Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

PENGGANTI PERKULIAHAN

Nama : Farhan Filya Oktama


NIM : 1801123762
Mata Kuliah : Ekologi Pemerintahan
Dosen : Rury Febrina, S.IP, M.Si

Deskripsi Tugas;
1. Mahasiswa membuat MATRIK/BAGAN ekologi pemerintahan dari
trigatra/aspek alamiah yaitu dari aspek kondisi geografis dan kekayaan alam
(Contoh terlampir). Dengan indicator yang dibuat yaitu:
a. Makna kondisi geografis dan kekayaan alam dalam perspektif ilmu
pemerintahan
b. Kebijakan Pemerintahan terkait kondisi geografis dan kekayaan alam
c. Leading sector/instansi/lembaga yang memiliki kewenangan terkait
kondisi geografis dan kekayaan alam baik ditingkat nasional maupun
daerah.
d. Fenomena/permasalahan kependudukan
e. Program dan kegiatan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
menangani fenomena/permasalahan terkait kondisi geografis dan
kekayaan alam.
2. Mencari literature atau referensi terkait dalam memperkuat pemahaman
mahasiswa khususnya kasus-kasus yang berkembang terkait trigatra/aspek
alamiah terkait kondisi geografis dan kekayaan alam, sertakan sebagai
sumber referensi.
3. Menambahkan narasi/penjelasan terkait matrik dihalaman yang berbeda
minimal 5 halaman. Khusus terkait kebijakan pemerintah menambahkan
penjelasan singkat dari masing-masing peraturan perundang-undangan
terkait dengan memperhatikan hierarki peraturan perundang-undangan.
4. Bahan perkuliahan telah diberikan sebelumnya dan bisa menjadi pedoman
dalam pembuatan tugas perkuliahan.
5. Portal akan otomatis menutup laman pengumpulan tugas diluar dari
deadline yang sudah diinformasikan diatas.
6. Silahkan menghubungi komting apabila ada yang tidak dipahami dan
komting yang akan langsung menghubungi dosen.

TERIMAKASIH
SELAMAT BEKERJA
TRIGATRA/ASPEK ALAMIAH
KONDISI GEOGRAFIS DAN
KEKAYAAN ALAM

Pembangunan Nasional yang saat ini sedang digalakkan oleh


pemerintah di berbagai bidang/sektor banyak membutuhkan
anggaran/ biaya yang salah satunya bersumber dari pemanfaatan
dan penggunaan segala sumber daya yang ada termasuk
penggunaan sumber daya alam yang dimiliki untuk kesejahteraan
masyarakat.
(https://www.bphn.go.id/data/documents/ae_tentang_pengelolaan_
sda.pdf)

Kebijakan Pemerintahan Fenomena/Permasalah Program/Kegiatan Pemerintahan


Leading Sector/Istansi Terkait Kondisi Geografis Dan
Terkait Kondisi Geografis an Kondisi Geografis Kekayaan Alam Berdasarkan
yang Berwenang
Dan Kekayaan Alam Dan Kekayaan Alam Fenomena/permasalahan

1. UUD 1945 Pasal 33.


2. UU No. 32 Tahun 2009
1. Program sekat kanal
Tentang Perlindungan Dan 1. Kementerian ESDM 1. Kebakaran Hutan 2. Program Nasional
Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Kementerian 2. Air bersih yang Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
3. UU No. 32 Tahun 2014 Tentang Lingkungan Hidup dan tidak memadai Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
Kelautan. Kehutanan 3. Eksploitasi laut 3. Penenggelaman Kapal Ikan dan
4. UU No. 17 Tahun 2019 Tentang 3. Kementrian Kelautan 4. Pencemaran pelarangan penggunaan cantrang
Sumber Daya Air. dan Perikanan Lingkungan 4. Pengurangan pemakaian Plastik
5. UU No. 4 Tahun 2009 Tentang 4. Kemenko Bidang Untuk Mengatasi Pencemaran
Pertambangan Mineral dan Kemaritiman dan Lingkungan
Batubara. Investasi
6. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
Penjelasan Tambahan

Berdasarkan matrik diatas dapat dijelaskan bahwa Makna kondisi geografis dan
kekayaan alam dalam perspektif ilmu pemerintahan adalah Pembangunan
Nasional yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah di berbagai
bidang/sektor banyak membutuhkan anggaran/ biaya yang salah satunya
bersumber dari pemanfaatan dan penggunaan segala sumber daya yang ada
termasuk penggunaan sumber daya alam yang dimiliki untuk kesejahteraan
masyarakat.

