Anda di halaman 1dari 9

EKSPLORASI KINERJA LINGKUNGAN PADA

PERUSAHAAN KELAPA SAWIT TERDAFTAR


DI BURSA INDONESIA

Firmansyah Dimas Pradana


Binus University, Jakarta, Indonesia, firmansyah.pradana@binus.ac.id

Silviya Dewiyanti, S.E., M.Si. (Dosen Pembimbing)


Binus University, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

This study aims to observe the positive and negative effects of environmental performance by 10 (ten) oil palm
plantation companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The said environmental performance can be
demonstrated in the fulfillment of several certifications which are the requirements determined by the
government for company order in an effort to preserve the environment through good environmental
performance. This study was also conducted to examine some of the results of research conducted by other
parties on other companies or industries which state that environmental performance has a positive or negative
influence. This research is basically to determine the order, commitment and consistency of the company on
Environmental Awareness which is manifested in the form of environmental performance. The results of this
study are expected to provide an overview of the importance of Environmental Awareness through the
application of government regulations and certification as scholar or scientific material

Keywords: Environment, performance, certification, influence.

Penelitian ini bertujuan untuk observasi pengaruh positif dan negatif dari kinerja lingkungan yang dilakukan
oleh 10 (sepuluh) perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Kinerja
lingkungan dimaksud dapat ditunjukkan dalam pemenuhan beberapa sertifikasi yang menjadi syarat yang
ditentukan pemerintah guna ketertiban perusahaan dalam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui
kinerja lingkungan yang baik. Penelitian ini juga dilakukan untuk menguji beberapa hasil penelitian yang
dilakukan pihak lain terhadap perusahaan atau industri lainnya yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan
memiliki pengaruh positif atau negatif. Penelitian ini pada dasarnya untuk mengetahui ketertiban, komitmen
dan konsistensi perusahaan atas Environmental Awareness yang diwujudkan dalam bentuk kinerja
lingkungannya. Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya
Environmental Awareness melalui penerapan peraturan-peraturan pemerintah dan sertifikasi sebagai bahan
scholar atau ilmu pengetahuan.

Kata Kunci: Lingkungan, kinerja, sertifikasi, pengaruh.

PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam
pembangunan ekonomi Indonesia. Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, industri kelapa sawit telah
menyediakan lapangan pekerjaan sebesar lebih dari 16 juta tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak
langsung. Industri kelapa sawit di Indonesia dibangun dengan pendekatan yang memprioritaskan keseimbangan
antara aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Menko Airlangga Hartarto menyatakan bahwa sesuai dengan
arahan dari Bapak Presiden Joko Widodo dalam upaya mengakselerasi pembangunan kelapa sawit
berkelanjutan, telah diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi
Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, yang biasa dikenal dengan Indonesian Sustainable Palm Oil
atau ISPO.

Peraturan ini mewajibkan seluruh tipe usaha kelapa sawit yaitu Perkebunan Besar Negara, Perkebunan
Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi ISPO, sebagai jaminan bahwa
praktik produksi yang dilakukan telah mengikuti prinsip dan kaidah keberlanjutan.

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hal-hal yang disebutkan diatas akan berakibat pada
terancamnya kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya baik Flora maupun Fauna. Oleh karenanya, guna
menjaga kelangsungan hidup, diperlukan adanya kepedulian atau kesadaran menjaga lingkungan
(Environmental Awareness) yang menjadi pemahaman dan tingkah laku manusia serta perusahaan pada
umumnya.

Peran perusahaan dan manusia didalam organisasi perusahaan tersebut dalam hal mewujudkan
kepedulian lingkungan sangatlah penting, sehingga diperlukan adanya penerapan sistem manajemen akuntansi
yang rinci terkait dengan kebijakan, prinsip, prosedur, pengaturan kelembagaan dan alur kerja dalam setiap
melakukan investasi usaha. Dengan mengadopsi sistem manajemen akuntansi peduli lingkungan, maka hal ini
akan dapat menambah nilai dari perusahaan serta meningkatkan daya jual produk yang tidak saja secara lokal
namun juga secara global.

Terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup ini, maka perusahaan yang sangat berkaitan dengan
tanggung jawab atas pemeliharaan dan perlindungan lingkungan hidup terutama di area kerja dan usahanya
adalah Perusahaan Perkebunan seperti halnya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang banyak jumlahnya di
Indonesia.

Sebagaimana diamanatkan pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009


mengenai Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan pada pasal 67 yaitu “Setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup”, begitu pula pada pasal 68 yaitu “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan berkewajiban : (1) memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu; (2) menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan
hidup; dan (3) mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup”. bunyi dari pasal 67 tersebut kemudian diubah oleh Undang-undang Cipta Kerja nomor
11 tahun 2020 menjadi berbunyi “(1) Setiap pelaku usaha perkebunan wajib memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah”. Dengan demikian sangat jelas
bahwa orang atau perusahaan yang berusaha di bidang perkebunan wajib dalam menjalankan usahanya untuk
memperhatikan, melindungi dan memelihara lingkungan hidup dengan baik.

Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan banyak upaya untuk menertibkan setiap usaha yang
mempunyai aktivitas yang bersinggungan dan dapat menimbulkan perubahan lingkungan hidup atau berdampak
terhadap lingkungan hidup dengan menerapkan berbagai aturan baik melalui Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri ataupun Peraturan Daerah.

Melihat pada pentingnya penerapan peraturan-peraturan terkait dengan kepedulian lingkungan yang
wajib pada perusahaan perkebunan kelapa sawit, maka menarik untuk dilakukan penelitian mengenai
“Eksplorasi Kinerja Lingkungan Pada Perusahaan Kelapa Sawit Terdaftar Di Bursa Indonesia”
Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tercatat di Bursa juga perlu menyediakan informasi bagi
para investor secara berkala mengenai aktivitas bisnis perusahaan, kondisi keuangan, operasional usaha maupun
kinerja lingkungan. Oleh karenanya informasi secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan perusahaan
dalam rangka pemenuhan terhadap aturan-aturan pengelolaan lingkungan menjadi hal yang akan menambah
nilai positif pada kinerja perusahaan secara menyeluruh. Informasi tersebut masuk dalam kategori akuntansi
manajerial terhadap Environmental Awareness atau disebut sebagai Akuntansi Manajemen Lingkungan, yang
berupa proses identifikasi semua langkah dan aktivitas perusahaan secara rutin terkait dengan pelestarian
lingkungan. 

Akuntansi Lingkungan merupakan istilah yang berkaitan dengan biaya lingkungan (Environmental
Cost) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang
timbul dari sisi keuangan mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang
mempengaruhi kualitas lingkungan.

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection
Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah:

“Fungsi penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-biaya lingkungan bagi para
stakeholders perusahaan, yang mampu mendorong pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari
biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan, perusahaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.

Badan Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (EPA)


menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua dimensi utama. Pertama, akuntansi
lingkungan merupakan biaya yang secara langsung berdampak pada perusahaan secara menyeluruh (dalam hal
ini disebut dengan istilah “biaya pribadi”). Kedua, akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu,
masyarakat maupun lingkungan suatu perusahaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Melalui penelitian kualitatif ini
diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang perilaku yang dapat diamati dari suatu
kelompok organisasi tertentu yaitu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang dikaji dari sudut pandang yang
utuh dan komprehensif. Penelitian dilakukan melalui data-data sekunder yang dikumpulkan sehingga dapat
diambil suatu hasil analisa mengenai penerapan dan pemenuhan kinerja lingkungan secara faktual pada
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tercatat di bursa Indonesia.

Metode kualitatif lebih menekankan pada pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna
dari fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan
kalimat yang digunakan. Oleh karena itu, Basri (2014) menyimpulkan bahwa fokus dari penelitian kualitatif
adalah pada prosesnya dan pemaknaan hasilnya. Perhatian penelitian kualitatif lebih tertuju pada elemen
manusia, objek, dan institusi, serta hubungan atau interaksi di antara elemen-elemen tersebut, dalam upaya
memahami suatu peristiwa, perilaku, atau fenomena (Mohamed, Abdul Majid & Ahmad, 2010).

Metode kualitatif merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam, oleh karenanya,
penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih
komprehensif (Ardianto, 2019).

Atas penjelasan mengenai metode penelitian Kualitatif tersebut, maka penelitian akan difokuskan pada
Kinerja Lingkungan dari setiap perusahaan yang akan menjadi sampel penelitian ini.

Perlu dijelaskan bahwa kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen
lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan
pada kebijakan lingkungan, peraturan pemerintah tentang lingkungan ataupun peraturan organisasi independen
tentang lingkungan. Sistem manajemen lingkungan sendiri adalah sistem manajemen yang berencana,
menjadwalkan, menerapkan dan memantau kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
lingkungan (Tibor dan Feldman, 1996). 

Menurut Ari Retno (2010), kinerja lingkungan (environmental performance) adalah bagaimana kinerja
perusahaan untuk ikut andil dalam melestarikan lingkungan. Kinerja lingkungan dibuat dalam bentuk peringkat
oleh suatu lembaga yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil yang dapat diukur dari hal-hal yang terkait dengan ukuran
aset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan semangat kerja yang dialami manusia pelaku
kegiatan, dalam mewujudkan kebijakan lingkungan organisasi, sasaran dan targetnya. Sedangkan kinerja
lingkungan kuantitatif adalah hasil yang dapat yang diukur dari sistem manajemen lingkungan yang terkait
dengan kontrol aspek lingkungan fisiknya.

Menurut Eiffeliena (2010) kinerja lingkungan kualitatif adalah: “ukuran yang didasarkan pada
penilaian semantik, pandangan, persepsi seseorang berdasarkan pengamatan dan penilaiannya terhadap sesuatu.
Keuntungan dari metrik ini adalah pengumpulan datanya relatif mudah dilakukan dan mudah
diimplementasikan. Kerugiannya adalah metrik ini secara implisit melibatkan subyektifitas dan karenanya sulit
divalidasi”.

Sedangkan kinerja lingkungan kuantitatif menurut Eiffeliena (2010) adalah: “ukuran yang didasarkan
pada data empiris dan hasil numerik yang mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik, keuangan, atau
bentuk lain. Contohnya adalah batas baku mutu limbah. Keuntungan dari metrik ini adalah objektif, sangat
berarti, dan dapat diverifikasi. Kerugiannya adalah data yang diperlukan mungkin sulit diperoleh”.

Oleh karena metode penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, maka pengukuran kinerja
lingkungan yang akan digunakan adalah kinerja lingkungan khusus untuk perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan terkait dengan kinerja lingkungan pada perusahaan
perkebunan kelapa sawit, yaitu pemenuhan sistem manajemen lingkungan melalui perijinan atau sertifikasi
seperti ISO 14001, AMDAL (Analisa mengenai dampak lingkungan) atau UKL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup), ISPO (Indonesia sustainable palm oil)
dan  PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) serta dapat
ditambah lagi dengan RSPO (Roundtable sustainable palm oil) apabila ada.

Persyaratan, kriteria, faktor-faktor yang harus ada dan dipenuhi untuk dapat disetujuinya suatu
AMDAL, sertifikasi ISPO ataupun PROPER adalah suatu hal yang diperlukan di dalam perwujudan kinerja
lingkungan sesuai dengan yang disyaratkan pada masing-masing perijinan atau sertifikasi tersebut. Sehingga
pengukuran kinerja lingkungan melalui indikator-indikator tersebut dapat memberikan jawaban yang pasti
mengenai penerapan kinerja lingkungan yang baik dan konsisten dari perusahaan perekebunan kelapa sawit
yang menjadi objek penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertama, penelitian akan dilakukan dengan melakukan pengamatan melalui identifikasi strategi,
komitmen dan hasil yang dicapai terutama terkait manajemen lingkungan pada setiap perusahaan yang menjadi
objek penelitian yang dapat diperoleh dari data sekunder antara lain laporan tahunan dan Sustainability report
nya.

Kedua, penelitian dilakukan terhadap pemenuhan atas 3 indikator kinerja lingkungan khusus untuk
perusahaan perkebunan kelapa sawit, yaitu dengan cara meng-identifikasi kelengkapan atas perijinan atau
sertifikasi terkait pada ke 3 indikator yang meliputi: AMDAL, ISPO dan PROPER serta dapat pula ditambah
dengan sertifikasi sukarela lainnya seperti RSPO dan ISO.
No. Kode Perusahaan AMDAL ISO 14001 ISPO PROPER RSPO

1. SSMS ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

2. PALM ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

3. BWPT ✔ - ✔ ✔ ✔

4. SGRO ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

5. SIMP ✔ ✔ ✔ ✔ -

6. TBLA ✔ - ✔ ✔ ✔

7. LSIP ✔ ✔ ✔ ✔ -

8. SMAR ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

9. AALI ✔ ✔ ✔ ✔ -

10. ANJT ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Gambar 1. Perijinan dan Sertifikasi yang dimiliki (Kinerja Lingkungan)

Hasil penelitian terhadap ke 10 perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut menunjukkan bahwa semua
perusahaan telah menerapkan kinerja lingkungan nya secara baik yang diwujudkan dengan diperolehnya atau
dimilikinya ke 3 indikator kinerja lingkungan yaitu AMDAL, ISPO dan PROPER (biru/hijau/emas) bahkan
beberapa diantaranya melengkapi dengan ISO 14001 yang merupakan standar internasional yang diterbitkan
International Organization for Standardisation (ISO) tentang manajemen lingkungan dan hampir seluruhnya
juga dilengkapi dengan RSPO.

Diantara 10 perusahaan sebagai objek penelitian, hanya dua perusahaan yaitu BWPT dan TBLA yang
tercatat belum memiliki sertifikasi ISO 14001 karena sifat dari sertifikasi ini yang sukarela, dalam arti setiap
perusahaan tidak memiliki suatu kewajiban untuk melengkapi dengan sertifikasi ISO ini. Namun demikian perlu
sedikit dijelaskan dalam hal ini mengenai pengertian ISO 14001.
ISO 14001 adalah standar mengenai Sistem Manajemen lingkungan (SML) atau Environmental
Management System (EMS) yang berlaku secara Internasional dan bersifat sukarela (voluntary). Standar ini
dapat dipergunakan oleh perusahaan yang berniat untuk: menerapkan, mempertahankan, dan menyempurnakan
sistem manajemen lingkungannya.

Dari perusahaan yang diteliti, terdapat 3 perusahaan yang tidak menjadi anggota atau tidak memiliki
sertifikasi RSPO yang sifatnya sukarela, yaitu: SIMP, LSIP dan AALI. Namun demikian dua diantaranya yaitu
SIMP dan LSIP semula adalah anggota RSPO namun mengundurkan diri pada akhir Januari 2019 setelah
menjadi anggota sejak tahun 2004.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan Group Head of Sustainability SIMP, Muhammad Waras, keputusan


pengunduran diri dilatar belakangi oleh kekecewaan perusahaannya terhadap mekanisme penyelesaian panel
pengaduan RSPO dalam menangani kasus pengaduan terkait hasil audit terhadap PT London
Sumatera Indonesia Tbk (LSIP). Selanjutnya dikatakan juga bahwa meskipun mengundurkan diri dari
keanggotaan mereka di RSPO, baik SIMP dan LSIP menyatakan akan tetap menjaga komitmen mereka dalam
melakukan produksi minyak sawit berkelanjutan. 

Adapun AALI juga tidak menjadi anggota RSPO, hal ini disebabkan ketidak yakinan atas manfaat dari
RSPO sebagaimana dijanjikan. Maruli Gultom yang juga mantan Direktur Utama AALI mengatakan pada
forum diskusi “Evaluasi Penyerapan CPO bersertifikat di pasar global” di Jakarta, November 2019 bahwa
RSPO tidak membela kepentingan industri sawit baik produsen dan petani. Yang terjadi, tekanan terus
diberikan. Saat harga turun ataupun tidak ada premium price.

Lebih lanjut Maruli Gultom mengatakan bahwa RSPO saat ini menjadi Lembaga swadaya masyarakat
ketimbang forum bersama perusahaan kelapa sawit. RSPO kini lebih banyak berperan mencari keuntungan,
salah satu buktinya, mereka memperoleh pendapatan dari iuran anggota, pertemuan tahunan dan bisnis
sertifikasi. Setiap tahun, anggota RSPO membayar iuran sekitar € 2.000, sedangkan pembuatan sertifikat
menelan biaya antara US$ 5 – US$ 15 per ton sawit. Kepentingan anggota kurang disuarakan dengan baik,
seperti adanya kampanye hitam mengenai sawit di eropa, peran RSPO sangat kurang dan bahkan terkait dengan
syarat dalam perdagangan dengan Eropa yang mengharuskan adanya RSPO, terasa tidak adil karena untuk
tumbuhan kedelai, bunga matahari dan sejenisnya tidak disyaratkan adanya sertifikasi sejenis.

Apabila dibandingkan diantara perusahaan objek penelitian, maka dapat dikatakan bahwa ANJT merupakan
perusahaan dengan kinerja lingkungan terbaik. Hal ini dikarenakan selain lengkapnya pemilikan atas ketiga
indikator kinerja lingkungan termasuk juga dengan ISO 14001 dan RSPO serta PROPER yang berperingkat
Emas yang menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dan melakukan upaya pengembangan masyarakat yang berkesinambungan.

Kinerja lingkungan dengan terbaik berikutnya dapat diberikan kepada SMAR dan AALI, hal ini
dikarenakan salah satu indikator yaitu PROPER memiliki peringkat Hijau yang menunjukkan bahwa
perusahaan telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan telah mempunyai
keanekaragaman hayati.

Selanjutnya, SSMS, PALM, BWPT, SGRO, SIMP, LSIP dan TBLA dapat dikategorikan berkinerja
lingkungan baik. Hal ini dikarenakan mereka telah memenuhi minimal 3 indikator kinerja lingkungan.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 10 (sepuluh) perusahaan perkebunan kelapa sawit yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia ini menyatakan bahwa seluruh perusahaan telah melaksanakan kinerja
lingkungannya melalui strategi dan komitmen yang dicanangkan oleh masing-masing perusahaan secara
berkelanjutan dan perwujudan hasil pencapaian yang dilaporkan dalam sustainability report yang dilaporkan
setiap tahun dan menjadi agenda perusahaan dalam mewujudkan transparansi kepada seluruh stakeholder nya.

Ketiga indikator kinerja lingkungan yang menjadi fokus penelitian juga dapat dipenuhi dengan baik oleh seluruh
perusahaan yang menjadi objek penelitian yaitu dimilikinya perijinan AMDAL, sertifikasi ISPO dan peringkat
PROPER-(Biru/Hijau/Emas). Bahkan hampir seluruh perusahaan yang diteliti telah memiliki sertifikasi ISO
14001 yang merupakan standar internasional mengenai penerapan manajemen lingkungan. Khusus untuk ISPO
dan PROPER memang belum seluruh anak usaha di dalam grup perusahaan yang menjadi objek penelitian
memilikinya, namun telah menjadi komitmen untuk melengkapi kedua hal tersebut pada seluruh perusahaan di
dalam grup.
Penelitian ini pada dasarnya untuk mengetahui ketertiban, komitmen dan konsistensi perusahaan atas
Environmental Awareness yang diwujudkan dalam bentuk kinerja lingkungannya.

REFERENSI
Arvidsson, S. (2014). Corporate social responsibility and stock market actors: a comprehensive study,
Social Responsibility Journal, Vol. 10 No. 2, pp. 210-225.

Cai, L., & He, C. (2014). Corporate environmental responsibility and Equity Prices. Journal of
Business Ethics, 125(July), 617–635. https://doi.org/10.1007/s10551-013-1935-4

Creswell, John W (2015). Penelitian kualitatif dan desain riset: Memilih di antara lima pendekatan,
terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Creswell, John W (2016). Research Design: Pendekatan metode kualitatif, kuantitatif, dan campuran,
terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dunk, Alan. (2002). Product quality, environmental accounting, and quality performance. Accounting,
Auditing & Accountability Journal. 15. 719-732. 10.1108/09513570210448975.

Eko, Mazda. (2012). Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dan Kinerja
Keuangan. Jurnal Ekonomi Vol.4. No.1. Mei 2013. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Fauzi, H., Mahoney, L.S. and Rahman, A.A. (2007). The link between corporate social performance
and financial performance: evidence from Indonesian companies, Issues in Social and
Environmental Accounting, Vol. 1 No. 1, pp. 149-159.

Fatemi, A.M. and Fooladi, I.J. (2013). Sustainable finance: a new paradigm, Global Finance Journal,
Vol. 24 No. 2, pp. 101-113.

Flammer, C. (2013). Corporate social responsibility And Shareholder Reaction: The Environmental
Awareness Of Investors. Academy of Management Journal, 56(3), 758–781.

Guanhua Yang, Beilei Liu. (2021). Annals of Operation Research. Research on the impact of
manager’s green environmental awareness and strategic intelligence on corporate green
product innovation strategic performance.

Horváthová, E. (2010). Does environmental performance affect financial performance? A meta-


analysis, Ecological economics, Vol. 70 No. 1, pp. 52-59.

Iqbal, Mohammad and Ni Made Suwitri Parwati. (2013). Effect Of Environmental Accounting
Implementation and Environmental Performance and Environmental Information Disclosure
as Mediation on Company Value. International Journal of Business and Management
Invention ISSN 2(10).

Jasch, Christine. (2000). Environmental performance evaluation and indicators. J Clean Prod 8:79-88
London: Elsevier. Journal of Cleaner Production. 8. 79–88. 10.1016/S0959-6526(99)00235-8.

Kurniawan, Rudi & Arthatama. (2017). Effect of Environmental Performance on Environmental


Disclosures of Manufacturing, Mining and Plantation Companies Listed in Indonesia Stock
Exchange.

Khanifah, K., Udin, U., Hadi, N., & Alfiana, F. (2019). Environmental Performance and Firm Value:
Testing the Role of Firm Reputation in Emerging Countries. International Journal of Energy
Economics and Policy, 10(1), 96–103. Retrieved from
https://www.econjournals.com/index.php/ijeep/article/view/8490

Lankoski, Leena. (2000). Determinants of Environmental Profit. An Analysis of the Firm-Level


Relationship Between Environmental Performance and Economic Performance. 951-22-
5127-2.
Levin J, Ng G, Fortes D, Garcia S, Lacey S and Grubba D (2012). Profitability and Sustainability in
Palm Oil Production: Analysis of Incremental Financial Costs and Benefits of RSPO
Compliance (Washington, DC: WWF)

Lourenço, I., Branco, M., Curto, J. and Eugénio, T. (2012). How does the market value corporate
sustainability performance? Journal of Business Ethics, Vol. 108 No. 4, pp. 417-428.

Miralles-Quirós, M.M., Miralles-Quirós, J.L. and RedondoHernández, J. (2019b). The impact of


environmental, social, and governance performance on stock prices: evidence from the
banking industry, Corporate Social Responsibility and Environmental Management, Vol. 26
No. 6, pp. 1446-1456.

Peraturan Menteri Pertanian nomor 38 tahun 2020 mengenai penyelenggaraan sertifikasi Perkebunan
Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 11 tahun 2021 mengenai Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut PROPER

Purba, Elidawaty & Purba, Bonaraja & Syafii, Ahmad & Khairad, Fastabiqul & Damanik, Darwin &
Siagian, Valentine & Ginting, Ari & Silitonga, Pandapotan & Fitrianna, Nurma & Sn, Arfandi
& Ernanda, Revi & Yayasan, Penerbit & Menulis, Kita. (2021). Metode Penelitian Ekonomi.

Repar, Nina & Jan, Pierrick & Dux, Dunja & Nemecek, Thomas & Doluschitz, Reiner. (2017).
Implementing farm-level environmental sustainability in environmental performance
indicators: A combined global-local approach. Journal of Cleaner Production. 140. 692-704.
10.1016/j.jclepro.2016.07.022.

Rifqi M Auliya. (2018). Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan corporate
social responsibility sebagai variabel intervening. Studi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI dan mengikuti program penilaian peringkat kinerja perusahaan (PROPER)
Kementerian lingkungan hidup Republik Indonesia.

Schultze, W., Trommer, R. The concept of environmental performance and its measurement in
empirical studies. J Manag Control 22, 375–412 (2012).

Setyowati, Ardhya Pratiwi. (2009). “Analisis Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kinerja
Keuangan Perusahaan Pertambangan Peserta PROPER yang Terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia Periode 2003-2007”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998)

Sudaryanto. (2011). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Finansial Perusahaan Dengan


Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure Sebagai Variabel Intervening. Skripsi.
Universitas Diponegoro: Semarang.

Suka, eka Andala. (2016). Efektifitas Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Nilai Perusahaan,
Universitas Muhammadiyah Yogjakarta 1-24.

Strauss, Anselm & Juliet Corbin. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Tata Langkah dan
Teknik-Teknik Teoritisasi Data, terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tadros, H.Y., & Magnan, M. (2019). How does environmental performance map into environmental
disclosure? Sustainability Accounting, Management and Policy Journal.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Wong, C. W. Y., Miao, X., Cui, S., & Tang, Y. (2016). Impact of Corporate environmental
responsibility on Operating Income: Moderating Role of Regional Disparities in China.
Journal of Business Ethics, 20. https://doi.org/10.1007/s10551-016-3092-z
Zeiss, Ragna. (2018). From Environmental Awareness to Sustainable Practices. 10.1007/978-3-319-
53121-2_25-1.

Zeina, Nur & Sari, Nur. (2018). Analisis Kebaruan (novelty) dalam Metode Penelitian Akuntansi.

https://www.bps.go.id/publication/2021/11/30/2639657be1e8bd2548469f0f/statistik-lingkungan-
hidup-indonesia-2021.html

https://media.neliti.com/media/publications/58722-ID-integrasi-ekonomi-dan-lingkungan-hidup-d.pdf

World Growth 2011 The economic benefit of palm oil to Indonesia


(https://worldgrowth.org/site/wpcontent/uploads/2012/06/WG_Oil_Benefits_Report-
2_11.pdf)

RIWAYAT PENULIS
Firmansyah Dimas Pradana lahir di Jakarta, 10 April 1998. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas
Bina Nusantara (Binus University), Jakarta dalam bidang Akuntansi, program studi Ekonomi dan Komunikasi
pada tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai