Anda di halaman 1dari 2

“Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Ekstraktif dan Pembangunan Berkelanjutan”

Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang amat luar biasa baik yang terbarukan
(air, kehutanan, perikanan, dan panas bumi) maupun tidak terbarukan (minyak, gas dan mineral) dan
Negara ini juga menggantungkan pendapatannya dari sumber daya alam tersebut. Oleh karena itu
diperlukan pengolahan yang komprehensif, akuntabel dan berpihak pada kepentingan umum
dikarenakan besarnya penerimaan di sector sumber daya alam justru menjadikan Industri Ekstraktif
merupakan Industri yang rentan untuk terjadinya korupsi.

Dampak dari industri Ekstraktif itu sendiri sudah sangat terlihat sejak beberapa decade yang lalu, saat
dunia dipenuhi dengan berbagai studi kasus dan analisis yang meluas tentang industri ini. Dapat terlihat
pada laporan kegiatan Striking a Better Balance yang memberikan informasi bahwa industry migas dan
tambang hingga saat ini menjadi industry yang memiliki ketimpangan dalam resiko dan manfaat yang
sangat besar. Risiko terbesar ditanggung oleh masyarakat dan Negara, sementara manfaat terbesar
dinikmati oleh para perusahaan dan investor. Banyak perizinan yang bermasalah membuat hal menjadi
suatu permasalah besar dan berefek untuk prosedur keberlangsungan yang menimbulkan ketidak
stabilan. Industri pertambangan misalnya yang kerap dipersepsikan negatif lantaran banyaknya
permasalahan yang kerap membelit. Mulai dari izin bermasalah, tunggukan penerimaan Negara bukan
pajak, eksploitasi berlebihan, perusakan lingkungan, pertambangan illegal hingga korupsi. Maka dari itu
Tantangan terbesar Pengelolaan Sumber Daya Ekstraktif dalam pembangunan berkelanjutan adalah
Transparansi.

Transparansi akan menjadi kunci untuk diberikan kepercayaan kepada investor, kejelasan pemberian izin
atau kewajiban terhadap pemerintah akan terjamin. Dapat kita lihat seperti dibanyak Negara yang sudah
menerapkan sistem transparansi dan akuntabilitas yang cukup baik menimbulkan kontribusi yang positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, menurunkan resiko korupsi. Seperti yang dapat kita sadari juga bahwa
informasi yang tersedia kepada public masih sangat sedikit, padahal peningkatan transparansi proses
perizinan dapat memberikan kepastian untuk mendapatkan gambaran perjanjian yang paling
menguntungkan bagi pemerintah. Jika pendapatan dari sector ini digunakan dengan benar dan
berkelanjutan, maka kekayaan sumber daya alam ini akan menjadi kunci bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat masa depan karena dengan tata kelola yang baik dan transparan, public bisa mengetahui
bagaimana alur pendapatan sumber daya alam, pengelolaan dan penggunaannya.

Merujuk pada Perpres No.59/2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan dan dalam perpres tersebut tersampaikan dengan jelas bahwa pembangunan bertujuan
untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga
keberlanjutan kehidupan sosial bermasyarakat, dan menjaga kualitas lingkungan hidup. Tantangan
terbesar adalah pengelolaan sumber daya alam di negara ini yaitu dapat meminimalkan dampak melalui
penerapan standar lingkungan yang tinggi. Upaya ini memerlukan peran pemerintah untuk mengawasi
tata kelola sumber daya alam oleh para pelaku usaha. Selain itu dibutuhkan gambaran pengawasan
standarisasi lingkungan oleh masyarakat atau pelaku usaha melalui sertifikasi. Kewajiban sertifikasi ini
akan memaksakan para pelaku usaha untuk meminimalkan dapat negatif terhadap lingkungan. Dan yang
terakhir yang tidak kalah penting untuk menjamin stabilitas ekosistem ialah melakukan ganti rugi
lingkungan. Ganti rugi lingkungan ini bertujuan memberikan kompensasi atas manfaat lingkungan yang
hilang akibat di eksploitasi, dengan menggantinya di lokasi lain, ganti rugi lingkungan dapat dilakukan
menggunakan mekanisme perlindungan dan rehabilitasi.
Pada akhirnya sepanjang tata kelola birokrasi dan dunia usaha masih bernuansa kepentingan politik dan
ekonomi sesaat, tujuan ini akan sulit diwujudkan. Maka dari itu perlu adanya sinergi yang baik antara
pemerintah maupun stakeholders, Lembaga Swadaya Masyarakat, lembaga IPTEK, lembaga pendidikan,
Industri, pengusaha swasta dan media dalam pengelolaan sumber daya alam. Diharapkan berbagai
hambatan dapat di atasi melalui keseimbangan tanggung jawab dan kemitraan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, serta keseimbangan ego-daerah dan ego-sektoral dam menjalankan
pembangunan yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai