Pada tanggal 2 – 12 Maret 2015 Sofyan Rivai, A.Md.Pi, SE (Kepala Sub Bidang Program pada
Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan) dan Fahrur Razi, SST Penyuluh Perikanan Muda pada
Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, diberi kesempatan untuk mengikuti The Regional
Training Courses on Essential Ecosystem Approach to Fisheries Management (E-EAFM) and the E-
EAFM Training for the Trainer (E-EAFM TOT) yang diselenggarakan oleh Training Departement
Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC) di Mae Pim Resort, Rayong Province,
Thailand.
Kegiatan Regional Training Courses ini diikuti oleh 23 orang peserta yang berasal dari 4
negara: (1) Indonesia : 5 orang (Sofyan Rivai, Dewi Setianingrum, Siti Matoya, Aris Budiarto dan
Fahrur Razi); (2) Malaysia : 5 orang (Saufi Affandi Bin Talib, Haji Ismail Bin Ibrahim, Fairol Tajuddin
Bin Suhaili, Rusman Bin Rusdy dan Muhammad Zahir Bin Zakaria); (3) Thailand : 5 orang (Weerapol
Thitipongtrakul, Chalit Sa-nha-ngam, Montri Sumontha, Sarayut Komjanarta, dan Nuntapon
Sukanumran); (4) Myanmar : 5 orang (Aye Thandar Lwin, Ni Ni Win, Thura Moe Aung, Sitt Swamm Yi
Myo Thann, dan Htet Myat Aung) dan (5) Staf SEAFDEC : 3 orang (Thanyaluk S., Woraluk
Meesomwat, dan Weerasak Yingyuad. Beberapa point penting tentang pengelolaan perikanan yang
kami peroleh dari kegiatan Regional Training Courses ini antara lain sebagai berikut:
Kesejahteraan Kesejahteraan
Ekologi Tata kelola Manusia
yang benar
1. Membuat prinsip-prinsip umum dan tingkat tujuan yang lebih tinggi: untuk prinsip-prinsip
EAFM secara umum efektif dan tujuan kebijakan tingkat yang lebih tinggi perlu
diterjemahkan ke dalam tujuan manajemen. Tujuan operasional merupakan tujuan
pengelolaan yang manajemen tepat. Misalnya, "Mempromosikan pembangunan
berkelanjutan perikanan" tidak dapat diatasi langsung oleh manajemen, tetapi tujuan
operasional "Mengurangi jumlah kapal nelayan" dapat diatasi dengan ukuran manajemen.
2. Memberikan arahan: perencanaan memberikan arah yang jelas untuk kegiatan
manajemen. Ini memperkuat kepercayaan para pemangku kepentingan dan mendorong
mereka untuk bergerak sepanjang jalan yang dipilih, sementara juga menjelaskan tindakan
yang harus mereka ambil untuk mencapai tujuan.
3. Pertimbangkan program alternatif tindakan: perencanaan memungkinkan manajer untuk
memeriksa dan menganalisa program alternatif tindakan dengan pemahaman yang lebih
baik dari kemungkinan konsekuensi mereka.
4. Mengurangi ketidakpastian: Pasukan perencanaan manajer dan para pemangku
kepentingan untuk melihat melampaui keprihatinan langsung. Hal ini mendorong mereka
untuk menganalisis kompleksitas dan ketidakpastian lingkungan dan berusaha untuk
mendapatkan kontrol.
5. Minimalkan keputusan impulsif dan sewenang-wenang: perencanaan cenderung untuk
meminimalkan kejadian keputusan impulsif dan sewenang-wenang dan tindakan ad hoc.
Ini mengurangi kemungkinan kesalahan utama dan kegagalan dalam tindakan manajerial.
Ini menyuntikkan ukuran disiplin dalam pemikiran dan tindakan.
6. Memberikan dasar untuk manajemen yang lebih baik: ia menyediakan dasar bagi fungsi
manajerial lainnya. Dengan demikian, perencanaan adalah fungsi sentral sekitar yang
fungsi lain (misalnya monitoring, kontrol dan pengawasan (MCS)) dirancang.
7. Sertakan respon adaptif: perencanaan cenderung untuk meningkatkan kemampuan
manajemen untuk beradaptasi secara efektif dan menyesuaikan kegiatan dan arah dalam
menanggapi perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal.
8. Aktifkan tindakan proaktif: sementara adaptasi dilakukan sebagai reaksi dan respon
terhadap beberapa perubahan di dunia luar, tidak cukup dalam beberapa situasi. Dalam
pengakuan kenyataan ini, perencanaan merangsang manajemen untuk memutuskan di
muka pada tindakan apa yang harus diambil ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana
(aturan kontrol).
9. Meningkatkan transparansi: membuat pengambilan keputusan yang transparan dan
tersedia bagi semua pemangku kepentingan.
Menurut Cochrane (2002), rencana strategi tersebut paling tidak juga memuat
instrument aturan main dan perangkat pengelolaan input dan output control yang disusun
berdasarkan analisis resiko terhadap keberlanjutan sistem perikanan itu sendiri.
Secara diagramatik, proses implementasi EAFM dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Proses Implementasi EAFM (Modifikasi dari FAO, 2003)
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN THE REGIONAL TRAINING COURSES E-EAFM AND E-EAFM TOT
Lampiran 2
DOKUMENTASI KEGIATAN THE REGIONAL TRAINING COURSES E-EAFM AND E-EAFM TOT
Lampiran 3
MATERI POKOK PADA THE REGIONAL TRAINING COURSES E-EAFM AND E-EAFM TOT