Anda di halaman 1dari 2

Review Materi Perkuliahan

Etika Bisnis dan Profesi


Magister Akuntansi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Nama: Erizal Wibisono Santoso


NIU : 452287
ETIKA DAN LINGKUNGAN
Ancaman lingkungan berasal dari dua sumber: polusi dan penyusutan sumber daya. Polusi
mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh pembutan atau
penggunaan komoditas. Penyusutan sumber daya mengacu pada konsumsi sumber daya yang
terbats atau langka. Polusi Udara mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap
lingkungan oleh pembuatan atau penggunaan komoditas. Adanya pemanasan global, hujan
asam, dan banyak gas-gas beracun di udaraa yang dapat menimbulkan berbagai racun di
bumi. Polusi Air Saat ini lebih dari satu juta orang tidak memiliki akses untuk air sehat,
terutapa pada negara-negara miskin. Ada beberapa faktor yang terkait dengan menurunnya
persediaan air. Kenaikan populasi dan aktifitas ekonomi menambah permintaaan terhadap
sumber air bersih. Polusi Tanah Limbah padat contohnya adalah sampah rumah tangga yang
semakin banyak jumlahnya tidak sebanding dengan fasilitas untuk menanganinya. Belum lagi
limbah padat berbahaya yang dihasilkan dari industri kimia dan perminyakan, bahkan limbah
nuklir. Manusia menyebabkan punahnya ribuan spesies binatang dan tumbuhan begitu pula
dengan semakn sedikitnya jumlah habitat hutan yang hilang karena digunduli oleh industri
kayu, dan dijadikan permukiman. Penggunaan bahan bakar fosil meningkat terus sedangkan
ketersediaannya semakin menipis. Seperti halnya bahan bakar fosil, kondisi mineral yang
tersedia pun semakin sedikit disbanding dengan penggunannya yang semakin banyak.
Ketersediaan bahan-bahan pengganti bahan bakar fosil dan mineral pun terbatas, sehingga
hanya dapat menunda sebentar habisnya ketersediaan bahan bakar fosil dan mineral.
Tidak adanya upaya pengendalian polusi dikarenakan para pelakunya para pelaku bisnis
menganggap udara dan air itu barang gratis, dan melihat lingkungan sebagai barang tak
terbatas. Lembaga bisnis mengabaikan akibat kegiatan mereka terhadap lingkungan sebab:
1. Para pelaku bisnis menganggap udara dan air itu barang gratis.
2. Bisnis melihat lingkungan sebagai barang tak terbatas.
Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari bagian-
bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai tersendiri dan bahwa, karena
adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki tugas untuk menghargai dan
mempertahankannya. Paul Taylor “sifat karakter secara moral adalah baik ketika
mengekspresikan atau mewujudkan sikap moral dasar, yang saya sebut sebagi penghargaan
terhadap alam”. Pengahragaan alam didasarkan pada fakta bahwa masing-masing makhluk
hidup berusaha mencari yang baik bagi dirinya dan demikian pula sebuah “pusat teleologi
kehidupan”. Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari
bagian-bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai tersendiri dan bahwa,
karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki tugas untuk menghargai dan
mempertahankannya. Namun hingga kini untuk memperluas hak-hak moral terhadap hal-hal
non-manusia masih sangat kontroversial. Untuk hal tersebut dibutuhkan pendekatan lagi
dalam menghadapi masalah lingkungan yang berdasarkan hak-hak asasi manusia maupun
pertimbangan utilitarian.
William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan yang nyaman
tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap manusia. Undang-undang
federal menetapkan batasan-batasan atas hak properti pada para pemilik perusahaan. Masalah
utama dari pandangan Blackstone adalah pandangan ini gagal memberikan petunjuk tentang
sejumlah pilihan yang cukup berat mengenai lingkungan. Menurut William T. Blackstone,
lingkungan yang nyaman bukanlah sesuatu yang kita semua inginkan, melaikan sesuatu
dimana yang lain berkewajiban untuk memungkinkan kita semua memilikinya. Dalam
pendapat Blackstone, ia gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan yang cukup
berat mengenai lingkungan kaitannya dengan hak atas properti.
Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari polusi
karena dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat. Cara utilitarian menangani
polusi (dengan menginternalisasikan biaya) tampak konsisten dengan persyaratan keadilan
distributif sejauh keadilan distributif tersebut mendukung kesamaan hak. Para pengamat
mencatat bahwa polusi sering berpengaruh terhadap meningkatnya ketidakadilan.
Internalisasi biaya eksternal juga terlihat konsiten dengan persyaratan keadilan retributif dan
kompensatif.
Ekologi sosial menyatakan bahwa apabila pola-pola hierarki dan dominasi sosial belum
berubah , maka kita tidak akan bisa menghadapi krisis lingkungan. Kaum ekofeminis
meyakini bahwa meskipun konsep utilitarianisme, hak, dan keadilan memiliki peran terbatas
dalam etika lingkungan, namun etika lingkungan yang baik harus memperhitungkan
perspektif-perspektif etika memberi perhatian. Konservatisme mengacu pada penghematan
sumber daya alam untuk digunakan di masa mendatang. Jadi, konservatisme sebagian besar
mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk
besok. Pengendalian polusi merupakan salah satu bentuk konservatisme.
Tindakan menghabiskan sumber daya berarti mengambil apa yang sebenarnya menjadi
milik generasi mendatang dan melanggar hak-hak mereka atas sumber daya tersebut, namun
sejumlah penulis menyatakn bahwa salah bila kita berpikir generasi mendatang juga punya
hak. John Rowls: meskipun tidak adil bila memberikan beban yang berat bagi generasi
sekarang demi generasi mendatang, namun juga tidak adil bila generasi sekarang tidak
meninggalkan apa-apa sama sekali bagi generasi mendatang. Sejumlah penulis menyatakan
bahwa jika kita menghemat sumber daya alam yang langka agar generasi mendatang bisa
memperoleh kualitas kehidupan yang memuaskan, maka kita perlu mengubah sistem
perekonomian secara substansial, khususnya dengan menekan usaha-usaha untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.

Tanggapan Kasus Ok Tedi Copper Mine

Menurut saya, keputusan dari BHP untuk menyerahkan seluruh sahamnya kepada Papua
New Guinea Sustainable Development Program sudah tepat. BHP sebagai perusahaan tentu
telah mendapatkan keuntungan bagi investasinya dari kegiatan pertambangan selama puluhan
tahun. Akan tetapi, Pemerintah sebagai pemilik saham penuh Ok Tedi Copper Mining saat ini
harus tetap membuat fasilitas pembuangan limbah yang memadai, untuk mengurangi
perusakan lingkungan, walaupun harus memakan biaya yang sangat mahal. Karena pada
akhirnya jika pemerintah pun masih abai dengan hal ini, Papua Nugini akan menerima
dampak buruk dari kerusakan lingkungan. Papua New Guinea Sustainable Development
Program harus menggunakan dana yang diterima untuk perbaikan lingkungan yang telah
rusak karena kegiatan pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai