1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, terdapat banyak kasus mengenai kerusakan lingkungan yang mengundang
kecaman keras dari masyarakat yang menuntut ditutupnya perusahaan atas dampak negatif yang
telah ditimbulkan. Banyak fakta terungkap bahwa terdapat beberapa perusahaan yang mengabaikan
Corporate social responsibility (CSR), contoh: PT. Freeport di Irian Jaya, PT. Newmont di Minahasa
dan Lombok, dan PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa. Kasus tersebut menjadi bukti bahwa masih
banyak perusahaan yang hanya fokus dalam pencapaian kinerja keuangan dan melupakan tanggung
jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat. (Ayub, 2018)
Sustainability reporting yang bersifat mandatory tersebut didukung penuh oleh upaya
pemerintah dalam mengurangi permasalahan lingkungan dengan diterbitkannya Undang-undang
No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 (1) menyatakan “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Menindaklanjuti UU tersebut, pemerintah menerbitkan PP
No.47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Peraturan
pemerintah tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan tidak hanya dituntut melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungannya, tetapi juga harus melaporkan aktivitas
pertanggungjawaban tersebut.(Astuti & Putri, 2019)
Di samping itu, masyarakat dunia kini mulai serius memperhatikan isu-isu yang
berkaitan dengan keberlanjutan. Berbagai perusahaan di seluruh dunia kini dituntut bukan
hanya untuk mendapatkan profit, aspek keberlanjutan juga menjadi hal penting yang harus
diprioritaskan oleh perusahaan atau dikenal dengan konsep Triple Bottom Line(TBL). Konsep TBL
mengacu pada sebuah praktik dalam mengukur kinerja suatu organisasi berdasarkan tiga dimensi
yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan keberlanjutan
jangka panjang dengan mempertimbangkan dampak dari kegiatan organisasi pada lingkungan
dan masyarakat sekitar serta memperhitungkan keuntungan ekonomi yang dihasilkan. Dalam
konteks pemanasan global dan kerusakan lingkungan, keberlanjutan berarti mengadopsi tindakan
1
Book Chapter “SUSTAINABILITY REPORT”
yang berkelanjutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kondisi lingkungan.
(Pratama. MR et al., 2023)
Begitu juga pada perusahaan pertambangan batu bara, kegiatan pertambangan batubara
dapat berdampak pada rusaknya ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan suatu ekosistem yang
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya, secara optimal, ini menyebabkan kegiatan tambang
batubara menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Selain itu, karakteristik mendasar industri
pertambangan adalah membuka lahan dan mengubah bentang alam sehingga mempunyai potensi
merubah tatanan ekosistem suatu wilayah baik dari segi geologi, biologi, dan budaya masyarakat.
Keberadaan industri pertambangan batubara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan,
social, dan ekonomi masyarakat. Dampak negatifnya, pertambangan lebih sering dipahami sebagai
aktifitas lebih banyak menimbulkan permasalahan dari pada manfaat, mulai dari kesehatan,
perebutan lahan, terjadi kerusakan lingkungan, hingga area bekas pertambangan yang di biarkan
begitu saj (Hakim, 20. Untuk itu adanya transparansi laporan keberlanjutan (sustainability report)
mampu berperan secara aktif untuk perusahaan pertambangan menjadi lebih baik, dan pentingnya
perusahaan untuk membuat sustainability report dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan
pertambangan yang berkelanjutan.(Abadi et al., 2023)
2
Book Chapter “SUSTAINABILITY REPORT”
2. PEMBAHASAN
2.1 Analisis Pelaporan Keberlanjutan (sustainability report) pada Perusahaan Perkebunan Kelapa
Sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) adalah perusahaan minyak kelapa sawit yang
memiliki misi untuk mewujudkan potensi penuh dari minyak kelapa sawit. Kami mengelola bisnis
terpadu atas 23 perkebunan kelapa sawit, Delapan pabrik kelapa sawit (PKS) dan satu pabrik inti
sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan tengah, Indonesia. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS)
secara resmi terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2013. Publik memiliki saham sebesar 37%
dari total saham perusahaan.(PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. All rights reserved., 2024) Berikut ini
merupakan analisis tentang pelaporan keberlanjutan pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT
Sawit Sumbermas Sarana Tbk dari segi Kinerja Lingkungan, Kinerja social, Kinerja Keuangan, dan
Inisiatif dan Proyek Berkelanjutan.
3
Book Chapter “SUSTAINABILITY REPORT”
a. Laporan Keuangan
Perusahaan mencatat kinerja keuangan yang sehat dengan pendapatan yang stabil,
pengeluaran yang terkelola dengan baik, dan investasi dalam teknologi yang
meningkatkan efisiensi operasional.
b. Strategi Pertumbuhan
Laporan menyoroti upaya perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi,
diversifikasi produk, dan ekspansi ke pasar baru dengan memperhatikan prinsip-prinsip
keberlanjutan.
c. Transparansi
Laporan keuangan disajikan dengan transparansi tinggi, memberikan rincian yang jelas
tentang penggunaan dana serta dampak keuangan dari kebijakan berkelanjutan yang
diterapkan.
2.2 Pelaporan Keberlanjutan (sustainability report) pada Perusahaan Batubara Bukit asam Tbk.
PT Bukit Asam Tbk adalah bagian dari holding BUMN pertambangan MIND ID yang bergerak
di bidang pertambangan batu bara. Hingga akhir tahun 2022, jaringan bisnis perusahaan ini terdiri
atas 5 wilayah kelolaan dan 3 pelabuhan. Izin usaha pertambangan (IUP) produksi batu bara
perusahaan memiliki total area kelola seluas 65.632 hektar dengan sumber daya mencapai 5,85
miliar ton dan cadangan sebesar 3,02 miliar ton. Hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini memiliki 9
anak usaha, yakni:
4
Book Chapter “SUSTAINABILITY REPORT”
Tidak hanya di sector batu bara saja, sejalan dengan transformasi bisnis Bukit Asam,
perusahaan juga membidik kesempatan bisnis baru yakni dengan memasuki bisnis energy baru dan
terbarukan yang menandakan peran penting Bukit Asam dalam mendukung ketahanan energy
nasional.(Bukit Asam, 2024)
5
Book Chapter “SUSTAINABILITY REPORT”
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di Indonesia, terdapat banyak kasus mengenai kerusakan lingkungan yang mengundang
kecaman keras dari masyarakat yang menuntut ditutupnya perusahaan atas dampak negatif
yang telah ditimbulkan. Pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting) mulai mendapat
perhatian oleh para pemangku kepentingan (stakeholders), khususnya dari kalangan investor.
Investor tidak lagi hanya mengandalkan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan sebagai alat untuk mengambil keputusan
investasi. Masyarakat dunia kini mulai serius memperhatikan isu-isu yang berkaitan dengan
keberlanjutan. Berbagai perusahaan di seluruh dunia kini dituntut bukan hanya untuk
mendapatkan profit, aspek keberlanjutan juga menjadi hal penting yang harus
diprioritaskan oleh perusahaan atau dikenal dengan konsep Triple Bottom Line(TBL).
Perusahaan dapat menggunakan pelaporan keberlanjutan sebagai strategi untuk
meningkatkan kepercayaan investor, yang pada akhirnya berdampak pada nilai
perusahaan. Perusahaan yang baik harus mampu mengendalikan potensi keuangan maupun
non keuangan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dalam kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan-perusahaan kelapa sawit telah lama
ditekan oleh publik atas perkembangan mereka yang tidak bertanggung jawab yang
mengakibatkan dampak buruk pada kualitas lingkungan, terutama terkait perusakan
habitat, degradasi lahan gambut, kebakaran hutan, dan pemanasan global—singkatnya,
mereka berkontribusi dalam mempercepat perubahan iklim. kegiatan pertambangan batubara
dapat berdampak pada rusaknya ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan suatu ekosistem
yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya, secara optimal, ini menyebabkan kegiatan
tambang batubara menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
3.2 Saran
Sebaiknya perusahaan di Indonesia bisa menerapkan Pelapran keberlanjutan, seperti
yang sudah dijelaskan dalam Book Chapter ini bahwa pelaporan Keberanjutan sangat penting
dan mempunyai manfaat bagi perusaan baik pada pihak internal maupun eksternal.
6
Book Chapter “SUSTAINABILITY REPORT”
4. REFERENSI
Abadi, E., Saputra, P. H., & Nurfadillah, M. (2023). AUDIT DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN.
7(4), 675–684.
Antonio, Y., Gde, T., Kusuma, B., & Pamungkas, B. (2020). Evaluasi Sustainability Report Pada
Perusahaan Minyak Kelapa Sawit Dalam Mempromosikan Sustainable Palm Oil Untuk
Mencapai Sustainable Development Goals 2030 Penelitian Metode Campuran pada
Sustainability Report Perusahaan Minyak Kelapa Sawit di Indonesia Periode 2015-2018. JIAKES -
Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 8(1), 107–116.
Astuti, F., & Putri, W. H. (2019). Studi Komparasi Kualitas Pengungkapan Laporan Keberlanjutan
Perusahaan Konstruksi dalam dan Luar Negeri. Proceeding of National Conference on
Accounting & Finance, 1(40), 34–46. https://doi.org/10.20885/ncaf.vol1.art4
Ayub, U. F. (2018). KEBERLANJUTAN PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh : Nama : Ulfa
Fajria Ayub FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA.
Aziz, A. (2014). Analisis Pengaruh Good Corporate Governance (Gcg) Terhadap Kualitas
Pengungkapan Sustainability Report. Jurnal Audit Dan Akuntansi Fakultas Ekonomi (JAAKFE),
3(2), 65–84.
Bukit Asam. (2024). Profil Perusahaan.
https://www.ptba.co.id/tentang/profil-perusahaan?/id/tentang-kami/profil-perusahaan
Hapsari, M. D. (2023). Analisis Penerapan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) Terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 4(1), 65–72.
Pratama. MR, S., Zaman, A. N., & Firmansyah, A. (2023). Pengungkapan Emisi Gas Rumah Kaca Pada
Laporan Keberlanjutan Perusahaan Di Indonesia. Akuntansiku, 2(4), 152–164.
https://doi.org/10.54957/akuntansiku.v2i4.549
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. All rights reserved. (2024). Profil Perusahaan PT. Sawit Sumbermas
Sarana Tbk. https://ssms.co.id/id/about-us
Wikipedia. (2023). Bukit Asam. https://id.wikipedia.org/wiki/Bukit_Asam