DISUSUN OLEH
ZUSKA EGA
(P2C322015)
PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang tidak sebentar. Hal ini yang melatarbelakangi akuntansi lingkungan berupa
Sehingga perusahaan menginginkan bertahan lama (sustainable) adalah suatu hal yang
(using) kemudian upaya untuk memperbaikinya yang hingga kini menjadi “pekerjaan
kebutuhan konsumen. Upaya pemenuhan kebutuhan yang besar perlu diimbangi dengan
perolehan profit sebesar-besarnya. Akhirnya, tanpa disadari segala sumber daya alam
digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia saja. Kondisi alam yang kerap
tidak seimbang memberikan dampak yang dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya
dibumi. Cuaca yang tak teratur, timbulnya berbagai jenis penyakit atau virus,
laut, badai, banjir, cuaca ekstrim yang kerap melanda permukaan bumi merupakan akibat
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Akhirnya, berbagai kritik muncul terhadap
2
akuntansi konvensional yang dianggap tidak dapat lagi mengakomodir kepentingan
muncul konsep akuntansi yang disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR).
pemasaran suatu produk dari sudut pandang yang berbasiskan lingkungan (Wiyantoro
dkk., 2011).
keuangan perusahaan seyogyanya memiliki nilai tambah (value added) yaitu informasi
keuangan seperti tingkat rasio profitabilitas dan informasi non keuangan yaitu informasi
melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada. Rasio profitabilitas dapat
besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan
maupun investasi. Sehingga semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik
3
Selain pengukuran kinerja keuangan perusahaan, para pengguna laporan keuangan
didukung oleh Cheng, Ioannou, dan Serafeim (2014) yang menyarankan kepada para
manager untuk menggunakan strategi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam hal
mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses produksi yang terhindar dari
munculnya permasalahan lingkungan (Ja’far dan Arifah, 2006) yang kemudian berakibat
hanya pada investor, konsumen pada umumnya akan lebih memilih mengkonsumsi
produk yang dalam pengelolaannya lebih ramah lingkungan dan meninggalkan produk
yang memiliki citra buruk atau diberitakan negatif. Menurut konsumen, perusahaan yang
peduli terhadap lingkungan memiliki kualitas yang baik terhadap produknya sebab
perusahaan akan cenderung untuk menggunakan bahan baku dan proses yang baik dalam
dalam waktu tertentu image yang baik melalui penekanan pengungkapan dari kinerja
Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca.
4
Terdapat dua kelompok gas rumah kaca yaitu kelompok gas rumah kaca yang
berpengaruh langsung dan kelompok gas rumah kaca yang berpengaruh tidak langsung
terhadap pemanasan global. Gas rumah kaca yang berpengaruh langsung adalah CO 2
(karbon dioksida), CH4 (Metana), N2O (Nitro oksida), PFCS (Perfluorocarbons) dan
HFCS (Hydrofluorocarbons). Gas rumah kaca yang berpengaruh secara tidak langsung
Isu pemanasan global atau global warming merupakan istilah atas gejala-gejala
alam yang terjadi pada bumi saat ini. Berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga
perusahaan/industri yang berkontribusi besar pada global warming. Salah satunya melalui
melakukan manajemen karbon oleh Ratnatunga (2007, 2008). Kemudian Shodiq dan
terminologi akuntansi yaitu munculnya akuntansi karbon (carbon accounting) pada era
carbonomics di dunia.
dapat ditingkatkan dan sejalan dengan teori stakeholder (Freeman, 1984:25) bahwa
atau luas pengungkapan akuntansi karbon pada era carbonomics saat ini.
5
menguntungkan bagi negara, perusahaan dan masyarakat. Peralihan paradigma ini
mengungkapkan laporan keuangan yang tidak hanya berorientasi pada laba (profit
salah satu upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong penaatan
melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk: (i) mendorong perusahaan untuk
September 2022).
kesempatan kepada masyarakat luas untuk berperan secara aktif dalam pengendalian
dan individu secara aktif dituntut baik secara individu maupun secara berkelompok. Agar
(GEG) yang antara lain adalah transparansi, fairness, partisipasi multi stakeholder, dan
akuntabel.
6
1.2 Perumusan Masalah
bervariasi, ditahun 2019 - 2020 tercatat dengan anomali 0,7 °C dan 0,6 °C
(Mubarok,2022). laporan status iklim tahun 2021 yang dirilis oleh badan meterologi
dunia (WMO), yang menyatakan bahwa suhu udara permukaan global telah memanas
sebesar 1,11 °C dari baseline suhu global periode pra-industri (1850-1900), di mana 2021
adalah tahun terpanas ke-3 setelah 2016 dan 2020. Disamping itu, Badan koordinator
akibat perubahan iklim dapat mencapai Rp115 Triliun pada tahun 2024 (ESDM,2022).
Dengan predikat dan dampak tersebut, pemerintah berupaya untuk mengurangi tingkat
produksi emisi karbon yakni melalui agenda Road Map Nationally Determined
Contribution tahun 2019 dan strategi jangka panjang pembangunan rendah karbon
berketahanan iklim tahun 2050 (Kominfo, 2022). Namun, hal ini akan berjalan sesuai
rencana yang telah disusun jika para pemangku kepentingan dapat berkolaborasi terhadap
Upaya Indonesia lainnya untuk mengurangi emisi karbon ini dengan meratifikasi
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Kyoto Protokol to The
United Nations Framework Convention on Climate Change (Halimah & Yanto, 2018).
Selain itu, Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca sebagai
7
dasar pelaksanaan penurunan emisi gas rumah kaca (Halimah & Yanto, 2018). Para
pelaku usaha juga dapat mendukung upaya pemerintah dengan memberikan informasi
terkait akuntansi lingkungan dengan tujuan memberi gambaran biaya – biaya yang
yang disajikan pelaku usaha dalam hal ini adalah perusahaan menjadi penilaian investor
dalam peningkatan nilai perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jiang (2022) menyebutkan bahwa perspektif investor atas nilai perusahaan
Indonesia masih sangat minim dalam upaya meningkatkan kinerja lingkungan yang
Berdasarkan paparan identifikasi masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini:
8
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian
terkait dengan teori maupun gagasan akuntansi lingkungan. Hasil penelitian ini dapat
menambah literature dari hasil atas pengaruh kinerja lingkungan terhadap profitabilitas
melalui pengungkapan akuntansi karbon yang sedang banyak dibicarakan saat ini serta
pengungkapan akuntansi karbon dalam laporan keuangan yang disajikan untuk dapat
meningkatkan profitabilitas serta bagi calon investor dapat dijadikan acuan dalam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidup dan Kehutanan Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk mendorong
penilaian kinerja yang dikenal dengan sebagai Program Pengendalian, evaluasi, dan
memaksa perusahaan agar mematuhi peraturan melalui insentuf dan disisentif reputasi
perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green) yang berhubungan dengan
di sekitar nya sebagai tanggung jawab dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
pada sistem akuntansi tradisonal suatu perusahaan. Akuntansi lingkungan tidak hanya
mengitung biaya dan manfaat ekonomi perusahaan, tetapi juga memperhitungkan biaya
10
lingkungan yang merupakan eksternalitas ekonomi negatif atau biaya-biaya yang timbul
diluar pasar. Kendala yang dihadapi oleh akuntansi lingkungan adalah belum adanya
sebab tidak semua biaya dan manfaat lingkungan malah diidentifikasi dan diukur dalam
merupakan salah satu upaya kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui Kementrian
instrument pengelolaan yang ada, seperti penegakan hukum lingkungan dan instrument
Lingkungan Hidup Nomor 7 tahun 2008 tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan
lainnya. Kinerja perusahaan dalam hal ini dikelompokan ke dalam peringkat warna.
Melalui pemeringkatan warna ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah memahami
yang pertama kali menggunakan peringkat warna. Peringkat kinerja penataan perusahaan
11
kinerja perusahaan kinerja penataan terbaik yaitu emas dan hijau. Selanjutnya biru,
merah, dan yang terburuk yaitu hitam. Lebih rincinya dijelaskan tabel berikut:
masyarakat.
Sumber: https://proper.menlhk.go.id
Responsibility (CSR) perusahaan yang disajikan dalam annual report atau sustainability
12
mengurangi emisi karbon, seperti perhitungan energi yang dikeluarkan, biaya lingkungan
(pengukuran) emisi karbon dan penentuan target pengurangan emisi yang dihasilkan
perusahaan. Tetapi definisi ini disederhanakan oleh Dwijayanti (2011) yaitu suatu proses
pengukuran, pencatatan dan pelaporan karbon yang dihasilkan oleh perusahaan. dan
tujuannya adalah untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan sebagai bagian dari
Menurut Taurisianti dan Kurniawati (2014) definisi yang sederhana dari carbon
accounting merupakan proses pengukuran dan pelaporan terkait emisi karbon yang
yang relatif baru dan merupakan fenomena penting dalam rangka merealisasikan program
2.1.3 Profitabilitas
persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan
13
laba pada tingkat yang dapat diterima. Menurut munawir (2002), profitabilitas adalah
Sedangkan definisi profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2006) adalah hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas dapat ditetapkan dengan
menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah
dengan rasio keuangan sebagai salah satu analisis dalam menganalisis kondisi keuangan,
modal sendiri.
semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu berasal dari kegiatan
14
2.2 Landasan Teori
teoritis mengenai stakeholder ditahun 1984 dalam karyanya yang berjudul Strategic
dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi. Stakeholder tidak hanya
terbatas kepada investor saja tetapi stakeholder merupakan pihak-pihak yang memiliki
akademisi.
terjalinnya hubungan yang baik kepada semua stakeholders, maka pencapaian tujuan
Gray, Kouhy, dan Lavers (1995) mengidentifikasi bahwa kritik dari implementasi
pengungkapan lingkungan khususnya di Inggris telah masuk kerangka yang lebih luas
sehingga menimbulkan perspektif teoritis yang berbeda dari berbagai penjelasan sehingga
15
Social Responsibility (CSR). Sehingga tinjauan empirisnya bahwa data yang dilaporkan
dijelaskan melalui tiga (3) jenis penggunaan analisis yaitu deskriptif/empirical, secara
instrumen, dan secara normatif. Secara deskriptif, teori ini menjelaskan secara spesifik
tentang karakter dan perilaku perusahaan. Secara instrument, teori ini dijelaskan melalui
perusahaan.
dan lingkungan untuk mendapatkan kinerja yang baik sehingga perusahaan akan berusaha
untuk memuaskan stakeholders agar tetap bertahan (Febrina dan Sunaryana, 2011).
