Anda di halaman 1dari 9

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir

Kabupaten Bone Bolango Yang Berwawasan Lingkungan


(Studi Kasus Desa Botubarani Dan Desa Huangobotu)

Abdul Rasid Salim, Hartuti Purnaweni, Wahyu Hidayat

Abstrak
Kawasan pesisir Desa Botubarani dan Desa Huangobotu merupakan
kawasan strategis di perairan Teluk Tomini, memiliki SDA yang potensial untuk
dikembangkan demi menunjang perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir. Dalam pelaksanaannya dijumpai adanya potensi dan kendala
lingkungan eksisting yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Kaitan
dengan hal di atas dilakukan identifikasi kondisi eksisiting lingkungan sosial
ekonomi dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan analisis
SWOT. Memaksimalkan potensi SDA dan meminimalkan kondisi yang
mengakibatkan degradasi lingkungan dan pemanfaatan ruang pesisir, sudah tentu
diperlukan suatu rencana strategi, rencana zonasi, rencana pengelolaan, rencana
aksi untuk tercapainya pemanfaatan ruang kawasan pesisir yang berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan.
Kata kunci : Ruang, Pesisir, Lingkungan.

1. Pendahuluan 1.2 Perumusan Permasalahan.


1.1 Latar Belakang Belum adanya Rencana Detail
Sumber daya alam yang berada Tata Ruang Wilayah Pesisir.
di pesisir Desa Botubarani dan Desa Belum ditetapkannya
Huangobotu dapat dikembangkan pemanfaatan ruang di kawasan
keberlanjutannya apabila masyarakat pesisir.
di sekitarnya dapat menjaga Pengaruh pemanfaatan ruang
kelestariannya. Wilayah yang terhadap lingkungan.
mempunyai posisi strategis ini, Dampak kondisi sosial ekonomi
terletak di perairan Teluk Tomini dan masyarakat terhadap
dilalui jalur jalan Nasional lintas pemanfaatan ruang kawasan
Selatan yang menghubungkan pesisir
Provinsi Gorontalo dan Provinsi .
Sulawesi Utara serta berbatasan
langsung dengan Taman Nasional 1.3 Tujuan
Bogani Nani Wartabone. Tujuan penelitian tentang
Pada perkembangannya wilayah Pemanfaatan Kawasan Pesisir Desa
telah mengalami degradasi yang Botubarani dan Desa Huangobotu
berakibat pada penurunan kualitas Kecamatan Kabila Bone Kabupaten
lingkungan serta pemanfaatan ruang Bone Bolango ini adalah untuk
yang tidak terkendali. Hal ini menyusun usulan perencanaan
dipengaruhi oleh faktor alam dan strategi pengelolaan kawasan pesisir
manusia yang berada pada kawasan secara terpadu dan berkelanjutan,
pesisir tersebut. berdasarkan analisis terhadap
sejumlah isu dan permasalahan serta
karakteristik wilayah pesisir, dengan:

