Anda di halaman 1dari 3

Tenaga kerja

Pembangunan tenaga kerja perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Agar
pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik maka terlebih dahulu harus ditetapkan suatu
program pengembangan karyawan sehingga akan memberikan dampak positif bagi perusahaan yaitu
meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas kerja erat sekali hubungannya dengan motivasi dari
masing-masing individu. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
kerja adalah : (a) memberi upah/gaji yang memadai, (b) adanya seleksi pekerja, (c) latihan dan
Pendidikan, (d) merangsang partisipasi.

Cara-cara tersebut diterapkan oleh perkebunan besar dalam upaya meningkatkan motivasi
tenaga kerja dengan harapan dapat meningkatkan prestasi kerja, (Haryanto, 1994).

Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja (tinggi atau rendah) digunakan perbandingan
dengan tingkat upah harian. Hal ini disebabkan tingkat upah ditentukan menurut jam jam kerja biasa
perhari. Tingkat upah ini ditentukan menurut standar kerja normal disertai premi. Produksi dan
produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukkan
pertambahan jumlah hasil yang dicapai. Sedangkan “peningkatan produktivitas” mengandung
pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi tersebut. Peningkatan
produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat
walaupun produktivitas tetap ataupun menurun. Peningkatan produktivitas, akan terjadi bila
masukan (input) yang sama dapat menghasilkan keluaran (output) yang lebih banyak. Peningkatan
produktivitas ini dapat dilihat dari : (a) jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber
daya yang sama, (b) jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang kurang, (c) jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan penambahan
sumber daya yang relative kecil.

http://repository.unbari.ac.id/9/1/VICTOR%20BOI%20MARULI%20HUTAHAYAN%20finish.pdf
Kepatuhan hukum dan sosial dalam perkebunan kelapa sawit adalah aspek penting dalam industri ini
untuk memastikan keberlanjutan lingkungan, hak asasi manusia, dan hubungan yang baik dengan
masyarakat sekitar. Berikut beberapa poin terkait kepatuhan hukum dan sosial dalam perkebunan
kelapa sawit:

1. Kepatuhan Hukum:

-Peraturan Lingkungan: Perkebunan kelapa sawit harus mematuhi semua peraturan lingkungan yang
berlaku, termasuk menghindari deforestasi ilegal, pembakaran hutan, dan merusak ekosistem yang
penting.

-Perizinan: Pemilik perkebunan kelapa sawit harus memiliki semua izin dan lisensi yang diperlukan
dari otoritas setempat dan nasional untuk menjalankan kegiatan perkebunan tersebut.

-Perlindungan Tenaga Kerja: Pekerja di perkebunan kelapa sawit harus dilindungi oleh hukum tenaga
kerja, termasuk dalam hal upah, jam kerja, dan fasilitas kesejahteraan.

2. Kepatuhan Sosial:

-Hak Asasi Manusia: Perusahaan kelapa sawit harus menghormati hak asasi manusia, termasuk hak
atas tanah, air, dan makanan. Mereka tidak boleh terlibat dalam pemaksaan atau eksploitasi tenaga
kerja.

-Partisipasi Masyarakat: Perusahaan perkebunan kelapa sawit harus berinteraksi dengan masyarakat
setempat dan mendengarkan masukan serta keprihatinan mereka terkait aktivitas perkebunan.

-Kesejahteraan Masyarakat: Perusahaan harus berusaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat


sekitar, misalnya melalui program pengembangan sosial, pendidikan, dan kesehatan.

-Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan: Ada berbagai badan sertifikasi yang mengeluarkan sertifikat
kelapa sawit berkelanjutan, seperti RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISCC
(International Sustainability and Carbon Certification). Kepatuhan terhadap standar-standar ini
adalah cara perusahaan membuktikan keterlibatan mereka dalam praktik yang berkelanjutan.

-Transparansi dan Pelaporan: Perusahaan kelapa sawit harus bersikap transparan dalam melaporkan
aktivitas mereka, termasuk dampak lingkungan dan sosial yang dihasilkan oleh operasi mereka.

-Inovasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Perusahaan perkebunan kelapa sawit harus berkomitmen
untuk terus melakukan perbaikan dalam praktik mereka dan mengadopsi teknologi dan inovasi yang
dapat mengurangi dampak negatif.

Kepatuhan hukum dan sosial dalam perkebunan kelapa sawit bukan hanya penting untuk menjaga
reputasi perusahaan, tetapi juga untuk melestarikan lingkungan, mendukung komunitas lokal, dan
memastikan keberlanjutan industri ini dalam jangka panjang. Pemerintah, pemangku kepentingan,
dan konsumen juga memainkan peran penting dalam memastikan bahwa perusahaan kelapa sawit
mematuhi standar-standar ini.

1. Santika, W. G., Anshari, G. Z., & Riyanto, S. (2019). Oil Palm Plantation and Deforestation in
Indonesia: The Effects of Institutional Quality and Land Tenure. Forest Policy and Economics,
101, 54-65.

2. Colchester, M., & Jiwan, N. (2019). Palm Oil and Indigenous Peoples in Southeast Asia: Land
Acquisition, Human Rights Violations, and Indigenous Peoples on the Palm Oil Frontier.
Rainforest Foundation Norway.
3. Obidzinski, K., Andriani, R., & Komarudin, H. (2012). Environmental and Social Impacts of Oil
Palm Plantations and their Implications for Biofuel Production in Indonesia. Ecology and
Society, 17(1), 25.

4. RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). (2018). Principles and Criteria. [Dokumen PDF].
Tersedia online di: https://www.rspo.org/file/principles-and-criteria/RSPO-Principles-and-
Criteria-2018.pdf

5. ISCC (International Sustainability and Carbon Certification). (2019). ISCC System Document
201: General Requirements for Sustainable Biomass and Bioenergy Production. [Dokumen
PDF]. Tersedia online di:
https://www.iscc-system.org/fileadmin/user_upload/documents/iscc-system-documents/
iscc-system-document-201.pdf

6. Suwarno, A., Maryudi, A., & Krott, M. (2018). Smallholders' Perceptions of the RSPO
Certification Scheme: A Case Study of Independent Oil Palm Smallholders in Riau Province,
Indonesia. Land Use Policy, 70, 573-581.

7. Koh, L. P., & Wilcove, D. S. (2008). Is Oil Palm Agriculture Really Destroying Tropical
Biodiversity? Conservation Letters, 1(2), 60-64.

8. Tscharntke, T., Clough, Y., Bhagwat, S. A., Buchori, D., Faust, H., Hertel, D., ... & Wanger, T. C.
(2011). Multifunctional Shade-Tree Management in Tropical Agroforestry Landscapes–A
Review. Journal of Applied Ecology, 48(3), 619-629.

Anda mungkin juga menyukai