Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN

RUANG
Dosen Pengampu :
Dr. M. Syurya Hidayat, S.E., M.Si.
Michael Lega, S.IP., M.I.P.

Mata Kuliah :
PENATAAN RUANG DAN
MANAJEMEN PERKOTAAN
Nama Anggota
Kelompok 3 :
1. Windy Sim C1A019042
2. Yuniza Intan Fitrida C1A019045
3. Novega Mayang Komala C1A019068
4. Justica Tri Sekar Amanda C1A019070
5. Maya Gustina C1A019083
Artikel Pemanfaatan Ruang
Permasalahan : Judul :
Kajian Pemanfaatan Ruang Kota
Berkelanjutan
Pemanfaatan ruang kota yang terjadi di Kota Denpasar
belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu
pemanfaatan ruang kota berkelanjutan dalam aspek
ekonomi dan lingkungan. Faktanya, perekonomian Kota
Denpasar di sektor pariwisata yang meningkat
mengabaikan aspek lingkungan yang ada sehingga
Tahun :
berimbas ke peralihan alih fungsi lahan pertanian 2018
khususnya sawah.
Artikel Pemanfaatan Ruang
Pembahasan : Solusi :
Penggunaan lahan pemukiman, pariwisata, dan sawah Rumusan pemanfaatan ruang Kota Denpasar berkelanjutan
selama kurun waktu 2011-2015 belum sesuai dengan dilakukan dengan 3 kategori utama:
rencana yang ada di dalam RTRW Kota Denpasar 2011- - perencanaan tata ruang (pembangunan dengan jenis vertikal)
2031. Terjadi peningkatan fungsi lahan pemukiman dan - pemanfaatan ruang (penerapan aturan adat secara otonom,
pariwisata, namun pada fungsi lahan sawah terjadi penerapan sawah abadi, dan pemanfaatan lahan kosong)
penurunan. Dampak pemanfaatan ruang pd aspek - pengendalian ruang( membentuk satuan tugas pengendalian
lingkungan, juga terjadi tren penurunan jumlah Ruang ruang adat)
Terbuka Hijau(RTH) yang dialihfungsikan menjadi lahan
tempat tinggal masyarakat yg selalu meningkat tiap tahun.
Dampak pemanfaatan ruang pada ekonomi. Walau PDRB
meningkat dengan baik tiap tahunnya, kesenjangan
pendapatan terus terjadi pada Masyarakat yang bekerja sbg
petani sawah kehilangan kesempatan kerja mereka karna
alih fungsi lahan sawah.
Artikel Pemanfaatan Ruang
Permasalahan : Judul :
PEMANFAATAN RUANG
BERDASARKAN RENCANA TATA
Pemanfaatan Ruang dalam rangka perlindungan kawasan RUANG DALAM UPAYA
Taman Wisata Alam Pantai Panjang berdasarkan Peraturan PERLINDUNGAN KAWASAN
Daerah Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang TAMAN WISATA ALAM PANTAI
Wilayah Provinsi Bengkulu Tahun 2012-2032, belum dapat
berjalan optimal serta belum mampu memberikan
perlindungan terhadap kawasan Taman Wisata Alam Pantai
Tahun :
Panjang 2018
Artikel Pemanfaatan Ruang
Pembahasan : Solusi :
Terbukti dengan pemerintah Provinsi Bengkulu yang tidak dapat Pemerintah Provinsi Bengkulu dapat lebih konsisten dalam
melakukan Pemanfaatan Ruang sesuai dengan Perencanaan Ruang penerapan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2012 tentang
dalam melakukan perencanaan pembangunan, dan belum mampu Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi tahun 2012-2032, agar
menertibkan bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi implementasi Peraturan Daerah tersebut dapat memberikan
Taman Wisata Alam Pantai Panjang sesuai yang diamanatkan perlindungan terhadap kawasan Taman Wisata Alam Pantai
Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2012. Terdapat dua faktor Panjang. Dalam menyelesaikan konflik-konflik tumpang tindih
penghambat dalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan dan melakukan tertib ruang pada bangunan-bangunan
dalam rangka perlindungan kawasan Taman Wisata Alam Pantai yang tidak sesuai dengan fungsi Taman Wisata Alam, Balai
Panjang, yang pertama faktor internal yaitu pemerintah daerah Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu haruslah lebih
Provinsi Bengkulu, kurangnya koordinasi antara pemerintah serius,dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5
Provinsi Bengkulu dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
dan belum terdapat peraturan khusus tentang arahan zonasi tata Ekosistemnya yang dipaduserasikan dengan Peraturan
ruang. Faktor penghambat yang kedua faktor eksternal, yaitu Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
konflik pemanfaatan kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, sehingga
dan rendahnya kesadaran hukum masyarakat. terwujudnya perlindungan dan pelestarian Taman Wisata Alam
Pantai Panjang.
Artikel Pemanfaatan Ruang
Permasalahan :
Berbagai kasus seperti kondisi tangkap lebih (over fishing), Judul :
pencemaran perairan, degradasi fisik habitat pesisir (mangrove dan
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR
terumbu karang), dan abrasi pantai merupakan sebagian indikator
SECARA TERPADU: SOLUSI
bahwa pelaksanaan pembangunan sumberdaya pesisir menuju ke PEMANFAATAN RUANG,
arah yang tidak optimal dan tidak berkelanjutan (unsustainable). PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN
Kondisi ini telah memberikan tekanan lingkungan yang kompleks PEMANFAATAN KAPASITAS ASIMILASI
dan membengkak terhadap wilayah pesisir dan lautan terutama WILAYAH PESISIR YANG OPTIMAL
berupa (1) konflik pemanfaatan sumberdaya; (2) konflik DAN BERKELANJUTAN
pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan; dan (3) pemanfaatan
kapasitas asimilasi wilayah pesisir yang melebihi daya dukungnya. Tahun :
Hal ini sebagai akibat dari kurangnya koordinasi dan kerjasama 2009
antar pelaku pembangunan kawasan pesisir, rendahnya kualitas
sumberdaya manusia dalam pengelolaan pesisir, dan lemahnya
penegakan hukum.
Artikel Pemanfaatan Ruang
Pembahasan : Solusi :
Secara ekologis wilayah pesisir memiliki keterkaitan antara lahan Diharapkan diterapkannya pengelolaan sumberdaya
atas (daratan) dan lautan. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir secara terpadu pada pembangunan industri dan
pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. infrastruktur di wilayah pesisir. Agar nantinya dicapai
Penyusunan tata ruang dan panduan pembangunan wilayah pesisir pembangunan pesisir yang optimal dan berkelanjutan
sangat perlu dilakukan untuk menghindari benturan antara satu (sustainable development) yang berarti suatu upaya
kegiatan dengan kegiatan pembanguan lainnya. Oleh karena itu pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam serta jasa
pengelolaan wilayah ini dalam perencanaannya harus asimilasi lingkungan yang terdapat dikawasan pesisir
mengintegrasikan kepentingan semua sektoral. Dibutuhkan untuk kesejahteraan manusia sedemikian rupa sehingga
keterpaduan disiplin ilmu dalam pengelolaan wilayah pesisir, laju pemanfaatannya tidak melebihi daya dukung
mengikuti karakteristik ekosistem dan sosial budaya (carrying capasity) kawasan pesisir untuk
masyarakatnya. Keterpaduan stakeholder: segenap keterpaduan menyediakannya.
diatas akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh keterpaduan
dari pelaku dan pengelola pembagunan di wilayah pesisir
SEKIAN &
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai