Anda di halaman 1dari 4

1 TEKNIK ANALISA POLITIK

Oligarki Penguasa Sektor Sumber Daya Alam


Nuzul Asri Safitri Whisnu (Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati);nuzulsavvitri@gmail.com

Abstract
The phenomenon of exploitation of natural resources on a large scale arises because of the behavior of
government oligarchs who provide legalization of policies to provide permits for natural resource
industries on the grounds of increasing economic growth and state revenues. This writing aims to
determine the influence of oligarchs and elite groups capable of controlling the natural resource sector in
Indonesia which has an impact on marginalizing the role of local residents in community participation in
natural resource management and low supervisory functions. The research method used is qualitative with
a descriptive format based on a literature review through literacy of books, journals, newspapers and other
internet sources. The paradigm used is antipositivism with a critical perspective. The analysis of this paper
is that the state has never been active in overcoming agrarian conflicts, because there is a motive for capital
accumulation. The state tends to be more silent about continuing conflicts than resolving them,
encouraging market mechanisms. Therefore, it is necessary to improve governance by using the theory of
political ecology.

Keywords : exploitation of natural resources, oligarchy, political ecology

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Kelompok elite di Indonesia berubah menjadi monster oligarki yang mencengkram
kehidupan rakyat, salah satunya sumber daya alam yang dikorupsi dengan mengeluarkan
kebijakan dan undang-undang kontroversial demi kepentingan ekonomi semata. Korupsi
merugikan negara dan rakyat tetapi keuntungan eksploitasi alam akan dinikmati oleh
kelompok elite dan pengusaha saja, indikasi kerugian negara dari industri pertambangan dan
perkebunan sawit ialah kerugian dari penebangan ilegal sebesar 35 triliun rupiah per tahun
dan potensi gagalnya Penerimaan Negara Bukan Pajak akibat penambangan dikawasan hutan
sebesar 15,9 triliun rupiah per tahun. Narasi dari kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi
tersebut mengesampingkan kelestarian lingkungan alam sekitar, bencana banjir, kebakaran
hutan, kabut asap, pencemaran lingkungan yang berujung pada krisis iklim tidak dapat
dihindari akibat dari sistem tata kelola hutan yang buruk dan lemahnya pengawasan dan
penegakan hukum. Fenomena ini muncul karena perilaku oligarki pemerintahan yang
memberikan legalisasi kebijakan memberikan perizinan industri sumber daya alam dengan
alasan menaikan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara.
Landasan Teori
Perspektif politik ekologi ialah cara pandang baru dalam memahami persoalan lingkungan ini
banyak dipengaruhi dari pemikiran neo-marxian tentang underdevelopment, sebagai bentuk
kritik dari pendekatan malthusian dan cultural ecology (pendekatan sistemik). Oleh sebab itu,
cara pandang politik ekologi ini lebih menekankan analisisnya bahwa persoalan lingkungan
bukan disebabkan karena persoalan internal dalam lingkungan tersebut, tetapi lebih
disebabkan karena pengaruh eksternal yaitu karena tekanan politik dan ekonomi di luar
dirinya (Zainal A, 2012). Pendekatan ini berfokus pada manusia untuk mengontrol
perilakunya dalam menggunakan sumber daya alam untuk meminimalisir resiko kerusakan
lingkungan dan mencari sumber daya alternatif yang tidak merusak alam. Forsth menjelaskan
kajian ekologi politik tidak terlepas dari pengaruh kapitalisme terhadap lingkungannya.
Beberapa isu dominan dalam kajian ekologi politik, seperti degradasi dan marginalisasi,
2 TEKNIK ANALISA POLITIK

konflik lingkungan, konservasi dan pengendalian, identitas lingkungan dan gerakan sosial
serta objek politik dan aktor (Robbins P, 2012).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di awal, maka rumusan masalah
yang diambil dan diteliti dalam tulisan ini ialah siapa yang paling bertanggung jawab dari
segala bencana dan kerugian yang dialami negara dan rakyat Indonesia? Bagaimana oligarki
mampu mendominasi sektor sumber daya alam?
Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh oligarki dan kelompok elite
mampu menguasai sektor sumber daya alam di Indonesia yang berdampak pada marginalisasi
peran warga lokal dalam partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA dan fungsi
pengawasan yang rendah.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan format deskriptif dengan basis tinjauan
putaka melalui literasi buku, jurnal, surat kabar dan sumber internet lainnya. Paradigma yang
digunakan ialah antipositivsm dengan critical perspective. Perspektif ini mencoba
memperbaharui dan merekonstruksi teori yang membebaskan manusia dari manipulasi
teknokrasi modern. Kajian ini menggunakan teori ekologi politik yaitu analisis teori ekologi
politik dengan menjelaskan pola pengelolaan SDA yang berasal dari interaksi antara sistem
alam dan sistem sosial, termasuk didalamnya terdapat kekuasan ekonomi dan politik.
C. Pembahasan

Oligarki dan Kebijakannya

Dari sekian banyak produk Undang-Undang kontroversial yang dikeluarkan oleh pemerintah
penulis akan membahas dua kebijakan, yaitu :

1. Peraturan Menteri No. P.24/Menlhk/Setjen/KUM.1/2020


Proyek lumbung pangan nasional yang dimulai pada pertengahan tahun 2020. Proyek
ini digadang-gadang sebagai solusi untuk mengatasi ancaman krisis pangan masa
depan. Setelah setahun berjalan, menurut investigasi majalah Tempo menemukan
banyak masalah di lapangan salah satunya pembukaan 600 hektare hutan alam di
Gunung Mas, Kalimantan Tengah, untuk perkebunan singkong milik Kementerian
Pertahanan. Pembukaan hutan alam yang masif memicu pelepasan sedikitnya 250 ribu
ton emisi karbon dan saat musim hujan 4 desa di sekitarnya kebanjiran karena
kehilangan wilayah tangkapan air. Bukannya mencapai swasembada pangan, proyek
food estate ini justru bisa memperburuk krisis iklim, memicu bencana ekologis,
memiskinkan petani dan tentunya bisa jadi sarang korupsi aparatur birokrasi.
2. UU Minerba No. 3 Tahun 2020,
UU Minerba No. 3 tahun 2020 ini berisi pasal-pasal yang mengabaikan sisi
konservasi lingkungan hidup serta jauh dari tujuan mensejahterakan masyarakat
daerah sekitar tambang mulai dari petani, nelayan, serta berbagai LSM. Adapun
pasal-pasal yang tersebut berkaitan dengan: sentralisasi kewenangan dalam
3 TEKNIK ANALISA POLITIK

penyelenggaraan penguasaan Minerba; jaminan operasi industri pertambangan meski


bertentangan dengan tata ruang; perpanjangan izin otomatis atas Kontrak Karya dan
PKP2B tanpa evaluasi dan lelang; serta pasal pembungkaman hak veto rakyat yang
tidak setuju terhadap keberadaan proyek pertambangan dari hulu hingga hilirnya di
pembangkitan. UU Minerba ini akan menyebabkan banyak masalah seperti apabila
terjadi perusakan lingkungan hidup pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan
untuk menghentikan atau mencabut izin usaha pertambangan, terdapat pada UU
Minerba Pasal 96 huruf b, Pasal 162 UU Minerba No. 3 Tahun 2020 menjelaskan
bahwa apabila masyarakat mengganggu aktivitas pertambangan bisa dilaporkan oleh
perusahaan dan dijatuhi pidana , dengan kontribusi pasal 128A UU Cipta Kerja No.
11 Tahun 2020 pengganti UU Minerba perusahaan yang tidak melaksanakan
reklamasi atau kegiatan pasca tambang masih bisa memperpanjang izin kontraknya
dengan dalih peningkatan penerimaan negara dan perusahaan akan mendapat royalti
sebesar 0% apabila mampu meningkatkan nilai tambah batubara justru akan
merugikan negara karena akan mengurangi pendapatan daerah melalui mekanisme
Dana Bagi Hasil.
Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
Eksploitasi SDA akan berdampak kepada alam, hewan dan manusianya itu sendiri
Robbins P menyebutkan ada empat pendekatan ekologi politik, yaitu :
a) Degradasi dan marjinalisasi ; eksploitasi yang berlebihan menimbulkan perubahan
lingkungan yang menyebabkan kemiskinan karena manfaat dari perubahan
lingkungan dinikmati oleh manusia secara tidak merata mendorong terciptanya
ketimpangan sosial ekonomi.
b) Konflik lingkungan ; pemanfaatan sumber daya oleh kelompok oligarki akan
menimbulkan konflik-konflik baru antar kelompok.
c) Konservasi dan kontrol ; masyarakat akan kehilangan perannya dalam mengelola
sumber daya lokal yang menghilangkan penghasilan masyarakat lokal yang
bergantung pada alam.
d) Identitas lingkungan dan gerakan sosial; terkait pada upaya mempertahakan
sumber daya alam sebagai mata perncaharian dan perlindungan lingkungan.

D. Kesimpulan dan Saran


Konklusi analisis penulisan ini ialah negara tidak pernah aktif mengatasi konflik
agraria, karena terdapat motif akumulasi modal. Negara cenderung lebih mendiamkan
konflik berlanjut dibandingkan menuntaskannya, lebih mendorong mekanisme pasar.
Ketika negara berperan, kebijakannya cenderung represif dan menjadi pendukung
kapitalis dengan alasan pembangunan untuk kepentingan umum walaupun
bertentangan dengan kehendak masyarakat lokal.
Nasi sudah menjadi bubur, Indonesia sudah tidak mampu mencegah krisis iklim
dimasa depan akibat perizinan eksploitasi sumber daya alam hari ini maka solusi
menangani krisis yang dapat diterapkan ialah diperlukan perbaikan tata kelola dengan
membuat perspektif baru yang disebut dengan modernisasi ekologi atau ecology
modernization ialah sebuah usaha untuk mengadaptasi ulang industri terhadap
lingkungan menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan modern dalam
pembangunan lanjutan yang ramah lingkungan dan political ecology untuk menelaah,
4 TEKNIK ANALISA POLITIK

mengurai, memahami sumber masalahnya dan menawarkan resolusi karena politik


ekologi tidak dapat dipisahkan antara ekonomi dan politik karena melibatkan aktor
dari negara sampai tingkat grassroots.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Robbins P. 2012. Political Ecology: A Critical Introduction. Second Edition. Wiley-Blackwell Publishing.

Jurnal
Arifin, Z. (2015). Politik ekologi: ramah lingkungan sebagai pembenaran. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 1(1).

Bahri, S., Kusmanto, H., Broven, F., & Ardian, M. (2021). Politik Kebijakan: Sebuah Studi Pada Implementasi
Kebijakan Politik Ekologi Terhadap Perlindungan dan Pelestarian Hutan di Kabupaten Rokan Hilir. Jurnal
Transformative, 7(2), 241-260.

Bolqiah, L. H., & Raffiudin, R. Dominasi Oligarki dan Ketidakhadiran Partai Politik Hijau di Indonesia
Oligarchy Domination and The Absence of Green Political Party in Indonesia.

Lukman, A. (2018). KAJIAN KEBIJAKAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS PADA EKOLOGI


POLITIK. The Indonesian Journal of Public Administration (IJPA), 4(2), 1-11.

Muslim, M. (2018). VARIAN-VARIAN PARADIGMA, PENDEKATAN, METODE, DAN JENIS


PENELITIAN DALAM ILMU KOMUNIKASI. Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana, 1(10).

Website
https://www.instagram.com/greenpeaceid/

https://www.walhi.or.id/menyoal-4-masalah-uu-minerba-yang-merugikan-masyarakat-luas

https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/q408jj456?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D -
aoh=16355116888657&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fq408jj456%2Fpengesahan-
uu-sumber-daya-air-2019-tuai-kritik

https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/q408jj456?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D -
aoh=16355116888657&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fq408jj456%2Fpengesahan-
uu-sumber-daya-air-2019-tuai-kritik

Anda mungkin juga menyukai