89-Article Text-701-1-10-20211231
89-Article Text-701-1-10-20211231
2 (2021) : 342-351
November 2021
e-ISSN : 2656-0194
ABSTRAK
Permasalahan yang ditimbulkan oleh penambangan batubara di Kalimantan Timur menimbulkan dampak lingkungan
dan ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat perkembangan sosial. Dalam prakteknya pengelolaan
tambang yang tidak memenuhi azas-azas pengelolaan yang baik seperti praktek korupsi, izin tambang yang tidak
terkendali, mengisyaratkan perlunya kajian khusus terkait dengan kebijakan dan regulasi tambang batubara di
Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu, tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis aspek kebijakan dan
regulasi tambang batubara serta implikasi kebijakan untuk memperbaiki tata kelola tambang batubara ini terutama
dalam perspektif pencegahan tindak korupsi pengelolaan tambang batubara di Kalimantan Timur. Penelitian ini
menggunakan metode desk study dengan analisa deskriptif dari literatur-literatur terkait yang berhubungan dengan
pengelolaan tambang batubara khususnya di Kalimantan Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata kelola
penambangan batubara di Kalimantan Timur perlu diperbaiki dalam konteks Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara melalui
penerapan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya alam maupun penerapan konsep governance, perlunya
perbaikan kebijakan dan tata kelola tambang batubara (perizinan, transparansi dan penegakan hukum) serta
perlunya penguatan sistem kelembagaan dalam pengelolaan tambang ini.
Kata kunci: Penambangan batubara, tata kelola tambang batubara, penguatan sistem kelembagaan
ABSTRACT
The problems posed by coal mining in East Kalimantan have an environmental impact and an imbalance of economic
growth with social development. In practice, mine management that does not meet the principles of good management,
such as corrupt practices, uncontrolled mining permits, indicates the need for a particular study related to coal mining
policies and regulations in East Kalimantan Province. Therefore, this paper is intended to analyze aspects of coal
mining policy and regulation as well as policy implications to improve coal mining governance, especially in the
perspective of preventing corruption in coal mining management in East Kalimantan. This research uses the desk
study method with descriptive analysis of related literature related to coal mining management, especially in East
Kalimantan. The results of this study indicate that the governance of coal mining in East Kalimantan needs to be
improved in the context of Law Number 3 of 2020 concerning Amendments to Law Number 4 of 2009 concerning
Mineral and Coal Mining through the application of natural resource management principles as well as the
application of the concept of governance. , the need to improve policies and governance of coal mines (licensing,
transparency, and law enforcement) and the need to strengthen the institutional system in the management of this
mine.
Keywords: Coal mining, coal mining governance, institutional system strengthening
342
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
343
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
miliar ton berada di Kalimantan Barat, 16,5 miliar dalam perekonomian, semakin tinggi pula
ton di Kalimantan Selatan dan 3,4 miliar ton ketimpangan pendapatan di Provinsi Kalimantan
berada di Kalimantan Tengah. Pulau Jawa Timur. Kalimantan Timur yang terkenal sebagai
memiliki jumlah sumberdaya batu bara yang daerah penghasil tambang menyebabkan
paling sedikit dengan jumlah satu juta ton di Jawa perekonomian Kalimantan Timur sangat
Timur dan sekitar 100 ribu ton di wilayah Jawa bergantung dengan komoditas ini khususnya
Timur (Kementerian ESDM, 2021) batubara. Fenomena kutukan sumberdaya
(resource curse) ditegaskan pula oleh Rahma
(2019). Hasil penelitian (Rahma, 2019)
menunjukkan bahwa Provinsi Kalimantan Timur
memiliki nilai indeks natural resource curse
tertinggi di antara provinsi-provinsi lainnya yang
memiliki SDA yang kaya. Hal ini menunjukkan
bahwa Kalimantan Timur mengalami fenomena
kutukan sumberdaya alam (natural resource
curse) yang secara relatif paling besar di antara
seluruh provinsi di Indonesia. Penelitian tersebut
juga menyimpulkan bahwa fenomena kutukan
sumberdaya alam (natural resource curse) yang
tinggi terjadi di daerah-daerah yang memiliki
kondisi sebagai berikut: 1) tingkat korupsi tinggi;
2) kapasitas dan integritas kepala daerah yang
rendah; 3) sektor ekonomi selain subsektor SDA
yang kurang berkembang; 4) tingginya
penyimpangan dalam pemberian izin usaha
Gambar 1. Potensi Batubara di Indonesia tambang; serta 5) alokasi belanja yang kurang
Berdasarkan Provinsi (Sumber : Kementerian memadai untuk peningkatan sumberdaya
ESDM, 2021) manusia dan dukungan kegiatan ekonomi.
344
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
pertambangan ini melibatkan berbagai pihak. hukum bagi perusahaan tambang yang tidak
Banyak negara telah membuktikan bahwa dengan mengikuti peraturan harus dilakukan dengan
proses transparansi dalam kegiatan pertambangan ketat dan tegas.
akan mendatangkan keuntungan yang besar
berupa kontribusi terhadap tumbuhnya Mencermati permasalahan yang
perekonomian dan menurunkan resiko konflik ditimbulkan oleh penambangan batubara di
serta korupsi yang banyak terjadi di kegiatan Kalimantan Timur seperti dampak lingkungan
pertambangan. Pertambangan merupakan salah dan ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi
satu komoditas unggulan dalam membantu dengan tingkat perkembangan sosial serta
pembangunan baik itu pembangunan nasional praktek-praktek pengelolaan tambang yang tidak
maupun pembangunan daerah, hal ini memenuhi azas-azas pengelolaan yang baik
dikarenakan nilai dari komoditas pertambangan seperti praktek korupsi, izin tambang yang tidak
bisa di manfaatkan untuk peningkatan terkendali, mengisyaratkan perlunya kajian
kesejahteraan masyarakat. Salah satu khusus terkait dengan kebijakan dan regulasi
permasalahan utama pengelolaan usaha tambang tambang batubara di Provinsi Kalimantan Timur
batubara di Kalimantan Timur adalah ini. Oleh karena itu, tulisan ini dimaksudkan
ketidakselarasan data pemegang izin usaha untuk menganalisis aspek kebijakan dan regulasi
tambang. Kebijakan perizinan dalam hal ini tambang batubara serta implikasi kebijakan untuk
adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang memperbaiki tata kelola tambang batubara ini
menjadi dokumen utama dalam pelaksanaan terutama dalam perspektif pencegahan tindak
kegiatan pertambangan. Tanpa adanya Izin Usaha korupsi pengelolaan tambang batubara di
Pertambangan tersebut perusahaan dapat Kalimantan Timur.
dikatakan melakukan pertambangan secara
ilegal. Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) METODOLOGI
Kalimantan Timur menyebutkan bahwa terdapat
perbedaan jumlah IUP antara Pemerintah Penelitian ini dilakukan pada bulan April
Provinsi Kalimantan Timur dengan Kementerian sampai Juni tahun 2021, bersifat deskriptif
ESDM. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan pendekatan kualitatif. Metode yang
merilis data IUP sampai dengan akhir 2017 digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Salah satu alasan menggunakan pendekatan
sebanyak 1404 IUP sedangkan yang terdata di
Kementerian ESDM ada 1194 IUP sehingga ada kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana
selisih 210 IUP. metode ini dapat digunakan untuk menemukan
dan memahami apa yang tersembunyi dibalik
fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu
Kehadiran perusahaan pertambangan
batubara ini berdampak terhadap lingkungan dan yang sulit untuk dipahami secara memuaskan
sosial yang menyebabkan kerusakan lingkungan. (Rahmat, 2009). Metode deskriptif adalah metode
Selain kerusakan lingkungan dampak lain dari yang bertujuan mendeskripsikan atau
lubang tambang yang ditinggalkan begitu saja menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya
tanpa ada upaya reklamasi pasca tambang (Irawan, 2004). Penelitian kualitatif cenderung
menyebabkan orang meninggal dilokasi bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan
pertambangan. Pemerintah belum melaksanakan dengan “sifat data” yang murni kualitatif. Bogdan
proses perencanaan dan pengawasan kegiatan dan Taylor dalam (Moleong, 2007) menyebutkan
pertambangan secara optimal sehingga kasus “metode kualitatif merupakan prosedur penelitian
orang meninggal dilokasi pasca tambang masih yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
ditemukan yang hal ini tidak lepas dari kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
banyaknya izin usaha pertambangan (IUP) yang tingkah laku yang diamati dari orang yang
dikeluarkan. Pemerintah daerah dinilai lepas diteliti.” Dengan menggunakan metode kualitatif
pengawasan terhadap perusahaan tersebut karena ini, maka dapat diuraikan bahwa yang menjadi
perusahaan tambang tersebut menelantarkan tujuan penelitian kualitatif ini adalah ingin
lubang galian bekas tambang tanpa adanya upaya menggambarkan realita empirik dibalik
reklamasi, sehingga mengancam keselamatan fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas,
jiwa masyarakat. Padahal, Undang-Undang telah sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
mengamanatkan bahwa perusahaan harus Pengumpulan data dan informasi dilakukan
mereklamasi kegiatan pasca tambang. Oleh melalui studi literatur dan telaah dokumen berupa
karena itu, proses pengawasan dan penegakan regulasi/peraturan serta penelitian-penelitian
345
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
terdahulu yang berhubungan dengan pengelolaan pengelolaan tambang (batubara) yang lebih baik
tambang batubara khususnya di Kalimantan daripada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.
Timur. Analisis data yang dilakukan bersifat Prinsip-prinsip pengelolaan tambang
kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif sebagaimana dinyatakan oleh (Lockwood ,
lebih bersifat terbuka dan luwes untuk Davidson, Curtis, Stratford, & Griffith, 2010)
berimprovisasi. Tidak ada patokan baku untuk telah terpenuhi. Namun demikian, Undang-
menganalisis data di penelitian kualitatif, kecuali Undang Nomor 3 tahun 2020 juga memiliki
berupa rambu-rambu umum. Analisis data potensi problem seperti :
digunakan bersamaan dengan pengumpulan data,
kajian literatur, dan pengambilan kesimpulan Sentralisasi perizinan dan pengendalian
berupa deskripsi kata-kata. penambangan batubara.
Sentralisasi ini menunjukkan komitmen
HASIL DAN PEMBAHASAN yang kuat dari pemerintah pusat untuk melakukan
pemangkasan dan penyederhanaan perizinan dan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 meminimumkan biaya transaksi (transaction
sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor cost) yang dapat ditimbulkan dalam proses
4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
perizinan usaha tambang. Kalimantan Timur
Batubara, memberikan arahan kebijakan dan
sebagai salah satu provinsi yang memiliki
beberapa hal substantial dalam perbaikan tata cadangan batubara terbesar merupakan daerah
kelola pertambangan termasuk penambangan otonom yang telah mengeluarkan banyak Izin
batubara. Hal-hal yang termuat dalam Undang-
Usaha Tambang (IUP). Data dari Dinas Energi
Undang Nomor 3 Tahun 2020 adalah : dan Sumber Daya Mineral Kalimantan Timur
• Area Penambangan mencatat sampai tahun 2017 terdapat sebanyak
• Izin penambangan: IUP (Eksplorasi dan 1.404 izin pertambangan, terdiri dari 665 IUP
eksploitas), badan usaha, koperasi, eksplorasi, 560 IUP operasi produksi, 168 izin
perusahaan perorangan, jangka waktu 7 kuasa pertambangan, dan 11 IUP penanaman
tahun), dokumen lingkungan, pengembangan modal asing. Namun pada sisi lain, absennya
masyarakat, pajak, peran pemerintah lokal dalam perizinan dan
• WUP; lelang; dari 5.000 Ha pada 1999 pengendalian, mencederai prinsip keadilan dalam
menjadi 50.000 Ha pada 2020 tata kelola tambang dimana pemerintah lokal
• Hal-hal lain terkait izin penambangan: memiliki kepentingan dalam pengelolaan
kewajiban lingkungan terhadap pemegang sumberdaya alam. Selain itu, UU No. 3 tahun
konsesi / izin: menjaga batas daya dukung 2020 belum secara penuh menunjukkan prinsip
lingkungan, reklamasi post mining, pemberian inklusivitas, bagaimana berbagai pihak yang
dana jaminan reklamasi (asuransi), pembuatan berkepentingan dengan tambang batubara
jalan pertambangan termasuk masyarakat lokal dan organisasi non
• Kewajiban untuk: melaksanakan keselamatan pemerintah, belum secara eksplisit diberikan
penambangan, pengelolaan dan pemantauan peran dalam pengendalian tambang.
lingkungan, konservasi, pengelolaan sisa Kewenangan pemberian izin
tambang (bukan limbah) sampai memenuhi pertambangan mengalami dinamika dalam
batas standard baku mutu beberapa tahun terakhir. Undang-Undang Nomor
• Divestasi, suspensi, pencabutan IUP, Dana 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
ketahanan minerba untuk kegiatan penemuan Batubara membagi kewenangan pemberian izin
cadangan baru dalam tiga tingkat pemerintahan, yaitu
• Penyelesaian hak atas tanah kabupaten/kota (jika lokasi penambangan berada
• Pengawasan oleh Menteri melalui inpektur di kabupaten/kota), provinsi (bila lintas
pertambangan kabupaten / kota), dan pusat (jika lintas provinsi).
• Kompensasi masyarakat Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
• Keringanan dan fasiltas perpajakan tentang Pemerintahan Daerah merubah sebagian
• Izin Pertambangan Rakyat (IPR) besar kewenangan dalam kegiatan pertambangan,
di mana kewenangan pemberian izin hanya ada
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, pada pemerintah provinsi, dan jika lokasi
terlihat bahwa Undang-Undang Nomor 3 tahun penambangannya lintas provinsi maka
2020 ini telah meletakkan prinsip-prinsip pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk
menerbitkannya. Pada tahun 2020, melalui
346
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
347
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
Lemahnya penegakan hukum terhadap perilaku rent seeking dan patronage, serta harga
pelanggaran usaha panambangan batubara di ekspor sumberdaya alam yang bersifat volatile.
Kalimantan Timur mengakibatkan banyaknya Korupsi pada negara-negara yang memiliki
pengusaha tambang tidak melakukan reklamasi keberlimpahan sumberdaya alam diakibatkan
tambang pasca penambangan, yang pula oleh rendahnya kualitas kelembagaan.
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan (Erum & Hussain, 2019).
dan korban manusia akibat kecelakaan di area
bekas penambangan. Rendahnya kualitas kelembagaan publik
Berdasarkan data Jaringan Advokasi ini telah berkontribusi terhadap praktek
Tambang (Jatam) Kalimantan Timur, pada tahun penyelewengan, penyalahgunaan kewenangan
2019 ada sekitar 1.735 lubang bekas tambang dari dan kekuasaan, serta mendorong terjadinya
1.404 perusahaan yang dibiarkan begitu saja. tindak pidana korupsi dalam pengelolaan
Semua lubang itu menjadi ancaman ekologi dan sumberdaya alam dan tambang. Pendelegasian
kematian anak-anak. Tercatat sampai dengan kewenangan pengelolaan tambang kepada daerah
tahun 2020 sudah 39 jiwa meninggal akibat telah memberikan kewenangan kepada
tenggelam di lubang tambang batubara yang tidak pemerintah daerah untuk menerbitkan ijin
direklamasi (Jatam, 2019). Undang-Undang pertambangan. Sejak diberlakukannya
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan desentralisasi, jumlah perizinan naik dari 750
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang buah pada tahun 2001 menjadi lebih dari 10.000
Pertambangan Mineral dan Batubara pada pasal pada tahun 2010, dan 40 persen di antaranya
96 menyebutkan bahwa dalam penerapan kaidah adalah untuk pertambangan batu bara
teknik Pertambangan yang baik, pemegang IUP (Greenpeace et.al 2019 dalam (Rahma, 2019)).
atau IUPK wajib melaksanakan ketentuan
keselamatan Pertambangan; pengelolaan dan Berdasarkan penelitian (Rahma, 2019),
pemantauan lingkungan Pertambangan, termasuk beberapa variabel penting dalam upaya
kegiatan Reklamasi dan/atau Pascatambang; mengatasi kutukan sumberdaya (resource curse)
upaya konservasi Mineral dan Batubara; dan di Kalimantan Timur adalah (1) kapasitas dan
pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan integritas kepala daerah, (2) kapasitas dan
Usaha Pertambangan dalam bentuk padat, cair, integritas birokrasi pemerintahan, (3) tingkat
atau gas sampai memenuhi standar baku mutu korupsi pada bisnis tambang, (4) keberadaan
lingkungan sebelum dilepas ke media oligarki pada bisnis tambang, (5) transparansi
lingkungan. Oleh karena itu, proses pengawasan dalam sistem perijinan usaha tambang, (6)
dan penegakan hukum bagi perusahaan tambang koordinasi dan sinergi antar-organisasi
yang tidak mengikuti peraturan harus dilakukan pemerintah dalam tata kelola tambang, dan (7)
dengan ketat dan tegas. Dibutuhkan penegakan hukum. Variabel lain yang juga
pemberlakuan sistem pengawasan terpadu di memiliki pengaruh kuat terhadap variabel lain
daerah untuk memastikan bahwa kaidah teknik adalah variabel pengawasan dan pengendalian
pertambangan yang baik dalam rangka pemerintah terhadap aktivitas pertambangan.
pengelolaan dan pemantauan lingkungan
pertambangan, reklamasi dan pasca tambang, Kendala dalam pengelolaan sumberdaya
serta terpenuhinya baku mutu lingkungan alam ada yang bersifat teknis seperti minimnya
(Nugroho, 2020) sumberdaya manusia, teknologi yang masih
lemah dan regulasi yang belum memadai.
Dalam perumusan kebijakan pengelolaan Sedangkan kendala non teknis dilihat dari
sumber daya alam dalam konteks efisiensi dan infrastruktur yang belum menunjang, konflik
keadilan, perlu pula diperhatikan bagaimana kepentingan dan lemahnya koordinasi antar
mekanisme untuk menyelesaikan dampak- pemerintah (Kafrawi, Khair, Saleh, & Sarkawi,
dampak yang tidak diharapkan dari suatu 2018). Lebih lanjut, penelitian lainnya tentang
kebijakan (Kaine, et al., 2017). Negara-negara Aspek Hukum Reklamasi Pertambangan
yang memiliki kelimpahan sumberdaya alam Batubara pada Kawasan Hutan di Kalimantan
menunjukkan performa yang rendah karena Timur menyimpulkan bahwa peraturan-peraturan
adanya korupsi. Selain itu, negara-negara yang yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kaltim
kaya akan sumberdaya alam menghadapi kondisi mengenai kewajiban reklamasi tidak memiliki
resource curse akibat pengelolaan sumbrdaya kesesuaian dengan prinsip perlindungan hutan
alam yang salah, fenomena Dutch Disease, oleh karena tidak ada pengaturan mengenai
348
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
349
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
Kaine, G., Greenhalgh, S., Boyce, W., Lourey, Syahadat, E., Subarudi, & Setiadi, A. K. (2018).
R., Young, J., Reed, E., . . . Mackay, S. Sinkronisasi Kebijakan Di Bidang Izin
(2017). A microeconomic perspective on Pertambangan Dalam Kawasan Hutan.
the role of efficiency and equity criteria Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan,
in designing natural resource policy . Vol.15 No.1.
Ecology and Society, 22(1):50.
doi:https://doi.org/10.5751/ Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Kementerian ESDM. (2021). Potensi Batubara di https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details
Indonesia Berdasarkan Provinsi. /38685/uu-no-23-tahun-2014
Jakarta: Kementerian ESDM.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Lockwood , M., Davidson, J., Curtis, A., Perubahan Undang-Undang Nomor 4
Stratford, E., & Griffith. (2010). Tahun 2009 tentang Pertambangan
Governance Principles for Natural Mineral dan Batubara.
Resource Management. Society & https://jdih.esdm.go.id/storage/document
Natural Resources. /UU%20No.%203%20Thn%202020.pdf
doi:https://doi.org/10.1080/0894192080
2178214 Vijge, M. J., Metcalfe, R., Wallbott, L., &
Oberlack, C. (2019). Transforming
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian institutional quality in resource curse
Kualitatif. Bandung: PT Remaja contexts: The Extractive Industries
Rosdakarya. Transparency Initiative in Myanmar.
Resources Policy 61, 200-209.
Muhdar, M. (2015). Aspek Hukum Reklamasi doi:https://doi.org/10.1016/j.resourpol.2
Pertambangan Batubara Pada Kawasan 019.02.006
Hutan Di Kalimantan Timur. Mimbar
Hukum, 472-486. Zaini, A. (2017). Pengaruh Kekayaan
Sumberdaya Alam Batubara Terhadap
Nugroho, W. (2020). Persoalan Hukum Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi
Penyelesaian Hak atas Tanah dan Kalimantan Timur. Jurnal Borneo
Lingkungan Berdasarkan Perubahan Administrator, Vol.13 No.2, 111-130.
350
MONAS: Jurnal Inovasi Aparatur Vol. 3 No. 2 (2021): 342-351
351