Anda di halaman 1dari 20

Business Process Re-Engineering (BPR)

sebagai Alat Akuntansi Manajemen


Strategik: Konsep Teoritis dan Praktis
dalam Penerapan Enterprise Resources
Planning (ERP)

Kelompok 6 :
- Kevin Benika (207017017)
- Natasya Sylvia (207017023)
- Sri Endang Nur Aini (207017034)
Konsep Business Process Reengineering (BPR)

Pada dekade terakhir ini perusahaan-perusahaan secara terus-menerus


memperbaiki proses bisnisnya. Adapun pengertian dari proses Bisnis (Business

Process) Menurut Indrajit, et.al (2002, hal 3) adalah sejumlah aktivitas yang
mengubah sejumlah input menjadi sejumlah output (barang dan Jasa) untuk orang-
orang lain atau proses yang menggunakan orang dan alat. Hal ini dimaksudkan
untuk memenuhi tuntutan para pelanggan akan produk atau jasa yang lebih baik.
Sehingga dengan melakukan perbaikan proses bisnis, maka kepuasan pelanggan
diharapkan akan dapat terpenuhi. Tuntutan-tuntutan tersebut terjadi dikarenakan
kemajuan teknologi yang semakin cepat dan persaingan global yang semakin ketat
yang merupakan pemicu terjadinya perubahan.

Salah satu pendekatan baru untuk melakukan perubahan yang cepat dan
dramatis dikenal Business Process Reengineering (BPR). Prinsip BPR secara ekstrem
mengganggap dan mengandaikan bahwa proses yang digunakan sekarang
sudah tidak relevan lagi, tidak layak lagi, sudah kadaluwarsa, jadi harus
dilupakan dan ditinggalkan saja (mulai lagi dari permulaan). Sikap semacam ini
memungkinkan para perancang bisnis proses untuk tidak terikat lagi pada proses
yang lama, namun dapat terfokus pada proses yang sama sekali baru.
Pengertian Business Process Reengineering (BPR)

Adapun pengertian dari Business Process Reengineering (BPR) menurut


bebarapa ahli adalah sebagai berikut:


 Hammer, et.al (1993), pelopor dibidang ini menyatakan bahwa Business
Process Reengineering adalah pemikiran dan perancangan ulang suatu
proses bisnis secara mendasar (fundamental) dan secara radikal untuk
mendapatkan perbaikan secara dramatis. Dengan mengukur kinerja saat
ini melalui elemen-lemen biaya, kualitas, pelayanan dan kecepatan.
 Obolensky,N, (1994), menyatakan bahwa Business Process Reengineering
adalah usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk mengubah proses dan
kendali internalnya dari suatu hierarki vertikal fungsional yang
tradisional, menjadi struktur pipih yang horisontal dan berlandaskan kerja
sama tim yang berfokus pada peningkatan pelanyanan pelanggan.
 Petrozzo,D, et.al (1994), mendefinisikan Business Process Reengineering
adalah rancang ulang simultan dalam proses, organisasi, dan sistem
informasi pendukungnya untuk mencapai perbaikan radikal yang
menyangkut waktu, biaya, kualitas, dan penghargaan pelanggan terhadap
produk dan layanan perusahaan.
Tujuan Utama Dilakukan Reengineering

 Peningkatan produktivitas
Rekayasa ulang dapat meningkatkan produktivitas dengan menciptakan proses-proses


yang inovatif. Apabila selama ini perusahaan menggunakan paradigma ruang
tertutup, dimana tugas dan tanggung jawab sifatnya vertikal, hal itu hendaknya
diganti dengan struktur yang sifatnya lintas-fungsi, lebih datar.
 Pengoptimalan nilai bagi pemegang saham
Rekayasa ulang dapat mengoptimalkan nilai bagi para pemegang saham dengan
melakukan kegiatan-kegiatan yang inovatif. Contohnya adalah inovasi pada desain
produk, pabrik, dan pelayanan pelanggan.
 Pencapaian hasil yang luar biasa
Rekayasa ulang dapat diarahkan untuk setidak-tidaknya mencapai peningkatan luar
biasa, misalnya sebesar 50%, apabila dalam kenyataannya ternyata kurang, maka
percapaian tersebut meskipun itu mungkin mengesankan, bukanlah merupakan hasil
rekayasa ulang yang sebenarnya.
 Pengkonsolidasian berbagai fungsi
Rekayasa ulang berusaha menciptakan suatu organisasi yang lebih ramping, lebih
datar, dan lebih mudah bergerak. Kemampuan untuk menerima inovasi,
merealisasikan kebutuhan pasar, mengadopsi teknologi yang sesuai, memuaskan
pelanggan, dan merealisasikan inisiatif persaingan adalah beberapa ciri khas
perusahaan yang daya tanggap terhadap turbulensi lingkungannya termasuk dalam
kategori baik.
 Pengurangan kegiatan yang tidak perlu
Reengineering secara konsisten hendaknya mampu mendeteksi, menentukan, dan
melaksanakan pengurangan terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap sulit
dikembangkan, atau meningkatkan kinerja suatu kegiatan yang masih memiliki
potensi untuk dikembangkan. Dengan demikian, pengurangan atau penambahan ini,


akan berdampak pada sumber daya yang tersedia.

Dalam tulisan Hamer memperkenalkan esensi dan prinsip-prinsip reengineering


antara lain adalah:
1. Memfokuskan pada faktor-faktor sekitar hasil (outcome) bukan pada tugas,
artinya bahwa suatu perusahaan hendaknya memiliki seseorang yang melaksanakan
semua tahapan dalam suatu proses.
2. Suatu perusahaan hendaknya membentuk departemen-departemen terspesialisasi
untuk menangani proses yang terspesialisasi pula.
3. Mengelompokkan pemrosesan informasi ke dalam fungsi yang menghasilkan
informasi.
4. Memperlakukan sumber-sumber yang terpisah seolah-olah tersentralisasi.
5. Mengkaitkan aktivitas-aktivitas paralel serta mengintegrasikan hasil-hasilnya. Hal
ini ditujukan untuk meningkatkan keterkaitan antar fungsi paralel sehingga unit-unit
terpisah bisa melakukan satu fungsi.
6. Menghubungkan aspek-aspek keputusan untuk menyelesaikan tugas dan
membangun sistem pengendalian dalam suatu proses.
7. Memperoleh informasi sekaligus pada sumbernya.
Beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk melakukan Business
Process Redesign/Reengineering (BPR) yaitu :

 Identify the process to be improved


Tahap ini merupakan tahap untuk melakukan identifikasi mengenai proses-proses
yang akan menjadi prioritas tertinggi untuk dilakukan pengembangan, termasuk
proses yang mempengaruhi keunggulan kompetitif. Tahap ini juga dilakukan
identifikasi kebutuhan dari setiap proses dan mengembangkan rencana terkait
dengan kebutuhan tersebut.
 Structure a process improvement project
Setelah dilakukan identifikasi terhadap proses prioritas yang akan dikembangkan,
setiap proses yang memerlukan untuk dibuat, didesain ulang ataupun diperbaiki,
maka dilakukan identifikasi process owner dan management oversight body
(guidance team).
 Document and analyze the current process
tahap ini juga akan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari proses tersebut
sehingga dapat diketahui mengenai area yang membutuhkan perubahan selanjutnya.
 Design the future process
Tahap ini dilakukan desain terhadap proses yang akan berlangsung berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kebutuhan konsumen,
kekuatan dan kelemahan proses yang ada.
 Design the future process
Tahap ini dilakukan desain terhadap proses yang akan berlangsung berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kebutuhan konsumen,
kekuatan dan kelemahan proses yang ada.


 Develop the implementation plan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan suatu rencana yang komprehensif untuk
mengimplementasikan proses yang baru.
 Implement the plan
Tahap ini merupakan tahap implementasi dari rencana proses baru.

Dalam proses implementasi ERP paling sedikit ada 3 perubahan yang terjadi.
1. Perubahan Teknologi
Penggunaan sistem baru tentu saja akan merubah adaptasi teknologi yang akan
dipergunakan perusahaan, hal ini harus menjadi perhatian dengan melihat
apakah team internal sudah memiliki pengetahuan atau pengalaman yang cukup
dalam teknologi baru yang akan dipergunakan? misalnya perusahaan berencana
menggunakan SAP sebagai sistem ERP baru, dan dari 5 team IT/MIS, tidak ada
satu orangpun yang menguasai SAP maka perusahaan akan memerlukan bantuan
pihak luar dalam proses implementasi.
2. Perubahan Bisnis Proses
Pada umumnya impementasi ERP sistem akan menyentuh hampir
seluruh bagian/departemen, karena itu biasanya akan terjadi perubahan
dari cara kerja operasional perusahaan (lihat bahasan mengenai apa itu
ERP dan kegunaannya).

3. Perubahan Kultur Perusahaan (Culture)
Kedua perubahan di atas, terutama perubahan Bisnis Proses akan
berakibat pada perubahan cara kerja, yang pada akhirnya akan memaksa
terjadinya perubahan kultur kerja perusahaan.
Pengertian Enterprise resource planning (ERP)


 Enterprise resource planning (ERP) adalah Sistem
dan perangkat lunak perencanaan sumber daya
perusahaan (ERP) yang menghubungkan area
fungsional, proses, dan sistem organisasi. Fungsi
bisnis seperti sumber daya manusia, keuangan,
manufaktur, dan kontrol inventaris dapat
dihubungkan dengan satu platform yang
idealnya meningkatkan efisiensi dan kualitas,
menurunkan biaya, dan memberikan fleksibilitas
organisasi dan dukungan keputusan yang lebih
besar.
Area Fungsional ERP
1. Marketing/Sales
Departemen pemasaran dan penjualan dapat melacak pengalaman pelanggan dari
aktivitas pra-penjualan, yang dimulai dengan menghubungi pelanggan, melalui

2. Customer Relationship Management


pengiriman pesanan pelanggan yang sebenarnya.

Platform ERP juga dapat menggabungkan modul/bahan manajemen hubungan


pelanggan (CRM) untuk fokus pada bagaimana bisnis berkomunikasi dengan
pelanggannya.
3. Supply Chain Management
Modul ERP yang mendukung manajemen rantai pasokan dan dapat menampilkan
fungsi untuk pembelian, konfigurasi produk, penjadwalan pemasok, inspeksi
barang, pemrosesan klaim, pergudangan, dan lainnya.
4. Manufactur
Modul ERP yang mendukung proses manufaktur yakni teknik, kapasitas
penjadwalan, kualitas kontrol, alur kerja dan manajemen masa pakai produk.
5. Accounting/Finance
Otomatis akan memudahkan tugas-tugas yang terkait dengan penganggaran, biaya
dan manajemen kas, penetapan biaya berbasis aktivitas dan fungsi
akuntansi/keuangan lainnya.
6. Human Resources
Modul ERP dalam sistem sistem perencanaan sumber daya perusahaan dapat
mencakup alat dan dasbor untuk mengumpulkan dan menafsirkan data tentang
pelatihan, perekrutan, penggajian, tunjangan,dan rencana pensiun.


Fungsi ERP
 Alat untuk integrasi proses produksi/jasa suatu perusahaan serta data dalam
suatu organisasi
 Alat untuk mengatur perencanaan yang lebih valid dan terukur.

Contoh Kasus Penerapan ERP


 Penerapan ERP Pada PT.PLN (PERSERO)
Pada tahap awal penerapan ERP, PLN menerapkan di tiga bidang yaitu: divisi
keuangan, divisi logistik dan divisi sumberdaya manusia. Ujicoba Pilot project
dilakukan di kantor PLN distribusi Jakarta Raya & Tangerang, distribusi Bali, dan
kantor Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa-Bali. Dengan pertimbangan
khusus, PLN memilih SAP sebagai paket perangkat lunak ERP, dan bekerja sama
dengan Accenture sebagai perusahaan konsultan penerapan ERP.
Penerapan ERP
pada PT PLN
(PERSERO)


Best Practice di ERP
1. Memahami dan Memprioritaskan Persyaratan Utama
Perangkat lunak ERP diharapkan menjadi komponen kunci dalam mengelola proses
bisnis inti.


2. Menetapkan Kunci Kinerja Utama untuk ROI Positif
Mengukur apakah implementasi ERP berhasil atau tidak? Dengan menetapkan Key
Performance Indicators (KPIs) yang memungkinkan untuk mengukur kinerja
perangkat lunak setelah implementasi secara kuantitatif.
3. Investasikan Waktu dalam Pelatihan
Implementasi perangkat lunak ERP tidak hanya memengaruhi sistem dan proses
bisnis, tetapi juga memengaruhi pekerjaan sehari-hari orang-orang yang diharapkan
menggunakan sistem tersebut.
4. Singkirkan Migrasi Data Lebih Awal
Data adalah salah satu aset utama organisasi. Setiap implementasi ERP yang berhasil
akan mengharuskan untuk mentransfer data dari sistem lama ke yang baru.
Sebagian besar perusahaan menunda migrasi data hingga proses implementasi
terlambat, yang dapat berdampak negatif.
5. Ajak Semua Anggota Tim
Setiap implementasi ERP terbaik di kelasnya memiliki satu kesamaan. Ini membuat
semua orang di organisasi dari tingkat ruang rapat hingga tingkat pengguna harian
bekerja sama untuk tujuan yang sama.
Aplikasi BPR dalam Pengukuran Kinerja Manajemen: Studi Kasus

 REKAYASA ULANG BISNIS PROSES (BPR) STUDI KASUS PT INALUM (PERSERO)  


 Dept.Pengadaan manajemen menargetkan untuk mengoptimalkan proses pengadaan dengan target
delivery on time barang ditetapkan menjadi 97%. Sebelumnya pencapaian delivery on time adalah 86,8


%. Oleh karena itu perlu perubahan yang lebih tepat dan cepat untuk memenuhi target yang telah
ditentukan dan perlu dicarikan terobosan baru yang mendasar dan tidak hanya sekadar perubahan kecil
yang dilakukan oleh PT Inalum.

 Analisis Business Process Reengineering


1. Identifikasi value chain
2.Analisis setiap kegiatan proses bisnis
Upaya untuk meningkatkan on time delivery pada proses pengadaan barang adalah waktu proses dan
Pemasok yang tepat.
3.Rancangan proses bisnis baru Dengan mengadopsi konsep Supply positioning model yang direkomendasi
oleh IAPI
IAPI merekomendasikan agar proses pengadaan dilakukan dengan cara lelang dan paket pengadaan
dilakukan sekali dalam jumlah besar. Hal tersebut untuk menarik minat pemasok untuk tertarik menawarkan
barang yang bersifat bottleneck dan critical. Maka rancangan proses bisnis baru :

 Analisis Balance Scorecard Untuk mengukur Kinerja Manajemen


Analisis balance score card (BSC) memberikan manfaat bagi perusahaan berupa pengurangan biaya, waktu
proses dan delivery on time. Dengan demikian, rekayasa ulang akan menjadi solusi yang saling
menguntungkan bagi para stakeholder.
 REKAYASA ULANG PROSES BISNIS(BPR) PADA PERUSAHAAN NIKE
COMPANY
Contoh dari studi kasus tersebut adalah Nike menerapkan SAP ERP untuk
perusahaannya. Melakukan BPR bukanlah hal yang mudah. Berikut adalah solusi
yang diberikan untuk perusahaan Nike:


 SCM: Make to sell -> Make to order
 Ambillah lebih lambat dalam menerapkan ERP
 Lebih baik menggunakan pendekatan roll out daripada big bang
 Buat template proses bisnis yang disetujui secara global.
 Jadi kesimpulannya, BPR akan memimpin organisasi dengan lebih baik, lebih
efektif dan efisien jika dilakukan dengan benar.

 Rekayasa Ulang Proses Bisnis(BPR) pada Perusahaan PDAM Mojokerto


Berikut adalah solusi yang dihasilkan Sejak BPR diberlakukan yaitu:
 Teknologi Informasi berperan sebegai pendukung tahapan rekomendasi
sehingga mendapatkan perubahan proses bisnis yang signifikan.
 Dengan menggunakan aplikasi web dapat mengurangi biaya kertas yang untuk
sekarang tidak efisien lagi untuk digunakan
 Dengan adanya BPR dapat dilakukkannya pengecekan secara manual dengan
mencari ke gudang agar tidak kosongnya stok digudang tersebut.
 Rekayasa Ulang Bisnis(BPR) pada Perusahaan XYZ Soymilk Company
Hasil dari rekayasa ulang proses bisnis adalah beberapa ide proses bisnis adalah
sebagai berikut:
 Pertama, strengths (kekuatan): proses pembuatannya mudah dan sederhana;


kualitas rasa dan tekstur produk yang khas (beda dengan yang lain); harga jual
murah meriah; tempat penjualan dan konsumen telah tersedia; memanfaatkan
e- business untuk mempromosikan produk melalui Internet; tempat produksi
ada di wilayah perumahan yang rata-rata kos mahasiswa; kemasan menarik
dan berlabel; kualitas produk terjamin.
 Kedua, weaknesses (kelemahan): harga bahan baku (kedelai) yang relatif tidak
menentu (tidak stabil), bahkan beberapa waktu yang lalu sempat mengalami
kelangkaan; manejemen perusahaan masih sederhana; terdapat endapan pada
susu kedelai; jika tidak tepat prosesnya terdapat tahu di lapisan atas susu;
kurang cukup modal; proses produksi bentrok dengan jadwal; ketidaktahuan
masyarakat terhadap kandungan gizi yang dimiliki susu kedelai.
 Ketiga, opportunities (peluang): pertumbuhan pasar dimungkinkan
meningkat; peluang pasar untuk mendapatkan konsumen yang menjanjikan;
belum ada pesaing, khususnya untuk pemasaran di kampus; keterbukaan
untuk menggunakan teknologi baru ke depannya untuk membuat kemajuan
besar di bidang produksi; cuaca Madura, khususnya Bangkalan, yang panas
membuat orang ingin mengonsumsi minuman yang segar.
 BUSINESS PROCESS RE-ENGINEERING SISTEM INFORMASI
PERPUSTAKAAN: STUDI KASUS INSTITUT TEKNOLOGI DEL

Dari hasil BRP yang dilakukan dapat dilakukan solusi sebagai berikut:


 Sistem informasi Perpustakaan ITD yang dibangun harus berorientasi
pada kebutuhan informasi pemakai dan manajemen, serta
menyesuaikan visi dan misi perpustakaan.
 Selain re-engineering sistem informasi perpustakaan, lembaga juga
perlu membangun sistem repositori institusi ITD.
 Pengembangan sistem repositori dapat meningkatkan image institusi
melalui peringkat webometrics dunia.
 Kesimpulan

Tuntutan-tuntutan informasi untuk lingkungan bisnis saat ini sudah


mulai berubah dikarenakan kemajuan teknologi yang semakin cepat dan
persaingan global yang juga semakin ketat yang merupakan pemicu harus

terjadinya perubahan. Salah satu pendekatan baru untuk melakukan
perubahan yang cepat dan dramatis dikenal Business Process Reengineering
(BPR). Prinsip BPR mengganggap bahwa proses yang digunakan sekarang
sudah tidak relevan lagi, tidak layak lagi, sudah kadaluwarsa, jadi harus
dilupakan dan ditinggalkan. Para perancang bisnis harus berusaha untuk
tidak terikat lagi pada proses yang lama, namun dapat terfokus pada proses
yang baru dan lebih inovatif.
Oleh karena itu, diperlukan ada nya sistem perangkat lunak
perencanaan sumber daya perusahaan atau Enterprise resource planning
(ERP) yang membantu untuk menghubungkan area fungsional, proses, dan
sistem organisasi di suatu perusahaan. Sehingga, dapat meningkatkan
efisiensi, kualitas, menurunkan biaya, memberikan fleksibilitas organisasi
dan dukungan keputusan yang lebih besar. Proses perekayasaan ulang
bisnis juga sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar di
Indonesia.
 Referensi

 http://repository.unpas.ac.id/31804/1/BAB%20II%20TA%20OTAK.doc
 https://www.e-akuntansi.com/business-process-reengineering-bpr/

 
http://archives.cpajournal.com/old/16373954.htm
http://ccg.co.id/blog/2015/05/11/business-process-redesign-reengineering/
 https://www.floridatechonline.com/blog/information-technology/erp-functi
onal-areas/
 https://www.provintl.com/top-5-erp-best-practices-for-implementation-
success
 https://sis.binus.ac.id/2019/03/20/business-process-reengineering-at-nike-c
ompany/
 https://www.researchgate.net/publication/343202562_Business_Process_Ree
ngineering_BPR_Pada_Perusahaan_Pdam_Kabupaten_Mojokerto_Untuk_Me
ningkatkan_Kinerja_Bisnis_Perusahaan
 https://journal.binus.ac.id/index.php/BBR/article/view/1189jurnalbaca.pdi
i.lipi.go.id
 https://industritelkomgambris04.wordpress.com/2014/05/25/business-
process-reengineering/ 

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai