Anda di halaman 1dari 50

1

ANALISIS GREEN ACCOUNTING


PADA PERUMDA TIRTA TERUBUK BENGKALIS DITINJAU DARI
PERSPEKTIF AKUNTANSI SYARI’AH

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar

keempat di dunia yaitu dengan jumlah penduduk mencapai 258.704.900

jiwa.1 Letak geografis Indonesia yang strategis menunjukkan betapa kayanya

Indonesia dengan sumber daya alam yang dimiliki yang berasal dari

pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, peternakan, serta pertambangan

dan energi. Oleh sebab itu, banyak investor baik dari dalam maupun luar

negeri yang tertarik menginvestasikan dananya di Indonesia ke dalam badan

usaha atau perusahaan.

Perusahaan didirikan untuk tujuan tertentu, salah satunya adalah

tujuan ekonomis bahwa perusahaan yang didirikan untuk mencapai

keuntungan yang setinggi-tingginya melalui kemampuan mengelola aset dan

sumber daya yang dimiliki.2 Dalam mengelola sumber daya alam, tentu

perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan alam di

sekitarnya, maka tujuan perusahaan bukan hanya memaksimalkan

keuntungan tetapi juga memiliki tujuan ikut bertanggung jawab melindungi

1
Badan Pusat Statistik. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2021. (Jakarta:
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2021)
2
Hani, Syafrida. Teknik Analisa Laporan Keuangan. (Medan: UMSU PRESS, 2015) hal.
5
2

bumi dari setiap kerusakan lingkungan sehingga akan terus dapat melakukan

pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.3

Akhir-akhir ini negara-negara dibawah naungan PBB sedang

gencarnya melaksanakan konsep Green dari semua sektor. Sektor industri

seperti ekonomi dan keuangan menjadi salah satu sasaran yang harus

diterapkan konsep green. Industri keuangan harus juga memperhatikan

konsep green dalam melakukan pencatatan dan pembukuan laporan

keuangan. Konsep green itu sendiri ialah sebuah terapan konsep pelestarian

lingkungan hijau dari semua aktivitas manusia. Sebagaimana diterapkan

dalam ilmu akuntansi yaitu dikenal dengan Green Accounting. Dalam upaya

menjaga lingkungan, bidang akuntansi memberikan pengaruh terhadap

lingkungan hijau dari segi pencatatan dan pelaporan keuangan. Selain itu

dapat diketahui kegiatan perusahaan adalah kegiatan untuk memperoleh

keuntungan. 

Green accounting itu sendiri atau dikenal juga dengan akuntansi hijau

adalah suatu proses pengakuan, pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan,

pelaporan, dan pengungkapan secara terintegrasi terhadap objek, transaksi,

atau peristiwa keuangan, sosial, dan lingkungan dalam proses akuntansi agar

menghasilkan informasi akuntansi keuangan, sosial, dan lingkungan yang

utuh, terpadu, dan relevan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam

pengambilan keputusan dan pengelolaan ekonomi dan non-ekonomi.4

3
Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama.
Cetakan Kesepuluh. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hal. 494
4
Andreas Lako. Akuntansi Hijau: Isu, Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Empat,
2018) hal. 99
3

Tujuan dari green accounting adalah untuk meningkatkan efisiensi

pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan

dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek

(economic benefit). Green accounting diterapkan oleh berbagai perusahaan

untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak

perlindungan lingkungan (environmental protection).5

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sering kali

memberikan dampak kepada lingkungan alam sekitarnya, kadangkala dampak

tersebut merupakan dampak negatif seperti pencemaran suara, pencemaran air

dan tanah, serta limbah hasil produksi. Menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup:6

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau


dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya,
sedangkan limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan.”

Fenomena saat ini yang banyak bermunculan saat ini adalah maraknya

pembukaan lahan sebagai lahan perusahaan atau perkantoran. Begitu juga

dengan Perumda Tirta Terubuk Bengkalis, dalam pendiriannya terletak

berdekatan dengan pemukiman warga dan berada di tengah-tengah kota.

Dalam pengoperasiannya belum diketahui pasti apakah sudah memperhatikan

aspek amdal dengan baik dan benar di dalam pengolahan air. Karena hal ini

berkaitan dengan bahan-bahan kimia yang mereka gunakan pastinya akan

5
Arfan Ikhsan. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008) hal. 25
6
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
4

memberikan dampak yang berbahaya bagi penduduk sekitar jika tidak diolah

dengan benar. Begitu juga dengan penerapan green accounting yang belum

diterapkan dengan benar di dalam pelaporan keuangan mereka.

Saat ini di Indonesia penerapan akuntansi lingkungan masih belum

diatur secara khusus dalam standar akuntansi, artinya penyajian akuntansi

lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan masih bersifat sukarela, tetapi

dengan melihat dampak positif yang akan didapat perusahaan dengan

menyajikan laporan mengenai akuntansi lingkungan maka ada baiknya

perusahaan menyajikannya seperti ketentuan dalam PSAK No. 1 Tahun 2015

paragraf 14 (empat belas) yang menyatakan:7

“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan,


laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah,
khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup adalah
signifikan dan ketika karyawan dianggap sebagai kelompok pengguna
laporan keuangan yang memegang peranan penting.”

Namun, belum terdapat pengukuran secara pasti untuk merumuskan

bagaimana metode pengukuran, penilaian, pengungkapan dan penyajian

akuntansi lingkungan di sebuah perusahaan. Pengukuran akuntansi

lingkungan yang baik akan berakibat pada kinerja lingkungan yang baik

juga.8

Pengukuran green accounting ini dapat dilihat dari kinerja lingkungan

perusahaan. Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam

menciptakan lingkungan yang baik (green). Kinerja lingkungan perusahaan

7
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. (Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia, 2015)
8
Andreas Lako. Akuntansi Hijau: Isu, Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Empat,
2018) hal. 100
5

diukur dari prestasi perusahaan yang mengikuti program PROPER yang

merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan

Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan

lingkungan hidup melalui instrumen informasi.9

Seperti pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Desy Nur Pratiwi

dan Yuwita Ariessa Pravasanti (2018)10 yang berjudul Analisis Penerapan

Green Accounting pada Industri Batik Laweyan menunjukan bahwa perhatian

terhadap lingkungan hidup masuk rata-rata indeks 68,67% yang mempunyai

kategori sedang, tanggungjawab lingkungan hidup mempunyai rata-rata

indeks 63,20% sehingga masuk kategori sedang, persepsi manajemen

terhadap keterlibatan perusahaan dalam masalah lingkungan hidup

mempunyai rata- rata indeks 63,20% sehingga masuk kategori sedang,

pelaporan akuntansi lingkungan mempunyai rata-rata indeks 70,32%

sehingga masuk kategori sedang, dan audit lingkungan mempunyai rata- rata

indeks 32,37% sehingga masuk kategori rendah.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten bengkalis adalah

perusahaan daerah yang bergerak di bidang pengadaan air bersih dan sesuai

dengan nilai-nilai atau syarat-syarat kesehatan dan bertujuan untuk melayani

kepentingan masyarakat atau penduduk yaitu dengan cara menyalurkan air

bersih ke rumah penduduk, tempat usaha dan fasilitas umum yang

9
Suratno, Ignatius Bondan, dkk. (2006). Pengaruh Environmental Performance terhadap
Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empris pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2004). Simposium Nasional Akuntansi 9,
Padang (23-26 Agustus).
10
Pratiwi, Desy Nur, and Yuwita Ariessa Pravasanti. "Analisis Penerapan Green
Accounting Pada Industri Batik Laweyan." Accounthink: Journal of Accounting and Finance 3,
no. 02 (2018).
6

membutuhkan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari untuk memajukan

fungsi sosial, sistem penyaluran air bersih tersebut selain menggunakan

armada dalam bentuk mobil tangki, sehingga dapat menjangkau daerah belum

tersedia jaringan instalasi perpipaannya.11

Dikarenakan Perumda Tirta Terubuk Bengkalis bergerak dibidang

pelayanan jasa penyaluran air bersih tentunya tidak lepas dari isu-isu

lingkungan yang berada disekitarannya, seperti sumber bahan baku air bersih

dan proses pengolahan air sehingga menjadi layak untuk digunakan tentunya

tidak terlepas dari penggunaan alat, bahan dan zat-zat tertentu. Sehingga

pastinya akan menghasilkan limbah yang berdampak pada lingkungan disekitar

Perumda Tirta Terubuk Bengkalis. Sehingga seharusnya memiliki rincian biaya

pengelolaan limbah yang dihasilkan. (revisi pembimbing 2 poin 1 – perjelas

masalah pada latar belakang)

Berdasarkan definisi green accounting dalam konsep rahmatan lil

alamin bisa dikatakan bahwa green accounting sebagai salah satu upaya

untuk mengurangi atau meminimalisir isu permasalahan lingkungan dimana

konsep rahmatan lil alamin merupakan kebaikan untuk seluruh manusia,

alam dan lingkungan. Lingkungan hidup merupakan bagian integral dari satu-

kesatuan kehidupan di muka bumi ini, yang tidak bisa dipisahkan dari jagad

religius manusia yang bersama-sama mewarisi kehidupan duniawi. Adanya

kegiatan di dalam perusahaan dapat memberikan manfaat baik bagi manusia

dan juga lingkungan dengan menggunakan konsep rahmatan lil alamin

11
Aisyah, Siti (2021) “Perumda Air Minum Tirta Terubuk Kabupaten Bengkalis :
Perawatan Dan Perbaikan Control Valve Pipa Tangki Clear Water Tank” : laporan KP
7

perusahan dapat memberikan manfaat bagi seluruh alam. Sedangkan saat ini,

masih banyak perusahaan yang belum mampu menerapkan konsep tersebut

secara utuh.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis berpendapat bahwa

permasalahan terkait green accounting harus diteliti lebih lanjut untuk

memperoleh solusi yang tepat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS GREEN ACCOUNTING

PADA PERUMDA TIRTA TERUBUK BENGKALIS DITINJAU DARI

PERSPEKTIF AKUNTANSI SYARI’AH”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini, antara lain:

a. Belum adanya aturan khusus terkait pelaporan green accounting di

dalam standar akuntansi yang berlaku.

b. Belum diketahui ada atau tidaknya Alokasi biaya lingkungan dan

pengendalian limbah di PERUMDA Tirta Terubuk Bengkalis.

(pembimbing 1 point 2 identifikasi sesuai masalah

c. Pendirian PERUMDA Tirta Terubuk Bengkalis belum diketahui

memperhatikan aspek amdal dengan baik dan benar.


8

2. Batasan Masalah

Untuk lebih terarah dan tercapainya tujuan penelitian ini, maka

perlu untuk penulis memberi batasan masalah yang akan penulis bahas

dalam penelitian ini. Penelitian ini difokuskan pada penganalisaan

pengimplementasian green accounting pada PERUMDA Tirta Terubuk

Bengkalis tahun 2020-2022.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini, antara lain:

a. Apakah green accounting diterapkan pada Perumda Tirta Terubuk

Bengkalis?

b. Bagaimana green accounting yang diterapkan pada Perumda Tirta

Terubuk Bengkalis jika ditinjau dari perspektif akuntansi syari’ah?

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah yang

telah dijelaskan sebelumnya, berikut akan digambarkan kerangka penelitian

yang berkaitan dengan analisis Green Accounting. Kerangka pikir merupakan

model konseptual akan teori yang saling berhubungan satu sama lain terhadap

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Adapun variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi green

accounting itu sendiri.


9

Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang

dapat dilihat pada Gambar 1:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

PERUMDA Tirta Terubuk

Pengimplementasian green
Dampak Lingkungan Green Accounting accounting sesuai dengan
PSAK No. 1

Analisis

Kesimpulan

Analisa dilakukan pada tiga aspek yang menjadi fokus dalam

penelitian ini, yaitu bagaimana dampak lingkungan dari PERUMDA Tirta

Terubuk, apa itu green accounting dan bagaimana pengimplementasian green

accounting pada PERUMDA Tirta Terubuk.


10

D. Definisi Variabel

Definisi variabel merupakan penjelasan mengenai variabel yang akan

diteliti, konsep, indicator, satuan ukuran, serta skala pengukuruan yang akan

dipahami dalam operasionaliasasi variabel penelitian.

Akuntansi hijau (Green Accounting) adalah proses pengakuan,

pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan, pelaporan, dan pengungkapan

informasi terhadap objek, transaksi, peristiwa, atau dampak dari aktivitas

ekonomi, sosial, dan lingkungan korporasi terhadap masyarakat dan

lingkungan, serta korporasi itu sendiri dalam satu paket pelaporan informasi

akuntansi yang terintegrasi agar dapat bermanfaat bagi para pemakai dalam

penilaian dan pengambilan keputusan dan non-ekonomi.12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, antara lain:

a. Untuk mengetahui apakah green accounting diterapkan di PERUMDA

Tirta Terubuk Bengkalis.

b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi green accounting yang

diterapkan di PERUMDA Tirta Terubuk Bengkalis jika ditinjau dari

perspektif akuntansi syariah.

2. Kegunaan Penelitian

12
Andreas, Lako. Dekontruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan Akuntansi.
(Jakarta: Erlangga, 2018) hal. 34
11

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik

secara teoritis maupun secara praktis.

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu

pengetahuan bidang akuntansi khususnya dalam peningkatan kualitas

laporan keuangan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menambah

wawasan terhadap penelitian akuntansi keuangan yang berhubungan

dengan green accounting.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada instansi daerah, khususnya pada PERUMDA Tirta Terubuk

Bengkalis agar menjadi bahan pertimbangan dalam upaya

meningkatkan kualitas laporan keuangan melalui penerapan green

accounting.

F. Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan digunakan untuk membantu penulis dalam

menganalisis variabel penelitian. Adapun penelitian relevan yang digunakan,

antara lain:

Tabel 1
Penelitian Relevan
12

Nama Peneliti
No Judul Hasil Pembeda
(Tahun)
1 Siti Musyarofah Analisis Hasil penelitian Beda lokasi
(2013)13 Penerapan Green
menunjukkan tidak dan ruang
Accounting di
terdapat perbedaan lingkup
Kota Semarangperhatian antara industri penelitian
besar dan sedang terkait
permasalahan
lingkungan
disekitarnya, terdapat
perbedaan
tanggungjawab antara
industri besar dan
sedang terkait
permasalahan
lingkungan
disekitarnya, terdapat
perbedaan pelaporan
akuntansi lingkungan
antara industri besar
dan sedang terkait
permasalahan
lingkungan
disekitarnya, terdapat
perbedaan audit
lingkungan antara
industri besar dan
sedang terkait
permasalahan
lingkungan
disekitarnya.
2 Eka Sulistiawati Analisis Hasil penelitian Beda variabel
dan Novita Pengaruh menunjukkan bahwa terikatnya
Dirgantari Penerapan Green kinerja lingkungan
(2016)14 Accounting tidak berpengaruh
Terhadap positif terhadap
Profitabilitas profitabilitas dengan
Pada Perusahaan nilai signifikansi 0,129
Pertambangan > 0,05 dan
Yang Terdaftar pengungkapan
13
Musyarofah, Siti. "Analisis Penerapan Green Accounting di Kota Semarang."
Accounting Analysis Journal 2, no. 3 (2013).
14
Sulistiawati, Eka, and Novita Dirgantari. "Analisis Pengaruh Penerapan Green
Accounting Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia." Jurnal Reviu Akuntansi Dan Keuangan 6, no. 1 (2016).
13

Nama Peneliti
No Judul Hasil Pembeda
(Tahun)
Di Bursa Efek lingkungan tidak
Indonesia berpengaruh positif
terhadap profitabilitas
dengan nilai
signifikansi 0,715 >
0,05.
3 Bella Syafrina Penerapan Green Hasil penelitian ini Beda persepsi
Qolbiatin Accounting menunjukkan bahwa penelitian
Faizah Terhadap Kinerja green accounting tidak
(2020)15 Keuangan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan yang
diukur dengan
menggunakan net profit
margin.
4 Martha Pengaruh Pada penelitian ini, Beda persepsi
Angelina dan penerapan green variabel green penelitian
Enggar Nursasi accounting dan accounting diukur
(2021)16 kinerja dengan menggunakan
lingkungan metode dummy,
terhadap kinerja variabel kinerja
keuangan lingkungan dengan
perusahaan menggunakan nilai
peringkat PROPER dan
variabel kinerja
keuangan menggunakan
ROA. Berdasarkan
hasil analisis
menunjukkan bahwa
variabel green
accounting dan kinerja
lingkungan tidak
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan suatu
perusahaan.
5 Mike Maya, Analisis Hasil penelitian ini Beda persepsi
Mukhzardfa dan Pengaruh menunjukkan bahwa penelitian
Enggar Diah Penerapan Green penerapan green
(2018)17 Accounting accounting berpengaruh
Terhadap Kinerja terhadap net profit
15
Faizah, Bella Syafrina Qolbiatin. "Penerapan Green Accounting Terhadap Kinerja
Keuangan." Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer 12, no. 2 (2020): 94-99.
16
Angelina, Martha, and Enggar Nursasi. "Pengaruh penerapan green accounting dan
kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan." Jurnal Manajemen Dirgantara 14, no. 2
(2021): 211-224.
14

Nama Peneliti
No Judul Hasil Pembeda
(Tahun)
Perusahaan margin perusahaan
(Studi Kasus namun tidak signifikan.
Pada Celebrate Dan penerapan green
The Success Of accounting berpengaruh
Top 20 positif signifikan
Companies In terhadap harga saham
Asia) perusahaan.
6 Desy Nur Analisis Hasil penelitian ini Beda persepsi
Pratiwi dan Penerapan Green menunjukkan bahwa penelitian
Yuwita Ariessa Accounting Pada perhatian terhadap
Pravasanti Industri Batik lingkungan hidup
(2018) 18
Laweyan masuk rata-rata indeks
68,67 yang mempunyai
kategori sedang,
tanggungjawab
lingkungan hidup
mempunyai rata-rata
indeks 63,20 sehingga
masuk kategori sedang,
persepsi manajemen
terhadap keterlibatan
perusahaan dalam
masalah lingkungan
hidup mempunyai rata-
rata indeks 63,20
sehingga masuk
kategori sedang,
pelaporan akuntansi
lingkungan mempunyai
rata-rata indeks 70,32
sehingga masuk
kategori sedang, dan
audit lingkungan
mempunyai rata- rata
indeks 32,37 sehingga
masuk kategori rendah.

17
Maya, Mike, Mukhzardfa Mukhzardfa, and Enggar Diah. "Analisis Pengaruh
Penerapan Green Accounting Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada Celebrate The
Success Of Top 20 Companies In Asia)." Jurnal Akuntansi & Keuangan Unja 3, no. 6 (2018): 39-
46.
18
Pratiwi, Desy Nur, and Yuwita Ariessa Pravasanti. "Analisis Penerapan Green
Accounting Pada Industri Batik Laweyan." Accounthink: Journal of Accounting and Finance 3,
no. 02 (2018).
15

Nama Peneliti
No Judul Hasil Pembeda
(Tahun)
7 Shella Gilby Pengaruh Hasil Beda persepsi
Sapulette dan penerapan green analisis data diketahui penelitian
Franco Benony accounting dan bahwa variabel green
Limba kinerja accounting tidak
(2021)19 lingkungan berpengaruh terhadap
terhadap nilai Nilai
perusahaan Perusahaan sedangkan
manufaktur yang variable kinerja
terdaftar di BEI lingkungan memiliki
tahun 2018-2020 pengaruh yang
signifikan terhadap
variabel nilai
perusahaan.
8 Taufiq Risal, Implementasi Hasil penelitian Beda persepsi
Nurmahyuni Green menunjukkan bahwa penelitian
Lubis, Accounting perusahaan telah
Nurmahyuni Terhadap menerapkan akuntansi
Lubis, Virra Profitabilitas lingkungan dengan
Argatha, Virra Perusahaan adanya biaya
Argatha lingkungan berupa
(2020)20 biaya pemeliharaan
pabrik, biaya penelitian
pengelolaan limbah,
biaya pengawasan
produk, biaya
pengelolaan limbah dan
biaya pembersihan bak-
bak penampungan, akan
tetapi belum disajikan
secara rinci dalam
laporan keuangan.
Penerapan akuntansi
lingkungan juga
berdampak positif
dengan meningkatnya
pendapatan sebesar
21% dari tahun 2016-
2017. Akan tetapi
19
Sapulette, Shella Gilby, and Franco Benony Limba. "Pengaruh penerapan green
accounting dan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2018-2020." Kupna Jurnal: Kumpulan Artikel Akuntansi 2, no. 1 (2021): 31-43.
20
Risal, Taufiq, Nurmahyuni Lubis, and Virra Argatha. "Implementasi Green Accounting
Terhadap Profitabilitas Perusahaan." Accumulated Journal (Accounting and Management
Research Edition) 2, no. 1 (2020): 73-85.
16

Nama Peneliti
No Judul Hasil Pembeda
(Tahun)
kinerja Pabrik
Pengolahan Pupuk
Organik PT Subur
Makmur Aracondong
semakin menurun dari
tahun 2016- 2017
dikarenakan beban
pokok penjualan
meningkat sebesar
22,1% dan beban usaha
yang di tanggung juga
meningkat sebesar 20%
sedangkan
pendapatannya hanya
21%.
9 Hamidi Analisis Hasil penelitian Beda persepsi
(2019)21 Penerapan Green menunjukkan bahwa penelitian
Accounting berdasarkan dari
Terhadap Kinerja perbandingan antara
Keuangan klasifikasi
Perusahaan pengelompokan dalam
tahap analisis
lingkungan berdasarkan
PSAK tersebut
perusahaan
menggambarkan biaya
lingkungan dengan
kebijakan sendiri dan
diungkapkan secara
sukarela karena belum
ada peraturan tertentu
dari PSAK tentang
pengungkapan biaya
lingkungan dalam
laporan keuangan.
10 Ravika Permata Analisis Hasil Penelitian ini Beda persepsi
Hati Penerapan Green menunjukkan bahwa penelitian
(2018)22 Accounting terdapat perbedaan
Berbasis antara Universitas Riau
21
Hamidi, Hamidi. "Analisis Penerapan Green Accounting Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan." Equilibiria 6, no. 2 (2019).
22
Hati, Ravika Permata. "Analisis Penerapan Green Accounting Berbasis University
Social Responsibility (USR) pada Universitas Riau Kepulauan dan Universitas Internasional
Batam." Measurement Jurnal Akuntansi 12, no. 1 (2018): 111-119.
17

Nama Peneliti
No Judul Hasil Pembeda
(Tahun)
University Social Kepulauan dan
Responsibility Universitas
(USR) pada Internasional Batam
Universitas Riau untuk variabel
Kepulauan dan Keterlibatan dan
Universitas Pelaporan Lingkungan,
Internasional sedangkan tidak
Batam terdapat perbedaan
yang signifikan antara
Universitas
Riau Kepulauan dan
Universitas
Internasional Batam
untuk variabel
Kesadaran dan Audit
Lingkungan.

G. Landasan Teori

1. Green Accounting

a. Pengertian Green Accounting

Akuntansi hijau (Green Accounting) adalah proses pengakuan,

pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan, pelaporan, dan

pengungkapan informasi terhadap objek, transaksi, peristiwa, atau

dampak dari aktivitas ekonomi, sosial, dan lingkungan korporasi

terhadap masyarakat dan lingkungan, serta korporasi itu sendiri dalam

satu paket pelaporan informasi akuntansi yang terintegrasi agar dapat

bermanfaat bagi para pemakai dalam penilaian dan pengambilan

keputusan dan non-ekonomi.23 Pemahaman tersebut merujuk pada teori

23
Andreas Lako. Akuntansi Hijau: Isu, Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Empat,
2018) hal. 99
18

atau model tiga pilar dasar dari bisnis yang digagas oleh Elkington

(1997, 2001).

Arfan Ikhsan dalam bukunya Akuntansi Lingkungan dan

Penerapannya mendefinisikan bahwa:24

“Green accounting atau environmental accounting merupakan

istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan

(environmental costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau

lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul

dari sisi keuangan maupun non-keuangan yang harus dipikul sebagai

akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.”

Sedangkan Andreas Lako mengungkapkan bahwa akuntansi

hijau (green accounting) adalah sebagai berikut:25

“Suatu proses pengakuan, pengukuran nilai, pencatatan,

peringkasan, pelaporan, dan pengungkapan secara terintegrasi terhadap

objek, transaksi, atau peristiwa keuangan, sosial, dan lingkungan

dalam proses akuntansi agar menghasilkan informasi akuntansi

keuangan, sosial, dan lingkungan yang utuh, terpadu, dan relevan yang

bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan dan

pengelolaan ekonomi dan non-ekonomi”

Berdasarkan definisi tersebut diatas, tujuan dari akuntansi hijau

dan pelaporan akuntansi hijau adalah untuk menyajikan informasi

24
Arfan Ikhsan. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008) hal. 13
25
Andreas Lako. Akuntansi Hijau: Isu, Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Empat,
2018) hal. 99
19

akuntansi keuangan (ekonomi), informasi akuntansi sosial, dan

informasi akuntansi lingkungan secara terpadu dalam satu paket

pelaporan akuntansi agar bisa digunakan para pihak yang

berkepentingan dalam penilaian dan pengambilan keputusan investasi,

ekonomi, manajerial, dan lainnya.

b. Tujuan Green Accounting

Tujuan dari green accounting adalah untuk meningkatkan

efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan

lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan

manfaat atau efek (economic benefit). Green accounting diterapkan

oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif

tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental

protection). Penerapan dan pengembangan green accounting memiliki

beberapa maksud dan tujuan yang sangat signifikan terhadap

lingkungan, yaitu:26

1) Mendorong pertanggung jawaban entitas dan meningkatkan

transparansi lingkungan.

2) Membantu entitas dalam menetapkan strategi untuk menanggapi

isu lingkungan hidup dalam konteks hubungan entitas dengan

masyarakat dan terlebih dengan kelompok-kelompok penggiat

(activist) atau penekan (pressure group) terkait isu lingkungan.

26
Arfan Ikhsan. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008) hal. 25
20

3) Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat

memperoleh dana dari kelompok dan individu, seiring dengan

tuntutan etis dari investor yang semakin meningkat.

4) Mendorong konsumen untuk membeli produk hijau dan dengan

demikian membuat entitas memiliki keunggulan pemasaran yang

lebih kompetitif dibandingkan dengan entitas yang tidak

melakukan pengungkapan.

5) Menunjukkan komitmen entitas terhadap usaha perbaikan

lingkungan hidup.

6) Mencegah opini negatif publik mengingat perusahaan yang

berusaha pada area yang berisiko tidak ramah lingkungan pada

umumnya akan menerima tantangan dari masyarakat.

c. Karakteristik Green Accounting

Terdapat tiga karakteristik kualitatif khusus dari informasi

akuntansi hijau yang sangat bermanfaat dalam evaluasi penilaian

pengambilan keputusan bagi para pemakai yaitu sebagai berikut:27

1) Akuntabilitas, yaitu informasi akuntansi yang disajikan

memperhitungkan semua aspek informasi entitas, terutama

informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab ekonomi, sosial,

dan lingkungan entitas, serta biaya-manfaat dari dampak yang

ditimbulkan.

27
Andreas Lako. Akuntansi Hijau: Isu, Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Empat,
2018) hal. 102
21

2) Terintegrasi dan Komprehensif, yaitu informasi akuntansi yang

disajikan merupakan hasil integrasi antara informasi akuntansi

keuangan dengan informasi akuntansi sosial dan lingkungan yang

disajikan secara komprehensif dalam satu paket pelaporan

akuntansi.

3) Transparan, yaitu informasi akuntansi terintegrasi harus disajikan

secara jujur, akuntabel, dan transparan agar tidak menyesatkan para

pihak dalam evaluasi, penilaian, dan pengambilan keputusan

ekonomi dan non ekonomi.

d. Jenis Green Accounting

Akuntansi lingkungan dari sisi pengguna dibedakan menjadi

tiga jenis, yaitu:28

1) Laba Akuntansi Nasional Akuntansi lingkungan dalam konteks

akuntansi pendapatan nasional mengacu pada akuntansi sumber

daya alam, menyajikan informasi statistik suatu negara tentang

kualitas dan nilai konsumsi sumber daya alam, yang terbarukan

maupun yang tidak terbarukan.

2) Akuntansi Keuangan Akuntansi lingkungan dalam konteks

akuntansi keuangan mengacu pada penyusunan laporan

akuntabilitas lingkungan untuk pengguna eksternal disesuaikan

dengan prinsip akuntansi berterima umum.

28
Fasua, Kayode Olushola, 2011, “Environmental Accounting: Concept and Principles”
Certified National Accountant Volume 19 Number 2 April – June, 2011
22

3) Akuntansi Manajemen Akuntansi lingkungan dalam konteks

akuntansi manajemen mengacu pada proses bisnis dengan

pertimbangan penentuan biaya, keputusan investasi modal, dan

evaluasi kinerja yang terkait dengan pelestarian lingkungan.

e. Alasan Penerapan Green Accounting

Aktivitas-aktivitas dalam pelaksanaan green accounting

tentunya mengeluarkan biaya. Aktivitas tersebut merupakan biaya

yang harus dibebankan\oleh perusahaan yang timbul bersamaan

dengan penyediaan barang dan jasa kepada konsumen. Dengan beban

yang telah dialokasikan diharapkan akan membentuk lingkungan yang

sehat dan terjaga kelestariannya.

Kinerja lingkungan merupakan salah satu pengukuran penting

dalam menunjang keberhasilan perusahaan. Beberapa alasan yang

dapat mendukung pelaksanaan akuntansi lingkungan antara lain:29

1) Biaya lingkungan secara signifikan dapat dikurangi atau

dihilangkan sebagai hasil dari keputusan bisnis, mulai dari

perubah-an dalam operasional dan pemeliharaan untuk

diinvestasikan dalam proses yang berteknologi hijau serta untuk

perancang-an kembali produk yang dihasilkan.

2) Biaya lingkungan jika tidak mendapatkan perhatian khusus akan

menjadi tidak jelas dan masuk dalam akun overhead atau bahkan

akan diabaikan.

29
Fasua, Kayode Olushola, 2011, “Environmental Accounting: Concept and Principles”
Certified National Accountant Volume 19 Number 2 April – June, 2011
23

3) Banyak perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan

dapat diimbangi dengan menghasilkan pendapatan melalui

penjualan limbah sebagai suatu produk.

4) Pengelolaan biaya lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan

perbaikan kinerja lingkungan dan memberikan manfaat yang

signifikan bagi kesehatan manusia serta keberhasilan perusahaan.

5) Memahami biaya lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat

mendorong penetapan biaya dan harga produk lebih akurat dan

dapat membantu perusahaan dalam mendesain proses produksi,

barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan untuk masa depan.

6) Perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang didapat dari

proses, barang, dan jasa yang bersifat ramah lingkungan. Brand

image yang positif akan diberikan oleh masyarakat karena

keberhasilan perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa

dengan konsep ramah lingkungan.30 Hal ini berdampak pada segi

pendapatan produk, yaitu memungkinkan perusahaan tersebut

untuk menikmati diferensiasi pasar, konsumen memiliki

kecenderungan untuk bersedia membayar harga yang mahal untuk

produk yang berorientasi lingkungan dengan harga premium.31

7) Akuntansi untuk biaya lingkungan dan kinerja lingkungan dapat

mendukung perkembangan perusahaan dan operasi dari sistem

30
Arisandi, D., & Frisko, D. (2012). Green Rush in Accounting Field of Indonesia from
Different Perspectives. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.1869450
31
Aniela, Y. (2012). Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja. Berkala
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(1), 15–19.
24

manajemen lingkungan secara keseluruhan. Sistem seperti ini akan

segera menjadi keharusan bagi perusahaan yang bergerak dalam

perdagangan internasional karena adanya persetujuan berlakunya

standar internasional ISO 14001.

8) Pengungkapan biaya lingkungan akan meningkatkan nilai dari

pemegang saham karena kepedulian perusahaan terhadap

pelestarian lingkungan. Pemegang saham perusahaan dapat lebih

mudah dan cepat mendapatkan informasi dari pengungkapan

tersebut sehingga dapat mempermudah pengambilan keputusan.32

Perbaikan kinerja lingkungan adalah potensi sumber

keunggulan kompetitif yang mengarah ke proses yang lebih efisien,

peningkatan produktivitas, biaya kepatuhan lebih rendah dan peluang

pasar baru.33 Dengan demikian, mengintegrasikan akuntansi

lingkungan ke dalam sistem informasi akuntansi perusa-haan sangat

penting. Memiliki sistem akuntansi lingkungan yang tepat akan

memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih tepat

mengenai hal-hal tersebut.

Sistem ini memberikan analisis yang lebih baik atas biaya

lingkungan dan dapat mengungkapkan peluang yang mungkin bisa

meningkatkan pendapatan antara lain seperti daur ulang dari bahan

baku, desain produk dan proses manufaktur yang lebih baik. Tujuan

32
Arisandi, D., & Frisko, D. (2012). Green Rush in Accounting Field of Indonesia from
Different Perspectives. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.1869450
33
Alexopoulos, C. J., Mims, C. W., and Blackwell, M. Introductory Mycology. (4th ed.).
(USA: John Wiley and Sons Inc, 2011)
25

dari tulisan ini adalah untuk menekankan pentingnya akuntansi

lingkungan dalam suatu organisasi dan untuk bangsa sebaiknya

bersikap 'green' bahwa minimisasi limbah dan skema efisiensi energi

dapat dan akan menghasilkan manfaat ekonomi yang besar bagi

organisasi.

f. Komponen Laporan Green Accounting

Komponen-komponen laporan akuntansi hijau atau laporan

keuangan hijau secara umum tidak jauh berbeda dengan komponen-

komponen laporan keuangan dalam akuntansi keuangan konvensional

yang selama ini menjadi basis dan digunakan dalam IAS-IFRS dan

SAK yaitu asset, liabilitas, ekuitas pemilik, pendapatan, biaya, dan

laba. Namun, ada beberapa akun krusial yang membedakan Akuntansi

Hijau dengan akuntansi keuangan konvensional, sebagai berikut:34

1) Dalam struktur asset entitas yang melaksanakan aktivitas tanggung

jawab sosial dan lingkungan perseroan (TJSLP), CSR, dan green

business akan muncul akun-akun baru seperti asset sumber daya

alam, investasi sosial dan lingkungan, investasi hijau, atau

investasi CSR dibawah kelompok asset tetap. Secara umum,

struktur asset perusahaan dalam konstruksi Akuntansi Hijau

meliputi asset lancar, investasi finansial, asset tetap, asset sumber

daya alam, investasi sosial dan lingkungan, asset tak berwujud, dan

asset lainnya.

34
Andreas Lako. Akuntansi Hijau: Isu, Teori dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Empat,
2018) hal. 103-105
26

2) Dalam struktur akun liabilitas entitas yang melaksanakan TJSLP,

CSR, dan korporasi hijau akun muncul akun-akun baru seperti

liabilitas sosial dan liabilitas lingkungan yang bersifat kontinjen.

Liabilitas sosial kontinjen dan liabilitas lingkungan kontinjen

tersebut bias bersifat jangka pendek atau jangka panjang

tergantung pada komitmen perusahaan untuk memenuhinya.

3) Dalam struktur akun-akun ekuitas dari entitas korporasi yang

melaksanakan aktivitas CSR yang bersifat sukarela, muncul akun

baru yaitu akun donasi CSR, dibawah akun laba rugi periode

berjalan.

4) Dalam struktur akun-akun biaya produksi dan biaya operasi entitas

yang melaksanakan TJSLP, CSR dan green business akan muncul

akun-akun biaya baru seperti biaya sosial dan biaya lingkungan,

atau biaya penghijauan perusahaan (greening costs) yang bersifat

periodic atau temporer. Misalnya, biaya bantuan sosial bencana

alam, biaya pengelolaan limbah, biaya daur ulang, biaya audit

lingkungan, biaya pencemaran, biaya pengendalian polusi, biaya

kerusakan lingkungan, biaya pengungkapan informasi sosial-

lingkungan.

g. Biaya Lingkungan

Green cost atau biaya lingkungan mencakup seluruh biaya-

biaya paling nyata dalam mengukur ketidakpastian. Pada dasarnya


27

biaya lingkungan berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem,

atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang

lebih baik.35

Definisi biaya lingkungan menurut Environmental Protection

Agency (EPA) antara lain:

1) Biaya lingkungan meliputi biaya-biaya dari langkah yang diambil,

atau yang harus diambil untuk mengatur dampak-dampak

lingkungan terhadap aktivitas perusahaan dalam cara

pertanggungjawaban lingkungan yang disesuaikan dengan tujuan-

tujuan lingkungan dan keinginan perusahaan.

2) Biaya lingkungan meliputi biaya internal dan eksternal dan

berhubungan dengan seluruh biaya-biaya yang terjadi dalam

hubungannya dengan kerusakan lingkungan dan perlindungan.

Di dalam akuntansi lingkungan ada komponen pembiayaan

yang harus dihitung, misalnya:36

1) Biaya operasionalisasi bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi

fasilitas lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa

atau pembayaran (fee) kontrak untuk menjalankan fasilitas

pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja untuk menjalankan

35
Dewi, S. R. (2016). Pemahaman Dan Kepedulian Penerapan Green Accounting : Studi
Kasus Ukm Tahu Di Sidoarjo Understanding and Application of Green Accounting Awareness : a
Tofu Sme Case Study in Sidoarjo. Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan Bisnis & Call For
Paper FEB UMSIDA 2016, 497–511.
36
Ikhsan, Ihwanul, Ari Yanuar Ridwan, and Muhardi Saputra. "Green Production Using
ERP: Case Study in The Leather Tanning Industry." In 2020 8th International Conference on
Information and Communication Technology (ICoICT), pp. 1-6. IEEE, 2020.
28

fasilitas pengelolaan lingkungan serta biaya kontrak untuk

pengelolaan limbah (recycling).

2) Biaya daur ulang yang dijual

3) Biaya penelitian dan pengembangan (Litbang) yang terdiri dari

biaya total untuk material dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk

pengembangan material yang ramah lingkungan, produk dan

fasilitas pabrik.

Perusahaan dapat mengelola dan mengurangi dampak

lingkungan dari proses produksi maka perusahaan harus memiliki data

yang akurat mengenai jumlah dan tujuan dari semua energi, air dan

bahan yang digunakan. Untuk itu harus diketahui berapa yang

digunakan, berapa yang menjadi produk akhir dan berapa yang

menjadi limbah. Dalam perhitungan ini ada 2 aspek yang digunakan

yaitu aspek fisik dan moneter. IFAC menjelaskan masing-masing

aspek tersebut sebagai berikut:37

1) Data dan informasi fisik

Akuntansi manajemen lingkungan (Environmental

Management Accounting/EMA) menitik-beratkan pada pemicu

biaya berupa data fisik dan input berupa jumlah energi, air dan

bahan serta jumlah output berupa limbah dan emisi karena:

37
International Federation of Accountants (IFAC). 2005. International Guidance
Document: Environmental Management Accounting. New York, USA.
29

i. Jumlah energi, air dan bahan yang digunakan serta limbah yang

dihasilkan, berhubungan langsung dengan dampak perusahaan

terhadap lingkungan,

ii. Biaya pembelian bahan merupakan komponen biaya yang

cukup besar. Secara fisik perusahaan harus menelusuri semua

input dan output sehingga semua terhitung.

2) Data dan informasi moneter

Yang dimaksud data moneter adalah semua biaya dan pengeluaran

lingkungan lainnya. Pengklasifikasian biaya lingkungan dapat

dikembangkan sesuai kebutuhan informasi oleh manajemen,

pelaporan keuangan maupun pelaporan kepada stakeholder. Biaya

lingkungan juga dapat dikaitkan dengan nilai moneter yang

melekat pada energi, air dan bahan, atau pada pengeluaran untuk

pengelolaan lingkungan.

Pengelompokan biaya lingkungan yang dilakukan IFAC dalam

adalah sebagai berikut:

Kelompok 1 – Biaya Bahan dan Output Produk. Kelompok ini

meliputi biaya pembelian bahan yang akan dikonversi menjadi produk

akhir, produk sampingan dan kemasan. Data biaya ini dapat

membantu untuk mengelola biaya lingkungan yang berhubungan

dengan bahan supaya lebih efektif. Contohnya, perusahaan mengganti

bahan baku dengan bahan yang ramah lingkungan.


30

Kelompok 2 – Biaya Bahan dari Output Non Produk. Kelompok ini

meliputi biaya pembelian bahan yang dikonversi menjadi limbah dan

emisi yang terdiri atas bahan bakar, air dan energi. Tidak semua

limbah dapat dikurangi namun semakin sedikit bahan, energi dan air

yang digunakan, akan semakin baik bagi lingkungan.

Kelompok 3 – Biaya Pengendalian Limbah dan Emisi. Yang

termasuk dalam kelompok biaya ini adalah: biaya penanganan,

perlakuan dan pembuangan limbah dan emisi, biaya perbaikan dan

ganti rugi karena kerusakan lingkungan dan semua biaya yang

berkaitan dengan pengendalian limbah dan emisi.

Kelompok 4 – Biaya Pencegahan dan Pengelolaan Lingkungan

Lainnya. Kelompok ini meliputi biaya untuk aktivitas pengelolaan

lingkungan yang bersifat mencegah yaitu: biaya pengelolaan supply-

chain lingkungan, biaya produksi yang lebih bersih, biaya

perencanaan dan sistem, biaya pengukuran lingkungan (pengawasan

dan audit) dan biaya lainnya.

Kelompok 5 – Biaya Riset dan Pengembangan. Yang dimaksud

kelompok ini adalah biaya aktvitas riset dan pengembangan yang

berkaitan dengan isu inisiatif lingkungan seperti: biaya riset potensi

racun/zat berbahaya pada bahan baku, biaya pengembangan produk

ramah lingkungan atau hemat energi, biaya uji coba desain peralatan

baru, yang dapat mengehmat penggunaan bahan baku.


31

Kelompok 6 – Biaya Tak Berwujud. Kelompok ini adalah biaya

internal dan eksternal yang sulit teridentifikasi namun nilainya

berpotensi signifikan. Contohnya: kewajiban seperti biaya kerusakan

alam, biaya regulasi atau biaya di masa yang akan datang akibat efek

gas rumah kaca, biaya produktivitas seperti biaya ketidakhadiran

pekerja karena sakit akibat polusi, biaya pembentukan image dan

hubungan dengan stakeholder dan biaya eksternalitas yaitu pengaruh

eksternal terhadap masyarakat seperti penurunan nilai properti Karen

dekat dengan pabrik.

Hansen dan Mowen mengelompokkan biaya lingkungan

menjadi:38

1) Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention cost)

Yaitu biaya yang timbul dari aktivitas untuk mencegah kotoran dan

limbah produksi merusak lingkungan. Contoh: biaya mendesain

proses/produk yang dapat meminimalkan atau menghilangkan

polusi, biaya studi dampak lingkungan dan sebagainya.

2) Biaya deteksi lingkungan (environmental detection cost)

Yaitu biaya yang timbul dari aktivitas untuk menjadikan produk,

proses, dan aktivitas lain dalam perusahaan memenuhi standar

lingkungan yang ditetapkan. Contoh: biaya audit aktivitas

lingkungan, biaya melakukan uji, polusi dan sebagainya.

38
Hansen, Don R. dan Mowen, Maryanne M. 2011. Akuntansi Manajerial. (Jakarta:
Salemba Empat, 2011) hal. 23
32

3) Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal

failure cost)

Yaitu biaya yang timbul dari aktivitas yang dilakukan karena

kotoran dan limbah telah dihasilkan namun belum dibuang ke

lingkungan sekitar perusahaan. Contohnya: biaya pengolahan dan

pembuangan limbah berbahaya, biaya daur ulang sisa bahan dan

sebagainya.

4) Biaya kegagalan lingkungan

Yaitu biaya yang timbul setelah kotoran dan limbah dibuang ke

lingkungan sekitar perusahaan. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu:

i. Biaya kegagalan eksternal yang terealisasi

Yaitu biaya yang ditanggung dan dibayar oleh perusahaan.

Contoh: biaya konservasi lahan yang rusak, biaya pembersihan

lingkungan yang tercemar dan sebagainya.

ii. Biaya kegagalan eksternal yang tidak terealisasi

Yaitu biaya yang ditanggung dan dibayar oleh pihak lain di luar

perusahaan dan tidak termasuk dalam kelompok biaya

lingkungan yang harus diakui atau dibebankan ke perusahaan

walaupun timbulnya biaya tersebut disebabkan oleh

perusahaan, biasanya secara tidak langsung. Biaya ini disebut

juga biaya sosial. Contoh: biaya pengobatan warga yang sakit

akibat terkena polusi akibat aktivitas perusahaan, biaya

kehilangan lingkungan yang sehat dan sebagainya


33

Pencatatan dalam akun untuk biaya lingkungan (unit moneter)

dilakukan sebagaimana halnya yang dilakukan dalam akuntansi

tradisional. Sementara untuk unit fisik menggunakan ukuran satuan

yang disesuaikan dengan bahan atau dampak yang ditmbulkannya.

Pengelompokkan menurut Hansen dan Mowen ini sangat tepat untuk

jika dikaitkan dengan upaya peningkatan kinerja lingkungan karena

fokus pada pencegahan sebelum kerusakan terjadi dibandingkan

penanganan.

h. Indeks Penilaian Green Accounting

1) Kinerja lingkungan

Kinerja Lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam

menciptakan lingkungan yang baik atau green. Kinerja

lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam bidang lingkungan

yang diciptakan sehubungan dengan dampak aktivitas

operasional perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan.

2) PROPER

Di Indonesia, penerapan kinerja lingkungan diukur dari

prestasi perusahaan yang mengikuti Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup (PROPER), yaitu instrumen yang digunakan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup untuk melakukan penilaian

dan pemeringkatan ketaatan perusahaan dalam melakukan


34

kinerja lingkungannya (Fitriani, 2013). Dengan menggunakan

indikator warna emas sebagai peringkat terbaik, diikuti dengan

warna hijau, biru, merah dan untuk peringkat terburuk

diindikasikan dengan warna hitam. Program ini merupakan

salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup (KLH) untuk mendorong pentaatan perusahaan dalam

mengelola lingkungan hidup. PROPER diumumkan secara

rutin kepada masyarakat, sehingga perusahaan yang dinilai

akan mendapat insentif atau disintensif reputasi, tergantung

pada tingkat ketaatannya. Perlu ditingkatkan ukuran kinerja

lingkungan untuk memperbaiki kinerja yang telah ada.

3) Aspek penilaian dalam PROPER Pengendalian Pencemaran

Air

Aspek Penilaian dalam PROPER difokuskan pada

penilaian ketaatan perusahaan dalam pengendalian pencemaran

air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah bahan

berbahaya dan beracun (B3),

Pada prinsipnya ketaatan terhadap pengendalian

pencemaran air dinilai berdasarkan ketentuan bahwa

semua pembuangan air limbah kelingkungan harus

memiliki izin. Air limbah yang dibuang ke lingkungan

harus melalui titik penaatan yang telah ditetapkan.

Pada titik penaatan tersebut berlaku baku mutu kualitas


35

air limbah yang diizinkan untuk dibuang ke

lingkungan. Untuk memastikan air limbah yang

dibuang setiap saat tidak melampaui baku mutu maka

perusahaan berkewajiban melakukan pemantauan

dengan frekuensi dan parameteryang sesuai dengan izin

atau baku mutu yang berlaku. Untuk menjamin

validitas data, maka pemantauan harus dilakukan oleh

laboratorium terakreditasi. Perusahaan juga harus taat

terhadap persyaratan-persyaratan teknis seperti

pemasangan alat pengukur debit yang diatur dalam izin

atau ketentuan peraturan baku mutu yang berlaku. 39

Tabel Indikator Peringkat PROPER


Peringkat Keterangan
Emas Untuk usaha dan atau kegiatan yag
telah secara konsisten menunjukkan
keunggulan lingkungan (environmental
excellency) dalam proses produksi
dan/atau jasa, melaksanakan bisnis
yang beretika dan bertanggung jawab
terhadap masyarakat.

Hijau Untuk usaha dan/atau kegiatan yang


telah melakukan pengelolaan
lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dalam peraturan
(beyond compliance) melalui
pelaksanaan sistem pengelolaan
lingkungan dan mereka telah
memanfaatkan sumber daya secara

39
WEB Sekretariat PROPER kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan (2019). (online),
https://proper.menlhk.go.id/proper/kriteria ,(diakses pada 25 juni 2023)
36

efisien serta melaksanakan tanggung


jawab sosial dengan baik.
Biru Untuk usaha dan/atau kegiatan yang
telah melakukan upaya pengelolaan
lingkungan, yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Merah Bagi mereka yang telah melakukan


upaya pengelolaan lingkungan tetapi
belum sesuai dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

Hitam Diberikan kepada mereka yang dalam


melakukan usaha dan/atau kegiatannya,
telah dengan sengaja melakukan
perbuatan atau melakukan kelalaian
sehingga mengakibatkan terjadinya
pencemaran atau kerusakan
lingkungan, serta melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku
dan/atau tidak melaksanakan sanksi
administrasi.
.

