Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yuli Dwi Cahyono

NIM : 22103040140

HARI LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI MOMENTUM


PERINGATAN KRISIS EKOLOGIS DI INDONESIA

Dewasa ini, kita melihat kondisi lingkungan yang kian memburuk dari
waktu ke waktu. Krisis iklim, pelanggaran hak asasi manusia, hingga bencana
ekologis di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini timbul seiring
dengan maraknya kebiasaan buruk dan hilangnya kesadaran masyarakat akan
kelestarian lingkungan. Diperparah dengan masifnya pemberian izin oleh
pemerintah kepada korporasi perusak lingkungan.

Penyelenggara negara yang semestinya berkewajiban menjaga kestabilan


dan kelestarian lingkungan justru turut andil memperburuk krisis ekologis yang
terjadi di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan terciptanya berbagai kebijakan
publik yang membuka jalan selebar-lebarnya bagi para korporasi dan oligarki
untuk mengeksploitasi sumber daya alam sebanyak mungkin.

Krisis ekologi membuat kehidupan masyarakat semakin buruk. Hal ini juga
secara langsung mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Petani
kecil yang kehilangan lahan pertanian tradisionalnya terdampak secara
ekonomi, sementara kelompok besar yang memiliki lahan terus memperkuat
dominasinya.

Ketidaksetaraan dalam kepemilikan lahan sering kali memicu konflik


agraria antara petani kecil dan perusahaan besar. Konflik ini dapat
mengakibatkan kerugian ekonomi, kerusakan sosial, dan bahkan korban jiwa.

Undang-undang Minerba No. 3 Tahun 2020 menjadi contoh bagaimana


negara memberikan dukungan kepada perusahaan tambang untuk melakukan
perusakan lingkungan melalui sektor pertambangan. UU Minerba ini dinilai
menutup hak veto rakyat. Karena tidak ada satu pun pasal yang memberikan
ruang bagi partisipasi rakyat.

Tak hanya itu, pada praktiknya Kebijakan ini juga menimbulkan berbagai
permasalahan dalam masyarakat, seperti pelanggaran hak asasi manusia, dan
tidak terpenuhinya hak-hak masyarakat. Karena terdapat sejumlah pasal yang
Nama : Yuli Dwi Cahyono
NIM : 22103040140
membuka peluang terjadinya kriminalisasi terhadap masyarakat yang menolak
kehadiran tambang.

Konflik pertambangan di Kulon Progo beberapa waktu lalu menjadi bukti


nyata bagaimana konflik ekologis sangat berdampak bagi kondisi masyarakat,
baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Dampak yang paling dirasakan oleh
masyarakat akibat adanya pertambangan tersebut ialah krisis air bersih.

Air secara kuantitatif dan kualitatif telah mengalami perubahan besar.


Secara kuantitatif, meskipun hukum fisika menegaskan bahwa jumlah air tetap,
namun degradasi ekologi, daya dukung ekologi yang semakin berkurang telah
mengubah keseimbangan layanan alam sekaligus daur hidup air di dalamnya.
Sehingga kelangkaan dan kekurangan air tak terhindarkan di musim kemarau
meskipun kita hidup di lumbung dan ladang air. Secara kualitatif, air tidak lagi
sehat, bersih dan terbebas dari bahan-bahan berbahaya dan beracun.

Pada situasi tertentu air menjadi barang mahal dan langka, hanya orang
kaya yang memiliki uang yang bisa mendapatkan air. Sementara bagi kaum
miskin yang tidak memiliki uang tidak bisa mendapatkan air yang bersih dan
sehat dengan layak. Kehidupan kaum perempuan, ibu rumah tangga dan anak-
anak adalah pihak yang paling terkena dampak atas krisis ekologi akibat
adanya pertambangan.

Momentum peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini, menjadi


peringatan bahwa pemerintah dinilai belum sepenuhnya serius dalam
menyelesaikan persoalan krisis ekologis di indonesia saat ini. Politik kebijakan
negara yang gagal menjamin perlindungan dan pemenuhan hak-hak
masyarakat semakin membuat rakyat merasa tidak berdaya dalam menghadapi
krisis ekologis.

Pemerintah daerah secara prinsip bisa melakukan beberapa hal sebagai


tindak lanjut atas maraknya penambangan yang terjadi di wilayah tertentu yang
di secara alamiah memiliki sumber daya alam yang cukup banyak, salah
satunya di Kabupaten Kulon Progo. Pemangku kebijakan semsestinya dapat
melakukan tindakan berkelanjutan guna mengurangi dampak yang dirasakan
masyarakat.
Nama : Yuli Dwi Cahyono
NIM : 22103040140
Pemerintah secara kewenangan yang diberikan kepadanya bisa
melakukan tindakan monitoring terhadap kegiatan pertambangan, baik dari sisi
prosedural sampai sisi reklamasi yang dilakukan oleh perusahaan yang
melakukan eksplorasi pertambangan, baik di wilayah daratan maupun di
wilayah pesisir pantai. Tahap selanjutnya ialah evaluasi terhadap pemberian
izin pertambangan yang ada. Hal ini terkait dengan banyaknya izin yang
dikeluarkan namun tidak melakukan aktivitas atau kegiatan pertambangan yang
seharusnya. Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk tindakan korektif terhadap
pemberian izin tersebut.

Pelaksanaan perizinan pertambangan yang ada di Indonesia, selama ini


berfokus pada orientasi ekonomi, namun keberlanjutan ekologi dan ekosistem
lingkungan sedikit diabaikan. Hal ini terbukti dengan semakin maraknya
pemberian izin pertambangan namun tidak dikelola dan dilaksanakan seuai
dengan SOP yang ada sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan dalam
skala besar dan masif. Kerusakan ini berdampak sistemik pada hal-hal lainnya.
Di satu sisi merupakan lumbung hidup atau hajat hidup orang banyak namun di
sisi lain juga memiliki ekses atau dampak yang cukup signifikan terhadap
keberlanjutan kehidupan ekosistem lingkungan, oleh karenanya diperlukan
langkah berani dengan melalkukan moratorium terhadap perizinan
pertambangan. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah preventif terhadap izin
tambang yang tidak seusai peruntukan ataupun izin tambang yang tidak
produktif lagi. Diharapkan dengan adanya moratorium ini bisa dijadikan sebagai
langkah awal pencegahan kerusakan lingkungan berbasis administratif.

Kehadiran negara dalam menyelesaikan masalah di masyarakat


merupakan bagian dari tugas negara sebagai bentuk konsekuensi logis atas
tujuan Negara Kesejahteraan. Negara harus hadir dalam pelbagai masalah
yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Negara sebagai harapan akhir dari
kepentingan masyarakat diharuskan menyelesaikan masalah secara win-win
solution agar semua pihak kepentingannya diakomodir oleh sebagai bentuk
tanggungjawab negara terhadap warga negaranya.

Anda mungkin juga menyukai