Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal.

17 -26

RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN

Sri Subekti
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Pandanaran Semarang
Jl. Banjarsari Barat No. 1 Tembalang Semarang 50275
Email*: bek1_04@yahoo.com

ABSTRAK
Lingkungan hidup hampir selalu dikaitkan dengan kerusakan dan pencemaran. Permasalahan yang
dihadapi oleh kota Banjarbaru berupa sistem drainase yang buruk akibat topografi yang datar dan diperparah
dengan sungai yang mati dan pembangunan perumahan baru/jalan yang tidak mempunyai saluran drainase.
Berdasarkan analisa daya dukung daya tampung lingkungan dan jasa ekosistem produksi primer dapat
diketahui kategori rendah ketika tata guna lahan di daerah tersebut berupa: Pertanian lahan kering, Terbuka,
Sawah, Tambak, Permukiman, Pertambangan, Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa. Hal yang penting adalah
keterlibatan masyarakat sejak awal secara utuh mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga
evaluasi kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kalimantan Selatan.

Kata Kunci: lingkungan hidup, drainase, daya tampung lingkungan.

PENDAHULUAN kebijakan yang terkait dengan pelestarian


Sumber daya alam telah dimanfaatkan keanekaragaman hayati, kebersihan kota, sungai,
sebagai modal utama dalam pembangunan dan pesisir, dan lain-lain.
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Undang-Undang No 32 tahun 2009
Selatan seperti yang diuraikan dalam RPJM tentang perlindungan dan pengelolaan
Kalimantan Selatan. Pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup, ekoregion merupakan unit
alam yang berkontribusi terhadap pertumbuhan atau satuan wilayah dalam melakukan
ekonomi dan peningkatan pembangunan akan inventarisasi lingkungan hidup (pasal 6) dan
berimplikasi terhadap potensi kerusakan sumber menentukan daya dukung dan daya tamping
daya alam. Pola pemanfaatan sumber daya alam serta cadangan sumber daya alam (pasal 8).
yang diatur dalam suatu penataan kawasan Selanjutnya disebutkan bahwa ekoregion adalah
lindung, kawasan konservasi dan kawasan sebagai salah satu dasar dalam penyusunan
budidaya, yang mendukung pembangunan saat Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
ini masih belum dilaksanakan secara optimal. Lingkungan Hidup (RPPLH) yang merupakan
Lingkungan hidup hampir selalu kewajiban dari semua tingkatan pemerintahan,
dikaitkan dengan kerusakan dan pencemaran mulai dari Pusat, Pemerintahan Provinsi sampai
sumberdaya alam yang kemudian disebut Pemerintahan Kabupaten dan Kota (pasal 9).
sebagai kerusakan dan pencemaran lingkungan Selama ini kebijakan, rencana dan
hidup. Untuk mengendalikan kerusakan dan program perlindungan dan pengelolaan
pencemaran lingkungan hidup dijalankan lingkungan hidup masih belum sesuai dengan
instrumen penegakan hukum lingkungan serta kondisi eksisting lingkungan hidup. Dengan
sejumlah instrumen lainnya termasuk memperhatikan amanat Pasal 10 Ayat (1)
pengendalian dampak pembangunan, seperti undang undang nomor 32 tahun 2009 tentang
AMDAL. Adapun isu-isu terkait dengan hutan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
dan lahan, maupun isu-isu lingkungan perkotaan maka Gubernur sesuai dengan kewenanganya
dikendalikan melalui pelaksanaan berbagai

17
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

menyusun rencana perlindungan dan cukup maksimal untuk melayani


pengelolaan lingkungan hidup tingkat provinsi. kebutuhan termasuk untuk penyediaan
Selanjutnya berdasarkan Pasal 10 Ayat lahan untuk PKL dan sarana parkir.
(5) Undang-undang nomor 32 Tahun 2009, Secara umum permasalahan sumber
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan daya alam dan lingkungan hidup di Kalimantan
Lingkungan Hidup (RPPLH) menjadi dasar Selatan berupa:
penyusunan dan dimuat dalam rencana 1. Belum mantapnya penegakan hukum
pembangunan jangka panjang dan rencana menyangkut illegal loging, illegal
pembangunan jangka menengah. fishing dan illegal mining.
Penyusunan RPPLH wajib hukumnya 2. Pemanfaatan SDA-LH kurang
memperhatikan keragaman serta karakteristik memperhatikan kaidah konservasi
fungsi ekologis, kepadatan penduduk, sebaran sehingga menyebabkan pertambahan
potensi SDA, kearifan lokal, aspirasi luasan lahan kritis, rusaknya ekosistem
masyarakat, serta adanya pengaruh perubahan dan berkurangnya keanekaragaman
iklim. Analisis berbasis ekoregion akan hayati.
memperjelas arah penekanan perbedaan 3. Kurangnya komitmen perusahaan
Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan terhadap pemulihan lingkungan hidup.
Lingkungan Hidup secara keseluruhan. Hal ini 4. Sering terjadinya banjir, tanah longsor,
akan memperkuat pula perencanaan dan asap akibat kebakaran hutan dan
pembangunan nasional dan wilayah, terlebih lahan.
secara gamblang mandat dalam UU Nomor 5. Meningkatnya pencemaran udara, tanah
32/2009 dinyatakan bahwa RPPLH dijadikan dan air.
dasar dan dimuat dalam Rencana Pembangunan 6. Belum sinkron RTRWP dengan
Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana RTRWK.
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). 7. Belum optimalnya pengembangan
PERMASALAHAN wilayah strategis dan cepat tumbuh , dan
Kualitas lingkungan hidup yang secara internal kelembagaan masih
semakin menurun telah mengancam kurangnya data dan informasi yang
kelangsungan perikehidupan manusia dan terkait PSDAL.
makhluk hidup lainnya, serta pemanasan global Adapun isue strategis dan isu pokok
yang semakin meningkat yang mengakibatkan dalam Rencana Perlindungan Dan Pengelolaan
perubahan iklim dan hal ini akan memperparah Lingkungan Hidup (RPPLH) adalah:
penurunan kualitas lingkungan hidup. 1. Tingginya ketergantungan pada sektor
Masalah-masalah perkotaan yang harus pertambangan
dihadapi kota Banjarbaru yakni sebagai berikut: 2. Kurangnya Sumber Pertumbuhan
1. Sistem drainase yang buruk akibat Ekonomi yang Berkelanjutan
topografi yang datar dan diperparah 3. Rendahnya Kualitas dan Kuantitas
dengan sungai yang mati dan Infrastruktur Wilayah
pembangunan perumahan baru/jalan 4. Rendahnya Kualitas Sumber Daya
yang tidak mempunyai saluran drainase. Manusia
2. Pencemaran air yang besar di kota 5. Permasalahan peraturan perundang-
Banjarbaru akibat pembuangan limbah undangan terkait dengan sumber daya
rumah tangga ke sungai. alam
3. Pemanfaatan ruang yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk pertambangan sehingga Kesesuaian lahan adalah tingkat
menyebabkan permasalahan, bekas kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tambang perlu rekontruksi ulang untuk tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai
pembangunan dan pengembangan untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual)
pemukiman. atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian
4. Jumlah persebaran fasilitas umum di lahan potensial).
kawasan Kota Banjarbaru yang belum

18
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

Kesesuaian lahan aktual adalah melestarikan fungsi lingkungan hidup dan


kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau
tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
tersebut diberikan masukan-masukan yang perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
diperlukan untuk mengatasi kendala. Data pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan hukum.
iklim yang berhubungan dengan persyaratan Kota Banjarbaru juga memiliki banyak
tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian potensi yang dapat dikembangkan sebagai
lahan potensial menggambarkan kesesuaian berikut ini :
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan 1. Secara fisik alam, kemiringan lahan Kota
usaha-usaha perbaikan Banjarbaru yaitu 0-8 % termasuk kategori
Menurut Peraturan Menteri Negara datar, sehingga berpotensi untuk
Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 melakukan pengembangan kawasan
Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung budidaya seperti permukiman,
Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang perkantoran, industri, perdagangan dan
Wilayah Lahan adalah suatu wilayah daratan jasa, pendidikan dan fasilitas penunjang
yang ciri-cirinya merangkum semua tanda lainnya.
pengenal biosfir, atmosfir, tanah, geologi, 2. Adanya terminal angkutan di Kecamatan
timbulan (relief), hidrologi, populasi tumbuhan, Banjarbaru selatan sebagai sarana
dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa penunjang untuk pelayanan transportasi
lalu dan masa kini, yang bersifat mantap atau lokal dan antar daerah.
mendaur. 3. Penyediaan fasilitas umum di Kota
Kemampuan lahan adalah karakteristik Banjarbaru cukup beragam, memenuhi
lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, kebutuhan masyarakat akan sarana
drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain pelayanan pendidikan, kesehatan dan
untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada peribadatan.
suatu hamparan lahan. 4. Berpindahnya kantor Ibukota Provinsi ke
Kemampuan lahan adalah karakteristik Kota Banjarbaru sehingga meningkatkan
lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, pertumbuhan berbagai sektor.
drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain 5. Tingginya kontribusi sektor perangkutan
untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada dan komunikasi terhadap PDRB kota
suatu hamparan lahan (Permen LH Nomor 17 mengindikasikan bahwa peran kota
tahun 2009). Banjarbaru sebagai pintu gerbang dan
Kemampuan lahan memiliki simpul transportasi regional masih
karakteristik lahan yang mencakup sifat tumbuh dengan baik. Ini merupakan salah
tanah(fisik dan kimia), topografi, drainase, dan satu potensi yang perlu diperkuat dan
kondisi lingkungan hidup lain.Berdasarkan dikembangkan sebagai penggerak
karakteristik lahan tersebut, dapat dilakukan ekonomi kota di masa mendatang dalam
klasifikasi kemampuanlahan ke dalam tingkat menghadapi persaingan ekonomi regional.
kategori kelas, sub kelas, dan unit pengelolaan. 6. Kota Banjarbaru merupakan jalur lintasan
Lingkungan hidup merupakan kesatuan Trans Kalimantan sehingga memiliki
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan potensi perekonomian yang besar.
mahluk hidup, termasuk manusia dan 7. Keberadaan Bandar udara Syamsudin
perilakunya yang mempengaruhi alam itu Noor telah menjadi pusat koleksi dan
sendiri, kelangsungan perikehidupan dan distribusi barang dan jasa dari dan ke
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup yang Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan
lain. Mengingat pentingnya lingkungan hidup Tengah dan sebagian Kalimantan Timur
maka diperlukan suatu usaha perlindungan dan dapat dikembangkan menjadi Bandar
pengelolaan lingkungan hidup. Perlindungan dan udara internasional.
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya 8. Perpindahan pusat pemerintahan provinsi
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk Kalimantan Selatan ke Kecamatan

19
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

Cempaka Kota Banjarbaru telah membuka lahan saat ini. Evaluasi kecocokan penggunaan
akses bagi pertumbuhan sektor lahan diperlukan sebagai masukan bagi revisi
perdagangan dan jasa di kawasan tersebut. rencana tata ruang atau penggunaan lahan yang
Hal ini diharapkan akan menciptakan sudah ada.
sumber pertumbuhan baru dan Klasifikasi pada kategori unit
mengurangi disparitas / kesenjangan pengelolaan memperhitungkan faktor-faktor
ekonomi, terutama di Kecamatan penghambat yang bersifat permanen atau
Cempaka. sulitdiubah seperti tekstur tanah, lereng
9. Tumbuhnya kegiatan-kegiatan industri di permukaan, drainase,kedalaman efektif tanah,
Kelurahan Landasan Ulin Selatan tingkat erosi yang telah terjadi, liat masam (cat
Kecamatan Liang Anggang dapat clay), batuan di atas permukaan tanah, ancaman
dikembangkan menjadi kawasan banjir atau genangan air yang tetap. Faktor-
aglomerasi industri ringan. faktor tersebut digolongkan berdasarkan
Dampak ekologis dari rusaknya DAS besarnya intensitas faktor penghambat atau
dan sub DAS (daratan dan perairan) adalah ancaman
terjadinya bencana banjir dan tanah longsor Untuk menghitung daya dukung dan
yang dirasakan hampir terjadi setiap tahun daya tampung lingkungan hidup, perlu beberapa
(musiman). Wilayah-wilayah di Kalimantan pertimbangan. Adapun pertimbangan tersebut
Selatan yang memiliki daya dukung lingkungan adalah (a) ruang dan sifatnya, (b) tipe
rendah sehingga rawan bencana banjir antara pemanfaatan ruang, (c) ukuran produk
lain: Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, lingkungan hidup utama (udara dan air), (d)
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu penggunaan/penutupan lahan mendukung publik
Sungai Selatan, Kabupaten Tapin dan (hutan), (e) penggunaan tertentu untuk keperluan
Kabupaten Banjar di bagian utara, serta pribadi.Identifikasi jenis tutupan lahan di
Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Provinsi Kalimantan Selatan antara lain:
Kotabaru. Wilayah yang rawan bencana banjir
merupakan wilayah yang dilintasi sungai-sungai Tabel 1 Tutupan Lahan di Kalimantan Selatan
besar pada Sub DAS Barito. Sedangkan kondisi No Tutupan Lahan
sungai-sungai ini mengalami pendangkalan 1. Bandara/ Pelabuhan
akibat kerusakan parah pada kawasan hutan 2. Hutan Lahan Kering Primer
sepanjang DAS dan pegunungan Meratus, 3. Hutan Lahan Kering Sekunder
musibah banjir dan tanah longsor tidak bisa 4. Hutan Mangrove Primer
terelakkan lagi. 5. Hutan Mangrove Sekunder
Selain permasalahan banjir dan longsor, 6. Hutan Tanaman
pada musim kemarau di Kalimantan Selatan
7. Perkebunan
sering terjadi kebakaran hutan dan lahan.
8. Permukiman
Kondisi ini merupakan produksi gas rumah kaca
9. Pertambangan
yang berdampak kepada pemanasan global.
Terdapat 656.743 hektar areal izin 10. Pertanian Lahan Kering
pertambangan berada di kawasan hutan. 11. Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak
Sementara reklamasi dan rehabilitasi areal bekas 12. Rawa
pertambangan tersebut belum jelas 13. Sawah
keberhasilannya. Terdapat 761.043 hektar lahan 14. Semak Belukar
kritis yang tersebar di beberapa kabupatn pada 15. Semak Belukar Rawa
tahun 2009, dibandingkan dengan data pada 16. Tambak
tahun 2003 maka peningkatan laju lahan kritis 17. Tanah Terbuka
mencapai 40.991 hektar per tahun, sementara 18. Transmigrasi
laju reboisasi yang dilakukan belum seimbang. 19. Tubuh Air
Penentuan kemampuan lahan pada Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan
tingkat unit pengelolaan penting, terutama untuk Identifikasi daerah aliran sungai (DAS)
melakukan evaluasi kecocokan penggunaan di Provinsi Kalimantan Selatan sejumlah 41

20
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

DAS dan Sub DAS. Penamaan DAS dan Sub No Nama DAS Kabupaten
DAS sebagai berikut: Kuala, HSS, HSU,
Tabel 2. Daerah Aliran Sungai di Provinsi Tabalong, Tanah
Kalimantan Selatan Laut, Tapin
No Nama DAS Kabupaten 34. Sub DAS Batang Alai- Balangan, HSS, HST,
1. Banjar, Tanah Laut Pitap Kotabaru
DAS Asam-Asam
35. Banjar, Tanah
2. DAS Bangkalaan Kotabaru
Sub DAS Dadap Bumbu
3. Kotabaru, Tanah 36. Banjar, Banjarbaru,
DAS Batulicin Bumbu Barito Kuala, HSS,
4. Kotabaru, Tanah Kotabaru, Tanah
DAS Cantung Bumbu Bumbu, Tanah Laut,
5. DAS Cengal Balangan, Kotabaru Sub DAS Martapura Tapin
6. DAS Kendilo Tabalong 37. Balangan, Banjar,
7. Kotabaru HSS, HST, HSU,
DAS Kep Serudung
Sub DAS Negara Tabalong, Tapin
8. DAS Kintap Banjar, Tanah Laut
38. Banjar, Tanah
9. Banjar, Kotabaru, Sub DAS S Alat Bumbu
DAS Kusan Tanah Bumbu 39. Balangan, HSU,
10. Banjar, Banjarbaru, Sub DAS Tabalong Tabalong
DAS Maluka Tanah Laut 40. Banjar, Tanah
11. DAS Das Manunggul Kotabaru Sub DAS Tamunih Bumbu
12. DAS P Kerasian Kotabaru 41. Sub DAS Tapin Banjar, HSS, Tapin
13. DAS P Kerayaan Kotabaru Sumber: Analisa Tahun 2016
14. D DAS P Kerumputan Kotabaru Ekosistem memberikan manfaat
15. Kotabaru penyediaan air bersih yaitu ketersediaan air
DAS P Kunyit
16. Kotabaru
bersih baik yang berasal dari air permukaan
DAS P Terusan Tengah maupun airtanah (termasuk kapasitas
17. DAS Pulau Laut Kotabaru
penyimpanannya), bahkan air hujan yangdapat
18. DAS Pulau Sebuku Kotabaru dipergunakan untuk kepentingan domestik,
19. DAS Rongan Tabalong pertanian, industry maupun jasa. Penyediaan
20. Balangan, Banjar, jasa air bersih sangat dipengaruhi oleh
DAS Sampanahan HSS, HST, Kotabaru kondisicurah hujan dan lapisan tanah atau
21. Banjar, Tanah batuan yang dapat menyimpan air(akuifer).Air
DAS Satui Bumbu, Tanah Laut bersih merupakan salah satu kebutuhan primer
22. DAS Sebamban Tanah Bumbu masyarakat sehingga mempunyai peran penting
23. DAS Sebuhur Tanah Laut dalam kehidupan. Ekosistem memberikan
24. DAS Senakin Kotabaru manfaat penyediaan air bersih yaitu ketersediaan
25. DAS Senipah Tanah Laut air bersihbaik yang berasal dari air permukaan
26. Tanah Laut maupun air tanah (termasukkapasitas
DAS Swarangan
penyimpanannya), bahkan air hujan yang dapat
27. DAS Tabunio Banjar, Tanah Laut
dipergunakanuntuk kepentingan domestik,
28. DAS Takisung Tanah Laut pertanian, industri maupun jasa.
29. DAS P Sembilan Kotabaru Selain bahan pangan hal lain yang juga
30. Banjar, Barito Kuala, merupakan kebutuhan utama bagi manusia
Sub DAS Alalak Tapin adalah ketersediaan air bersih. Air bersih juga
31. Banjar, HSS, HST, merupakan salah satu manfaat yang dapat
Sub DAS Amandit Kotabaru, Tapin diperoleh dari ekosistem. Secara alami, air
32. Balangan, HST, bersih dapat berasal dari air permukaan, seperti:
Sub DAS Balangan Kotabaru, Tabalong
sungai dan danau maupun berasal dari air tanah.
33. Banjar, Banjarbaru,
Berdasarkan tabel analisa daya dukung
Sub DAS Barito Hilir Banjarmasin, Barito
daya tampung lingkungan dan jasa ekosistem

21
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

penyediaan air bersih di Provinsi Kalimantan tata guna lahan hutan sekunder lahan kering.
Selatan berdasarkan region DAS yang memiliki Daya dukung daya tampung lingkungan dan
kemampuan daya dukung daya tampung sangat ekosistem estetika alam dengan kategori tinggi
rendah dan rendah ditinjau dari morfologi fisik dan sangat tinggi dengan morfologi landai,
alam cenderung pegunungan maupun perbukitan perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan
sehingga untuk mendapatkan air cukup rentan 2-15%, 15-25% dan 25-40%.
ketersediaan air walaupun di daerah hulu Berdasarkan analisa daya dukung daya
merupakan pegunungan dan perbukitan yang tampung lingkungan dan jasa ekosistem genetika
baik sebagai daerah tangkapan air. Sedangkan dengan kategori rendah dan sangat rendah dapat
daya dukung daya dukung daya tampung ditemui perkebunan, hutan tanaman, pertanian
lingkungan DAS dalam penyediaan air bersih di lahan kering, ruang terbuka hijau, sawah,
Provinsi Kalimantan Selatan dinyatakan sedang tambak, permukiman, pertambangan,
berada daerah perbukitan dengan kemiringan transmigrasi, tubuh air, perkebunan, hutan
lereng 15-25% dengan tataguna lahan yang tanaman dan pertanian lahan kering. Sedangkan
mudah ditemui perkebunan, semak belukar, daya dukung daya tampung lingkungan dengan
pertanian lahan kering campur, semak belukar jasa ekosistem genetika dengan kategori sedang
dan semak belukar rawa. Daya dukung daya dapat ditemuai pemanfaatan lahan semak
tampung lingkungan dan jasa ekosistem belukar, pertanian lahan kering, campur semak
penyediaan air bersih dengan kategori tinggi belukar dan semak belukar rawa. Daya dukung
berdasarkan morfologi permukaan datar dengan daya tampung lingkungan dan jasa ekosistem
kemiringan lereng 0-2% dengan tata guna lahan genetik dengan kategori tinggi dapat
yang mudah ditemui antara lain: ruang terbuka, diperhatikan dari tata guna lahan antara lain
tambak, permukiman, pertambangan, hutan primer dan hutan sekunder berupa: lahan
transmigrasi, tubuh air dan rawa. kering, mangrove dan rawa.
Berdasarkan analisa daya dukung daya Berdasarkan hasil analisis daya dukung
tampung lingkungan dan jasa ekosistem daya tampung lingkungan dan jasa ekosistem
biodiversitas di Provinsi Kalimantan Selatan unsur hara Provinsi Kalimantan Selatan dapat
yang terdiri dari DAS dan Sub DAS yang terdiri diketahui kategori sangat rendah, rendah,
setiap Kabupaten/ Kota dengan kategori rendah sedang, tinggi dan sangat tinggi. Daya dukung
dan sangat rendah dengan tata guna lahan daya tampung lingkungan dengan kategori
pertanian lahan kering, ruang terbuka hijau, unsure hara sangat rendah dapat diketahui dari
tambak, sawah, permukiman, transmigrasi, tata guna lahan yang memiliki kecenderungan
tubuh air dan rawa. Sedangkan daya dukung ruang terbuka, sawah, tambak, permukiman,
daya tampung lingkungan dan jasa ekosistem pertambangan, transmigrasi, tubuh air dan rawa.
dengan kategori sedang dengan tataguna lahan Sedangkan daya dukung dan daya tampung
yang mudah ditemui antara lain: hutan tanaman, dengan unsur hara kategori rendah memiliki
perkebunan, semak belukar, pertanian lahan kecenderungan tata guna lahan perkebunan,
kering campur, semak belukar dan semak hutan tanaman dan pertanian lahan kering. Daya
belukar rawa. Analisa daya dukung daya dukung daya tampung penyediaan unsur hara
tampung dengan kategori tinggi dapat diketahui dengan kategori sedang memiliki kecenderungan
dengan tata guna lahan dengan hutan primer tataguna lahan seperti: semak belukar, pertanian
berupa: lahan kering dan mangrove. lahan kering campur semak belukar, dan semak
Berdasarkan hasil analisis daya dukung belukar rawa. Sedangkan daya dukung daya
daya tampung dan jasa ekosistem Estetika Alam tampung lingkungan dan jasa ekosistem dengan
dengan kategori rendah dan sangat rendah penyediaan unsur hara kategori tinggi dan sangat
dipengaruhi oleh morfologi datar dan perbukitan tinggi memiliki kecenderungan tata guna lahan
yang berkisar 0-2 % dan 15-25 %. Sedangkan hutan primer dan hutan sekunder berupa lahan
daya dukung daya tampung lingkungan dan jasa kering, mangrove dan rawa.
ekosistem estetika dengan kategori sedang Berdasarkan analisa daya dukung daya
berdasarkan morfologi pegunungan dan tampung lingkungan dan jasa ekosistem
perbukitan dengan kelerengan 25-40% dengan penyedia pangan dapat diketahui kategori

22
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

sangat rendah ketika sistem lahan di daerah di daerah tersebut berupa: Hutan tanaman,
tersebut berupa: Maput, Bukit Pandan, Beriwit, Perkebunan, Semak belukar, Pertanian lahan
Pendreh, Teweh, Lohai, Luang, Mantalat, kering campur semak belukar, Semak belukar
Sungai Seratai, Okki, Pakalunai, Honja, rawa. Daya dukung daya tampung dengan
Gambut, Mendawai, Telawi, Tewai Baru, kategori tinggi dapat diketahui tata guna lahan di
Gunung Diangan. Daya dukung daya tampung daerah tersebut bercirikan Hutan primer dan
lingkungan dan jasa ekosistem dengan kategori hutan sekunder berupa lahan kering, mangrove
rendah dapat diketahui sistem lahan di daerah dan rawa.
tersebut bercirikan Puting, Kajapah. Daya Berdasarkan daya dukung daya tampung
dukung daya tampung lingkungan dan jasa lingkungan dan jasa ekosistem penyediaan serat
ekosistem dengan kategori sedang dapat dan bioenergi dapat diketahui ketika daerah
diketahui kondisi sistem lahan di daerah tersebut tersebut dalam penyediaannya dikategorikan
berupa: Pakau, Klaru, Barah. Daya dukung daya sangat rendah dan rendah maka daerah tersebut
tampung dengan kategori tinggi dapat diketahui memiliki kecenderungan penggunaan lahan
sistem lahan di daerah tersebut bercirikan sebagai ruang terbuka, sawah, tambak,
Lawanguwang, Kapor, Bakunan, Tanjung, permukiman, pertambangan, transmigrasi, tubuh
Rangankau, Kahayan. air, rawa, pertanian lahan kering, semak belukar
Berdasarkan analisa daya dukung daya rawa,hutan mangrove primer, hutan mangrove
tampung lingkungan dan jasa ekosistem skunder, hutan rawa sekunder. Sedangkan daya
produksi primer dapat diketahui kategori rendah dukung daya tampung lingkungan dan jasa
ketika tata guna lahan di daerah tersebut berupa: ekosistem dalam penyediaan serat dan bioenergi
Pertanian lahan kering, Terbuka, Sawah, dikategorikan sedang maka dapat diketahui ciri
Tambak, Permukiman, Pertambangan, penggunaan lahan di daerah tersebut berupa:
Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa. Daya dukung perkebunan, hutan tanaman, pertanian lahan
daya tampung lingkungan dan jasa ekosistem kering campur semak belukar, semak belukar.
dengan kategori rendah dapat diketahui sistem Daya dukung daya tampung lingkungan dan jasa
lahan di daerah tersebut bercirikan Puting, ekosistem dengan kategori tinggi dalam
Kajapah. Daya dukung daya tampung penyediaan serat dan bio energi maka dapat
lingkungan dan jasa ekosistem dengan kategori diketahui di daerah tersebut dominan
sedang dapat diketahui kondisi tata guna lahan pemanfaatan lahan berupa: hutan lahan kering
di daerah tersebut berupa: Hutan tanaman, primer dan hutan lahan kering sekunder.
Perkebunan, Semak belukar, Pertanian lahan Berdasarkan analisa daya dukung daya
kering campur semak belukar, Semak belukar tampung lingkungan dan jasa ekosistem
rawa. Daya dukung daya tampung dengan pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan
kategori tinggi dapat diketahui tata guna lahan di kesuburan dapat diketahui kategori sangat
daerah tersebut bercirikan Hutan primer dan rendah ketika sistem lahan di daerah tersebut
hutan sekunder berupa lahan kering, mangrove berupa: Gambut, Pendreh. Daya dukung daya
dan rawa. tampung lingkungan dan jasa ekosistem dengan
Berdasarkan analisa daya dukung daya kategori rendah dapat diketahui sistem lahan di
tampung lingkungan dan jasa ekosistem daerah tersebut bercirikan Barah, Beriwit,
produksi primer dapat diketahui kategori rendah Gambut, Gunung Dianga, Lohai, Luang, Okki,
ketika tata guna lahan di daerah tersebut berupa: Pakalunai, Pakau, Pendreh, Putting, Sungai
Pertanian lahan kering, Terbuka, Sawah, Seratai, Tewai Baru. Daya dukung daya
Tambak, Permukiman, Pertambangan, tampung lingkungan dan jasa ekosistem dengan
Transmigrasi, Tubuh Air, Rawa. Daya dukung kategori sedang dapat diketahui kondisi sistem
daya tampung lingkungan dan jasa ekosistem lahan di daerah tersebut berupa: Bakunan,
dengan kategori rendah dapat diketahui sistem Barah, Bukit Pandan, Gunung Dianga, Honja,
lahan di daerah tersebut bercirikan Puting, Kahayan, Kajapah, Kapor, Klaru,
Kajapah. Daya dukung daya tampung Lawanguwang, Lohai, Luang, Mantalat, Maput,
lingkungan dan jasa ekosistem dengan kategori Mendawai, Okki, Pakalunai, Pakau, Pendreh,
sedang dapat diketahui kondisi tata guna lahan Putting, Rangankau, Sungai Seratai, Tanjung,

23
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

Telawi, Tewai Baru, Teweh,. Daya dukung daya TentangPerlindungan Dan Pengelolaan
tampung dengan kategori tinggi dalam Lingkungan Hidup. Tiga asas dari Perlindungan
pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
kesuburan dapat diketahui sistem lahan di berdasarkan asas, yakni (1) kearifan lokal; (2)
daerah tersebut bercirikan Bukit Pandan, tata kelola pemerintahan yang baik; dan (3)
Kahayan, Kajapah, Kapor, Lawanguwang, otonomi daerah. (pasal 2 UU 32/2009 Tentang
Maput, Mendawai dengan kedalaman solum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
mencapai 101 – 150 Cm dan > 150 Cm, serta Hidup, lebih lanjut Perlindungan dan
kapasitas tukar kation >40 meq/100 g. pengelolaan lingkungan hidup ditujukan antara
Berdasarkan daya dukung daya tampung lain menjamin kelangsungan kehidupan
lingkungan dan jasa ekosistem penyediaan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
tempat tinggal dan ruang hidup dapat diketahui mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
ketika daerah tersebut dalam penyediaannya mengantisipasi isu lingkungan global . (Pasal 3).
dikategorikan sangat rendah dan rendah maka Berkaitan dengan Pencegahan digunakan
daerah tersebut memiliki kecenderungan Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
morfologi fisik alam berupa daerah pegunungan kerusakan lingkungan hidup terdiri atas pasal 14
dan per bukitan. Sedangkan daya dukung daya UU No 32 Tahun 2009)
tampung lingkungan dan jasa ekosistem dalam 1. KLHS;
penyediaan serat dan bioenergi dikategorikan 2. Tata ruang;
sedang maka dapat diketahui ciri morfologi 3. Baku mutu lingkungan hidup;
daerah berupa perbukitan. Daya dukung daya 4. Kriteria baku kerusakan lingkungan
tampung lingkungan dan jasa ekosistem dengan hidup;
kategori tinggi dan sangat tinggi dalam 5. AMDAL;
penyediaan tempat tinggal dan ruang hidup 6. UKL-UPL;
maka dapat diketahui di daerah tersebut 7. Perizinan;
memiliki morfologi berupa daerah landai dan 8. Instrumen ekonomi lingkungan hidup;
datar dengan kemiringan lereng 0-15%. 9. Peraturan perundang-undangan berbasis
lingkungan hidup;
KESIMPULAN 10. Anggaran berbasis lingkungan hidup;
Untuk mewujudkan pengendalian 11. Analisis risiko lingkungan hidup;
pemanfaatan SDA, pengendalian kerusakan dan 12. Audit lingkungan hidup; dan
pencemaran serta pelestarian fungsi lingkungan 13. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan
hidup, UU Nomor 32/2009 memandatkan perlu dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan
diperkuatnya perencanaan perlindungan dan
pengelolaan LH (RPPLH). Rencana Perlindungan dan pengelolaan
perlindungan dan pengelolaan LH terdiri dari sumberdaya alam dan lingkungan hidup di
empat muatan, yaitu: (1) pemanfaatan dan/atau Kalimantan Selatan dapat dilakukan oleh
pencadangan sumber daya alam; (2) Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat
pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau umum yang bersifat kolektif, secara sendiri-
fungsi lingkungan hidup; (3) pengendalian, sendiri atau secara bersamaandengan melibatkan
pemantauan, serta pendayagunaan dan ketiga komponen tersebut. Oleh karena itu,
pelestarian sumber daya alam; dan (4) adaptasi partisipasi dan kemitraanmenjadi kata kunci
dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Untuk dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
memperkuat perencanaan perlindungan dan lingkungan hidup di Kalimantan Selatan yang
pengelolaan lingkungan hidup tersebut, UU berkelanjutan.
Nomor 32/2009 memandatkan bahwa untuk 1) Partisipasi Masyarakat
menyusun rencana perlindungan dan Partisipasi masyarakat dapat diartikan
pengelolaan LH harus berbasis ekoregion yang sebagai suatu usaha terencana untukmelibatkan
mempertimbangkan karakteristik wilayah. masyarakat atau pihak-pihak yang terkait dalam
Pelaksanaan Undang-Undang Republik proses pembuatan keputusan(decision making)
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 dalam kaitannya dengan perlindungan dan

24
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

pengelolaan lingkunganhidup. Partisipasi “A partnership is a mutually agreed


masyakarat dapat mencegah atau menyelesaikan arrangement between two or more public,
konflik melaluikomunikasi dua arah yang terus private or non-government organizations to
menerus, dan menguntungkan berbagai pihak achieve a jointly determined goal or objective,
yangterlibat. Mengikutsertakan masyarakat or to implement a jointly determined activity, for
secara aktif dalam kebijakan perlindungan the benefit of environment and society”.
danpengelolaan lingkungan hidup banyak 2) Kemitraan
memberikan keuntungan, di antaranya Kemitraan juga memiliki beberapa
penelaahankebutuhan dan masalah lingkungan elemen kunci, di antaranya: saling pencaya
yang lebih akurat, meningkatkan kredibilitas danmenghargai (compatibility), memberi
perencanaan lingkungan hidup, manfaat bagi semua pihak, wewenang
teridentifikasinya solusi-solusi alternatif yang danketerwakilan yang sederajad,
dapatditerima secara sosial, dan menciptakan komunikasi,adaptabilitas, dan integritas. Upaya
rasa memiliki atas rencana pengelolaan pengembangan partisipasi dan kemitraan
yangditetapkan. Partisipasi masyarakat dalam dalam perlindungan dan
suatu kegiatan, termasuk dalam perlindungan pengelolaanlingkungan hidup di Kalimantan
danpengelolaan lingkungan hidup terdiri atas 3 Selatan, maka perlu dilakukan:
(tiga) macam tahapan keterlibatan, yaitu: 1. identifikasi kelembagaan atau
1. pada tahap pembuatan keputusan, yang stakeolders yang terkait dengan upaya
sejak awal masyarakat dilibatkan dalam perlindungan dan pengelolaan
perencanaan dan perancangan kegiatan lingkungan hidup, yang meliputi
perlindungan dan pengelolaan berbagai pihak, yaitu: institusi
lingkungan hidup, serta dalam membuat pemerintah, swasta, dan masyarakat
keputusan yang akan dilaksanakan; pada umumnya, dengan kemitraan yang
2. pada tahap pelaksanaan (implementasi), dibentuk bisa melibatkan dua pihak
bahwa masyarakat dilibatkan dalam yang terkait atau lebih; dan
pelaksanaan kegiatan, sekaligus dapat 2. perumusan bentuk kemitraan, melalui
menjadi mengontrol bagaimana kajian status dan peran dari masing-
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam masing pihak yang terlibat (hak dan
perlindungan dan pengelolaan kewajiban), yang sangat bergantung dari
lingkungan hidup direncanakan dan peran dan kedudukan masing-masing
diputuskan, serta dilaksanakan oleh pihak. Misalnya pemerintah dan
bersama-sama masyarakat dengan masyarakat menjadi pelaksana
pihak-pihak lain; dan perlindungan dan pengelolaan
3. pada tahap evaluasi, bahwa keterlibatan lingkungan, atau menjadi supervisor
masyarakat juga akan memberikan ketika pelaksananya dilakukan swasta.
manfaat bagi keseluruhan kegiatan Keterlibatan Perguruan Tinggi dan
apabila mereka dilibatkan dalam Lembaga Swadaya Masyarakat akan lebih
evaluasi-evaluasi yang dilakukan membantu dalam pengembangan kemitraan.
terhadap pelaksanaan kegiatan Perguruan Tinggi berperan membantu upaya
perlindungan dan pengelolaan memahami permasalahan, pemecahan masalah,
lingkungan hidup. dan perumusan kemitraan yang dapat
Salah satu bentuk partsisipasi dikembangkan; sedangkan LSM membantu
masyarakat secara nyata dalam upaya pelaksanaan kemitraan dengan menjadi
perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup fasilitator atau pendamping. Hal yang penting
adalah membangun kemitraan di antara berbagai adalah keterlibatan masyarakat sejak awal secara
pihakyang memiliki kepentingan baik langsung utuh mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,
maupun tidak langsung terhadap monitoring, hingga evaluasi kegiatan
sumberdayaalam dan lingkungan yang dikelola perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(Mitchell, 1997). Selanjutnya didefinisikan di Kalimantan Selatan.
bahwakemitraan adalah:

25
Jurnal Neo Teknika Vol. 2 No.1, Juni 2016, hal. 17 -26

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengelo
laan Air tanah;

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang


Konservasi Sumberdaya Alam dan
Hayati;

Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang


Pengelolaan Sumberdaya Air;
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah;

Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang


Penataan Ruang;
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan;

26

Anda mungkin juga menyukai