Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ILMU KEALAMAN DASAR

CERMINAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DALAM EKOLOGI DAN


EKONOMI

Disusun oleh : Lina Nur’aini (V1420045)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SEKOLAH VOKASI
SURAKARTA
2020
Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
hubungan antara makhluk hidup dengan makhluk hidup maupun makhluk hidup
dengan lingkungannya (Wikipedia, 2020). Sedangkan ekonomi, merupakan ilmu
tentang bagaimana manusia membuat keputusan tentang kebutuhan yang tidak
terbatas terhadap sumber daya alam yang terbatas. Ekonomi dan ekologi
merupakan dua istilah yang tidak dapat terpisahkan, dimana keberlangsungan
sistem ekonomi sangat bergantung pada kekuatan sistem ekologi.

Terbukanya pasar bebas global saat ini yang merupakan dampak


globalisasi perekonomian membuat banyak perusahaan berlomba- lomba untuk
menghasilkan produk yang inovatif dan menarik untuk konsumen. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan tingkat kompetitif agar perusahaan tidak lemah
dimata stakeholder yang terdiri dari karyawan, staf, pelanggan maupun
shareholder yaitu para investor dan pemegang saham. Namun tingginya
permintaan atas produk di pasaran seringkali memicu terjadinya penguasaan
sumber kekayaan alam besar-besaran oleh perusahaan. Sehingga perusahaan lupa
akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan yang dapat menyebabkan
kerusakan ekologi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk selalu
menerapkan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan (sustainable growth)
dimana konsep ini mendukung praktek-praktek bisnis perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan. Karena perusahaan berada di suatu
lingkungan dalam ruang lingkup ekologi.

Sejumlah perusahaan dituntut untuk lebih memperhatikan masalah


lingkungan yang ada. Hal ini dapat diwujudkan melalui  CSR (corporate social
responsibility) merupakan program tanggung jawab sosial. Dalam
implementasinya CSR (corporate social responsibility) membutuhkan beberapa
biaya yang disebut biaya lingkungan yang dituangkan dalam sistem akuntansi
lingkungan (environmental accounting).
Berbagai masalah yang timbul dalam lingkup ekonomi tidak terlepas dari
segala aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan melalui sistem ekonominya
dalam memproduksi barang dan jasa. Segala aktivitas ekonomi pada prinsipnya
pasti melibatkan lingkungan, karena lingkungan lah yang mensuplai sistem
ekonomi dari sumber daya alamnya berupa bahan dasar dan energi baik yang
diperbaharui, seperti hasil hutan perkebunan, pertanian, maupun yang tidak dapat
diperbaharui seperti hasil tambang dan minyak bumi.  Menurut  Rita Parmawati
( 2018: 5) “Aktivitas ekonomi manusia selalu terlibat dengan pertukaran barang
dan energi dengan lingkungannya. Tidak mungkin manusia mampu memenuhi
kebutuhan tanpa berinteraksi dengan alam”.  

Sistem ekologi memberikan harapan atas keberlangsungan aktivitas


ekonomi melalui servis alamnya mulai dari iklim, siklus air, komposisi gas-gas di
atmosfer maupun nutrisi alami. Tanpa adanya servis alam mustahil aktivitas
ekonomi bisa berlangsung hingga saat ini. Oleh karena itu, sistem ekonomi dan
sistem ekologi sangat berkaitan , dimana sistem ekonomi sangat bergantung dari
kelangsungan sistem ekologi. Tetapi dalam implementasinya  aktivitas ekonomi
yang semakin  masif dan global seringkali membuat perusahaan berlomba-lomba
untuk mengeksploitasi sumber daya alam demi berjalannya proses produksi
mereka yang seringkali menghasilkan limbah, dimana limbah tersebut membawa
dampak yang buruk dalam sistem ekologi berupa kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini marak disebabkan oleh beberapa hal
salah satunya limbah industri.

Seperti pada kasus baru-baru ini dimana Kementerian Lingkungan Hidup


dan Kehutanan  (KLHK) pada 25 dan 26 Februari 2020, menggugat PT Kamarga
Kurnia Textile Industri (KKTI) dan PT How Are You Indonesia (HAYI) ke
Pengadilan Negeri Bale Bandung. Perusahaan tersebut  terbukti mencemari
lingkungan DAS Citarum. Gugatan tersebut dilayangkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan  (KLHK) karena limbah industri kedua
perusahaan tersebut telah mencemari Sungai Citarum yang mengubah air sungai
menjadi berwarna hitam pekat dan berbau. Padahal Berdasarkan Balai
Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Citarum Ciliwung, luas
seluruh DAS Citarum mencapai 721.945,66 hektar. DAS ini menjadi penting,
karena menjadi sumber 80% kebutuhan air minum penduduk Jakarta. Citarum
juga menjadi penyedia air bagi 420.000 hektar persawahan, yang membuat lahan
irigasi di Cianjur dan Karawang menjadi lumbung pangan warga Jawa Barat.

Kasus tersebut menjadi bukti kuat bahwa pemerintah Indonesia sejatinya 


menganjurkan kepada seluruh perusahaan untuk tetap memperhatikan masalah
lingkungan. Perusahaan diharapkan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial
atau CSR (corporate social responsibility) sebagai bentuk kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan dimana perusahaan diminta untuk mengatasi masalah
lingkungan. Untuk melaksanakan program ini dibutuhkan beberapa jenis biaya.
Biaya ini terdiri dari biaya pencegahan, biaya pendeteksian, biaya kegagalan
internal, biaya kegagalan eksternal yang penggunaannya didasarkan pada sistem
akuntansi lingkungan (environmental accounting).

Seperti yang tercantum dalam UU No. 7 tahun 2014 Tentang Perdagangan


pada pasal 1 ayat 8 yang menyatakan “Standar adalah persyaratan teknis atau
sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak/Pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan
memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan
pada masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya.”

 Hal tersebut secara implisit menyatakan bahwa penerapan akuntansi


lingkungan (environmental accounting)  pada manajemen lingkungan sebagai
sebuah pembaharuan yang dapat menunjukkan kinerja lingkungan suatu
perusahaan. Selain itu, perusahaan yang mengadopsi akuntansi lingkungan dapat
mengalokasikan biaya-biaya perusahaan sehingga terdapat perbedaan antara biaya
lingkungan dan biaya umum perusahaan. Semua itu dilakukan supaya perusahaan
dapat meminimalisir pemborosan penggunaan bahan baku dengan tetap
memperhatikan sistem manajemen akuntansi lingkungan. 
Esai ini dibuat untuk menggambarkan, terganggunya sistem ekologi
berupa kerusakan lingkungan akibat adanya aktivitas ekonomi berupa operasional
perusahaan ,mendorong perusahaan untuk senantiasa menerapkan CSR (corporate
social responsibility) dengan didasarkan pada sistem akuntansi lingkungan
(environmental accounting). Pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya
menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya
yang telah mengambil manfaat dari lingkungan. Sehingga perusahaan-perusahaan
atau organisasi lainnya tetap dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dengan tetap
mempertimbangkan konservasi ekologi secara berkelanjutan. Karena kinerja
lingkungan merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan dari penilaian
kemajuan bisnis suatu perusahaan atau organisasi serta menunjukkan tingkat
kepedulian entitas ekonom terhadap sistem ekologi.

Anda mungkin juga menyukai