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 39

a. Mengidentifikasi kondisi eksisting 2.2 Karakteristik Wilayah Laut


kawasan pesisir Desa Botubarani dan Pesisir.
dan Desa Huangobotu. Berdasarkan ketentuan Pasal 3
b. Memberikan rekomendasi UU No. 6 Tahun 1996 tentang
pemanfaatan ruang yang Perairan Indonesia, wilayah perairan
berwawasan lingkungan. Indonesia mencakup :
Laut territorial Indonesia
Sasaran untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai dalam studi ini Perairan Kepulauan
adalah :
Perairan pedalaman
a. Melakukan identifikasi kondisi
eksisting kawasan pesisir lokasi
studi dengan melakukan analisis 2.3 Pemanfaatan Lahan Kawasan
SWOT Pesisir.
b. Perencanaan pemanfaatan ruang Keterkaitan pemanfaatan
yang berwawasan lingkungan lahan dengan pembangunan
berdasarkan input dari analisis aktivitas sangat erat, karena
SWOT. menentukan pemanfaatan lahan.
2. Tinjauan Pustaka Menurut Jayadinata (1999), ada tiga
sifat yang menentukan tata guna
2.1 Pengertian Pesisir.
lahan, yaitu :
Pengertian Kawasan Pesisir :
Perilaku manusia.
Suatu jalur saling pengaruh antara
darat dan laut, yang memiliki ciri Penentu yang berhubungan
geosfer yang khusus, ke arah darat dengan kehidupan ekonomi.
dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut Kepentingan umum tentang
dan sosial ekonomi bahari, tata guna.
sedangkan arah ke laut dibatasi oleh 2.4 Pengelolaan Wilayah Laut
proses alami serta akibat kegiatan dan
manusia terhadap lingkungan di Pesisir Terpadu.
darat (BAKOSURTANAL, 1990).
Wilayah pesisir dan laut
Batas wilayah pesisir arah ke daratan merupakan tatanan ekosistem yang
tersebut ditentukan oleh : memiliki hubungan sangat erat
Pengaruh sifat fisik air laut dengan daerah lahan atas (upland)
yang ditentukan berdasarkan baik melalui aliran air sungai, air
seberapa jauh pengaruh permukaan (run off) maupun air
pasang air laut, seberapa flora tanah (ground water), dan dengan
yang suka akan air akibat aktivitas manusia (Dahuri et. al
pasang tumbuh (water loving 1996; Brown 1997; Cicin-Sain and
vegetation) dan seberapa jauh Knecht (1998); Kay and Alder
pengaruh air laut kedalam air (1999). Keterkaitan tersebut
tanah tawar. menyebabkan terbentuknya
Pengaruh kegiatan bahari kompleksitas dan kerentanan di
(sosial), seberapa jauh wilayah pesisir.
konsentrasi ekonomi bahari Pengelolaan wilayah pesisir
(desa nelayan) sampai ke secara terpadu penting dilakukan
darat. mengingat banyaknya kegiatan yang
dapat diimplementasikan, sehingga

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 40

perlu dirumuskan suatu konsep Berdasarkan sifat ruang yang


penataan ruang (strategic plan) serta memiliki potensi dan keterbatasan,
berbagai pilihan obyek pembangunan maka pada satu sisi diperlukan suatu
yang serasi. Dalam konteks ini maka alokasi pemanfaatan ruang
keterpaduan pengelolaan wilayah (penataan) yang diupayakan
pesisir sekurangnya mengandung sedemikian rupa agar pemanfaatan
tiga dimensi sektoral, bidang ilmu tersebut memberi hasil yang optimal.
dan keterkaitan ekologis. Dalam arti penataan struktur tata
Secara konseptual, hubungan ruang selain diperlukan untuk
tersebut dapat digambarkan dalam mempertinggi kesempatan ekonomi
keterkaitan antara lingkungan darat yang dimiliki ruang juga diarahkan
(bumi), lingkungan laut, dan untuk tidak mengeksploitasi potensi
aktivitas manusia, seperti disajikan sumber daya yang dimiliki oleh
pada Gambar sebagai berikut ruang secara berlebihan sehingga
akan terjadi suatu keberlanjutan
(sustainable).

2.6 Pembangunan Berwawasan


Lingkungan.
Menurut Sudharto P. Hadi
(2001), ideologi pembangunan sektor
lingkungan diekspresikan dalam
Gambar 1 : Keterkaitan antara faktor pembangunan berkelanjutan
lingkungan darat, laut dan aktifitas (sustainable development) yakni
manusia pembangunan yang ditujukan untuk
2.5 Perencanaan Tata Ruang. memenuhi kebutuhan generasi
Beberapa implikasi sekarang tanpa mengorbankan
perencanaan menurut Sudharto P. kebutuhan dan kepentingan generasi
Hadi (2001) adalah: Pertama, yang akan datang. Konsep ini
penerapan tata ruang perencanaan menempatkan pembangunan dalam
yang tepat dalam arti bahwa perspektif jangka panjang (a longer
pengembangan sumber daya alam term perspective) dan menuntut
harus memperhitungkan daya adanya solidaritas antar generasi. Hal
dukungnya. Kedua, penempatan ini didasari oleh kesadaran bahwa
berbagai macam aktivitas yang sumber daya alam merupakan bagian
mendayagunakan sumber daya alam dari ekosistem. Dengan memelihara
harus memperhatikan kapasitasnya fungsi ekositem maka keberlanjutan
dalam mengabsorbsi perubahan yang sumberdaya alam akan tetap terjaga.
diakibatkan oleh aktivitas tersebut. 2.7 Tata Ruang Dalam
Ketiga, sumber daya alam di suatu Pengelolaan Lingkungan
wilayah hendaknya dialokasikan ke Hidup.
beberapa zona di antaranya hutan
Menurut Eko Budihardjo
lindung, wilayah industri,
(1993) Tata Ruang dan Lingkungan
perkebunan daerah aliran sungai.
Hidup mengandung arti yang sangat
Keempat, perlunya standar kualitas
luas tetapi sekaligus juga seringkali
lingkungan seperti standar ambien
punya konotasi sempit terbatas pada
untuk air permukaan, air tanah dan
perencanaan dan perancangan fisik.
air laut dan kualitas udara.

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 41

Beberapa aspek meningkatkan Adapun menurut Soemarwoto


kualitas perencanaan tata ruang di (2001), untuk dapat melihat dan
masa mendatang : menjelaskan bahwa suatu dampak
atau perubahan telah terjadi pada
Orientasi tujuan jangka panjang
suatu kawasan, maka harus ada
yang ideal dengan pemecahan
bahan perbandingan sebagai bahan
masalah jangka pendek.
acuan. Salah satu bahan yang dapat
Mekanisme Development
menjadi acuan adalah keadaan
Control.
sebelum terjadi perubahan. Ada dua
Pendataan ruang secara total, batasan penting dalam menganalisis
menyeluruh dan terpadu. terjadinya dampak, yaitu :
Kepekaan sosio-kultural
lingkungan yang berkelanjutan. 1. Dampak suatu aktivitas
terhadap lingkungan adalah
2.8 Pendekatan Penataan Ruang perbedaan antara aspek
lingkungan sebelum aktivitas
Pendekatan penataan ruang terjadi dengan yang aspek
dalam suatu kawasan pesisir meliputi lingkungan setelah adanya
:Penataan Ruang yang Partisipatif. aktivitas tersebut.
(Ditjen Kelautan dan Perikanan, 2. Dampak aktivitas terhadap
2002). Model pembangunan lingkungan adalah perbedaan
partisipatif yang dapat antara aspek lingkungan
diimplementasikan dalam suatu tanpa adanya aktivitas dengan
proses Penataan Ruang dimana aspek lingkungan yang
proses dari partisipatif tersebut diperkirakan terjadi setelah
paling tidak memenuhi persyaratan adanya aktivitas.
antara lain : Setiap orang harus
mempunyai hak untuk mendapatkan 3. Metode Penelitian.
informasi dan memiliki akses Pendekatan awal dalam
menuju informasi yang lengkap. pelaksanaan studi ini adalah
menyusun kerangka tahapan studi
2.9 Tanah Dan Lahan. sebagai sebuah alur proses berpikir
Menurut Tejoyuwono (1986), untuk mendapatkan hasil yang
lahan adalah merupakan keseluruhan ditujukan untuk mendeskripsikan
kemampuan muka daratan beserta fenomena-fenomena yang ada, baik
segala gejala dibawah permukaannya fenomena alamiah maupun fenomena
yang bersangkut paut dengan buatan manusia. Fenomena itu bisa
pemanfaatannya bagi manusia. berupa bentuk, aktivitas,
Pengertian tersebut menunjukkan karakteristik, perubahan, hubungan,
bahwa lahan merupakan suatu kesamaan, dan perbedaan antara
bentang alam sebagai modal utama fenomena yang satu dengan
kegiatan, sebagai tampat dimana fenomena lainnya (Sukmadinata,
seluruh mahkluk berada dan 2006:72). .
melangsungkan kehidupannya 3.1 Lokasi Penelitian.
dengan memanfaatkan lahan itu Lokasi studi adalah Desa
sendiri. Sedangkan penggunaan Botubarani dan Desa Huangobotu
lahan adalah suatu usaha yang berada di pesisir pantai
pemanfaatan lahan dari waktu ke Kecamatan Kabila Bone Kabupaten
waktu untuk memperoleh hasil. Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
2.10 Dampak. Perairan Teluk Tomini yang

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 42

menyimpan kekayaan sumber daya aspek perubahan pemanfaatan ruang


alam yang berlimpah yang kawasan pesisir Desa Botubarani dan
memberikan dampak pada Desa Huangobotu dengan
perkembangan sosial ekonomi, menggunakan analisis SWOT.
perubahan lingkungan serta pola
3.4 Sampel
pemanfaatan tanah dan lahan
menjadi tidak tertata dengan baik. Teknik penarikan sampel yang
Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan digunakan adalah probability
lahan yang ada hanya berpatokan sampling, yang menurut Pasolong
pada hak dan pemilikan tanah dan (2005), adalah teknik penarikan
lahan yang dimiliki secara turun sampel yang memberikan peluang
temurun. Kecenderungan ini yang sama bagi setiap unsur
menyebabkan terjadinya berbagai (anggota) populasi untuk dipilih
permasalahan yang berakibat pada menjadi sampel dalam suatu
perubahan atau degradasi lingkungan penelitian.
Peneliti membagi sub populasi
3.2 Jenis dan Sumber Data atau semua populasi dikelompokkan
Adapun data yang diperlukan menurut tingkatannya seperti
untuk kebutuhan analisis data dalam pengelompokan masyarakat menurut
bentuk kuesioner meliputi beberapa status sosial dan tingkat kemampuan
aspek yaitu : jenis kelamin, usia, ekonominya, yaitu membagi
pendidikan terakhir, pekerjaan, status populasi komunitas masyarakat
perkawinan, jumlah anggota menjadi beberapa kelompok
keluarga responden, lama bekerja masyarakat dilihat menurut
pada profesi yang digeluti, kegiatan- klasifikasi strata sosial maupun
kegiatan sosial serta kecenderungan- ekonomi, kemudian disesuaikan jenis
kecenderungan yang terjadi sehingga pekerjaannya sebagai masyarakat
berakibat pada perubahan ruang dan sebagaimana yang terdapat di lokasi
degradasi lingkungan di wilayah penelitian. Caranya, menentukan
studi. Jawaban responden pada interval sampel dengan menghitung
kuesioner tersebut menjadi obyek jumlah populasi yang dibagi dengan
bahasan dalam penelitian ini. jumlah sampel (Sudarto P. Hadi,
Selain kuesioner, dilakukan juga 2005).
pendekatan melalui wawancara yang N
dilakukan kepada tokoh-tokoh I=
masyarakat yang dianggap n
mengetahui tentang permasalahan
yang terdapat di wilayah studi. Dari penggunaan rumus di atas
Jawaban dari kuesioner dan masukan maka di dapatkan responden pada
yang di dapat dijadikan input untuk wilayah penelitian sebagai berikut :
mendapatkan suatu rencana Desa Botubarani :
pemanfaatan ruang kawasan pesisir Dusun 1 = 25 orang
yang berwawasan lingkungan. Dusun II = 25 orang
3.3 Teknik Analisis Dusun III = 25 orang
Data yang telah terkumpul Desa Huangobotu :
diolah dan dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif, Dusun 1 = 17 orang
yaitu penelitian berupaya Dusun II = 18 orang
menggambarkan, mencatat, Dusun III = 20 orang
menganalisadan menginterpretasikan Dusun IV = 20 orang

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 43

Sehingga jumlah total responden tersediannya sarana dan


sebanyak 150 orang prasarana kesehatan, Aktifnya
kegiatan-kegiatan
4. Gambaran Umum Lokasi
kemasyarakatan berupa kegiatan
Studi.
sosial keagamaan dan pertemuan
Desa Botubarani terletak yang dipelopori oleh pemuka,
antara koordinat 123 051393 tokoh masyarakat serta kelompok
Bujur Timur dan kordinat 284863 PKK).
Lintang Utara, Desa Botubarani
terdiri atas 3 Dusun yang terdiri atas Weaknesses/ Kelemahan (belum
Dusun Tamboo Barat, Tamboo adanya suatu Rencana Tata
Tengah dan Tamboo Selatan dengan Ruang Wilayah Kabupaten Bone
luas wilayah 1.108 Ha, sedangkan Bolango yang mencakup
Desa Huangobotu yang terletak keseluruhan wilayah dan
antara koordinat 123 054476 Rencana Detail Tata Ruang
Bujur Timur dan kordinat 283356 Wilayah Pesisir, mengakibatkan
Lintang Utara, Desa Huangobotu lemahnya penegakan hukum dan
terdiri atas 4 Dusun yang terdiri atas peraturan perundangan yang
Dusun Inengo Barat, Inengo Tengah, mengatur pemanfaatan ruang di
Inengo Timur dan Dusun Wonggole kawasan pesisir wilayah studi.
dengan total luas wilayah 840 Ha. Peran serta masyarakat pesisir di
(Profil desa Botubarani dan desa hulu yang rendah dalam
Huagobotu, 2007), terletak di jalur pemanfaatan sumber daya alam
jalan Nasional yang menghubungkan yang disebabkan keterbatasan
Propinsi Gorontalo dengan Propinsi mengenyam pendidikan dan
Sulawesi Utara melewati pantai kurangnya ketrampilan yang
Selatan Gorontalo. Selain itu, sangat dimiliki, Sarana dan prasarana
dekat dengan Taman laut Olele yang drainase yang ada sudah rusak
sangat unik dan potensial untuk dan belum sepenuhnya
dikembangkan. memenuhi kebutuhan
5. Hasil dan Pembahasan. masyarakat, sehingga pada
musim hujan sering terjadi banjir
Strategi Pemanfaatan Ruang dan genangan air, Tidak
Pesisir yang berkelanjutan tersedianya tempat-tempat
sebagaimana diuraikan di atas pembuangan sampah umum dan
menggunakan metode deskriptif MCK umum, TPI dan tempat
dengan pendekatan Analisis SWOT, pengawetan dan pengalengan
yaitu dengan melihat aspek-aspek ikan yang dikelola oleh
Strengths/kekuatan (potensi perusahaan (PT. Cipta Prima
pantai yang indah, posisi strategis Jaya) tidak menyediakan sarana
di perairan Teluk Tomini, adanya pengolahan limbah yang
sarana dan prasarana memadai, limbah yang dihasilkan
infrastruktur, adanya sumber langsung dibuang kelaut, sebaian
daya manusia yang mempunyai besar wilayah studi merupakan
keahlian dan sudah lama wilayah Taman Nasional yang
menekuni pekerjaan sebagi dilindungi oleh Undang-Undang
nelayan, adanya kelompok- sehingga masyarakat tidak dapat
kelompok nelayan, dekat dengan manfaatkannya.
pelabuhan Gorontalo, dekat
lokasi Taman Laut Olele,

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 44

Opportunities/peluang merusak instalasi air bersih yang


(pemanfaatan sumber daya alam melayani rumah penduduk serta
belum dimanfaatkan secara bak-bak penampungan air bersih
optimal membuka peluang yang ada. Masing-masing
berkembangnya aktivitas pesisir, kelebihan dan kekurangan yang
pengembangan infrastruktur ada kemudian dipadukan untuk
taman Laut Olele, pelimpahan mendapatkan suatu pendekatan
kewenangan pengelolaan dari pemanfaatan ruang kawasan
pemerintah pusat ke pemerintah pesisir yang berwawasan
daerah yang semakin lingkungan yang berkelanjutan.
memperkuat pengelolaan
sumberdaya alam 6. Kesimpulan dan Saran
berdasarkan UU No. 32 Tahun 6.1 Kesimpulan
2004, sebagian besar masyarakat
pesisir yang ada di wilayah studi Belum adanya rencana tata
( di hilir) sangat responsif dalam ruang yang mengatur pesisir Desa
menjaga kelestarian wilayah Botubarani dan Desa Huangobotu
pesisir, Adanya dukungan serta aktifitas masyarakat sekitar
pemerintah daerah dalam pesisir, menimbulkan dampak
membantu nelayan kecil dalam terhadap degradasi lingkungan.
mengembangkan dan Sebagian besar masyarakat pesisir
memasarkan usahanya) dan mempunyai tingkat pendidikan yang
Threaths/ancaman (perubahan relatif rendah, Hal ini menyebabkan
musim yang sulit diprediksikan perkembangan wilayah pesisir
yang berpengaruh terhadap hasil kurang memperhatikan
tangkapan nelayan sering keberlanjutan ekosistem dan
mengancam keberlanjutan lingkungan pesisir. Pemanfaatan
kegiatan masyarakat di kawasan ruang yang tidak terkendali karena
pesisir wilayah studi, perilaku zonasi ruang yang tidak jelas,
masyarakat (di hulu ) yang sering sementara masyarakat dalam
membuang sampah ke sungai, memanfaatkan lahan hanya
kerusakan hutan (Taman didasarkan pada kepemilikan tanah
Nasional Bogani Nani yang dimiliki secara turun temurun.
Wartabone) yang diakibatkan Kondisi ini makin menimbulkan
oleh penebangan liar, bantuan dampak pemanfaatan ruang yang
pemerintah untuk masyarakat semakin tidak terkendali.
nelayan belum sepenuhnya Perubahan iklim yang
memenuhi kebutuhan semua dipengaruhi pemanasan global
nelayan yang ada diwilayah studi, menimbulkan berbagai
semakin jauhnya jarak yang permasalahan lingkungan di lokasi
ditempuh oleh nelayan dalam studi seperti banjir, gelombang besar
mendapakan hasil tangkapan, disertai badai serta gempa bumi yang
sering terjadi longsoran batu pada berpengaruh besar terhadap
tempat-tempat tertentu pada saat keberlangsungan sumber daya yang
musim hujan akibat kondisi tanah ada di wilayah pesisir lokasi studi.
yang labil dan kemiringan lereng Sosialisasi dan edukasi kepada
yang cukup terjal di Desa masyarakat merupakan tanggung
Botubarani, potensi gempa, jawab stakeholder yang
kondisi iklim berupa tingginya berkompeten, utamanya Pemerintah
curah hujan dalam satu hari dapat

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 45

dalam upaya yang diwujudkan Perencanaan Pedesaan,


dalam bentuk rencana aksi. Perkotaan dan Wilayah. ITB
Bandung. Bandung.
6.2 Saran
Mohamad Ngapenan, 1987, dalam
Menetapkan RTRW Suharto, 1989, dalam
(Rencana Tata Ruang Sutikno, 1993, Karakteristik
Wilayah) pesisir. Bentuk dan Geologi Pantai di
Sosialisasi, pembinaan serta Indonesia, Ditjen Pengairan
kampanye pendidikan Departemen Pekerjaan
mengenai keberlanjutan Umum, Yogjakarta.
lingkungan kepada Nasution, 2003, Metode Research
masyarakat yang berada di (Penelitian Ilmiah), PT. Bumi
kawasan pesisir. Aksara, Jakarta.
Pasolong, Harbani. 2005. Metode
Peningkatan SDM (Sumber Penelitian Administrasi,
Daya Manusia) dalam hal Lembaga Penelitian
pendidikan. Universitas Hasanuddin.
Koordinasi antar stakeholder. Makassar.
Profil Desa Botubarani dan Desa
Meningkatkan perlindungan Huagobotu, 2007,
terhadap sempadan pantai. Soemarwoto Otto, 2001. Ekologi
Dukungan dan pelibatan Lingkungan Hidup dan
masyarakat. Pembangunan. Djambatan,
Jakarta.
Perencanaan sistem
pengelolaan ruang pesisir
yang berwawasan lingkungan
yang mengacu pada Rencana
Strategis, Rencana Zonasi, Sudharto P.Hadi, 2001, Dimensi
Rencana Pengelolaan dan lingkungan perencanaan
Rencana Aksi. Pembangunan, Penerbit
Gadjah Mana University
Daftar Pustaka. Press.
Bappeda Kabupaten Bone Bolango, .., 2005,
Rencaca Tata Ruang Metodologi Penelitian Sosial
Wilayah Kabupaten Bone Kuantitatif, Kualitatif dan
Bolango, Bappeda Kaji Tindak, Bahan Kuliah
Kabupaten Bone Bolango Program Megister Ilmu
2004, Lingkungan, UNDIP.
Cicin-Sain and Knecht 1998; Kay Sukmadinata. 2006. Metode
and Alder 1999.Integrated Penelitian Pendidikan.
Coastal and Marine Bandung Rosdakarya.
Management. Island Pres, Tejoyuwono, 1986. Perkembangan
Washington DC. Lahan Perkotaan. Kartika,
Eko Budiharjo, dan Sudanti Jakarta.
Hardjohubojo, 1993, Kota Undang_Undang No. 32 Tahun
Berwawasan Lingkungan, 2004, tentang Pemerintahan
Penerbit Alumni, Bandung. Daerah.
Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Undang-Undang No. 6 Tahun 1996,
Guna Tanah Dalam tentang Perairan Indonesia.

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 46

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 47

Anda mungkin juga menyukai