Anda di halaman 1dari 3

Notulensi Kuliah umum tanggal 23 Oktober 2023

Sesi penyampaian materi 10.55 – 12.40 WIB

Judul Presentasi Narasumber: Konsep Ekonomi Biru Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan Berkelanjutan

Definisi dari Blue Economy adalah Kontribusi sektor kelautan secara keseluruhan terhadap ekonomi.
Pada konsep ekonomi ini, habitat dan lingkungan hidup merupakan aset sumberdaya alam yang harus
dijaga kelestariannya, karena seluruh sektor ekonomi kelautan bertumpu pada pengelolaan lingkungan
laut yang berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan tersebut merupakan peluang pertumbuhan ekonomi
bagi bangsa dan negara.

Konsep dasar dari Ekonomi Biru adalah pengelolaan yang mengikuti cara kerja alam, kemudian untuk
meningkatkan stok SDA tujuan pengelolaan juga untuk memperkaya alam, dan semua itu dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Aktivitas dalam lingkup ekonomi biru mencakup
pemanfaatan sumberdaya alam hayati, Ekstraksi non-sumberdaya hayati generasi baru, kemudian
melakukan perdagangan di dalam dan sekitar lautan. Tantangannya adalah menjaga keutuhan habitat
dan Kesehatan lingkungan laut untuk keberlanjutannya.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan laut antara lain: Kurangnya ketertarikan terhadap
panganan berbahan ikan, masalah lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam, kemiskinan yang
tinggi, pembiayaan yang lemah dan pembangunan yang kurang baik di sektor perikanan dan kelautan,
tata kelola kelembagaan yang masih harus dibenahi, serta ketakutan mengadopsi ilmu pengetahuan
dalam formulasi kebijakan dan ego sektoral yang tinggi. Padahal, potensi sumberdaya laut Indonesia
sangat besar dengan paparan terumbu karang yang sangat luas.

Strategi untuk pengelolaan sektor kelautan tersebut mencakup konservasi, pemanfaatan SDA, dan
pengelolaan ekonomi. Untuk memajukan Ekonomi Biru dan menjadikannya sebagai pondasi
perekonomian bangsa, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan. Yang pertama
mengutamakan subjek utama pelaku ekonomi biru yang mana adalah nelayan dan masyarakat pesisir,
serta implementasi konsep ekonomi yang transparan dan adil. Keduanya harus dibarengi dengan
pengawasan yang ketat dan efisiensi dalam hal pemanfaatan sumberdaya laut. Kemudian kawasan
pengelolaan laut juga harus diperluas, dan menjadikan tujuan dari pengelolaan tersebut untuk
keberlanjutan sumberdaya di laut dan pesisir.

Sesi Tanya Jawab Peserta 12.40 – 13.40 WIB

1. Pertanyaan 1: Ineke Naibaho Mahasiswa MSP Angkatan 2023


Pertanyaan: Sebagai Mahasiswa apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan konsep blue
economy?
Rangkuman Jawaban: Hal terkecil yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah pelajari ilmu
pengelolaan sumberdaya perairan dan laut secara menyeluruh, seperti halnya yang saat ini
sedang dilakukan oleh mahasiswa MSP USU. Kemudian gali terus pengetahuan mengenai
potensi laut dan manajemen sumberdaya nya, sehingga setelah nanti mahasiswa lulus, mereka
memiliki dasar ilmu yang kuat dan kompeten sebagai aktor-aktor pengelola sumberdaya di
masa depan. Dasar pengetahuan tersebut juga dapat digunakan untuk meningkatkan
awareness bagi masyarakat luas dan pada institusi ketika nanti bekerja, sehingga semakin
banyak orang yang peduli tentang pentingnya sumberdaya laut.
2. Pertanyaan 2: Eti Marfa, Mahasiswa MSP Angkatan 2022
Pertanyaan: Bagaiman Blue Economy Berkontribusi Berkelanjutan dan Bagaimana dalam
Lapangan Pekerjaan?
Rangkuman Jawaban: Blue ekonomi bukanlah suatu makhluk, namun konsep yang harus
dipahami dan dimengerti. Jika seluruh elemen masyarakat, stakeholder, dan pemerintah sudah
mengerti konsep blue economy, yaitu memantapkan pilar perekonomian yang tidak terlepas
dari pilar pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan, lapangan pekerjaan di bidang tersebut
pasti akan semakin terbuka lebar, serta akan lebih banyak tenaga yang dibutuhkan untuk
melakukan pengelolaan kelautan pada aspek-aspek dan sektor-sektor yang sudah
teridentifikasi sebagai jejaring dan pondasi pengelolaan perikanan dan laut.
3. Pertanyaan 3. Masniari Nasution, Mahasiswa MSP Angkatan 2021
Pertanyaan 4. Amanatul Fadhillah, Dosen Pertanyaan: Bagaimana strategi agar upaya
konservasi berhasil dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi lingkungan sekitarnya
Rangkuman Jawaban: Secara umum pengelola konservasi dan pemerintah sudah salah dalam
melakukan kegiatan konservasi, karena hanya berdasarkan kegiatan pelestarian pada satu
waktu. Padahal, konservasi merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan dan ada
strategi-strategi dan ilmu yang harus diterapkan dalam menentukan kebijakan konservasi.
Sementara dari segi hukum saja, peraturan konservasi di Indonesia ini terlalu banyak
(setidaknya ada 3 undang-undang tentang konservasi), padahal lebih efisien jika hanya ada
satu payung hukum yang memuat seluruh elemen konservasi secara holistic serta peraturan
dalam operasionalnya. Jika proses konservasi sudah berjalan dengan baik dan efisien, maka
ekosistem service akan dapat dirasakan oleh masyarakat disekitarnya, yang mana dapat
menstimulasi terciptanya lapangan pekerjaan dan kesejahteraan.
4. Pertanyaan 4. Amanatul Fadhilah, Dosen MSP USU
Pandangan narsum mengenai problem perikanan di Indonesia, serta sektor mana yang paling
berpotensi menimbulkan masalah?
Rangkuman Jawaban: Akar dari masalah adalah pengendali kebijakan, yaitu jajaran
pemerintah. Banyak sekali ditemukan kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan oleh
pemerintah yang bertolak belakang dengan nafas pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan
dan konservasi, sebagai contoh: reklamasi, Pembangunan kawasan yang tidak berwawasan
lingkungan, dan lain sebagainya. Hal yang dapat dilakukan adalah edukasi mengenai konsep
Pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan sumberdaya pada jajaran pemerintah dan
stakeholder, dari akar rumput hingga ke jajaran atas. Namun hal tersebut tidak mudah karena
semua yang ada dalam pemerintahan sarat dengan berbagai kepentingan. Terkait dengan
sektor yang paling banyak berpotensi masalah, mulai dari sektor pengolahan, budidaya, dan
manajemen pengelolaan lingkungan semua memiliki potensi masalah yang sama dan terkait
satu sama lain. Yang menjadikan masalah utama pada hal ini adalah kebijakan pemerintah
yang menjadi poros utama dalam pengaturan ketiga sektor tersebut.
5. Pertanyaan 5. Ariel Sharon Simanjuntak, Mahasiswa MSP Angkatan 2020
Pertanyaan: Bagaimana mengatasi IUU Fishing dan tidak singkronnya data penangkapan, dan
alternatif apa yang dapat dilakukan selagi SDA dalam masa recovery secara alamiah?
Rangkuman Jawaban: IUU fishing merupakan kegiatan tidak baik. Regulasi mengenai hal
tersebut masuk dalam ranah kebijakan. Dengan kata lain, pemerintahlah yang punya peran
penting untuk menanggulangi terjadinya IUU fishing. Pemerintah berkuasa untuk pelakukan
pengawasan dan penegakkan hukum, sehingga seharusnya ada satu trobosan yang dapat
dilakukan pemerintah sebagai suatu wadah pencegahan dan edukasi IUU fishing yang
merangkul seluruh kalangan masyarakat. Terkait dengan masa recovery SDA, kita sudah tahu
bahwa proses recovery dan rekrutmen SDA itu lambat dan butuh waktu. Maka dari itu SDA
yang ada tidak boleh dirusak, dan eksploitasi untuk perekonomian juga harus sesuai dengan
kapasitasnya. Butuh kesabaran dari berbagai pihak, terutama dalam hal eksploitasi.

Penutup dari Narasumber:

Sumberdaya Alam seyogyanya menjadi Panglima dalam pengelolaan perekonomian negara. Jadilah
orang yang bijak, karena ketika kita berjalan di muka bumi, kita berjalan di atas sumberdaya alam.
Kita harus sadar bahwa SDA adalah anugrah dari Tuhan YME, sehingga kita manfaatkan sebaik-
baiknya, namun jangan serakah.

Anda mungkin juga menyukai