Sumber :Badan Lingkungan Hidup

Sistem peringkat kinerja Proper dibagi menjadi lima

warna seperti tabel dibawah ini :

no Warna Keterangan Skor


1 Emas Sangat-sangat Baik 5
2 Hijau sangat baik 4
3 Biru Baik 3
4 Merah buruk 2
5 Hitam sangat buruk 1
37

(pembimbing 1 point 1 dan pembimbing 2 point 2)

i. Green Accounting

j. Green Accounting dalam Ekonomi Islam

Berdasarkan definisi green accounting dalam konsep rahmatan

lil alamin bisa dikatakan bahwa green accounting sebagai salah satu

upaya untuk mengurangi atau meminimalisir isu permasalahan

lingkungan dimana konsep rahmatan lil alamin merupakan kebaikan

untuk seluruh manusia, alam dan lingkungan. Lingkungan hidup

merupakan bagian integral dari satu-kesatuan kehidupan di muka bumi

ini, yang tidak bisa dipisahkan dari jagad religius manusia yang

bersama-sama mewarisi kehidupan duniawi. Adanya kegiatan di dalam

perusahaan dapat memberikan manfaat baik bagi manusia dan juga

lingkungan dengan menggunakan konsep rahmatan lil alamin

perusahan dapat memberikan manfaat bagi seluruh alam.

Islam sebagai cara hidup memberikan panduan bagi umatnya

untuk beradaptasi dan berkembang sesuai dengan jamannya. Islam

memungkinkan umatnya untuk berinovasi dalam muamalah, namun

tidak dalam akidah, ibadah dan akhlaq.40 Lembaga yang menjalankan

bisnisnya berdasarkan syariah pada hakekatnya mendasarkan pada

filosofi dasar Al Qur‘an dan Sunah.41 Hal ini menjadikan dasar bagi

pelakunya dalam berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya.


40
Salsabilah, Riska. "Green Accounting Dalam Konsep Rahmatan Lil Alamin (Studi Pada
Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Kota Magelang)." PhD diss., Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Magelang, 2019.
41
Fatmawati, Lilik. "Pengaruh Pengungkapan Akuntansi Lingkungan, Penerapan Green
Accounting dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Nilai Perusahaan." PhD diss., Universitas Islam
Sultan Agung, 2021.
38

Ikatan hubungan antara institusi dengan lingkungannya dalam konsep

syariah akan lebih kuat dibandingkan dengan konsep konvensional,

karena didasarkan pada aspek religius.

Pada dasarnya dalam pengembangan lingkungan hidup adalah

terpeliharanya keseimbangan antara alam, lingkungan hidup dan

sosial. Keseimbangan tersebut dapat tercapai jika dalam kehidupan

yang dijalani akal dan nasfu terkendali mengindahkan azas

keseimbangan dan terhindar dari sikap merusak, seperti yang telah

disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al Qasas ayat 77:

َ V‫نَ هّٰللا ُ اِلَ ْي‬V‫ ْن َكمَٓا اَحْ َس‬V‫ ُّد ْنيَا َواَحْ ِس‬V‫ك ِمنَ ال‬
‫ك َواَل‬ ِ َ‫س ن‬
َ َ‫ص ْيب‬ ‫وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا‬
َ ‫ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬ َ ِ ِ َ

٧٧ َ‫ض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬


ِ ْ‫تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِى ااْل َر‬

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan


Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmataan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Q.S. Al Qasas: 77).

Islam telah memberikan pijakan norma dan etika yang

jelasterhadap konsep lingkungan hidup (atau sering disebut alam

dalam arti luas). Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat yang

menjelaskan konsep alam seperti dalam ayat yang menjelaskan tentang

matahari, langit, bumi, bulan, dan planet (angkasa luar), seperti dalam

Surah Nuh ayat 15-16:


39

‫ َراجًا‬V‫س ِس‬
َ ‫ ْم‬V‫الش‬ ٍ ‫ق هّٰللا ُ َس ْب َع َسمٰ ٰو‬
َ ‫وْ رًا َّو َج‬Vُ‫ َّو َج َع َل ْالقَ َم َر فِ ْي ِه َّن ن‬١٥ ‫ت ِطبَاقً ۙا‬
َّ ‫عَل‬ َ َ‫اَلَ ْم ت ََروْ ا َك ْيفَ َخل‬

١٦

Artinya: “Tidaklah kau perhatikan bagaimana Allah


menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari
sebagai lampu” (Q.S. Nuh: 15-16).

Al-Qur‘an sebagai sumber ilmu pengetahuan antara lain

menerangkan kaidah-kaidah mengenai lingkungan hidup. Hal yang

pokok tentang lingkungan hidup sebagaimana disebutkan oleh Al-

Qur‘an pada abad ke-7 sementara ilmu biologi modern baru mulai

pada abad XV.42

Manusia adalah hamba Allah SWT. dan karenanya harus

menaati-Nya, sebagai khalifah Allah manusia harus aktif di dunia,

memelihara keharmonisan alam dan menyebar luaskan berkah dan

karunia. Manusia juga dikenal sebagai mahkluk sosial, mahkluk yang

cenderung untuk bermasyarakat, sehingga menjadi keharusan bagi

manusia.

Menerapkan sikap muslim dapat membuka kemungkinan

memelihara kelestarian lingkungan hidup. Green accounting

mengimplementasikan menjaga lingkungan hidup ke dalam laporan

Corporate Social Responsibility (CSR). Adanya laporan CSR,

stakeholder dapat mengetahui peran serta kontribusi perusahaan dalam

hal kinerja lingkungan. Konsep green accounting perusahaan

diharapkan memasukan biaya lingkungan pada laporan keuangan atau

42
Ahmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. (Yogyakarta: Primaduta,
1983) hal. 141
40

laporan tersendiri sebagai bagian dari pertanggungjawaban perusahaan

kepada stakeholder.

H. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari

bulan Februari 2023 sampai dengan selesai.

b. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Perusahaan Umum

Daerah (PERUMDA) Tirta Terubuk Bengkalis yang beralamatkan di

Jalan HR. Soebrantas Desa Wonosari Kecamatan Bengkalis

Kabupaten Bengkalis.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Yang dimaksud subyek penelitian, adalah orang, tempat atau

benda yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran. 43

Adapun subyek dalam penelitian ini adalah pengelola keuangan pada

Kantor Perusahaan Umum Daerah (PERUMDA) Tirta Terubuk

Bengkalis.

b. Objek Penelitian

43
Kamus Besar Bahasa Indonesia, … h. 862
41

Yang dimaksud obyek penelitian adalah hal yang menjadi

sasaran penelitian.44 Adapun obyek penelitian dalam penelitian ini

meliputi yaitu green accounting.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata

verbal bukan dalam bentuk angka.45 Yang termasuk data kualitatif

dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek penelitian, meliputi:

sejarah singkat berdirinya, visi dan misi dan struktur organisasi.

b. Sumber data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari

objek penelitian.46 Misalnya, data yang diperoleh langsung dari

tempat objek penelitian, keterangan-keterangan secara lisan yang

berhubungan dengan judul penelitian.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara

langsung dari objek penelitian,47 misalnya, peneliti mendapatkan

data yang sudah jadi, yaitu berupa data tentang laporan keuangan,

44
Ibid. h. 622
45
Ibid, … h. 41
46
Ibid, h. 42.
47
Ibid, h. 43.
42

struktur organisasi, sejarah singkat objek penelitian serta data-data

lain yang dianggap perlu dalam penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh

penulis dalam memperoleh data penelitian. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, kuesioner,

observasi dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara merupakan sesi tanya jawab dengan maksud

tertentu guna mendapatkan jawaban yang lebih mendalam. Dimana

wawancara tersebut dilakukan oleh dua belah pihak antara

pewawancara dan narasumber yang diwawancara dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Tujuan dari wawancara

antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;

merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami

masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang

diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi,

mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,

baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan melakukan


43

verifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan

oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.48

b. Dokumentasi

Menurut Suharsini Arikunto, metode dokumentasi merupakan

metode yang digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan

halhal yang berupa transkip, catatan, surat kabar, buku, majalah,

prasasti notulen rapat, agenda serta foto-foto kegiatan.49 Metode

dokumentasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk melengkapi data

yang di peroleh dari hasil wawancara dan hasil pengamatan

(observasi). Metode dokumentasi merupakan metode yang sudah lama

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berupa

penyusunan dan pengolahan data penelitian untuk manafsirkan data yang

diperoleh. Analisis data penelitian bertujuan untuk menjawab pertanyaan

yang telah dirumuskan dan data hasil penelitian baik secara langsung

maupun tidak langsung, kemudian peneliti melakukan analisis dan

menarik kesimpulan.

48
Moleong. J Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017) hal. 186
49
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010) hal. 31
44

Dalam sebuah penelitian kualitatif, data dapat diperoleh dari

berbagai sumber dengan menggunakan pengumpulan data yang

bermacam-macam sampai mencapai titik maksimal yang sering dinamakan

dengan titik jenuh. terdapat tiga model interaktif dalam analisis data, yaitu:

reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.50

a) Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan suatu alat yang

digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data dan supaya

pengumpulan tersebut sistematis dan mudah. Instrumen penelitian

merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategi kedudukannya

dalam keseluruhan kegiatan penelitian. Dengan instrumen, akan

diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab

permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan dan membuktikan hipotesis. Data yang dikumpulkan ditentukan

oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis.

b) Reduksi Data

Reduksi data termasuk dalam kategori pekerjaan analisis data.

Data yang berupa catatan lapangan (filled notes) jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting, dicari tema

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

50
Ibid, hal. 33
45

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan

yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada

temuan. Oleh karena itu, apabila peneliti dalam melakukan penelitian

menemukan segala sesuatu yang di pandang asing, tidak dikenal,

belum memiliki pola, justru hal tersebut yang harus dijadikan perhatian

peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan

proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan kedalaman

wawasan yang tinggi.

c) Display Data

Hasil reduksi tersebut akan di-display dengan cara tertentu

untuk masing-masing pola, kategori, fokus, tema yang hendak

difahami dan dimengerti persoalannya. Penggunaan display data dapat

membantu peneliti untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya, teks naratif

merupakan jenis yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif.

d) Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles

dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.


46

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian, kesimpulan

dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah

yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti

telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian berada di lapangan.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan digunakan untuk menggambarkan alur

penulisan dalam penelitian ini. Rencana sistematika penulisan adalah sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang menjelaskan

landasan pemikiran secara garis besar dan menjadi alasan

pemilihan tema penelitian yang dituangkan dalam rumusan

masalah penelitian. Tujuan dan kegunaan penelitian merupakan

hasil yang ingin dicapai yang mengacu pada latar belakang dan

rumusan masalah. Sistematika penulisan berisi tentang ringkasan

materi yang akan dibahas pada setiap bab dalam skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI


47

Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian

yang digunakan sebagai dasar perumusan hipotesis. Penelitian

terdahulu merupakan suatu penelitian yang digunakan sebagai

bahan acuan dalam melakukan penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan sifat penelitian, sumber data,

definisi variabel operasional, teknik pengumpulan data yaitu cara

memperoleh data penelitian dan analisis data yang merupakan

gambaran model analisis yang akan dilakukan untuk menganalisis

data penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian,

karakteristik responden, dan hasil analisa penelitian.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan akhir dari hasil penelitian dan

saran untuk penelitian selanjutnya.


48

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amrullah. (1983). Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:


Primaduta.

Andreas, Lako. (2018). Dekontruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan
Akuntansi. Jakarta: Erlangga.

____________. (2018). Akuntansi Hijau: Isu, Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Empat

Angelina, Martha, and Enggar Nursasi. "Pengaruh penerapan green accounting


dan kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan." Jurnal
Manajemen Dirgantara 14, no. 2 (2021): 211-224.

Aniela, Y. Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja. Berkala


Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(1), 15–19. (2012).

Arfan, Ikhsan. (2008). Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arisandi, D., & Frisko, D. (2012). Green Rush in Accounting Field of Indonesia
from Different Perspectives. SSRN Electronic Journal.
https://doi.org/10.2139/ssrn.1869450

Badan Pusat Statistik. (2021). Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun


2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

Dewi, S. R. (2016). Pemahaman Dan Kepedulian Penerapan Green Accounting :


Studi Kasus Ukm Tahu Di Sidoarjo Understanding and Application of
Green Accounting Awareness : a Tofu Sme Case Study in Sidoarjo.
Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan Bisnis & Call For Paper FEB
UMSIDA 2016, 497–511.

Faizah, Bella Syafrina Qolbiatin. "Penerapan Green Accounting Terhadap Kinerja


Keuangan." Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer 12, no. 2 (2020): 94-99.

Fasua, Kayode Olushola, 2011, “Environmental Accounting: Concept and


Principles” Certified National Accountant Volume 19 Number 2 April –
June, 2011
49

Fatmawati, Lilik. "Pengaruh Pengungkapan Akuntansi Lingkungan, Penerapan


Green Accounting dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Nilai
Perusahaan." PhD diss., Universitas Islam Sultan Agung, 2021

Hamidi, Hamidi. "Analisis Penerapan Green Accounting Terhadap Kinerja


Keuangan Perusahaan." Equilibiria 6, no. 2 (2019).

Hani, Syafrida. (2015). Teknik Analisa Laporan Keuangan. Medan: UMSU


PRESS.

Hansen, Don R. dan Mowen, Maryanne M. (2011). Akuntansi Manajerial.


Jakarta: Salemba Empat.

Hati, Ravika Permata. "Analisis Penerapan Green Accounting Berbasis University


Social Responsibility (USR) pada Universitas Riau Kepulauan dan
Universitas Internasional Batam." Measurement Jurnal Akuntansi 12, no.
1 (2018): 111-119.

Harahap, Sofyan Syafri. (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi
Pertama. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.


Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Ikhsan, Ihwanul, Ari Yanuar Ridwan, and Muhardi Saputra. "Green Production
Using ERP: Case Study in The Leather Tanning Industry." In 2020 8th
International Conference on Information and Communication
Technology (ICoICT), pp. 1-6. IEEE, 2020.

International Federation of Accountants (IFAC). (2005). International Guidance


Document: Environmental Management Accounting. New York, USA.

Maya, Mike, Mukhzardfa Mukhzardfa, and Enggar Diah. "Analisis Pengaruh


Penerapan Green Accounting Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus
Pada Celebrate The Success Of Top 20 Companies In Asia)." Jurnal
Akuntansi & Keuangan Unja 3, no. 6 (2018): 39-46.

Moleong. J Lexy. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Musyarofah, Siti. "Analisis Penerapan Green Accounting di Kota Semarang."


Accounting Analysis Journal 2, no. 3 (2013).

Pratiwi, Desy Nur, and Yuwita Ariessa Pravasanti. "Analisis Penerapan Green
Accounting Pada Industri Batik Laweyan." Accounthink: Journal of
Accounting and Finance 3, no. 02 (2018).
50

Salsabilah, Riska. "Green Accounting Dalam Konsep Rahmatan Lil Alamin (Studi
Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Kota Magelang)." PhD
diss., Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang, 2019.

Sapulette, Shella Gilby, and Franco Benony Limba. "Pengaruh penerapan green
accounting dan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2018-2020." Kupna Jurnal: Kumpulan
Artikel Akuntansi 2, no. 1 (2021): 31-43.

Sulistiawati, Eka, and Novita Dirgantari. "Analisis Pengaruh Penerapan Green


Accounting Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia." Jurnal Reviu Akuntansi Dan
Keuangan 6, no. 1 (2016).

Suratno, Ignatius Bondan, dkk. (2006). Pengaruh Environmental Performance


terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi
Empris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
periode 2001-2004). Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang (23-26
Agustus).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Risal, Taufiq, Nurmahyuni Lubis, and Virra Argatha. "Implementasi Green


Accounting Terhadap Profitabilitas Perusahaan." Accumulated Journal
(Accounting and Management Research Edition) 2, no. 1 (2020): 73-85.

Anda mungkin juga menyukai