pertambangan harus

dimanfaatkan dan dikelola berdasarkan prinsip yang ada dalam konsep pembangunan berkelanjutan,
bahwa keseimbangan ekosistem dioptimalkan untuk tetap terjaga, dengan memanage’ dampak

sehingga dampak lingkungandapat diminimalkan. Pemerintah sebagai penyelenggara negara yang


diberi kewenangan mengatur tata kelola pemerintahan telah mengeluarkan regulasi yang berkaitan
dengan pemanfaatan SDA, bagaimana memanfaatkan SDA bidang kehutanan dan pertambangan dan
bagaimanamengelola dampak lingkungan. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, salah satu diantaranya dan UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup merupakan pedoman umum yang khusus mengatur bagaimana melakukan pe-
ngelolaan lingkungan hidup sekaligus memberikan batasan-batasan dan persyaratan yang bersifat
preventif dan represif.

4)
Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Undang dasar 1945 dan hal-hal
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 ayat 2 UUPA tersebut diatas bahwa bumi, air dan ruang
angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai
oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat ( Pasal 2 ayat 1, UUPA).

Hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk :

a. Mengatur dan menyelenggarakan, peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan


bumi, air dan ruang angkasa tersebut.

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air
dan ruang angkasa.

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-


perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa (Pasal 2 UUPA)

“Pelestarian kemampuan fungsi hutan dan fungsi lingkungan hidup yang serasi dan seimbang”
membawa kepada kesarasian antara “pembangunan” dan fungsi hutan dan fungsi lingkungan hidup”,
sehingga kedua pengertian itu tidak dipertentangkan satu dengan yang lain. Adapun “pelestarian
fungsi hutan dan fungsi lingkungan hidup” yang bermakna melestarikan fungsi hutan dan fungsi
lingkungan hidup itu an sich digunakan dalam rangka kawasan pelestarian hutan, sumber daya alam
lingkungan hidup dan kawasan suaka alam.

Pembangunan di berbagai aspek hidup dan kehidupan bertujuan dan mempunyai arti untuk
mengadakan perubahan, membangun adalah merubah sesuatu untuk mencapai tarap peningkatan dan
tarap yang lebih baik. Apabila dalam proses pembangunan itu terjadi dampak yang kurang baik
terhadap fungsi hutan dan fungsi lingkungan hidup, maka haruslah dilakukan upaya untuk
meniadakan atau mengurangi dampak negatif tersebut sehingga keadaan fungsi hutan dan fungsi
lingkungan hidup menjadi serasi dan seimbang lagi. Dengan demikian maka yang dilestarikan
bukanlah “lingkungannya an sich”, akan tetapi “kemampuan lingkungan hidup”. Kemampuan
lingkungan hidup yang serasi dan seimbang inilah yang perlu dilestarikan sehingga setiap perubahan
yang diadakan selalu disertai dengan upaya mencapai keserasian dan keseimbangan lingkungan pada
tingkatan yang baru.1

5)

1
ttps://acch.kpk.go.id/id/artikel/riset-publik/kinerja-penanganan-tindak-pidana-korupsi-sda
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/306/3
AP Silaen - Majalah Ilmiah Visi, 2008 - akademik.uhn.ac.id
B. TINDAKAN KORUPSI DI SUMBER DAYA ALAM MEMBAWA
KESENGSARAAN DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

Tindakan korupsi di lingkungan masyarakat membawa kesengsaraan karena jika ada tindakan di
lingkungan SDA maka pasal 33 ayat 3 yang berisi SDA di gunakan untuk kesejahteraan telah tidak
seusai dengan pasalnya yang mensejahteraan masyarakat,dalam penggunaan kekayaan alam di
indonesia negaralah yang mengatur kekayaannya,negara harus mengelola kekayaan alam untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarkatnya.tetapi yang kita ketahui di indonesia dalam pengelolaan
kekayaan alamnya belum bisa mengimplementasikan pasal 33 ayat 3. Pengaturan kekayaan yang tidak
wajar ini dapat menjadi refleksi kenyataan banyaknya pejabat public yang mempunyai kekayaan yang
diluar logika pendapatan sahnya. Mengingat mereka adalah pejabat public yang mempunyai asset
melebihi dari logika gaji bulanan serta pendapatan lain dari negara. Tampaknya tidak akan sanggup
disetarakan dengan semua hasil harta atau kekayaan yang dimiliki. Dalam penghitungan sederhana,
gaji, tunjangan, dan pendapatan sah yang diterima oleh penyelenggara negara (pejabat negara/pegawai
negeri sipil) cenderung bernilai minus jika disubsitusikan ke semua harta atau kekayaan yang dimiliki.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa harta atau kekayaan yang diterima didapatkan dengan cara-cara
yang tidak halal atau melawan hukum.pejabat menggunakan kekuasaannya untuk memeperoleh
kekayaan melalui APBN,pemberian izin,dan penyalahgunaan fungsi. Dengan kata lain, kemungkinan
besar, harta atau kekayaan tersebut diperoleh dari tindak pidana. Lebih khusus, misalnya, harta atau
kekayaan yang disimpan adalah bagian atau efek dari tidak pidana korupsi atau pencucian uang.
Berdasarkan itu, kewajiban Negara Indonesia untuk melakukan upaya-upaya keras harus diartikan
menjadi suatu kewajiban setingkat mandatory guna mengatur kekayaan yang tidak wajar (Illicit
Enrichment) menjadi suatu tindak pidana yang diatur ke dalam suatu produk hukum setingkat
Undang-undang.

6)

Kesangsaraan di lingkungan sumber daya alam ini mengakibatkan masyarakat marjinal yang
memerlukan kebutuhan sumber daya alam mengalami kesulitan dalam memeperoleh fasilitas dalam
2
file:///C:/Users/acer/Downloads/Implementasi%20dan%20Pengaturan%20Illicit%20Enrichment
%20(Peningkatan%20Kekayaan%20Secara%20Tidak%20Sah)%20di%20Indonesia(3).pdf
pengelolaan sumber daya alam,mulai dari jasa dan bahan-bahan seperti bibit tanaman,pupuk dan
masyarakat marjinal dalam memperoleh hasinya di bawah standar,pemerintah banyak mengimpor
SDA dari negara lain hal inilah semakin membuat masyarakat marjinal semakin sengsara. Ekonomi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan
sedemikian rupa sehingga fungsi/peranan lingkungan dapat dipertahankan atau bahkan dapat
ditingkatkan dalam penggunaan untuk jangka panjang. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan
hidup seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Pengolahan Lingkungan Hidup No. 23/1997
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sesungguhnya fungsi/peranan lingkungan yang
utama adalah sebagai sumber bahan mentah untuk diolah menjadi barang jadi atau untuk langsung
dikonsumsi, sebagai assimilator yaitu sebagai pengolah limbah secara alami, dan sebagai sumber
kesenangan (amenity). Ilmu ekonomi sendiri diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah
laku manusia dalam melakukan pilihan. Jadi ilmu ekonomi adalah ilmu tentang memilih di antara
berbagai alternatif. Dengan berkembangnya waktu dan semakin meningkatnya pembangunan demi
meningkatkan kesejahteraan manusia, ternyata fungsi/peranan lingkungan telah menurun dari waktu
ke waktu; artinya jumlah bahan mentah yang dapat disediakan lingkungan alami telah semakin
berkurang dan menjadi langka, kemampuan alam untuk mengolah limbah juga semakin berkurang
karena terlalu banyaknya limbah yang harus ditampung melebihi daya tampung lingkungan, dan
kemampuan alam menyediakan kesenangan dan kegembiraan langsung juga semakin berkurang
karena banyak sumber daya alam dan lingkungan yang telah diubah fungsinya atau karena
meningkatnya pencemaran.

3
7)

Ada beberapa hal yang dapat di lakukan pemerintah dalam mensejahterakan


masyarakatnya,hal yang paling utama yang paling di utamakan dahaulu adalah
mensejahterakan petaninya dahulu sehingga setelah petani di tingkatkan kesejahterannya
3
file:///C:/Users/acer/Downloads/ESPA4317-M1.pdf
maka harga harga sumber daya alam dapat di olah sehingga pasal 33 ayat 3 menggunakan
SDA untuk mensejahterakan masyarakat terlaksanakan,adabeberapa cara untuk
mensejahterakan rakyat

1. Memberi harga murah dalam kebutuhan SDA : Salah satu cara Pemerintah guna
meredam fluktuasi harga komoditas pertanian adalah dengan implementasi
kebijakan fiskal yang tepat berupa pemberian subsidi, insentif fiskal termasuk
keringanan perpajakan dan bea serta optimalisasi anggaran. Temuan pokok kajian
ini adalah (a) fluktuasi harga komoditas pertanian berdampak signifikan terhadap
inflasi dan menciptakan instabilitas harga dan pasokan pangan; (b) pemerinta
telah menggunakan berbagai instrument kebijakan fiskal dalam upaya stabilisasi
harga dan ketersediaan pasokan pangan; (c) kebijakan fiskal Pemerintah telah
membuahkan hasil terbukti dengan terus turunnya inflasi di triwulan I tahun 2011
hingga mencapai 6,16 persen year on yearpada bulan April 2011; (d) kebijakan fiskal
berupa insentif perpajakan dan bea hanya berlaku sementara dibarengi dengan upaya
peningkatan produktifitas produksipertanian. Antisipasi kebijakan fiskal kedepan akan
penuh tantangan seiring dengan semakin meningkatnya tekanan perubahan iklim
dan kondisi geopolitik internasional. Karena itu kedepan rekomendasi kebijakan
yang bisa diimplementasikan antara lain (a) kebijakan fiskal yang diambil jangan
sampai merugikan petani dan menjadi disinsentif terhadap pengembangan sektor
pertanian dalam negeri (b) penurunan tarif bea masuk terhadap komoditas pertanian
harus bersifat temporer karena akan merugikan petani dalam negeri jika diberlakukan
dalam waktu yang lama (c) pemerintah harus tetap memproteksi sektor pertanian
dalam negeri untuk menciptakan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

8)
2. Menggunakan SDA semaksimal mungkin :arti dari mengguakan SDA semaksimal mungkin
memiliki arti pemerintah menggunakan sda semaksimal untuk kesejahteraan masyarakat,
Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 serta revisinya dalam Undangundang No 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berdampak luas kepada semakin terbukanya peluang
Daerah (khususnya Kabupaten dan Kota) untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangganya
sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, Oleh karena itu, kebijakan
pengelolaan sumberdaya alam (SDA) yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi. dan
rehabilitasi SDA merupakan kewenangan Pemerintah Daerah. Kewenangan berupa mengeluarkan
izin Pengelolaan SDA. Adanya kebijakan yang lebih memberi kewenangan Daerah untuk
mengelola SDA tersebut diharapkan berdampak pada : • kemudahan perizinan dan menekan biaya
perizinan yang tinggi kelancaran investasi masuk ke Daerah •keterlibatan langsung Pemerintah
Daerah dalam pengelolaan SDA-nya tidak menimbulkan kecemburuan sosial masyarakat. Selain
hal tersebut, kebijakan pengelolaan SDA juga dilakukan dengan tujuan untuk lebih
mengembangkan ekonomi kerakyatan berupa pembagian hasil bagi daerah-daerah secara lebih
proporsional, serta menciptakan keseimbangan untuk menunjang pembangunan yang
berkelanjutan. Dengan demikian, issue utama mengenai pengelolaan SDA di Daerah adalah
bagaimana melahirkan kebijakan pengelolaan SDA sehingga dapat digunakan untuk memperkuat
perekonomian suatu Daerah secara optimal. Prinsip umum dalam ilmu ekonomi adalah bagaimana
memenuhi kebutuhan umat manusia yang cenderung tidak terbatas dengan ketersediaan
sumberdaya yang terbatas atau langka. Kelangkaan. SDA ini merupakan salah satu faktor utama
dalam kajian ekonomi yang berwawasan lingkungan dan karena faktor kelangkaan itu pula maka
dibutuhkan pengelolaan SDA secara arif dan bijaksana. Tingkat ketersediaan dan kelangkaan
sumberdaya memberikan indikasi tentang bagaimana seharusnya mengelola sumberdaya yang
langka dimaksud agar tidak mengancam kelestariannya dengan tanpa dan atau meminimalkan
terjadinya degradasi lingkungan. Macam dan karakterisasi sumberdaya tidak hanya
menggambarkan bagaimana pentingnya sumberdaya tersebut tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana sebaiknya sumberdaya itu dikelola agar memenuhi kebutuhan ummat manusia tidak
hanya masa kini, tapi juga masa yang akan datang.
3. memberikan fasilitas kepada petani : memfasilitasi petani dengan mendirikan lembaga
pertaniaan Kelembagaan petani di pedesaan berkontribusi dalam akselerasi pengembangan sosial
ekonomi petani; aksesibilitas pada informasi pertanian; aksesibilitas pada modal, infrastruktur,
dan pasar; dan adopsi inovasiinovasi pertanian. Di samping itu, keberadaan kelembagaan petani
akan memudahkan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan yang lain Pentingnya
kelembagaan petani diakui dalam pembangunan pertanian, baik di negara industri maupun negara
sedang berkembang seperti Indonesia. Kelembagaan petani diharapkan mampu membantu petani
keluar dari persoalan kesenjangan ekonomi petani. Diperlukan penguasaan teknologi pertanian
yang memadai dan kemampuan bersaing dari para petani agar mampu bertahan di tengah-tengah
persaingan ekonomi dunia. Upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usahatani, dan daya
saing petani dilakukan melalui pengembangan kelembagaan pertanian, termasuk di dalamnya
penguatan kapasitas kelembagaan petani. mengemukakan bahwa kemandirian (self-reliance)
adalah suatu suasana atau kondisi tertentu yang membuat seorang individu atau sekelompok
manusia yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan
pihak ketiga untuk mengamankan kepentingan individu atau kelompok.

9)
Kemandirian material, artinya memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara optimal potensi
sumberdaya alam yang mereka miliki sendiri tanpa harus menunggu bantuan orang lain atau
tergantung dari luar Secara ringkas, kapasitas kelembagaan petani, menurut Anantanyu (2009),
dapat tercapai dengan melihat empat indikator, yaitu: 1. Tujuan kelembagaan kelompok petani
tercapai, artinya: adanya kejelasan tujuan, adanya kesesuaian tujuan dengan kebutuhan anggota,
dan tingkat pemenuhan kebutuhan anggota oleh kelembagaan tinggi.
2. Fungsi dan peran kelembagaan berjalan, meliputi: adanya kemampuan memperoleh, mengatur,
memelihara, dan mengerahkan informasi, tenaga kerja, modal, dan material, serta kemampuan
mengelola konflik;
3. Adanya keinovatifan kelembagaan, meliputi: adanya peran kepemimpinan dalam kelembagaan,
fungsi kepemimpinan dalam kelembagaan berjalan, adanya nilai-nilai yang mendasari kerjasama,
adanya pembagian peran anggota, adanya pola kewenangan dalam kelembagaan, adanya
komitmen anggota terhadap kelembagaan, tersedia sumber-sumber pendanaan, tersedia fasilitas-
fasilitas fisik, kualitas sumberdaya
4. Keberlanjutan kelembagaan, meliputi: sentimen anggota baik, kesadaran anggota tinggi,
kekompakan anggota terjadi, kepercayaan anggota besar, tersedia bantuan luar, pola komunikasi
antar anggota dua arah, dan adanya kerjasama dengan pihak lain. Kelembagaan petani merupakan
sarana sekaligus sasaran penyuluhan pertanian. sehingga keberadaannya sangat diperlukan.
Kondisi dilematis biasanya timbul dari kelembagaan penyuluhan karena bias kepentingan.
Penyuluh pertanian, baik pegawai pemerintah maupun swasta, merupakan anggota atau staf dari
institusi yang menugaskannya sehingga tidak jarang dalam melakukan pekerjaannya lebih
berorientasi pada kepentingan dinas daripada kepentingan petani. Berkaitan dengan situasi ini,
penguatan kapasitas kelembagaan petani memerlukan komitmen bagi kelembagaan penyuluhan,
terutama kelembagaan penyuluhan pertanian pemerintah, untuk melaksanakan tugas yang
semestinya.4

10)

4
file:///C:/Users/acer/Downloads/Pengelolaan_sumberdaya_alam_secara_terpa.pdf
http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/akp/article/view/4199/3542

file:///C:/Users/acer/Downloads/05-Sapja-Anantanyu-Kelembagaan-Petani-Peran-Dan-Strategi-
Pengembangan-Kapasitasnya.pdf
C TINDAKAN KORUPSI DI LINGKUNGAN SDA MELANGGAR UU 33 AYAT 3
TAHUN 1945
Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 merupakan dasar perekonomian Indonesia, di
dalamnyamengandung prinsip paham kebersamaan dan asas kekeluargaan. Oleh karena itu dalam
pembangunan hukum ekonomi Indonesia Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 sifatnya
memaksa, sehingga dalam perundang-undangan bidang ekonomi dinyatakan bahwa
mengutamakankemakmuran masyarakat banyak, bukan kemakmuran orang-seorang. Pasal 33
Undang Undang Dasar 1945 merupakan pesan moral dan pesan budaya dalam konstitusi Republik
Indonesia di bidang kehidupan ekonomi. Pasal ini bukan sekedar memberikan petunjuk tentang
susunan perekonomian dan wewenang negara mengatur kegiatan perekonomian, melainkan
mencerminkan cita-cita, suatu keyakinan yang dipegang teguh serta diperjuangkan secara
konsisten oleh para pimpinan pemerintahan. Para pemimpin Indonesia yang menyusun Undang
Undang Dasar 1945 mempunyai kepercayaan, bahwa cita-cita keadilan sosial dalam bidang
ekonomi dapat mencapai kemakmuran yang merata, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Oleh karena itu dibentuklah dalam Undang Undang Dasar 1945, Pasal 33 yang berada
dalam Bab XIV dengan judul “Kesejahteraan Sosial“. Maksudnya, Pasal 33 Undang Undang
Dasar 1945 adalah suatu. sistem ekonomi yang pada cita-citanya bertujuan mencapai
kesejahteraan sosial. Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 itu adalah sendi utama bagi politik
perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia. Pasal 33 UUD 1945 dalam pembangunan
hukum ekonomi di Indonesia, sebab pada era globalisasi pembangunan ekonomi akan berimbas
pada pembangunan hukum,khususnya di bidang pembangunan hukum ekonomi. Pasal 33 Ayat (3)
UUD 1945 menyatakan: “... Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat...”.5. Kerakusan
dan ketamakan merupakan salah satu sifat buruk manusia yang secara sengaja atau tidak
dapat muncul dalam perilaku hubungan manusia dengan alam, maupun manusia
dengan manusia lainnya. Konflik lingkungan yang ditimbulkan dari penguasaan sumberdaya
alam lebih dipicu oleh nafsu tamak dan rakus, yang berakibat pada diskriminasi,
ketidakadilan, dan marjinalisasi kepentingan masyarakat lain. Eksploitasi sumberdaya
tersebut mengakibatkan kelangkaan dan kerusakan lingkungan sehingga
menurunkan daya hidup masyarakat yang lain. Contoh di Indonesia secara singkat
mengenai kasus penguasaan sumberdaya hutan, melalui HPH yang, iberikan pada para
pengusaha pusat dan investor asing. Meskipun kebijakan hutan telah dapat menggerakkan
ekonomi lokal dan bermanfaat meningkatkan devisa, tetapi pada saat yang
bersamaan juga menimbulkan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan
sekaligus marjinalisasi kehidupan suku-suku masyarakat pedalaman yang hidup secara turun
temurun mengelola hasil hutan.

11)

https://www.neliti.com/publications/109449/makna-pasal-33-undang-undang-dasar-1945-dalam-
pembangunan-hukum-ekonomi-indonesi
https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/2414/1642
Kepentingan ekonomi nasional memang memperoleh manfaat dari devisa hasil
hutan, tetapi daya hidup masyarakat lokal mengalami penurunan. Kebijakan
lingkungan yang dikembangkan kemudian adalah pemberian kompensasi misalnya
dengan program bina desa hutan dan reboisasi. Dalam jangka pendek pemberian
kompensasi ini dapat meredam konflik atau menyembuhkan luka permukaan, tetapi
beban psikologis dan kemunduran masyarakat hutan memiliki konsekuensi
buruk dan berjangka panjang. Demikian pula dana reboisasi banyak yang
berhamburan salah sasaran atau sengaja disalahgunakan atau dikorupsi, sehingga
upaya penghutanan kembali banyak yang gagal. Keuntungannya jelas telah dinikmati oleh
para konglomerat dan pengusaha yang bekerjasama dalam mata rantai tersebut, tetapi
kerugian jelas-jelas sangat dirasakan oleh masyarakat setempat. Bahkan para pekerja
pendatang yang semula turut menikmati tetesan ekonomi, akhirnya juga harus
menanggung kerugian akibat munculnya konflik di tingkat bawah. Pelajaran
yang dapat dipetik adalah eksploitasi sumberdaya alam yang melebihi batas dan
tidak mengindahkan tradisi masyarakat setempat akan mengalami kehancuran.
Fenomena NIMBY ini misalnya ditunjukkan dengan relokasi industri yang sudah tidak
efisien dan kotor dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bila dicermati secara
kritis, kebijakan relokasi industri dan alih teknologi yang dikampanyekan
negara maju ke negara sedang berkembang, tidak lepas dari sindrom NIMBY.
Sepintas kebijakan dan program itu sangat mulia membantu masyarakat negara
sedang berkembang dari keterbelakangan ekonomi, tetapi di belakangnya ada
pengalihan industri yang polutif dan penjualan teknologi yang sudah usang dengan label
transfer teknologi yang didukung dengan hutang luar negeri yang dikemas sebagai bantuan.
Sementara itu pemerintah di negara-negara sedang berkembang merasa dengan bangga
menerima program-program internasional yang dikemas secara halus dengan
bantuan tenaga ahli, bantuan teknis, bantuan pinjaman lunak dan berbagai paket bantuan.
Apa yang terjadi di lapangan bisa berbeda jauh dengan harapan. Berbagai produk
teknologi yang diterima seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan riil
pembangunan dan bahkan beberapa peralatan tidak dapat digunakan karena tidak ada
infrastruktur dan material yang mendukungnya.

12)
PROGRAM YANG HARUS DI LAKUKAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
UNTUK MENCEGAH TINDAKAN KORUPSI DI LI LINGKUNGAN SUMBER
DAYA ALAM

(1) Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam daan
Lingkungan Hidup.Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi
yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup
melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin
dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial,nilai dan neraca sumberdaya alam
dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.

(2) Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya
Alam.Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral.Sasaran yang akan
dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung
kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program
adalah terlindunginya kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya
alam yang tidak terkendali dan eksploitatif.

(3) Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan


Hidup.Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah kerusakan dan atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan
yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan
transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih
dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan
baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
(4) Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk mengembangkan
kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan
hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup
yang efektif dan berkeadilan.Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum
dan perundangan serta terlaksananya upaya penegakan hukum secara adil dan konsiste

13)
(5) Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan
Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan
peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam
Pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini
adalah tersedianya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan,perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.
6

14)

6
https://www.researchgate.net/profile/Ian_Nurpatria_Suryawan/publication/
326878433_Manajemen_Ekoregion_Melalui_Pemberdayaan_Dan_Pemeliharaan_Lingkungan_Hidup_Dalam_R
angka_Meningkatkan_Kesejahteraan_Masyarakat/links/5b69c0a392851ca650512f0e/Manajemen-Ekoregion-
Melalui-Pemberdayaan-Dan-Pemeliharaan-Lingkungan-Hidup-Dalam-Rangka-Meningkatkan-Kesejahteraan-
Masyarakat.pdf
D. BAGAIMANA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK KORUPSI DI
LINGKUNGAN SUMBER DAYA ALAM

Peran hukum pidana dalam perkembangan suatu negara adalah sangat penting sekali jika dilihat dari
beberapa aspek kehidupan bermasyarat ataupun bernegara, hal ini menandakan hukum pidana tidak
hanya berfungsi sebagai sebagi alat pengatur di dalam masyarakat tapi juga dapat sebagai pelindung
bagi kepentingan hukum dari perbuatan yang hendak memperkosanya dengan sanksi yang berupa
pidana. Dalam upaya menciptakan suasana hukum yang dinamis dan melindungi semua kepentingan
baik warga negara atau warga negara asing dan negara itu sendiri diperlukan suatu upaya penegakan
hukum. Penegakan hukum dalam arti luas adalah melingkupi pelaksanaan dan penerapan hukum
terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum. Dalam
arti sempitnya, adalah kegiatan penindakan terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dalam hal upaya penegakan hukum di Indonesia dilakukan oleh suatu
system peradilan yang mana terdiri atas Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan,
Pengadilan, dan Lembaga Kemasyarakatan. Khusunya Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
hal ini merupakan salah satu ujung tombak dari upaya pemerintah dalam menciptakan supremasi
hukum yang setegak-tegaknya. Penegakan supremasi hukum dapat dilakukan dengan berbagai upaya
yaitu upaya preventif (pencegahan) dan represif (menindak dalam bentuk penjatuhan pidana). Tindak
pidana illegal logging merupakan salah satu kejahatan yang berat dan komplek, hal ini disebabkan
dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi di dalamnya baik yang berasal dari ruang lingkup
aparat hukum itu sendiri atau keadaan yang ada di dalam masyarakat. Kejahatan korporasi umumnya
dalam bentuk melakukan kecurangan (deceit),penyesatan (missrepresentation), penyembunyian
kenyataan (concealment of thefacts), manipulasi (manipulation), pelanggaran kepercayaan (breach of
trust), akalakalan (subterfuge), atau pengelakan peraturan (illegal circumvention), sehingga bukan saja
merugikan perseorangan tapi juga merugikan masyarakat secara luas.Pada masa sekarang, kejahatan
korporasi yang menonjol antara lain permainan harga barang secara tidak sah (price fixing), penipuan
iklan (false advertising),kejahatan lingkungan hidup (environmental crime), kejahatan perbankan
(moneylaundering), cybercrime, dan pembalakan hutan (illegal logging).

15)

Penerapan pidana denda dan tindakan terhadap korporasi pelaku tindak pidana lingkungan hidup
sesuai dengan prinsip ke-16 Deklarasi Rio yang mengatur tentang Polluter Pays Principle dan secara
tidak langsung menggiring korporasi yang bergerak dan menjalankan usaha yang bersinggungan
dengan lingkungan hidup untuk lebih berhati-hati dan lebih memperhatikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Sesuai dengan teori utilitarian yang menekankan fungsi pemidanaan
kepada pencegahan,khususnya dalam memberikan specific deterrence effect terhadap pelakudan
general deterrence effect kepada pelaku dan pelaku potensial,diharapkan dapat menekan laju
kejahatan terhadap lingkungan hidup dan terpenuhinya prinsip pembangunan berkelanjutan dan hak
lingkungan yang baik dan sehat. Demi mewujudkan prinsip pembangunan berkelanjutan
(sustainabledevelopment), semestinya pengaturan penggunaan denda untuk tujuan konservasi
ditegaskan dalam setiap pasal yang mengatur ketentuan pidana dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hal ini sejalan dengan perwujudan
prinsippembangunan berkelanjutan dan pemulihan lingkungan akibat tindak pidana yang dilakukan
oleh korporasi. f dari pembangunan biasanya berkaitan erat dengan lingkungan hidup.Pembangunan
yang dilakukan seringkali menimbulkan masalah bagi kelangsungan lingkungan hidup. Hilangnya
kesehatan dan turunnya kualitas hidup masyarakat oleh pencemaran atau keracunan, rusaknya tempat
usaha dan tempat tinggal oleh erosi dan banjir, serta timbulnya masalah sosial akibat
pemindahanpenduduk oleh pemerintah demi kepentingan pengusaha merupakan realita pembangunan
di Indonesia. Masalah yang berkaitan dengan pembangunan dan lingkungan hidup ini jauh
sebelumnya telah menjadi perhatian dunia, hal ini terlihat dari perkembangan kongres PBB mengenai
The Prevention of Crime and Treatment of Offenders yang menyoroti bentuk-bentuk dimensi
kejahatan terhadap pembangunan(crime against development), kejahatan terhadap sosial (crime
against social welfare),serta kejahatan terhadap kualitas lingkungan hidup (crime against the quality
of life). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup secara eksklusif mengatur penggunaan sarana hukum pidana disamping sarana hukum
administratif dan perdata terhadap korporasi. Ketentuan korporasi yang dapat dimintai pertanggung
jawaban pidana dalam perkara lingkungan diatur dalam Pasal 116 sampai dengan 120 undang-undang
tersebut.

16)

Ted Honderich sebagaimana dikutip oleh Hamzah Hatrik menyatakan bahwa diperlukannya
penggunaan sanksi pidana termasuk pengenaan pidana terhadap korporasi karena sanksi pidana
merupakan sarana pencegahan yang ekonomis.Dikatakan merupakan pencegahan yang ekonomis
apabila dipenuhi syarat sebagaiberikut :
1. Pidana itu sungguh-sungguh mencegah.

2. Pidana itu tidak menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang lebih berbahaya

atau merugikan jika dibanding pidana itu tidak dikenakan.

3. Tidak ada pidana lain yang dapat mencegah secara efektif dengan bahaya atau

kerugian yang lebih kecil.Diperlukannya hukum (sanksi) pidana juga terkait erat dengan karakteristik

korporasi dan motivasi-motivasi yang mendasari tindakan-tindakan para pejabat

korporasi, Menurut Gery A. Ferguson ada dua kelompok pemikiran mengenai masalah

ini :

Pertama, pandangan law and economic yang menyatakan bahwa perusahaandidirikan untuk
menghasilkan keuntungan bagi para pemiliknya dan para pejabat perusahaan termotivasi hampir
semata-mata oleh keinginan untuk meningkatkan keuntungan. Sebuah perusahaan akan melakukan
aktivitas kriminal hanya ketika para pejabatnya menyimpulkan bahwa aktivitas ini lebih mungkin
menghasilkan keuntungan daripada tidak melakukan pelanggaran. Oleh karena itu cara yang paling
tepat untuk menghalangi kejahatan perusahaan adalah memastikan bahwa seluruh social cost yang
mengalir dari perbuatan pelanggaran, termasuk biaya deteksi dan penuntutan, ditanggung oleh
perusahaan yang melakukan pelanggaran. Oleh karena itu, karena perusahaan termotivasi oleh
keuntungan finansial, bentuk sanksi yang paling efektif adalah pemidanaan yang bersifat

finansial, biasanya denda moneter.

Kedua, pandangan sosiologi yang mengakui bahwa menghasilkan keuntungan adalah satu tujuan
perusahaan, dan bisa sering menjadi tujuan yang dominan,namun menyatakan bahwa profit bukan
satu-satunya tujuan. Perusahaan sebagai organisasi sosial yang terdiri dari perangkat-perangkatnya,
sering kali keinginan dari perangkat-perangkat ini (individu) bertentangan dengan tujuan perusahaan.

Seringkali untuk dapat memenuhi kepentingannya (martabat, kekuasaan,keuntungan pribadi) pejabat


akan melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan perusahaan termasuk pelanggaran kriminal.
Oleh karena itu pencegahan dan penanggulangan yang paling efektif adalah sanksi yang bersifat

non-finansial.

17)

Mencermati perkembangan pembangunan saat ini dimana korporasi merupakan kunci dari percepatan
pembangunan serta dampak negatif yang mungkin terjadi akibat aktifitas korporasi khususnya
dibidang lingkungan hidup maka hukum (sanksi) pidana haruslah menjadi pelindung terakhir
dipatuhinya suatu keadaan.Namun demikian, ketentuan yang mengatur masalah
pertanggungjawabanpidana korporasi tersebut masih menimbulkan permasalahan dalam
penerapannya dikarenakan sulitnya pembuktian dalam tindak pidana lingkungan itu sendiri, terlebih
lagi pembuktian tindak pidana lingkugan hidup yang pelakunya adalah korporasi. Selain mengatur
masalah pertanggungjawaban korporasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga mengatur (menganut) asas pertanggungjawaban mutlak
(strict liability) namun hanya sebatas kewajiban untuk membayar ganti rugi (perdata) bukan dalam
bentukpertanggungjawaban pidana. Ketentuan ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang
perbuatan melanggar hukum pada umumnya.Contoh hukuman: setiap orang dilarang untuk menebang
pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari
pejabat yang berwenang. (Pasal 50 ayat (3) huruf e). Pelanggaran terhadap ketentuan ini, diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,-
(lima miliar rupiah). perbuatan melanggar hukum pada umumnya.17 Dalam hal menuntut ganti
kerugian berhubungan dengan penderitaan akibat perusakan dan atau pencemaran lingkungan, pasal
yang dapat digunakan adalah Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pasal 1365 KUH
Perdata ini selengkapnyaberbunyi : “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada orang lain,mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.

18)

Faktor penting yang berkaitan dengan doktrin strict liability adalah beban pembuktian. Salah satu
kriteria yang menentukan pembagian beban pembuktian seyogyanya diberikan kepada pihak yang
mempunyai kemampun terbesar untuk memberikan bukti tentang sesuatu hal dalam hubungannya

7
http://eprints.ums.ac.id/5149/

http://scholar.unand.ac.id/23658/2/BAB%201.pdf
https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/Yuridis/article/view/148/121
dengan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan oleh kegiatan industri, perusak/pencemar
(korporasi) itu yang memiliki kemampuan lebih besar untuk memberikan pembuktian. Berdasarkan
prinsip pencemar membayar dan asas tanggung jawab mutlak ini, dikembangkanlah didalam ilmu
hukum prosedur tentang pembuktian yang disebut shifting (or alleviating) of burden of proofs
Menurut L.B. Curzon sebagaimana dikutip oleh Hamzah Hatrik, ada tiga alasan menerima konsep
strict liability terhadap delik-delik tertentu yang tidak memerlukan pembuktian adanya mens rea.
Ketiga alasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sangat esensial untuk menjamin dipatuhinya peraturan penting tertentu yang

diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat;

2. Pembuktian adanya unsur mens rea akan menjadi lebih sulit dalam pelanggaran

yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat;

3. Tingginya tingkat bahaya sosial yang ditimbulkan oleh peraturan yang dilakukan

Sulit membuktikan adanya unsur kesalahan pada korporasi dan unsur kesalahan pada seseorang yang
bekerja di lingkungan korporasi, untuk memudahkan sistem pertanggungjawaban pidana pada
korporasi maka asas tiada pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld/ doctrine of mens rea)
dapat disimpangkan dari asas umum dengan menggunakan asas strict liability atau tanggungjawab
mutlak sehingga asas ini bisa menjadi solusi agar tetap dapat mempidana korporas

19)

Oleh karena itu yang terpenting dalam pertanggungjawaban berdasarkan asas strict liability ini berada
di dalam proses pembuktian tindak pidana. Korporasi dapat dinyatakan bersalah hanya dengan
membuktikan telah dilakukannya tindak pidana yang dilakukan oleh penuntut umum di persidangan.
Dengan demikian fungsi utama strict liability berkenaan dengan hukum acara. Beban pembuktian
seperti ini (pembuktian terbalik) dikenal juga didalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi,Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 serta perubahannya Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001. Undang-undang ini menganut beban pembuktian terbalik terbatas dimana terdakwa
harus membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi, namun Jaksa Penuntut Umum
juga harus membuktikan surat dakwaannya.31 Yang dibuktikan dalam surat dakwaan adalah unsur
surat dakwaan, bukan kesalahan. Kesalahan baru ada setelah adanya putusan (vonis) hakim.
Pembuktian tindak pidana lingkungan hidup yang dilakukan oleh korporasi juga hendaknya
menerapkan asas strict liability dengan beban pembuktian terbalik sebagaimana terdapat di dalam
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001. Dapat dikatakan
bahwa titik strategi dalam sistem peradilan pidana adalah pada saat pembuktian, melalui proses
pembuktian di pengadilan akan ditentukan apakah kekuatan pembuktian dari setiap alat bukti yang
diajukan akan menjadikan seorang terdakwa (korporasi/orang) dibebaskan, dilepaskan dari segala
tuntutan ataukah dipidana. Penerapan tanggung jawab mutlak (strict liability) terhadap korporasi
dalamproses pembuktian tindak pidana lingkungan hidup memberikan konsekuensi tidak
diperlukannya pembuktian adanya kesalahan baik kesengajaan maupun kelalaian yang mencakup
motif dari korporasi melakukan tindak pidana sebagaimana tercantum dalam ketentuan-ketentuan
pidana yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

20)

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Bahwasanya tindakan korupsi terjadi di lingkungan sumber daya alam di akibatkan karena kerkausan
pejabat pemerintah untuk mendapatkan kekayaan untuk dirinya sendiri dan merugikan masyarakat
dengan berbagai cara pemerintah memperkaya dirinya dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan
secara ilegal karena adanya konspirasi pemegang kekuasaan dan pengelola sumber daya alam yang
berujung pada korupsi untuk ekspansi perkebunan kelapa sawit (Tarigan, 2013). Contoh yang lain
adalah, menjanjikan hadiah atau memberikan kemudahan izin dalam pengelolaan sumber daya alam
secara illegal dan sejenisnya yang termasuk gratifikasi. . erdapat beberapa permasalahan yang menjadi
penyebab kerentanan korupsi berkaitan sumber daya alam utamanya ketidapastian hukum dan
perizinan, kurang memadainya sistem akuntabilitas, lemahnya pengawasan, dan kelemahan sistem
pengendalian manajemen, Tindakan korupsi di lingkungan masyarakat membawa kesengsaraan
karena jika ada tindakan di lingkungan SDA maka pasal 33 ayat 3 yang berisi SDA di gunakan untuk
kesejahteraan telah tidak seusai dengan pasalnya yang mensejahteraan masyarakat, Kesangsaraan di
lingkungan sumber daya alam ini mengakibatkan masyarakat marjinal yang memerlukan kebutuhan
sumber daya alam. Konflik lingkungan yang ditimbulkan dari penguasaan sumberdaya alam
lebih dipicu oleh nafsu tamak dan rakus, yang berakibat pada diskriminasi, ketidakadilan,
dan marjinalisasi kepentingan masyarakat lain. Eksploitasi sumberdaya tersebut
mengakibatkan kelangkaan dan kerusakan lingkungan sehingga menurunkan
daya hidup masyarakat yang lain. Contoh di Indonesia secara singkat mengenai kasus
penguasaan sumberdaya hutan, melalui HPH ( hak penguasaan hutan) yang, diberikan pada
para pengusaha pusat dan investor asing. Meskipun kebijakan hutan telah dapat menggerakkan
ekonomi lokal dan bermanfaat meningkatkan devisa, tetapi pada saat yang bersamaan
juga menimbulkan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan sekaligus marjinalisasi
kehidupan suku-suku masyarakat pedalaman yang hidup secara turun temurun mengelola hasil
hutan. Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 menyatakan: “... Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Peran hukum pidana dalam perkembangan suatu negara adalah sangat penting sekali jika
dilihat dari beberapa aspek kehidupan bermasyarat ataupun bernegara,

21)
hal ini menandakan hukum pidana tidak hanya berfungsi sebagai sebagi alat pengatur di dalam
masyarakat tapi juga dapat sebagai pelindung bagi kepentingan hukum dari perbuatan yang hendak
memperkosanya dengan sanksi yang berupa pidana, diperlukannya pembuktian adanya kesalahan baik
kesengajaan maupun kelalaian yang mencakup motif dari korporasi melakukan tindak pidana
sebagaimana tercantum dalam ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

SARAN

Hal terbesar dari kesuksesan dari suatu negara adalah kesejahteraan rakyatnya,rakyat yang sejahtera
memberikan barometer ke negara tersebut bahwasannya negara tersebut telah behasil dalam
memajukan negaranya,tetapi yang kita ketahui masih banyak pejabat negara di negeri ini masih
banyak yang memperkaya dirinya dengan cara apapun,salah satu nya melalui lingkungan SDA,dan di
tambah lagi lemahnya hukum SDA,pengawasan SDA,maka dari itu pemerintah harus mengembalikan
UU 33 Aayat 3 ke jalan nya untuk mensejahterakan rakyatnya,melakukan pengawasan dan
meningkatkan hukum lingkungan.dan pemerintah lebih tegas lagi dalam memberikan perizinan ke
asing karena kekayaan SDA hanya untuk mensejahterakan rakyatnya bukan mensejahterakan negara
lain,dengan

mengedepankan teknologi SDA dan negara dapat mengolahnya sendiri maka insyallah negara ini
akan menjadi negara maju dan masyarakatnya akan terjamin kesejahteraannya,karena sebenarnya
indonesia negara kaya dan SDM yang melimpah hanya kurang teknologinya saja yang kurang
baik.kita tidak boleh kalah dengan negara kecil yang lebih kaya dari indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

ttps://acch.kpk.go.id/id/artikel/riset-publik/kinerja-penanganan-tindak-pidana-korupsi-sda

http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/306/3

AP Silaen - Majalah Ilmiah Visi, 2008 - akademik.uhn.ac.id

file:///C:/Users/acer/Downloads/Implementasi%20dan%20Pengaturan%20Illicit%20Enrichment
%20(Peningkatan%20Kekayaan%20Secara%20Tidak%20Sah)%20di%20Indonesia(3).pdf

file:///C:/Users/acer/Downloads/ESPA4317-M1.pdf

22)
file:///C:/Users/acer/Downloads/Pengelolaan_sumberdaya_alam_secara_terpa.pdf

http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/akp/article/view/4199/3542

file:///C:/Users/acer/Downloads/05-Sapja-Anantanyu-Kelembagaan-Petani-Peran-Dan-Strategi-
Pengembangan-Kapasitasnya.pdf

https://www.neliti.com/publications/109449/makna-pasal-33-undang-undang-dasar-1945-dalam-
pembangunan-hukum-ekonomi-indonesi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/2414/1642

https://www.researchgate.net/profile/Ian_Nurpatria_Suryawan/publication/
326878433_Manajemen_Ekoregion_Melalui_Pemberdayaan_Dan_Pemeliharaan_Lingkungan_Hidup
_Dalam_Rangka_Meningkatkan_Kesejahteraan_Masyarakat/links/5b69c0a392851ca650512f0e/
Manajemen-Ekoregion-Melalui-Pemberdayaan-Dan-Pemeliharaan-Lingkungan-Hidup-Dalam-
Rangka-Meningkatkan-Kesejahteraan-Masyarakat.pdf
http://eprints.ums.ac.id/5149/
http://scholar.unand.ac.id/23658/2/BAB%201.pdf
https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/Yuridis/article/view/148/121

23)

Anda mungkin juga menyukai