Adapun penjelasan indicator sebagai berikut:

a. Kebijakan Pemerintahan terkait kondisi geografis dan kekayaan alam


terdiri dari:
1. Pasal 33 Ayat 2 UUD 1945 ‘Cabang-cabang produksi yang penting bagi
Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara’.
Ayat ini menjelaskan bahwa seluruh produksi yang ada di Indonesia, termasuk
Sumber Daya Alam dikelola oleh negara.
2. Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 ‘Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat’. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Mengingat mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang
terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan,
pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilan agar memperoleh
manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat secara  berkelanjutan.
3. Pasal 1 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup berbunyi “Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.” Undang –
Undang ini merupakan turunan dari UUD 1945 pasal 33 (3) dan pembaruan
terhadap UU no. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. UU No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan pasal 1 ayat (7) berbunyi
“Sumber Daya Kelautan adalah sumber daya Laut, baik yang dapat
diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif serta dapat dipertahankan dalam jangka panjang.”
UU ini merupakan turunan dari Pasal 20, Pasal 22D ayat (1), Pasal 25A, dan
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
5. UU No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air Pasal 1 Ayat (1)
berbunyi “Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.” UU ini merupakan turunan dari UUD 1945 pasal 33
(3) dan pembaruan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan setelah Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air.
6. UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal
1 Ayat (1) berbunyi “Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pascatambang.” UU ini merupakan turunan UUD
1945 pasal 33 ayat 1 dan 2 dan merupakan pembaruan dari Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
7. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 9 (3)
berbunyi “Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi dan Daerah kabupaten/kota.” Kemudian dilanjutkan Pasal 11 (1)
“Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana di maksud dalam Pasal 9 ayat
(3) yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib
dan Urusan Pemerintahan Pilihan” , kemudian dilanjutkan Pasal 12 (3)
“Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
meliputi: a. kelautan dan perikanan; b. pariwisata; c. pertanian; d. kehutanan; e.
energi dan sumber daya mineral; f. perdagangan; g. perindustrian; dan h.
transmigrasi.”

b. Leading sector/instansi/lembaga yang memiliki kewenangan terkait kondisi


geografis dan kekayaan alam baik ditingkat nasional maupun daerah
1. Kementerian ESDM memiliki tugas dan kewenangan dalam mengelola
pemerintahan dalam bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam hal ini,
yang dimaksud kedalam Energi adalah minyak, gas bumi, dan tenaga listrik
dan energi baru maupun terbarukan. Kemudian yang dimaksud mineral adalah
emas, timah, dan hasil tambang lainnya. Kementerian ESDM memiliki
kewenangan untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam bidang
ESDM. Selain itu, Kementerian ESDM juga melaksanakan pembinaan,
pengawasan, dan bimbingan teknis terhadap pengelola sumber daya mineral.
2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaksanakan tugas dan
kewenangan dalam mengelola lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ruang
lingkup Kementerian ini adalah pengelolaan Hutan lindung, hutan lestari,
industri dari hasil hutan, segala hayati yang ada di hutan, dan aliran sungai.
Kementerian LHK dapat membuat kebijakan terkait Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kemudian menjadi pengawas dan pembimbing teknis dalam
konservasi hutan, pengendalian kualitas Sumber Daya Alam, pengendalian
perubahan iklim serta pengendalian pencemaran lingkungan.
3. Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki kewenangan dan tugas
mengelola pemerintahan di bidang perikanan dan kelautan. Ruang lingkup
kementerian ini adalah ruang laut, hayati laut, pesisir, pulau – pulau kecil dan
pengelolaan hasil tangkap dan budidaya perikanan. Kementerian KP berhak
membuat kebijakan terkait bidang perikanan dan kelautan, dan menjadi
pengawas dan pembimbing teknis dalam konservasi maupun budidaya hasil lat.
Selain itu, kementerian KP juga berkewajiban menjaga kemanan dan
perlindungan hayati laut dan hasil perikanan.
4. Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang kemaritiman dan
investasi. Kementerian Koordinator ini akan mengkoordinasi dan
mensinkronisasi Kementerian dibawahnya, yang dalam hal ini Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, dan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang berkaitan dengan Geografis
dan Kekayaan Alam.

c. Fenomena/permasalahan kondisi geografis dan kekayaan alam


1. Kebakaran Hutan. Kebakaran hutan memberikan dampak merugikan
terhadap ekologi. Dari sudut pemerintahan, kebakaran ini sangat berdampak
pada pendapatan negara serta terancamnya kekayaan alam baik dari Sumber
Daya Alam Hayati dan Non- Hayati. Kemudian kebakaran hutan ini juga akan
berdampak kepada masyarakat dan menimbulka penyakit akibat asapnya.
Kebakaran hutan ini akan berdampak besar bagi ketahanan nasional. Selama
2019, hingga September, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, mencapai
857,756 hektar. Ia terdiri dari 630,451 hektar mineral dan 227,304 hektar di
gambut. Angka ini naik meningkat 160% jika dibandingkan luasan Agustus
yang lalu, sekitar 328.724 hektar.Sebanyak 79 perusahaan terdiri dari 59
perkebunan, satu perkebunan tebu, 15 HTI, tiga HPH, dan satu restorasi
ekosistem. Areal terbakar pada wilayah seluas 27.192.271 hektar dan lahan
perorangan 274 hektar1.
2. Air Bersih Yang Tidak Memadai. Air bersih adalah termasuk kekayaan
alam yang paling dibutuhkan sebuah negara, sebagaimana ungkapan bahwa air
adalah sumber kehidupan. Tetapi, ditengah – tengah masyarakat yang semakin
membutuhkan air akibat pertumbuhan penduduk, air bersih di Indonesia tidak
cukup untuk kebutuhan sehari – hari. Pada tahun 2018, Badan Pusat Statistik

1
Indra Nugraha. “Kebakaran Hutan dan Lahan Hingga Spetember 2019 Hingga 900 Ribu Hektar”.
Mongabay.com. 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 2.38 WIB
(https://www.mongabay.co.id/2019/10/22/kebakaran-hutan-dan-lahan-sampai-september-
2019-hampir-900-ribu-hektar/)
(BPS) mencatat, hanya 64,18 persen daerah perdesaan di Indonesia yang
memiliki akses terhadap air minum layak. Sementara di wilayah perkotaan
telah mencapai 81,55 persen. BPS juga menyebutkan, terdapat 17 provinsi
yang wilayah perdesaannya memiliki akses terhadap air minum layak di bawah
rata-rata nasional. Provinsi dengan akses air minum layak terendah terdapat di
Bengkulu sebesar 41,02 persen. Sementara provinsi lain adalah Kalimantan
Selatan sebesar 45,23 persen dan Papua sebesar 48,75 persen2.  
3. Eksploitasi Laut. Eksploitasi laut adalah penangkapan secara besar-
besaran Sumber Daya Alam yang ada di laut. Ini bisa meliputi penangkapan
ikan menggunakan bom atau cantrang yang dapat merusak ekosistem laut.
Penggunaan alat seperti ini mengakibatkan banyak anak ikan ikt mati sehingga
perkembangbiakan ikan di laut akan terganggu. Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, POLRI, dan TNI
Angkatan Laut (AL) memproses sedikitnya 33 kasus kegiatan penangkapan
ikan dengan cara merusak (destructive fishing)  sepanjang 5 bulan pertama
2019.  Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan (PSDKP) Agus Suherman menyebutkan kasus-kasus destructive
fishing ini umumnya dipahami sebagai kegiatan penangkapan ikan
menggunakan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan
bom, racun, dan setrum3.
4. Pencemaran Lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah salah satu
masalah yang paling berdampak pada Sumber Daya Alam. Karena,
pencemaran lingkungan ini mencakup seluruh lingkungan yang ada, baik darat,
laut, dan udara. Pencemaran lingkungan seperti limbah pabrik dan asap dapat
mempengaruhi pertumbuhan hewan dan tumbuhan. Kecacatan fisik yang
dialami hewan dan tumbuhan dapat terjadi dikarenakan adanya zat kimiawi
2
Databooks. “Akses Air Minum Penduduk Desa di Provinsi Ini Terendah”.
Databooks.katadata.co.id. 16 Oktober 2019. Diakses tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 2.58 WIB.
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/16/inilah-provinsi-dengan-akses-air-
minum-tidak-layak-di-perdesaan-indonesia).
3
Juli Etha Ramaida Manalu. “33 Aksi Destructive Fishing Diamankan Selama 2019”. Bisnis.com. 28
Mei 2019. Diakses tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 4.06 WIB.
(https://ekonomi.bisnis.com/read/20190528/99/928244/33-aksi-destructive-fishing-diamankan-
selama-2019).
atau zat pencemar yang terkandung didalamnya. Ini akan merusak ekosistem,
kerusakan tanah, air dan laut. Indonesia akan menghasilkan sampah sekitar 66 - 67
juta ton sampah pada tahun 2019. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti
Nurbaya mengatakan jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah
organik yang mencapai sekitar 60 persen dan sampah plastik yang mencapai 15
persen. Sebelumnya, berdasarkan data The World Bank tahun 2018, 87 kota di pesisir
Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1, 27 juta ton.
Dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar
3,2 juta ton adalah sedotan plastik4.

d. Program dan kegiatan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menangani


fenomena/permasalahan kondisi geografis dan kekayaan alam
1. Program sekat kanal atau penabatan. Sekat kanal adalah bendungan-
bendungan kecil, yang dibangun di sepanjang kanal, untuk mencegah air pergi
dengan cepat. Belajar dari pengalaman ketiadaan air untuk proses pemadaman,
sekat kanal diyakini efektif mencegah bencana serupa terjadi 5. Program sekat
kanal ini adalah program pembuatan bendungan kecil untuk mencegah
meluasnya kebakaran hutan jika terjadi, atau membasahi lahan gambut
sehingga tidak mudah terbakar. Selain itu, sekat kanal ini juga berfungsi untuk
menjaga ekosistem yang ada di lahan gambut.
2. Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS). Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan
salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan
dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi,
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan
angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan

4
Erric Permana. “Indonesia Hasilkan 67 Juta Ton Sampah pada 2019”. Aa.com.tr. 24 Januari
2019. Diakses tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 4.19 WIB. (https://www.aa.com.tr/id/headline-
hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-sampah-pada-2019/1373712).
5
Nurhadi Sucahyo. “Sekat Kanal Solusi Jangka Pendek Atasi Kebakaran Lahan Gambut”.
Voaindonesia.com. 18 Agustus 20166. Diakses tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 4.40 WIB.
(https://www.voaindonesia.com/a/sekat-kanal-efektif-cegah-kebakaran-lahan-
gambut/3470121.html).
lingkungan6. Program PAMSIMAS ini mengutamakan penyediaan air bersih di
daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk mencegah penyakit dan memberikan
praktik hidup bersih kepada masyarakat.
3. Penenggelaman Kapal Ikan dan pelarangan penggunaan cantrang.
Kebijakan ini dimaksudkan sebagai peringatan keras bagi para pelaku illegal
fishing sekaligus juga bentuk komitmen Indonesia dalam pengawasan dan
penegakan hukum di wilayah laut Indonesia, yang akan terus dilakukan guna
menimbulkan efek jera kepada para pelaku. Namun demikian tindakan
penangkapan terhadap kapal ikan asing dilakukan, tetap berdasarkan kaidah
dan ketentuan yang berlaku, serta dipenuhinya bukti permulaan yang cukup.
Bukti permulaan yang cukup untuk melakukan penangkapan terhadap kapal
ikan berbendera asing adalah bukti yang menduga adanya tindak pidana di
bidang perikanan oleh kapal ikan berbendera asing7. Kemudian pelarangan
penggunaan cantrang. Cantrang adalah alat penangkap ikan yang berbentuk
kantong dan mempunyai cara kerja dengan menyapu ikan sampai dasar laut.
Pemakaian ini dapat merusak ekosistem laut. Pelarangan cantrang berguna agar
para nelayan tidak menggunakan alat cantrang yang dapat merusak ekosistem
laut karena mengambil ikan – ikan kecil di laut.
4. Pengurangan pemakaian Plastik Untuk Mengatasi Pencemaran
Lingkungan. Salah satu program pemerintah untuk mengatasi pengurangan
pemakaian plastik adalah dengan ‘Gerakan Seribu Tumbler’. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia. Pemakaian tumbler paling
tidak bisa mengurangi satu hari tidak membuang botol plastik. Rata-rata per
orang membuang sampah plastik 0,7 kg per hari 8.

6
Pamsimas.org. “Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS)”. Pamsimas.org [tanpa tahun]. Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 4.55
WIB. (http://pamsimas.org/profil/ringkas-program/).
7
Haryanto, Joko Setiono. “Kebijakan Penenggelaman Kapal Asing Pelaku Illegal Fishing Oleh
Pemerintah Indonesia Dalam Persfektif Hukum Pidana Internasional”. Jurnal Law Reform, Vol. 13
No. 1 (2017). Hal. 71-72
8
Muhammad Hendartyo. “Pemerintah Luncurkan Program 1 Juta Tumbler Untuk Kurangi
Sampah Plastik”. Tempo.co. 28 Juli 2019. Diakses pada tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 5.50
WIB (https://bisnis.tempo.co/read/1229368/pemerintah-luncurkan-program-1-juta-tumbler-
untuk-kurangi-sampah-plastik).
REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA

Bphn.go.id. tanpa tahun. Analisis dan Evaluasi Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Diakses dari
https://www.bphn.go.id/data/documents/ae_tentang_pengelolaan_sda.pdf
pada tanggal 16 Maret 2020 pukul 20.31 WIB.

Databooks. “Akses Air Minum Penduduk Desa di Provinsi Ini Terendah”.


Databooks.katadata.co.id. 16 Oktober 2019. Diakses tanggal 17 Maret 2020
pada pukul 2.58 WIB.
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/16/inilah-provinsi-
dengan-akses-air-minum-tidak-layak-di-perdesaan-indonesia).

Erric Permana. “Indonesia Hasilkan 67 Juta Ton Sampah pada 2019”. Aa.com.tr.
24 Januari 2019. Diakses tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 4.19 WIB.
(https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-
sampah-pada-2019/1373712).

Haryanto, Joko Setiono. 2017. “Kebijakan Penenggelaman Kapal Asing Pelaku


Illegal Fishing Oleh Pemerintah Indonesia Dalam Persfektif Hukum Pidana
Internasional”. Jurnal Law Reform, Vol. 13 No. 1 (hlm. 70-85). Semarang :
Universitas Diponegoro.

Indra Nugraha. “Kebakaran Hutan dan Lahan Hingga Spetember 2019 Hingga
900 Ribu Hektar”. Mongabay.com. 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 17
Maret 2020 pada pukul 2.38 WIB
(https://www.mongabay.co.id/2019/10/22/kebakaran-hutan-dan-lahan-
sampai-september-2019-hampir-900-ribu-hektar/).

Juli Etha Ramaida Manalu. “33 Aksi Destructive Fishing Diamankan Selama
2019”. Bisnis.com. 28 Mei 2019. Diakses tanggal 17 Maret 2020 pada
pukul 4.06 WIB. (https://ekonomi.bisnis.com/read/20190528/99/928244/33-
aksi-destructive-fishing-diamankan-selama-2019).
Muhammad Hendartyo. “Pemerintah Luncurkan Program 1 Juta Tumbler Untuk
Kurangi Sampah Plastik”. Tempo.co. 28 Juli 2019. Diakses pada tanggal 17
Maret 2020 pada pukul 5.50 WIB
(https://bisnis.tempo.co/read/1229368/pemerintah-luncurkan-program-1-
juta-tumbler-untuk-kurangi-sampah-plastik).

Nurhadi Sucahyo. “Sekat Kanal Solusi Jangka Pendek Atasi Kebakaran Lahan
Gambut”. Voaindonesia.com. 18 Agustus 20166. Diakses tanggal 17 Maret
2020 pada pukul 4.40 WIB. (https://www.voaindonesia.com/a/sekat-kanal-
efektif-cegah-kebakaran-lahan-gambut/3470121.html).

Pamsimas.org. “Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis


Masyarakat (PAMSIMAS)”. Pamsimas.org [tanpa tahun]. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2020 pada pukul 4.55 WIB.
(http://pamsimas.org/profil/ringkas-program/).

Undang – Undang Dasar 1945

UU No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air.

UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup.

UU No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan.

Anda mungkin juga menyukai