Pemerintah sebagai pihak penilai kinerja lingkungan dan pengguna laporan keuangan
yang pro lingkungan kepada stakeholder (pemerintah dan masyarakat) dan akan
16
(2) Teori ini ditekankan pada sifat alami hubungan dalam proses dan keluaran bagi
memiliki nilai secara hakiki, dan tidak membentuk kepentingan yang didominasi satu
sama lain, (4) Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan manajerial.
lebih banyak. Dan dari banyaknya kegiatan lingkungan yang terealisasi akan
(Preston dan Post, 1975). Legitimacy theory didasarkan pada gagasan atas adanya suatu
Berdasarkan kajian literatur oleh Mousa dan Hassan (2015) menjelaskan bahwa:
konsep teori legitimasi dianggap sebagai dasar kerangka konseptual atas keberadaan
sosial dan hubungannya antara perusahaan dan masyarakat. Kerangka konseptual ini
17
diidentifikasi sebagai alasan logis atas prinsip perilaku pertanggungjawaban terhadap
Mousa dan Hassan (2015) mengatakan bahwa teori legitimasi dapat memberikan
wawasan yang berguna untuk pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan dimana
mereka melalui pelaporan sosial dan lingkungan. Scott (2003) secara sederhana
manajer mengungkapkan informasi baik atau buruk dan inilah yang dibutuhkan seorang
investor.
dijelaskan melalui teori legitimasi. Perusahaan akan menghadapi tekanan dari para
tertuang pada laporan tahunan (annual report) dan laporan CSR. Melalui informasi
sejauh mana perusahaan melakukan kegiatan bisnis dan misi yang pro terhadap
lingkungan.
18
Laporan tahunan telah menjadi tolok ukur untuk melihat kinerja keuangan
maupun kinerja lingkungan dan sebagai media para peneliti untuk mengetahui motivasi
atas pengungkapan informasi atau dapat dikatakan bahwa pengungkapan adalah sebuah
penelitian. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait variabel-variabel yang ingin diuji
Irwanto dan Basuki (2016) menguji tentang Carbon Emission Disclosure: Studi
pada ekuitas, reputasi Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan pada hasil pengujian, hanya
19
Rasio utang pada ekuitas berpengaruh negatif signifikan. Sementara faktor lainnya tidak
Anggraina Ayu Ningtya Dan Dedik Nur Triyanto (2019) menguji Pengaruh
(Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2015-
Earning per Share (EPS) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di
pengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas yang diproksikan dengan Earning per
Share (EPS) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Lailatus Shofi dan Nur Anisah (2020) menguji Kinerja Lingkungan dan Corporate
Cindy Laraswaty Ayu Lestari dan Poppy Dian Indira Kusuma (2022) menguji
pengaruh kinerja lingkungan terhadap profitabilitas pada perusahaan terindeks sri kehati.
20
ISO 14001 berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan
Implikasi penelitian ini bagi perusahaan berdasarkan pada hasil penelitian yang
Fipit Fitriani, Nurleli, dan Yuni Rosdiana (2015) menguji pengaruh kinerja
Rifli Sahputra, Monang Situmorang, dan Haqi Fadillah (2020) menguji pengaruh
berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan ISO 14001 tidak berpengaruh terhadap ROA.
pengungkapan sukarela akuntansi carbon pada perusahaan yang ada di Amerika Serikat
21
yang dilakukan perusahaan memberikan image baik dimata investor. Perusahaan yang
lingkungan atas dampak dari kegiatan produksinya. Disamping itu, dengan adanya
emisi karbon perusahaan. Hal ini dikarenakan baik buruknya kinerja lingkungan tidak
menjadi salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan. Penerapan kinerja
22
Restuningdiah, 2010; Febrina dan Sunaryana, 2011; Iannou dan Serafeim, 2012; Makori
dan Jagongo, 2013; Burhany dan Nurniah, 2014; Shodiq dan Febri, 2015).
penelitian bahwa terdapat beberapa dampak tidak langsung yaitu secara statistik
signifikan antara kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan melalui CSR. Burhany
dimana isu sosial, lingkungan, dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) telah
menjadi perhatian berbagai pihak termasuk peneliti akuntansi dalam hal pencatatan dan
pelaporan.
dan Pengungkapan CSR. Hasilnya terdapat pengaruh positif kinerja lingkungan terhadap
kemudian terdapat pengaruh langsung yang negatif antara kinerja lingkungan terhadap
ROA serta terdapat pengaruh tidak langsung antara kinerja lingkungan dengan ROA
Penelitian Febrina dan Sunaryana (2011) menduga salah satu faktor internal
perusahaan yang diduga memengaruhi jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial dan
Sedangkan Makori dan Jagongo (2013) menguji akuntansi lingkungan dan profitabilitas
(Return on Capital Employed, Net Profit Margin, Dividend Per Share dan Earning Per
23
Share). Hasil penelitian terdapat hubungan negatif antara akuntansi lingkungan terhadap
Return on Capital Employed (ROCE) dan Earning per Share (EPS), tetapi memiliki
hubungan positif (signifikan) terhadap Net Profit Margin (NPM) dan Divident per Share
(DPS).
menghitung biaya karbon dan biaya regulasi karbon. Penelitian Ratnatunga (2007)
sangat jarang. Shodiq dan Febri (2015) melakukan kajian pengembangan standar
akuntansi karbon karena dibutuhkan sistem akuntansi untuk mencatat emisi karbon yang
dihasilkan oleh aktivitas perusahaan atau dikatakan juga bahwa transaksi karbon bersifat
klaim karena CO2 yang ada di udara sebagai hasil perusahaan tidak dapat ditentukan,
kecuali dengan mengukur tingkat emisi CO 2 yang dihasilkan oleh sistem produksi (dan
transportasi) perusahaan.
lingkungan serta kinerja lingkungan telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Hughes,
Anderson, dan Golden (2001); Pattern (2002); Al-Tuwairiji, Christenen, dan Hughes
(2003). Kemudian Clarkson, dkk. (2008) melanjutkan penelitian dengan berfokus kepada
Performance (CSP) lembaga negara yang menemukan bahwa sistem politik, diikuti oleh
24
sistem tenaga kerja dan pendidikan, dan sistem budaya adalah kategori National Business
Systems (NBS) paling penting dari lembaga yang berdampak pada kinerja. Cheng,
Ioannou, dan Serafeim (2014) dalam penelitiannya bahwa aktivitas sosial dan lingkungan
dan profitabilitas, telah digunakan dalam beberapa penelitian sebelumnya. Asumsi dasar
peneliti bahwa pasar akan bereaksi terhadap kinerja lingkungan dan praktik
pengungkapan akuntansi karbon pada era carbonomics ini. Dan berdasarkan temuan
merupakan media untuk melihat dampak atas upaya perusahaan yang memerhatikan
lingkungan.
dan profitabilitas, telah digunakan dalam beberapa penelitian sebelumnya. Asumsi dasar
peneliti bahwa pasar akan bereaksi terhadap kinerja lingkungan dan praktik
pengungkapan akuntansi karbon pada era carbonomics ini. Dan berdasarkan temuan
merupakan media untuk melihat dampak atas upaya perusahaan yang memerhatikan
lingkungan. Berikut gambar kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya pada
TEORI
Stakeholder Theory (Donaldson dan Preston, 1995)
Legitimacy Theory (Preston dan Post, 1975)
PENELITIAN TERDAHULU
25
Dita Arum Almuaromah (2022)
Pengaruh Kinerja Lingkungan, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas
Dan Leverage Terhadap Carbon Emission Disclosure
Irwanto dan Basuki (2016)
Carbon Emission Disclosure: Studi pada Perusahaan Manufaktur Indonesia
Anggraina Ayu Ningtya Dan Dedik Nur Triyanto (2019)
Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Pengungkapan Lingkungan Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Lailatus Shofi dan Nur Anisah (2020)
Kinerja Lingkungan dan Corporate Social Responsibility Mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan
Cindy Laraswaty Ayu Lestari dan Poppy Dian Indira Kusuma (2022)
Pengaruh kinerja lingkungan terhadap profitabilitas pada perusahaan terindeks Sri Kehati
Fipit Fitriani, Nurleli, dan Yuni Rosdiana (2015)
Pengaruh kinerja lingkungan terhadap profitabilitas dengan variabel moderator pengungkapan
informasi lingkungan
Rifli Sahputra, Monang Situmorang, dan Haqi Fadillah (2020)
Pengaruh kinerja lingkungan, biaya lingkungan, dan pengungkapan lingkungan terhadap profitabilitas.
Nafilah Nuryaningrum dan Erry Andhaniwati (2021)
Pengaruh kinerja lingkungan, pengungkapan lingkungan, ISO 14001 terhadap profitabilitas.
Clarkson, Li, Richardson, dan Vasvari (2008)
Hubungan antara kinerja lingkungan terhadap tingkat pengungkapan lingkungan
26
PROFITABILITAS
H1 H2
KINERJA LINGKUNGAN
PENGUNGKAPAN
AKUNTANSI
KARBON
2.5. Hipotesis
profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel
hasil penelitian Rakhiemah dan Agustia (2009) mengindikasikan bahwa perusahaan yang
menerapkan CSR akan direspon positif oleh para pelaku pasar melalui hubungan variabel
lingkungan dan profitabilitas telah dirangkum oleh peneliti. Penelitian Cowen, Ferrari,
dan Parker (1987) yang menemukan tidak ada hubungan antara profitabilitas dan
menemukan terdapat hubungan positif antara profitabilitas (Earning Per Share dan
27
sebelumnya sehingga ada Hikmah, dkk (2011) menjelaskan Profitabilitas
28
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapat laba melalui semua kemampuan, dan
Iannou dan Serafeim (2012) secara empiris ingin melihat dampak tingkat kinerja
Corporate Social Performance (CSP) lembaga negara. Dan menemukan bahwa sistem
politik, diikuti oleh sistem tenaga kerja dan pendidikan, dan sistem budaya adalah
kategori NBS paling penting dari lembaga yang berdampak CSP. Sedangkan untuk
kebermanfaatan akuntansi lingkungan diuji oleh Burhany dan Nurniah (2014) terdapat
lingkungan.
hubungan yang baik kepada semua stakeholders, maka pencapaian tujuan (goal) dapat
terwujud. Hal ini mendukung teori stakeholder melalui pernyataan Freeman, (1984:31)
dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi. Sehingga konteks kata
“stakeholder” tidak hanya pada pihak investor saja melainkan semua pihak yang
Berdasarkan tinjauan teori pendukung yaitu teori agen (Jensen and Meckling,
1976) bahwa teori agen berperan dalam menyediakan informasi, sehingga akuntansi
29
memberikan umpan balik (feedback) selain nilai prediktifnya. Pengguna Informasi
penjualan, total aktiva dan modal sendiri untuk mengevaluasi tingkat laba. Demi
hipotesis :
dan Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
yang ternyata tidak berhasil membuktikan bahwa profitabilitas (Net Profit Margin)
merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan gagal membuktikan pengaruh
profitabilitas (Net Profit Margin) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Hikmah, Chairina, dan Rahmayanti (2011) menemukan tidak ada hubungan
30
Sedangkan Makori dan Jagongo (2013) menemukan hubungan negatif antara akuntansi
Return on Capital Employed (ROCE) dan Earning per Share (EPS) dan hasilnya
memiliki hubungan posiif (signifikan) terhadap Net Profit Margin (NPM) dan Divident
(tiga) jenis penggunaan analisis yaitu deskriptif/empirical, secara instrumen, dan secara
normatif. Secara deskriptif, teori ini menjelaskan secara spesifik tentang karakter dan
perilaku perusahaan. Secara instrument, teori ini dijelaskan melalui variabel yang
atas teori ini mendukung hasil penelitian Kurniawati dan Rizki (2015) yang berimplikasi
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Sekaran dan Bougie (2013) terdapat beberapa sumber data sekunder yaitu buku dan
majalah, publikasi pemerintah, indikator ekonomi, data sensus, abstrak statistik, database
media, dan laporan tahunan. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
data berupa Laporan Tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2017-2020. Data-data yang diperlukan pada penelitian ini diperoleh dari
website resmi Bursa Efek Indonesia yang dapat diakses di www.idx.co.id untuk
memperoleh data berupa Laporan Tahunan serta dapat diperoleh dari website masing-
dikumpulkan melalui bermacam cara (Sekaran dan Bougie, 2013). Metode pengumpulan
data pada penelitian ini adalah teknik pengambilan basis data. Menurut Hartono (2013)
menjelaskan bahwa teknik pengambilan basis data dilakukan untuk mendapatkan data arsip
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu, adapun uji asumsi klasik yang dilakukan sebagai berikut;
1. Uji Normalitas
32
Uji normalitas yang dimaksudkan untuk melihat apakah variabel penelitian telah
berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal dilihat dari hasil uji Kolmogorov-
Smirnov dengan menunjukkan p-value > 0.05 dan dilihat dari grafik normal probability
plot. Sebelum melakukan uji normalitas, screening data menjadi langkah pertama untuk
memastikan data yang telah dikumpulkan tersebut dapat dilakukan pengujian selanjutnya.
2. Uji Multikolinieritas
Uji yang digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel independen pada
suatu model regresi (Hair et al., 2019). Untuk mendeteksi multikolinieritas dapat dilihat
melalui nilai tolerance dan nilai Variance inflation factor dengan masing-masing nilai >
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode uji glejser dimana dasar pengambilan
keputusan yaitu; jika nilai signifikansi > 0.05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas,
sedangkan jika nilai signifikansi < 0.05 hal ini mengindikasikan terjadinya
heteroskedastisitas.
4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2016). Jika variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai (1) nilai tolerance
33
dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam
pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres
independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah Tolerance
< 0.10 atau sama dengan VIF > 10. (Ghozali & Ratmono, 2017).
nilai perusahaan. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
Y = α + 𝛽1X1+ 𝛽2X2 + 𝜀
Keterangan:
Y = Profitabilitas
α = Konstanta
β1 = Koefisien
Regresi
X1 = Kinerja Lingkungan
X2 = Pengungkapan Akuntansi Karbon
X2 = Pengungkapan Enterprise Risk Management
℮ = Error
Uji Hipotesis
Uji F ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh setiap
variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan interpretasi jika p value < 0.05
menunjukkan H0 diterima.
34
2. Uji Parsial (T)
35
Uji parsial ini ditujukan untuk mendeteksi pengaruh semua variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen. Uji T ini dilihat dari p value jika menunjukkan nilai < 0.05
maka variabel independen pada penelitian ini mempengaruhi variabel dependen secara simultan,
jika p value < 0.05 maka tidak terdapat pengaruh simultan antar variabel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja
lingkungan dan pengungkapan akuntansi karbon serta variabel dependen adalah profitabilitas
yaitu Return On Aset (ROA). Variabel-variabel dibahas pada sub bab berikut yaitu :
antara aktivitas, produk dan jasa perusahaan dengan lingkungan (Burhany dan Nurniah, 2014).
Lober (1996) mengemukakan suatu matriks yang menyajikan kerangka kerja bagi
36
4. Dimensi outcome eksternal yaitu environmental impact; menggambarkan pencapaian hasil
yang lebih nyata dan dapat dihitung seperti tingkat polusi, limbah yang dihasilkan, limbah
Penelitian Pattern, 2002; Al-Tuwairiji dkk., 2003; Clarkson, dkk., 2008 terkait dampak
lingkungan berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan limbah yang dihasilkan yang disebut TRI (toxic releases index). Di Indonesia
penelitian yang mengukur kinerja lingkungan dengan dimensi kepatuhan dinyatakan dalam
peringkat yang berdasarkan Peratuan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 06 Tahun 2013,
pemerintah Indonesia memberikan peringkat kinerja kepada perusahaan yang pro terhadap
peringkat.
dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Sistem peringkat kinerja
Peringkat
Definisi Skor
Warna
Untuk usaha atau kegiatan yanng telah secara konsisten menunjukkan
keunggulan lingkungan (environmental excellency) dalam proses produksi
Emas 5
atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggungjawab terhadap
masyarakat
Untuk usaha atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan
lebih dari yang dipersyaratkan dalam epraturan (beyond compliance) melalui
Hijau pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara 4
efisien melalui upaya 4 R (Reduce, Reuse, Recycle dan recovery), dan me-
lakukan upaya tanggungjawab sosial (CSR/Comdev) dengan baik
37
Peringkat
Definisi Skor
Warna
Untuk usaha atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan
Biru lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan 3
perundang-undangan yang berlaku
Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan
Merah 2
dalam tahapan melaksanakan sanksi administrasi
peringkat warna PROPER perusahaan, jika perusahaan mendapat peringkat warna tertinggi yaitu
emas maka diberi skor 5. skor 4 untuk peringkat warna hijau, skor 3 untuk peringkat warna biru,
skor 2 untuk peringkat warna merah, dan skor terendah yaitu 1 untuk peringkat warna hitam.
Penelitian ini menggunakan variabel pengungkapan akuntansi karbon sebagai salah satu
variabel independen. Munculnya paradigma akuntansi carbon (carbon accounting) adalah bentuk
kekhawatiran manusia di dunia atas global warming. Solusi atas pemanasan global diungkapkan
di Protokol Kyoto.
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB
emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam
perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang
38
39
telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi
akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050
(https://id.wikipedia.org/wiki/Protokol_Kyoto).
Isu terkait akuntansi biaya karbon sebelumnya dikaji dalam 31 simposium penelitian, 11
negara yaitu Australia {8}, Canada {4}, India {1}, China {1}, Lebanon {2}, Filipina {1}, Papua
Nugini {2}, Indonesia {4}, Sri Lanka {4}, Malaysia {2}, Singapore {1}, United Arab Emirates
{1} dengan total 638 responden pada tahun 2003-2007. Tujuan penelitian untuk mendapatkan
pendapat “focus group” sebagai hasil Protokol Kyoto (Ratnatunga, 2007). Dalam Protokol
konsumen harus segera melakukan upaya perubahan perilaku menuju era ekonomi lingkungan
yang disebut oleh Ratnatunga (2007) sebagai Carbonomics (Shodiq dan Kartikasari, 2009).
Saat ini, isu baru terkait carbon trading antar negara melakukan jual-beli karbon berupa
negara yang melebihi emisi karbon tertentu (The cap) membeli sisa emisi karbon dari limit yang
ditentukan Ratnatunga (2007, 2008). Dan menurut (Shodiq dan Febri, 2015) bahwa transaksi
karbon merupakan transaksi yang bersifat maya karena CO2 di udara tidak dapat ditentukan
kecuali dengan mengukur tingkat emisi CO2 yang dihasilkan pada sistem produksi (dan
emisi karbon dan penentuan target pengurangan emisi yang dihasilkan perusahaan. Tetapi
definisi ini disederhanakan oleh Dwijayanti (2011) yaitu suatu proses pengukuran, pencatatan
dan pelaporan karbon yang dihasilkan oleh perusahaan. dan tujuannya adalah untuk mengurangi
emisi karbon yang dihasilkan sebagai bagian dari kesepakatan dalam Protokol Kyoto.
40
Berdasarkan rancangan Ratnatunga (2008), Shodiq dan Febri (2015) mengidentifikasi
praktik-praktik pengungkapan reduksi emisi karbon bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI yaitu :
Ekstraksi empiris
pengungkapan Rancangan Sistem Kodifi
manajemen lingkungan Jumlah
Kode Akuntansi dan Sistem -kasi
Pengung-
dalam Sistem Reduksi *) Pelaporan Emisi Ulang
kapan
Karbon gagasan Karbon **)
Ratnatunga (2008)
Mengubah bola lampu MPC 0 -
emisi rendah. 1
Membayar pajak karbon. MPC 0 -
2
Membangun pencakar. MPC 0 -
3
Menekan panas bumi. MPC 12 Penghematan energi SREK
4 secara menyeluruh 6
Menangkap karbon. MPC 34 Penangkapan karbon SREK
5 dengen tekonologi 1
produksi, penyuntikan
karbon dalam bumi,
ataupun proses
fotosintesis alamiah
Biarkan karyawan bekerja MPC 0 -
dekat dengan rumah. 6
Membayar tagihan Anda MPC 0 -
Online. 7
Membuka jendela. MPC 0 -
8
Meminta para ahli untuk MPC 1 Adanya pengendalian SREK
Audit energi 9 internal untuk audit 11
energi
Membeli tenaga hijau MPC 21 Pengadaan mesin dan SREK
10 teknologi produksi yang 5
ramah lingkungan /
Inovasi tekonologi
ramah lingkungan
Tinggalkan dasi (sehari- MPC 0 -
hari adalah hari biasa) 11
Terbang langsung ke MPC 0 -
lokasi 12
Mengikuti standar emisi MPC 0 -
California 13
41
Ekstraksi empiris
pengungkapan Rancangan Sistem Kodifi
manajemen lingkungan Jumlah
Kode Akuntansi dan Sistem -kasi
Pengung-
dalam Sistem Reduksi *) Pelaporan Emisi Ulang
kapan
Karbon gagasan Karbon **)
Ratnatunga (2008)
Mengubah makanan MPC 0 -
menjadi bahan bakar (Bio 14
bahan bakar)
Mematikan komputer MPC 0 -
(tidak siaga) 15
Matikan lampu saat jam MPC 0 -
kerja selesai 16
Menghentikan pengerjaan MPC 0 -
tugas 17
Pay the market / MPC 0 -
Membayar pasar 18
Berpikir di luar Kemasan MPC 0 -
19
Perdagangan karbon MPC 2 Adanya sistem SREK
untuk modal. 20 akuntansi perdagangan 8
karbon
Menetapkan anggaran MPC 2 Adanya sistem SREK
karbon untuk organisasi 21 budgetting untuk standar 9
(perusahaan). emisi karbon unit
//perusahaan
Membayar kesalahan MPC 0 -
penanganan karbon anda. 22
Membuat satu perubahan MPC 2 Kebijakan pengendalian SREK
yang tepat 23 energi dalam visi misi 10
perusahaan
Menanam pohon di MPC 25 Investasi lahan SREK
daerah tropis. 24 penangkapan karbon 2
dengan proses
fotosintesis alamiah
Gerakan hijau (kendaraan MPC 22 Kendaraan dan peralatan SREK
perusahaan berbahan 25 aset bergerak 3
bakar bio). mennggunakan bahan
bakar bio
Lakukan Pembakaran MPC 0 -
Batubara dengan benar 26
Menetapkan standar emisi MPC 22 Adanya Standar emisi SREK
karbon yang lebih tinggi. 27 karbon berdasar acuan 4
tertinggi
Menerangi ruang publik MPC 3 Adanya sistem SREK
dengan lampu hemat 28 penerangan dan desain 7
energi (LED). gedung berbasis hemat
energi.
Jumlah 146 11
42
Ekstraksi empiris
pengungkapan Rancangan Sistem Kodifi
manajemen lingkungan Jumlah
Kode Akuntansi dan Sistem -kasi
Pengung-
dalam Sistem Reduksi *) Pelaporan Emisi Ulang
kapan
Karbon gagasan Karbon **)
Ratnatunga (2008)
item
*) MPC : Manajemen Pengurangan Karbon
**) SREK : Sistem Reduksi Emisi Karbon
Sumber: Shodiq dan Febri,(2015)
Prosedur yang digunakan untuk melihat pengungkapan atas aktivitas-aktivitas yang
akuntansi karbon dalam annual report perusahaan sampel pada 11 item kodifikasi ulang pada
Tabel 4.4. Masing-masing item pada tiap kategori pengungkapan diberi skor 1 sehingga jika
Keterangan:
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Sehingga semakin baik
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA) untuk mengukur tingkat profitabilitas
perusahaan. Fahmi (2013) menyatakan bahwa ROA atau Return on Investment (ROI)
43
merupakan rasio yang melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Secara sistematis rumusnya adalah :
Berdasarkan uraian definisi operasional variabel pada penelitian ini, peneliti akan
merangkum skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
44
No Variabel Indikator Uraian Skala
45
No Variabel Indikator Uraian Skala
46
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N., Li, H. Z., & Tian, X. L. (2019). Increased firm profitability under a nationwide
environmental information disclosure program? Evidence from China. Journal of
Cleaner Production, 230, 1176–1187. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.05.161
Al-Tuwairiji, S. A., Christenen, T. E., dan Hughes, K. 2003. The Correlations among
Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Economic Performance: A
Simultaneous equations approach. Working Paper .
Amaliyah, I., & Solikhah, B. (2019). Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Karakteristik Corporate
Governance Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon. Journal of Economic, Management,
Accounting and Technology, 2(2), 129–141. https://doi.org/10.32500/jematech.v2i2.720
Bragdon, J., dan Marlin, J. 1972. Is Pollution Profitable? Risk Management,19 , 9-18.
Burhany, D. I., dan Nurniah. 2014. Akuntansi Manajemen Lingkungan Sebagai Alat Bantu
Untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. SNA 17
Mataram, Lombok .
Cheng, B., Ioannou, I., dan Serafeim, G. 2014. Corporate Social Responsibility and Access to
Finance. Strategic Management Journal .
47
Cowen, S., Ferrari, L., dan Parker, L. 1987. The Impact of Corporate Characteristics on Social
Accounting Disclosure: A Topology and Frequency Based Analysis. Accounting,
Organizations and Society. 12 (2) , 111-122.
Donaldson, T., dan Preston, L. E. 1995. The Stakeholder Theory of The Corporation: Concepts,
Evidence, and Implications. Academy of Management Review Vol. 20 No. 1 , 65-91.
Fitriani, Fipit, Nurleli, dan Yuni Rosdiana. 2015. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap
Profitabilitas Dengan Variabel Moderator Pengungkapan Informasi Lingkungan.
Prosiding Akuntansi Spesia Volume 1 Nomor 2.
Florencia, V., & Handoko, J. (2021). Uji Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Media Exposure
Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon Dengan Pemoderasi. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Keuangan, 9(3), 583–598. https://doi.org/10.17509/jrak.v9i3.32412
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).
Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
48
Ghozali, Imam dan Ratmono, Dwi. 2017. Analisis Multivariat dan Ekonometrika dengan Eviews
10. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Gray, Rob. Kouhy, Reza dan Lavers, Simon. 1995. Corporate Social and Environmental
Reporting A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure.
Accounting, Auditing dan Accountability Journal.Vol. 8 No. 2. pp. 47-77.
Hackston, D., dan Milne, M. J. 1996. Some Determines of Social and Environmental Disclosure
in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal Vol. 9, No.
1 , 77-108.
Hair Jr, J. F. H., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E., & Black, W. C. (2019).
Multivariate Data Analysis. Annabel Ainscow.
Halim, Abdul, dan Arif Surya Irawan. 1998. Perspektif Akuntansi Lingkungan, Suatu Tinjauan
Teoritis Mnegenai Isu Dampak Lingkungan Terhadap Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Indonesia
Hanafi, Mamdun M. Dan Halim, Abdul. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP
STIM YKPN.
Hapsari, H. R., Irianto, B. S., & Rokhayati, H. (2021). Pentingnya Alokasi Biaya Lingkungan
terhadap Kinerja Lingkungan dan Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Keuangan, 9(2), 407–420. https://doi.org/10.17509/jrak.v9i2.29598
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing
Service).
49
Hikmah, N., Chairina, dan Rahmayanti, D. 2011. Faktor-faktor yang memengaruhi luas
pengungkapan coorporate governance dalam laporan tahunan perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. SNA XIV Aceh , 2.
Iannou, I., dan Serafeim, G. 2012. What drives corporate social performance? the role of nation-
level institutions. Journal of International Business Studies 43(9) , 834-864.
Irwantoko dan Basuki. 2016. Carbon Emission Disclosure: Studi pada Perusahaan Manufaktur
Indonesia Vol. 18, No. 2 Hal 92-104.
Ja'far, M., dan Arifah, D. A. 2006. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen
Lingkungan Produktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Publik Environmental
Reporting. SNA Akuntansi 9 Padang , 3.
Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm : Managerial, Agency Cost and
Ownership Structure. Journal of Finance Economics .
Jiang, Y., Luo, L., Xu, J. F., & Shao, X. R. (2021). The value relevance of corporate voluntary
carbon disclosure: Evidence from the United States and BRIC countries. Journal of
Contemporary Accounting and Economics, 17, 1–22.
https://doi.org/10.1016/j.jcae.2021.100279
Kasmir, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 1, Cetakan 4, Penerbit PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Kominfo. (2022). Wapres Serukan Ulama dan Umat Islam lakukan Aksi Nyata Cegah Kerusakan
Lingkungan. Kominfo.Go.Id. https://portal.kominfo.go.id/berita/kini/7365
50
Kurniawati, S. I., & Rizki, A. 2015. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan
Tahunan Terhadap Return dan Harga Saham. Simposium Nasional Akuntansi 18 .
Lestari, Cindy Laraswaty Ayu, dan Poppy Dian Indira Kusuma. 2022. Pengaruh Kinerja
Lingkungan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Terindeks Sri Kehati. Students
Conference On Accounting and Business (SCoAB) Volume 1 Nomor 1.
Menlhk. (2022). Kontribusi Penurunan Emisi GRK Nasional, Menuju NDC 2030. Menlhk.Go.Id.
http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-
menuju-ndc-2030.html
Mousa, G. A., dan Hassan, N. T. 2015. Legitimacy Theory and Environmental Practices: Short
Notes. International Journal of Business and Statistical Analysis .
Ningtya, Anggraina Ayu, dan Dedik Nur Triyanto. 2019. Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan
Pengungkapan Lingkungan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Study Empris Pada
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2015-2017 Vol. 3 No. 1.
Puspita, D. A. 2015. Carbon Accounting: Apa, Mengapa, dan Sudahkah Berdampak pada
Sustainability Reporting (Based on 2012th with Gold Rank). Jurnal JIBEKA, Vol 9. No.
1: 29-36.
Ratnatunga, J. 2007. Carbon Cost Accounting: The Impact of Global Warming on the Cost
Accounting Profession. Journal of Applied Management Accounting Research .
51
Ratnatunga, J. 2008. Carbonomics: Strategic Management Accounting Issues. JAMAR, Vol. 6
No. 1 , 1-10.
Sahputra , Rifli, Monang Situmorang, dan Haqi Fadillah. 2020. Pengaruh Kinerja Lingkungan,
Biaya Lingkungan, Dan Pengungkapan Lingkungan Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Akuntansi Volume 7
Nomor 3.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogjakarta: BPFE
Sekaran, U., dan Bougie, R. 2013. Research Methods for Business. UK: Wiley.
Shodiq, M. J., dan Febri, Y. T. 2015. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Emisi Karbon: Dasar
Pengembangan Standar Akuntansi Karbon (Studi Eksplorasi pada Perusahaan
Manufaktur di BEI). SNA18 .
Shofi, Lailatus, dan Nur Anisah. 2020. Kinerja Lingkungan dan Corporate Social Responsibility
Mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan Vol. 3 No. 2 Hal 122-133.
Syahputra, E. (2022). Gak Nyangka! RI Juara Ke-8 Penyumbang Emisi Karbon Dunia. CNBC
Indonesia.https://www.cnbcindonesia.com/news/20220215162824-4-315606/gak-
nyangka-ri-juara-ke-8-penyumbang-emisi-karbon-dunia
52
Taurisianti, Monika Meliana dan Elisabeth Penti Kurniawati, 2014. “Perlakuan Akuntansi
Karbon di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.XVII No.2,Agustus 2014, ISSN
1979-6471.
Ulupui, I. G. K. A., Murdayanti, Y., Marini, A. C., Purwohedi, U., Mardi, & Yanto, H. (2020).
Green Accounting, Material Flow Cost Accounting And Environmental Performance.
Growing Science Accounting Volume 6 Nomor 5.
Wiyantoro, Lilis Sugeng. Yulianto, Agus Solikhan. Muchlis, Munawar. Ramdhani, Dadan. 2011.
Persepsi Auditor, Akuntan Pendidik dan Akuntan Manajemen tentang Konsep Dasar,
Pengukuran dan Pengungkapan Akuntansi Lingkungan. SNA XIV Aceh 2011:1.
53