Abstract
The phenomenon of exploitation of natural resources on a large scale arises because of the behavior of
government oligarchs who provide legalization of policies to provide permits for natural resource
industries on the grounds of increasing economic growth and state revenues. This writing aims to
determine the influence of oligarchs and elite groups capable of controlling the natural resource sector in
Indonesia which has an impact on marginalizing the role of local residents in community participation in
natural resource management and low supervisory functions. The research method used is qualitative with
a descriptive format based on a literature review through literacy of books, journals, newspapers and other
internet sources. The paradigm used is antipositivism with a critical perspective. The analysis of this paper
is that the state has never been active in overcoming agrarian conflicts, because there is a motive for capital
accumulation. The state tends to be more silent about continuing conflicts than resolving them,
encouraging market mechanisms. Therefore, it is necessary to improve governance by using the theory of
political ecology.
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Kelompok elite di Indonesia berubah menjadi monster oligarki yang mencengkram
kehidupan rakyat, salah satunya sumber daya alam yang dikorupsi dengan mengeluarkan
kebijakan dan undang-undang kontroversial demi kepentingan ekonomi semata. Korupsi
merugikan negara dan rakyat tetapi keuntungan eksploitasi alam akan dinikmati oleh
kelompok elite dan pengusaha saja, indikasi kerugian negara dari industri pertambangan dan
perkebunan sawit ialah kerugian dari penebangan ilegal sebesar 35 triliun rupiah per tahun
dan potensi gagalnya Penerimaan Negara Bukan Pajak akibat penambangan dikawasan hutan
sebesar 15,9 triliun rupiah per tahun. Narasi dari kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi
tersebut mengesampingkan kelestarian lingkungan alam sekitar, bencana banjir, kebakaran
hutan, kabut asap, pencemaran lingkungan yang berujung pada krisis iklim tidak dapat
dihindari akibat dari sistem tata kelola hutan yang buruk dan lemahnya pengawasan dan
penegakan hukum. Fenomena ini muncul karena perilaku oligarki pemerintahan yang
memberikan legalisasi kebijakan memberikan perizinan industri sumber daya alam dengan
alasan menaikan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara.
Landasan Teori
Perspektif politik ekologi ialah cara pandang baru dalam memahami persoalan lingkungan ini
banyak dipengaruhi dari pemikiran neo-marxian tentang underdevelopment, sebagai bentuk
kritik dari pendekatan malthusian dan cultural ecology (pendekatan sistemik). Oleh sebab itu,
cara pandang politik ekologi ini lebih menekankan analisisnya bahwa persoalan lingkungan
bukan disebabkan karena persoalan internal dalam lingkungan tersebut, tetapi lebih
disebabkan karena pengaruh eksternal yaitu karena tekanan politik dan ekonomi di luar
dirinya (Zainal A, 2012). Pendekatan ini berfokus pada manusia untuk mengontrol
perilakunya dalam menggunakan sumber daya alam untuk meminimalisir resiko kerusakan
lingkungan dan mencari sumber daya alternatif yang tidak merusak alam. Forsth menjelaskan
kajian ekologi politik tidak terlepas dari pengaruh kapitalisme terhadap lingkungannya.
Beberapa isu dominan dalam kajian ekologi politik, seperti degradasi dan marginalisasi,
2 TEKNIK ANALISA POLITIK
konflik lingkungan, konservasi dan pengendalian, identitas lingkungan dan gerakan sosial
serta objek politik dan aktor (Robbins P, 2012).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di awal, maka rumusan masalah
yang diambil dan diteliti dalam tulisan ini ialah siapa yang paling bertanggung jawab dari
segala bencana dan kerugian yang dialami negara dan rakyat Indonesia? Bagaimana oligarki
mampu mendominasi sektor sumber daya alam?
Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh oligarki dan kelompok elite
mampu menguasai sektor sumber daya alam di Indonesia yang berdampak pada marginalisasi
peran warga lokal dalam partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA dan fungsi
pengawasan yang rendah.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan format deskriptif dengan basis tinjauan
putaka melalui literasi buku, jurnal, surat kabar dan sumber internet lainnya. Paradigma yang
digunakan ialah antipositivsm dengan critical perspective. Perspektif ini mencoba
memperbaharui dan merekonstruksi teori yang membebaskan manusia dari manipulasi
teknokrasi modern. Kajian ini menggunakan teori ekologi politik yaitu analisis teori ekologi
politik dengan menjelaskan pola pengelolaan SDA yang berasal dari interaksi antara sistem
alam dan sistem sosial, termasuk didalamnya terdapat kekuasan ekonomi dan politik.
C. Pembahasan
Dari sekian banyak produk Undang-Undang kontroversial yang dikeluarkan oleh pemerintah
penulis akan membahas dua kebijakan, yaitu :
Jurnal
Arifin, Z. (2015). Politik ekologi: ramah lingkungan sebagai pembenaran. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 1(1).
Bahri, S., Kusmanto, H., Broven, F., & Ardian, M. (2021). Politik Kebijakan: Sebuah Studi Pada Implementasi
Kebijakan Politik Ekologi Terhadap Perlindungan dan Pelestarian Hutan di Kabupaten Rokan Hilir. Jurnal
Transformative, 7(2), 241-260.
Bolqiah, L. H., & Raffiudin, R. Dominasi Oligarki dan Ketidakhadiran Partai Politik Hijau di Indonesia
Oligarchy Domination and The Absence of Green Political Party in Indonesia.
Website
https://www.instagram.com/greenpeaceid/
https://www.walhi.or.id/menyoal-4-masalah-uu-minerba-yang-merugikan-masyarakat-luas
https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/q408jj456?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D -
aoh=16355116888657&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari
%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fq408jj456%2Fpengesahan-
uu-sumber-daya-air-2019-tuai-kritik
https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/q408jj456?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D -
aoh=16355116888657&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari
%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fq408jj456%2Fpengesahan-
uu-sumber-daya-air-2019-tuai-kritik