Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUUAN

1.1 Latar Belakang


Kepulauan Indonesia terletak pada wilayah pertemuan 3 lempeng besar dunia,
dimana daerah yang termasuk di pertemuan antar lempeng tersebut terjadi zona
penunjaman yang mengakibatkan pembentukan gunung api dibusur kepulauan dengan
kemiringan sedang hingga terjal. Kepualuan Indonesia juga merupakan negara kepulauan
teropis yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dengan
kondisi wilayah tersebut , wilayah Indonesi sangat rawan terhadap bencana alam,
terutama bencana tanah longsor yang diakibatkan karena posisi tanah yang berada di
dataran tinggi dengan struktur tanah yang terajal. Kemudian ditambah dengan intensitas
hujan yang tinggi atau lamanya waktu hujan yang terjadi, menyebabkan tanah menjadi
jenuh air yang efeknya dapat melemahkan ikatan partikel tanah sehingga terjadinya tanah
longsor.
Desa Gelangsar merupakan salah satu desa yang termasuk kedalam wilayah
Kecamatan Gunung Sari yang berada di daerah dataran tinggi dengan beriklim tropis.
Desa Gelangsar juga merupakan daerah yang di tetapkan oleh pemerintah daerah sebagai
salah satu wilayah yang rawan terhadap bencana tanah longsor. Hal ini dikarenakan
hampir setiap tahun selalu terjadi tanah longsor di Desa Gelangsar pada waktu musim
hujan dengan intesitas hujan yang tinggi. Faktor lainnya juga karena ketidak sesuaian
peruntukan lahan atau pemanfaatan lahan yang dilakukan masyarakat setempat
dikarenakan dengan alasan bahwa tempat lahan yang mereka manfaatkan atau tempat
mereka tinggal, merupakan lahan yang di tinggalak atau lahan yang diberi oleh nenek
moyang mereka sejak lahir, sehingga mereka tetap bertahan untuk tinggal di daerah
tersebut. Akan tetapi hal ini dapat membahayakan keadaan hidup mereka karena berada
di wilayah yang termasuk kawasan rawan bencana. Tapi sampai saat ini, bencana alam
tanah longsor yang terjadi di Desa Gelangsar hanya dalam sekala kecil saja yaitu tidak
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian fisik di bandingkan dengan desa tetangganya
yaitu Desa Gunung Sari. Maka Karniawati (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan lahan
dapat menjadi faktor pengontrol gerakan tanah dan meningkatkan resiko gerakan tanah
karena pemanfaatan lahan akan dipengaruhi pada tutupan lahan yang ada.
Oleh karena itu, didalam pemanfaatan lahan atau tata guna lahan (land use) wilayah
Desa Gelagsar yang termasuk kedalam kawasan bencana, diketahui terlebih dahulu fungsi
kawasan yang terdapat pada wilayah tersebut, sehingga dapat diketahui bagaimana
pemanfaatan lahan yang sesuai maupun tidak sesuai dengan memberikan suatu arahan

1
dalam pemanfaatan lahan pada wilayah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi eksisting berdasarkan aspek fisik dasar di Desa Gelangsar,
Kecamatan Gunungsari?
2. Bagaimana evaluasi lahan berdasarkan aspek fisik dasar di Desa Gelangsar,
Kecamatan Gunungsari?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi eksisting berdasarkan aspek fisik dasar di Desa
Gelangsar, Kecamatan Gunungsari
2. Untuk mengetahui evaluasi lahan berdasarkan aspek fisik dasar di Desa Gelangsar,
Kecamatan Gunungsari

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Ruang dan Penataan Ruang
Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lombok Barat menyatakan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya. Menurut Yusuf Safari (2008) ruang adalah
tempat untuk melangsungkan pengembangan wilayahmelalui upaya penataan ruang
yang mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Barat yang selanjutnya disebut
RTRW Kabupaten adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Banyumas yang menjadi pedoman bagi penataan ruang wilayah
Kabupaten Lombok Barat yang merupakan dasar dalam penyusunan program
pembangunan. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

2.1.2 Penggunaan Lahan


Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, tanah, relief, air,
vegetasi, serta benda yang ada di atasnya yang berpengaruh terhadap penggunaannya.
Konsep dan definisi lahan yang lainnya yaitu menurut FAO (1976)dalam Saribun S
Daud, 2007) adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi, dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya, termasuk di dalamnya akibat kegiatankegiatan manusia baik masa
lalu maupun sekarang.
Pengunaan lahan (land use) merupakan setiap bentuk campur tangan manusia
terhadap sumber daya lahan, baik yang sifatnya tetap (permanen) atau merupakan
daur (cyclic) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun
kejiwaan (spiritual) , (Vink1975 dalam Saribun S Daud 2007).

2.1.3 Dasar penentuan struktur ruang dan pola ruang


Berdasarkan kriteria tingkat kerawanan baik pada aspek fisik alami maupun aspek
aktifitas manusia seperti dijelaskan pada Tabel 1 Bab II ini, dapat disimpulkan bahwa

3
sebagian besar kawasan rawan bencana longsor peruntukan ruangnya sesuai untuk
fungsi lindung. Ruang pada zona tipe A, B, dan C dengan tingkat kerawanan tinggi
mutlak difungsikan untuk kawasan lindung sehingga tidak layak untuk dibangun.
Untuk zona tipe A, B, dan C dengan tingkat kerawanan sedang dan rendah masih
dapat difungsikan sebagai kawasan budi daya secara terbatas atau kawasan budi daya
yang dikendalikan dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Tabel 5 memperlihatkan
peruntukan fungsi kawasan pada setiap zona.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas maka penataan ruang
kawasan rawan bencana longsor lebih dititikberatkan kepada upaya memelihara dan
meningkatkan kualitas ruang melalui upaya peningkatan kelestarian dan
keseimbangan lingkungan dengan lebih memperhatikan azas pembangunan
berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan sosial ekonomi pada zona-zona kawasan berpotensi
longsor lebih bersifat lokal (zone wide), sehingga penataan ruangnya lebih
diprioritaskan pada pengembangan sistem internal kawasan/zona yang bersangkutan
dengan tetap mempertahankan hubungan hirarkis fungsional dengan sistem wilayah
kabupaten/kota/provinsi. Sistem internal kawasan/zona dalam hal ini adalah struktur
ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal
kawasan/zona yang bersangkutan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam
menentukan struktur ruang dan pola ruang pada masing-masing zona berpotensi
longsor harus didasarkan kepada beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a. Sistem internal kawasan/zona harus dipandang juga sebagai sub-sistemdari
sistem wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi, sehingga struktur ruangdan
pola ruang kawasan/zona berpotensi longsor mempunyai hubunganhirarkis
fungsional dengan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten/kota
dan/atau provinsi. Dengan demikian dalam penentuannya harus mengacupada
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang pada hirarki/jenjangrencana tata
ruang yang lebih tinggi.
b. Harus dijaga kesesuaiannya dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dalam
rencana tata ruangnya.
c. Mengutamakan peruntukan ruang pada zona dengan tingkat kerawanan fisik
alami dan tingkat risiko (aspek aktifitas manusia) yang tinggi sebagai kawasan
lindung. Dalam hal ini termasuk melarang kegiatan pemanfaatan ruang yang
berdampak tinggi pada fungsi lindung dan merelokasi kegiatan-kegiatan
penggunaan ruang yang tidak memenuhi persyaratan.

4
d. Memperhatikan kriteria tingkat kerawanan/tingkat risiko serta mengupayakan
rekayasa untuk mengeliminir faktor-faktor penyebab tingginya kerawanan /
risiko.
e. Mengacu pada beberapa peraturan dan pedoman terkait bidang penataan ruang
serta peraturan dan pedoman yang terkait dengan aspek lingkunga dan sumber
daya alam.
f. Penyesuaian dengan kondisi alam dengan lebih menekankan pada upaya
rekayasa geologi dan rekayasa teknik sipil.
g. Menghormati hak yang dimiliki orang sesuai peraturan perundang-undangan.
h. Memperhatikan aspek aktifitas manusia yang telah ada sebelumnya
(existingcondition) dan dampak yang ditimbulkannya.
Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Kerawanan Longsor

Tipe Kriteria Kriteria Tingkat Peruntukkan


No Tingkat Risiko (Skala
Zona Fungsi Kawasan
Kerawanan Dampak / Aspek
Longsor (Aspek Manusia)
Alami)
Untuk Kawasan Lindung
Tinggi Tinggi (Mutlak Dilindungi)
Sedang Sedang Untuk Kawasan Budidaya
1 A terbatas (Dapat
Rendah Rendah Dibangun/Dikembangkan
Bersyarat)

Tinggi Tinggi Untuk Kawasan Lindung


Untuk Kawasan Budi daya
2 B Sedang Sedang
terbatas (Dapat
Rendah Rendah Dibangun/Dikembangkan
Bersyarat)
Tinggi Tinggi Untuk Kawasan Lindung
Sedang Sedang Untuk Kawasan Budi daya
3 C terbatas (Dapat
Rendah Rendah Dibangun/Dikembangkan
Bersyarat)

2.1.4 Penentuan struktur ruang zona berpotensi longsor


Pada dasarnya rencana struktur ruang zona berpotensi longsor adalah penentuan
susunan pusat-pusat hunian dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat pada zona tersebut
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana disebutkan di atas.
Susunan pusat-pusat hunian dan sistem jaringan prasarana dan sarana
pendukungnya pada setiap zona akan berbeda tergantung dari variasi tingkat

5
kerawanan/tingkat risikonya dan skala/tingkat pelayanannya. Karena itu dalam
perencanaan struktur ruangnya harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan,
tingkat kerawanan, fungsi kawasan, dan tingkat pelayanan dari jaringan prasarana
pembentuk struktur tersebut. Beberapa arahan agar kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan struktur ruangnya adalah sebagai berikut:
A. Pada tingkat kerawanan tinggi
Ruang pada zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan tinggi
difungsikan sebagai kawasan lindung (tidak layak dibangun). Kegiatan yang
berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan. Karena itu perlu
dihindari pembangunan/ pengembangan pusat-pusat hunian beserta sarana dan
prasarana pendukung kegiatan sosial ekonominya, kecuali prasarana pengelolaan
lingkungan yang langsung memberi dampak pada peningkatan kualitas
lingkungan (contohnya sistem drainase), serta jaringan prasarana pada tingkat
pelayanan wilayah yang melintasi zona tersebut.
Arahan struktur ruang zona berpotensi longsor berdasarkan tingkat kerawanan
tinggi pada ketiga tipe (A, B, dan C) dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel
tersebut menjelaskan bahwa pada ketiga tipe zona berpotensi longsor dengan
tingkat kerawanan tinggi tidak dapat dibangun/dikembangkan pusat hunian
beserta sarana dan prasarana pengelolaan lingkungannya kecuali jaringan
prasarana untuk pelayanan tingkat wilayah yang melintasi kawasan tersebut
melalui kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau antar
pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota. Pada zona tipe A
hanya dapat dibangun prasarana air bersih untuk kepentingan lokal; pada zona tipe
B hanya prasarana air bersih dan drainase; sedangkan pada zona tipe C dapat saja
dibangun semua prasarana pengelolaan lingkungan (antara lain jaringan air bersih,
jaringan drainase, jaringan sewerage, dan sistem persampahan) yang bersifat lokal
dengan beberapa persyaratan yang ketat.

6
Tabel 2.2 Arahan Struktur Ruang Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Tingkat

Kerawanan Tinggi

Tingkat Kerawanan Tinggi


Tipe Zona A B C
Pusat Hunian

Jaringan Air Bersih

Jaringan Drainase
Komponen Pembentuk Jaringan Sewerage
Struktur Ruang
Sistem Pembuangan Sampah

Jaringan Transportasi Lokal

Jaringan Telekomunikasi

Jaringan Listrik

Jaringan Energi lainnya

Keterangan:
Tipe A adalah daerah lereng bukit/lereng perbukitan, lereng gunung/lereng
pegunungan/tebing sungai (kemiringan di atas 40%). Tipe B adalah daerah kaki
bukit/kaki perbukitan, kaki gunung/ kaki pegunungan/ tebing sungai (kemiringan
21% s.d. 40%). Tipe C adalah daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran,
tebing sungai, atau lembah sungai (kemiringan 0% s.d. 20%).
Tidak layak untuk dibangun (penggalian dan pemotongan lereng harus
dihindari)
Dapat dibangun dengan syarat.

B. Pada tingkat kerawanan sedang


Peruntukan ruang zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan sedang
adalah sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk dibangun). Sedangkan
kegiatan yang terkait dengan komponen pembentuk struktur ruang, apabila tetap
akan dibangun, tidak boleh melampaui daya dukung lingkungan dan dikenakan
ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Lokasi di mana terdapat
kegiatan pembangunan demikian diarahkan sebagai kawasan budi daya terbatas
(yang dikendalikan). Arahan struktur ruang zona berpotensi longsor berdasarkan
tingkat kerawanan sedang dijelaskan pada Tabel berikut.

7
Tabel 2.3 Arahan Struktur Ruang Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Tingkat

Kerawanan Sedang

Tingkat Kerawanan Sedang


Tipe Zona A B C
Pusat Hunian

Jaringan Air Bersih

Jaringan Drainase

Komponen Jaringan Sewerage


Pembentuk
Struktur Ruang Sistem Pembuangan Sampah

Prasarana Transportasi Lokal

Jaringan Telekomunikasi

Jaringan Listrik

Jaringan Energi lainnya

Keterangan:
Tipe A adalah daerah lereng bukit/lereng perbukitan, lereng gunung/lereng
pegunungan/tebing sungai (kemiringan di atas 40%). Tipe B adalah daerah kaki
bukit/kaki perbukitan, kaki gunung / kaki pegunungan, tebing sungan (kemiringan
21% s.d. 40%). Tipe C adalah daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran,
tebing sungai,
atau lembah sungai (kemiringan 0% s.d. 20%).Tidak layak untuk dibangun
(penggalian dan pemotongan lereng harus dihindari)Dapat dibangun dengan
syarat
Dalam penentuan struktur ruang pada zona dengan tingkat kerawanan sedang,
lebih diarahkan kepada dominasi fungsi lindungnya melalui pengendalian yang
ketat terhadap penggunaan ruangnya. Dengan demikian terhadap kegiatankegiatan
yang memanfaatkan ruang diberlakukan beberapa persyaratan sebagai berikut:
Pada zona tipe A kegiatan pusat hunian dan jaringan prasarana pendukungnya
(kecuali prasarana air bersih dan drainase) dapat dilaksanakan dengan beberapa
persyaratan tertentu yang ketat, misalnya dalam menetapkan jenis bangunan/
konstruksi terlebih dahulu harus dilakukan penyelidikan geologi teknik, analisis

8
kestabilan lereng, dan daya dukung tanah; rekayasa memperkecil kemiringan
lereng, rencana jaringan transportasi yang mengikuti kontur, dan sebagainya.
Demikian pula pada zona tipe B kecuali prasarana air bersih, drainase, sewerage,
dan sistem persampahan. Sedangkan pada zona tipe C dapat dibangun pusat
hunian beserta seluruh sarana prasarana pendukungnya dengan beberapa
persyaratan yang tidak terlalu ketat seperti pada zona dengan tingkat kerawanan
tinggi.

C. Pada tingkat kerawanan rendah


Peruntukan struktur ruang zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan
rendah pada zona tipe A tidak dapat dibangun untuk kegiatan-kegiatan pusat
hunian, jaringan transportasi lokal, dan kegiatan sarana prasarana pendukung
lainnya kecuali jaringan air bersih dan drainase (Tabel ). Apabila tetap akan
dibangun maka diberlakukan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Tabel 2.4 Arahan Struktur Ruang Zona Berpotensi Longsor

Berdasarkan Tingkat Kerawanan Rendah

Tingkat Kerawanan Rendah


Tipe Zona A B C
Pusat Hunian

Jaringan Air Bersih

Jaringan Drainase

Jaringan Sewerage
Unsur
Pembentuk Sistem Pembuangan Sampah
Struktur Ruang
Prasarana Transportasi Lokal

Jaringan Telekomunikasi

Jaringan Listrik

Jaringan Energi lainnya

Keterangan:

Tipe A adalah daerah lereng bukit/lereng perbukitan, lereng gunung/lereng


pegunungan, tebing sungai (kemiringan di atas 40%). Tipe B adalah daerah kaki
bukit/kaki perbukitan, kaki gunung/ kaki pegunungan, tebing sungai (kemiringan

9
21% s.d. 40%). Tipe C adalah daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran,
tebing sungai, atau lembah sungai (kemiringan 0% s.d. 20%)
Tidak layak untuk dibangun (penggalian dan pemotongan lereng harus
dihindari)
Dapat dibangun dengan syarat
Boleh dibangun
Untuk zona berpotensi longsor tipe B dengan tingkat kerawanan rendah,
peruntukkan ruangnya diarahkan sebagai kawasan budi daya terbatas atau
kawasan budi daya yang dikendalikan. Pada kawasan seperti ini dapat saja
dikembangkan tetapi diberlakukan beberapa persyaratan sesuai
ketentuanketentuan yang terkait dengan daya dukung lingkungan serta upaya
konservasi tanah dan keseimbangan neraca air. Sedangkan untuk zona tipe C
dapat dibangun pusat hunian, jaringan transportasi lokal, dan jaringan prasarana
pendukung lainnya melalui pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
yang ketat.

2.1.5 Resiko Bencana


Risiko adalah derajad kehilangan atau nilai dugaan dari kerugian (kematian, luka-
luka, properti) yang diakibatkan oleh suatu bencana. Risiko bencana merupakan
fungsi dari bahaya (hazard),exposure,dan kerentanan (vulnerability)(Thywissen,
2006). Sedangkan menurut UURI No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana, Risiko didefinisikan sebagai potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana di suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Elemen risiko meliputi bahaya (hazard), kerawanan (vulnerability) yangdapat
dikombinasikan dengan kemampuan mengatasi bencana (coping capacity). Secara
sederhana risiko dapat dituliskan sebagai R = f (H, V, C) dimana R adalah risiko, H
adalah bahaya, V adalah kerawanan, dan C adalah kemampuan mengatasi bencana
(Sunarto dkk,2010).
Pengertian bahaya tidak sama dengan bencana. Seringkali bencana (disaser)
disama-artikan dengan bahaya (hazard). Bahaya adalah ancaman yang dapat
menimbulkan suatu bencana, jadi belum mempengaruhi kehidupan manusia.
Sedangkan bencana adalah bahaya yang sudah melanda atau mempengaruhi

10
kehidupan manusia sehingga manusia mengalami kerugian atau menjadi korban
(Sunarto, 2011). Adapun kerawanan bencana merupakan kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (UURI No 24 Tahun
2007).
Analisis risiko bencana mempunyai kedudukan penting dalam kegiatan
penanggulangan bencana. Dalam UURI No 24 Tahun 2007 dan PPRI No 21 Tahun
2008 diamanatkan bahwa setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko
tinggi menimbulkan bencana dipersyaratkan wajib dilengkapi dengan analisis risiko
bencana sebagai bagian dari penanggulangan bencana. Analisis risiko bencana adalah
kegiatan penelitian dan studi tentang kegiatan memungkinkan terjadi bencana
(Sunarto, 2011). Adapun dalam Peraturan Menteri ESDM No 15 Tahun 2011 tentang
Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanah, Gempa Bumi, dan Tsunami,
disebutkan bahwa salah satu pertimbangan dalam penilaian risiko bencana adalah
hasil analisis kawasan rawan bencana (Sagala dan Yasaditama, 2012).

2.1.6 Pengurangan Risiko Bencana


Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah sebuah pendekatan yang terorganisisr
untuk mengidentifikasi, mengkaji dan mengurangi risiko dari sebuah bencana. Tujuan
dari PRB untuk mengurangi kerentanan-kerentanan sosial- ekonomi terhadap bencana
dan menangani bahaya lingkungan maupun bahaya lainnya yang menimbulkan
kerentanan (BNPB No 1 tahun 2012).

11
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 FISIK DASAR


3.1.1 Kondisi Geografis
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Gelangsar yang terletak di antara 116°7´-
116°9´ Bujur Timur dan 8°29´-8°32´ Lintang Selatan dengan luas 1.900 Ha. Desa
Gelangsar merupakan salah satu desa dari 16 (enam belas) Desa yang ada di
Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, merupakan desa terpencil yang
berabatasan langsung dengan Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang terdiri dari 6
(enam) dusun. Desa Gelangsar merupakan salah satu Desa pemekaran dari Desa
Mambalan yang berdiri pada tahun 2010 berdasarkan SK Bupati Lombok Barat NO.
806/22/BPMPD/2010 tentang pembentukan desa Gelangsar Kecamatan Gunungsari
Lombok Barat dan SK Bupati No. 866/38/BPMPD/2010 tentang penunjukaan pejabat
kepala Desa persiapan Gelangsar.
Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Barat : Desa Dopang
Sebelah Utara : Hutan Lindung
Sebelah Timur : Desa Mekarsari
Sebelah Selatan : Desa Jeringo
Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1
pada halaman 16.
3.1.2 Topografi
Desa Gelangsar berdasarkan data profil Desa berada pada ketinggian 5,5 M dari
permukaan laut. Pada dataran yang memiliki ketinggian 0 – 200 meter biasanya
disebut dataran rendah. Daratan rendah sendiri merupakan daratan yang sangat
bermanfaat bagi masyarakat khususnya yang berada pada daratan ini. Biasanya pada
peta daerah yang berada pada daratan rendah tertampak warnah hijau. Di Daerah-
daerah yang berada pada ketinggian tersebut dimanfaatkan sebagai pertanian,
perternakan dan perumahan penduduk.
Selain itu Desa Gelangsar juga memiliki kelerengan 2%-15% yang dimana pada
kelerengan tersebut merupakan daerah yang bergelombang. Berdasarkan penjelasan
diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 pada halaman 17.

12
3.1.3 Klimatologi
Secara umum, daerah yang memiliki iklim tropis akan mengalami dua musim,
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau akan terjadi pada Bulan
April-Oktober sedangkan musim hujan akan berlangsung pada Bulan Nopember-
Maret. Desa Gelangsar berada pada suhu rata-rata 300 C. Desa Gelangsar merupakan
desa yang memiliki intensitas curah hujan yang tinggi yaitu 5,4 mm per tahun, curah
hujan sedang yaitu 5,1 mm per tahun ,sedangkan curah hujan yang rendah sebesar
4,8 mm per tahun. Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3.3 pada halaman 18.

3.1.4 Geologi
Struktur geologi Desa Gelangsar memiliki jenis batuan yaitu vulkanik dam
alluvium dan jenis tanah yaitu litosol dan mediterian. Dimana jenis tanah litosol ini
memiliki karakteristik Mempunyai lapisan bumi yang tidak terlalu tebal, yaitu hanya
mencapai 45 cm saja Memiliki tekstur tanah yang bervariasi, dan Memiliki kesuburan
tanah yang bervariasi. Selain itu dimanfaatkan sebagai tempat bertanam rumput
pakan hewan ternak, atau beberapa jenis tanaman palawija yang tahan dengan jenis
tanah ini seperti jagung, serta juga untuk ditanami tanaman keras. Sedangkan untuk
jenis tanah mediterian dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon
Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan
bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas
kapur sehingga permeabilitasnya lambat dan dimanfaatkan juga untuk sector
perkebunan. Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3.4 pada halaman 19.

3.2.1 Hidrologi
Desa Gelangsar memiliki mata air dan sungai,yang dimana mata air sebanyak 10
yang dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai sumber air minum dan sungai
terdapat 2 dan dimanfaatkan sebagai irigasi pertanian dan perikanan air tawar dengan
luas kolam 4.000 m2.
Karena Desa Gelangsar merupakan Desa pemekaran sehingga untuk aliran air
PDAM belum ada ataupun belum dipenuhi dan masyarakat hanya mendapatkan air
bersih dari mata air yang begitu melimpah dan sudah mampu memenuhi kebutuhan

13
sehari-hari masyarakat. Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 3.5 pada halaman 20

3.2 FISIK BINAAN


3.2.1 Penggunaan Lahan
secara keseluruhan Desa Gelangsar memiliki luas wilayah sebanyak 1900 Ha.
Dari luas wilayah Desa Gelangsar tersebut, penggunaan lahan terbagi dengan luas 55
Ha untuk lahan pekarangan, 15,5 Ha untuk tanah sawah dengan potensi
diperuntukkan untuk pertanian, 299 Ha untuk lahan tanah kebun dengan potensi
diperuntukkan sebagai perkebunan tanaman pangan, dan 1021 Ha untuk lahan Hutan
yang dijadikan sebagai tempat wisata alam.
Tabel 3.1 Luas Dan Penggunaan Lahan Desa Gelangsar
No. Uraian Luas Potensi
1. Lahan pekarangan 55 Ha -
2. Tanah sawah 15,5 Ha Pertanian
3. Tanah Kebun 299 Ha Perkebunan tanaman pangan
4. Hutan 1021 Ha Pariwisata
Sumber : profil Desa Gelangsar

Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.6
pada halaman 21.

3.2.2 Sarana dan Prasarana


A. Sarana kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Desa Gelangsar hanya memiliki 1 unit poskesdes
dengan jumlah penduduk sebanyak 2.317 jiwa. Masyarakat dominan memanfaatkan
sarana tersebut karena Desa Gelangsar merupakan Desa yang berada jauh dari
Kabupaten dan Desa Gelangsar juga merupakan Desa pemekaran sehingga fasilitas
sarana dan prasarana yang ada disana masih terbatas. Berdasarkan penjelasan diatas,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.7 pada halaman 22

B. Sarana Peribadatan

Jumlah penduduk masyarakat Desa Gelangsar sebanyak 2.317 jiwa yang dibagi
menjadi 2 agama. Sehingga fasilitas untuk peribadatan yang ada di Desa Gelangsar
terdapat 4 buah unttuk sarana masjid yang berada di 4 dusun, musholla/langgar

14
sebanyak 15 buah yang terdapat di 4 dusun pula, dan pura sebanyak 3 buah yang
hanya ada di Dusun Lilir Utara.
Tabel 3.2 Sarana Peribadatan Desa Gelangsar

No. Sarana peribadatan Jumlah Lokasi


1. Masjid 4 buah 4 dusun
2. Musholla/langgar 15 buah 4 dusun
3. Pura 3 buah Lilir Utara
Sumber : profil Desa Gelangsar

Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.8
pada halaman 23

C. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Gelangsar terdapat 2 Sekolah Dasar dan
1 SMP. Untuk SDN 1 Gelangsar dan SDN 2 Gelangsar memiliki jumlah 1 dan luas
sebesar 1.000 m² dan 1.200 m² dengan prasarana yang sudah memadai, dan untuk
SMP sendiri yang diberi nama SPDT 21 Lombok Barat memiliki jumlah 1 dan luas
sebesar 800 m² dengan prasarana yang sudah memadai pula.
Tabel 3.3 Sarana Pendidikan Desa Gelangsar

No Uraian Jumlah Luas Prasarana Ket


1. Sekolah SDN 1 1.000 m2 Gedung Sekolah sarana Dikpora
Gelangsar 1 Pendidikan kab.Lobar
2. Sekolah SDN 1 1.200 m2 Gedung Sekolah Dikpora
2Gelangsar sarana Pendidikan kab.Lobar
3. SPDT 21 1 800 m2 Gedung Sekolah sarana Dikpora
Lombok Barat pendidikan kab.Lobar
Sumber : profil Desa Gelangsar

Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.9
Pada halaman 24.

15
Gambar 3.1 Peta Administrasi Desa Gelangsar

16
Gambar 3.2 Peta Topografi Desa Gelangsar

17
Gambar 3.3 Peta Klimatologi Desa Gelangsar

18
Gambar 3.4 Peta Geologi Desa Gelangsar

19
Gambar 3.5 Peta Hidrologi Desa Gelangsar

20
Gambar 3.6 Peta Penggunaan Lahan Desa Gelangsar

21
Gambar 3.7 Peta Sarana Kesehatan Desa Gelangsar

22
Gambar 3.8 Peta Sarana Peribadatan Desa Gelangsar

23
Gambar 3.9 Peta Sarana Pendidikan Desa Gelangsar

24
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Fisik Dasar

4.1.1 Analisa Topografi

Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah
yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan
lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap
terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan. Kemiringan lereng merupakan faktor
utama yang menentukan suatu daerah apakah layak untuk dibudidayakan atau
tidak.Adapun standar yang digunakan untuk mengetahui kelerengan adalah sebagai berikut
:

Tabel 4.1 Kelas Lereng


Kelas
Kelerengan Keterangan Nilai Skor
1 0%-8% Datar 20
2 8%-15% Landai 40
3 15%-25% Agak Curam 60
4 25%-45% Curam 80
5 >45% Sangat Suram 100

Sumber : Surat Keputusan Mentri Pertanian No.837/kpts/11/1980

Berdasarkan penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
4.1 pada halaman 26.

Dari peta dan tabel dibawah dapat diketahui bahwa Desa Glangsar memiliki tingkat
kelerengan yang bervariasi yaitu dari 0%-5% sampai >40% yang tersebar di berbagai
dusun yang ada di Desa Glangsar,pada dataran rendah yaitu 0%-5% penggunaan lahan
yang ada di Desa Glangsar menurut data hasil survei pada ketinggian tersebut di
manfaatkan sebagai lahan permukiman dan kawasan budidaya,sedangkan pada keteinggian
5%->40% dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kawasan budidaya dan kawasan hutan
lindung. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2 pada halaman 27.

25
Peta 4.1 Kelerengan Desa Gelangsar

Sumber : Analisis

26
Table 4.2 Kelerengan Desa Glangsar

KELERENGAN SKOR LOKASI LUAS


> 40 % 100.00000000000 Lilir Utara 262.73681447200
>40 100.00000000000 Gripak 174.77476279500
>40 100.00000000000 Lilir Utara 262.73681447200
0-5% 20.00000000000 Dusun Gelangsar 44.93927317370
0-5% 20.00000000000 Dusun Gelangsar 44.93927317370
0-5% 20.00000000000 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
15-40 % 80.00000000000 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
15-40 % 80.00000000000 Dusun Gelangsar 44.93927317370
15-40 % 80.00000000000 Dusun Songoran 40.63786647280
15-40 % 80.00000000000 Gripak 174.77476279500
15-40 % 80.00000000000 Lilir Utara 262.73681447200
15-40% 40.00000000000 Gripak 174.77476279500
15-40% 40.00000000000 Lilir Utara 262.73681447200
15-40% 80.00000000000 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
15-40% 80.00000000000 Dusun Gelangsar 44.93927317370
15-40% 80.00000000000 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
15-40% 80.00000000000 Gripak 174.77476279500
15-40% 80.00000000000 Lilir Utara 262.73681447200
5-15% 40.00000000000 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
5-15% 40.00000000000 Dusun Gelangsar 44.93927317370
5-15% 40.00000000000 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
5-15% 40.00000000000 Gripak 174.77476279500
5-15% 40.00000000000 Lilir Utara 262.73681447200
5 - 15 % 40.00000000000 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
5 - 15 % 40.00000000000 Dusun Gelangsar 44.93927317370

27
5 - 15 % 40.00000000000 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
5 - 15 % 40.00000000000 Lilir Utara 262.73681447200

Sumber : Analisis

28
4.1.2 Analisa Jenis Tanah/Litologi

Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kekuatan struktur
tanah dan pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah yang mempengaruhi sifat-
sifat dari tanah-tanah tersebut. Selain itu, keadaan tanah juga bisa dilihat dari jenis
peruntukannya yaitu kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun.

Tabel 4.3 Jenis Tanah Desa Gelangsar


JENIS SKOR LOKASI LUAS
TANAH
Litosol 75 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
Litosol 75 Dusun Gelangsar 44.93927317370
Litosol 75 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
Mediteran 45 Gripak 174.77476279500
Mediteran 45 Lilir Utara 262.73681447200
Litosol 75 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
Litosol 75 Dusun Gelangsar 44.93927317370
Litosol 75 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
Litosol 75 Dusun Songoran 40.63786647280
Litosol 75 Gripak 174.77476279500
Litosol 75 Lilir Utara 262.73681447200
Mediteran 45 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
Mediteran 45 Dusun Gelangsar 44.93927317370
Mediteran 45 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
Mediteran 45 Gripak 174.77476279500
Mediteran 45 Lilir Utara 262.73681447200
Sumber : Analisis

Desa Gelangsar memiliki jenis tanah yaitu litosol dan mediterian. Dimana jenis tanah
litosol ini memiliki karakteristik Mempunyai lapisan bumi yang tidak terlalu tebal, yaitu
hanya mencapai 45 cm saja Memiliki tekstur tanah yang bervariasi, dan Memiliki
kesuburan tanah yang bervariasi. Selain itu dimanfaatkan sebagai tempat bertanam rumput
pakan hewan ternak, atau beberapa jenis tanaman palawija yang tahan dengan jenis tanah
ini seperti jagung, serta juga untuk ditanami tanaman keras. Sedangkan untuk jenis tanah
mediterian dengan karakteristik tanah: akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang
tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol
mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga
permeabilitasnya lambat dan dimanfaatkan juga untuk sector perkebunan. Berdasarkan
penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2 pada halaman 42.

29
4.1.3 Analisa Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode
tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) diatas permukaan horizontal. Jumlah curah
hujan yang ada di Kecamatan Gunung Sari pada bulan Desember (musim hujan) tahun
2015 mecapai 400 mm. Sedangkan pada bulan Mei (musim kemarau) tahun 2015 mencapai
150 mm.

Tabel 4.4 Klasifikasi Curah Hujan


MM/HARI SKOR LOKASI LUAS
4.8 10 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
4.8 10 Dusun Gelangsar 44.93927317370
4.8 10 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
5.1 10 Gripak 174.77476279500
5.1 10 Lilir Utara 262.73681447200
4.8 10 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
4.8 10 Dusun Gelangsar 44.93927317370
4.8 10 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
4.8 10 Dusun Songoran 40.63786647280
4.8 10 Lilir Utara 262.73681447200
5.1 10 Dusun Apit Aiq 49.10437439730
5.1 10 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
5.1 10 Dusun Songoran 40.63786647280
5.1 10 Gripak 174.77476279500
5.1 10 Lilir Utara 262.73681447200
Sumber :Analisis
Desa Gelangsar merupakan desa yang memiliki intensitas curah hujan rendah yaitu
berada pada nilai atau bobot 4,8 mm/hari sampai 5,4 mm/hari,dari data analisis tersebut
intensitas curah hujan keseluruhan yang ada di Desa Glangsar termasuk ke kategori curah
hujan yang rendah jika dihitung menggunakan mm/harinya. Berdasarkan penjelasan diatas,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3 pada halaman 43.

4.1.4 Analisa Fungsi Kawasan

Pembagian fungsi kawasan merupakan hal yang paling perlu dilakukan dalam
memulai perencanaan ruang, kawasan atau wilayah untuk menciptakan keteraturan dan
keselarasan, melakukan pembatasan-pembatasan kegiatan tertentu terhadap sebuah ruang.

30
Adapun dalam menganalisis arahan atau suatu fungsi kawasan menurut peraturan (Mentri
Pertanian No.837/kpts/11/1980) bawha perlunya sebuah data-data yang menunjang guna
tercapainya penetapan fungsi kawasan,data tersebut yaitu mencakup beberapa aspek
antaralain,data curah hujan,data kemiringan,data jenis tanah,data rawan bencana dan data
sempadan sungai atau sempadan pantai jika kawasan tersebut berada pada pinggiran pantai.

Setelah data-data yang dibutuhkan sudah akurat dan lengkap proses selanjutnya yaitu
menggunakan metode skoring penilaian pada masing-masing data tersebut,metode skoring
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Metode Penetapan Fungsi Kawasan


1) Lereng Lapangan Klasifikasi Nilai Skor
Kelas 1 : 0% - 8% datar 20
Kelas 2 : 8% - 15% landai 40
Kelas 3 : 15% - 25% agak curam 60
Kelas 4 : 25% - 45% curam 80
Kelas 5 : 45% atau lebih sangat curam 100
2) Tanah menurut kepekaannya
Kelas 1: Aluvial, tanah Glei, Planosol, Hidromorf tidak peka 15
Kelabu, Laterik
air tanah
Kelas 2: Latosol Agak peka 30
Kelas 3: Brown forest soil, non calcic brown, Agak peka 45
mediteran
Kelas 4: Andosol, Lateric, Grumusol, Podsol, Peka 60
Podsolic
Kelas 5: regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka 75
3) Intensitas hujan harian rata-rata
Kelas 1 : s/d 13,6 mm/hr Sangat rendah 10
Kelas 2 : 13,6 – 20,7 mm/hr Rendah 20
Kelas 3 : 20,7 – 27,7 mm/hr Sedang 30
Kelas 4 : 27,7 – 34,8 mm/hr Tinggi 40
Kelas 5 : 34,8 mm/hr atau lebih Sangat tinggi 50
Sumber : Surat Keputusan Mentri Pertanian No.837/kpts/11/1980

Jika penilaian skoring pada masing-masing data sudah terisi dan benar sesuai peraturan,maka
proses selanjutnya yaitu mengkalkulasikan masing-masing skor dari data-data tersebut dengan cara
mnjumlahkan masing-masing skor tersebut sehingga mendapatkan skor total dari keseluruhan data.
Adapun proses atau contoh penjumlahan skoring dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Contoh Metode Penjumlahan Skoring


SKOR SKOR CURAH SKOR LERENG SKOR TOTAL
TANAH HUJAN
45 10 80 135

Sumber: Mentri Pertanian No.837/Kpts/11/1980 Dan Analisis

31
Setelah mendapatkan masing-masing skor total pada data-data tersebut,proses
selanjutnya yaitu menetapkan fungsi kawasan dengan acuan menggunakan nilai (skor total
dan kelerengan), adapun contoh penetapan suatu kawasan yaitu dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel 4.7 Contoh Penetapan Fungsi Kawasan


SKOR TOTAL FUNGSI KAWASAN
>174 KAWASAN LINDUNG

125-174 KAWASAN PENYANGGA

<124 KAWASAN BUDIDAYA

Sumber: Sumber: Mentri Pertanian No.837/Kpts/11/1980 Dan Analisis

4.2 Anlisa Kesesuain Lahan

4.2.1 Analisa Fungsi Kawasan Desa Gelangsar

Tabel 4.8 Fungsi Kawasan Desa Gelangsar

NO FUNGSI KAWASAN LOKASI LUAS


1 Kawasan Budidaya Dusun Apit Aiq 49.10437439730
2 Kawasan Budidaya Dusun Gelangsar 44.93927317370
3 Kawasan Budidaya Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
4 Kawasan Budidaya Lilir Utara 262.73681447200
5 Kawasan Lindung Dusun Apit Aiq 49.10437439730
6 Kawasan Lindung Dusun Gelangsar 44.93927317370
7 Kawasan Lindung Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190
8 Kawasan Lindung Gripak 174.77476279500
9 Kawasan Lindung Lilir Utara 262.73681447200
10 Kawasan Penyangga Dusun Apit Aiq 49.10437439730
11 Kawasan Penyangga Dusun Gelangsar 44.93927317370
12 Kawasan Penyangga Dusun Songoran 40.63786647280
13 Kawasan Penyangga Gripak 174.77476279500
14 Kawasan Penyangga Lilir Utara 262.73681447200
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa fungsi kawasan yang
ada di Desa Glangsar yaitu kawasan lindung,kawasan penyangga dan kawasan
budidaya.Adapun sebaran fungsi kawasan yaitu pada kawasan lindung terletak di Dusun
Gripak,Dusun Apit Aiq,Dusun Glangsar dan Dusun Glangsar timur.

32
Sedangkan sebaran kawasan budidaya terletak pada dusun Apit Aiq,Glangsar
Timur,Glangsar dan Lilir Utara.Selain itu desa Glangsar juga memiliki kawasan penyangga
yang terdapat pada dusun Apit Aiq,Glangsar,Songoran,Gripak,Lilir Utara. Berdasarkan
penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3 pada halaman 45.

4.2.2 Analisa Evaluasi Lahan Desa Gelangsar

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan lahan untuk tujuan


tertentu,meliputi pelaksanaan dan interprestasi survey serta studi bentuk
lahan,tanah,vegetasi,iklim dan bentuk lahan lainnya,agar dapat mngidentifikasi dan
membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan
(FAO, 1976).

Adapun analisis evaluasi lahan di Desa Gelangsar dapat dilihat pada tabel 4.8
pada halaman 46.

Dari tabel tersebut dapat dijelaskas bahwa masih banyaknnya permukiman


pada kawasan lindung/kawasan sempadan sungai yang sebarannya terdapat pada
dusun Gripak,Dusun Lilir Utara,Apit aiq,Gelangsar,Gelangsar timur. Sedangkan pada
kawasan penyangga masih dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di sana sebagai
tempat bermukim juga yang sebarannya terdapat pada dusun Songoran,Glangsar,Apit
aiq dan dari hasil analisis tersebut penggunaan lahan atau pereuntukkan yang sudah
sesuai terdapat pada dusun Glangsar,Glangsar timur,Songoran dan Lilir utara.

Menurut kondisi exsisting,mengapa masyarakat yang ada di Desa Glangsar


membangun rumah atau bermukim pada kawasan-kawasan yang seharusnya tidak
boleh untuk bermukim, dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan
msayarakat akan pentinnya menjaga daerah-daerah yang dapat melindungi atau
menjaga kelangsungan alam.

4.3 Arahan Pemanfaatan Lahan

Tabel 4.9 Arahan Pemanfaatan Lahan

NO LOKASI LUAS ARAHAN


1 Gripak 174.77476279500 Zona Rawan Bencana
2 Dusun Gelangsar 44.93927317370 Zona Perlindungan Setempat

33
3 Dusun Gelangsar 44.93927317370 Zona Perlindungan Setempat
4 Dusun Gelangsar 44.93927317370 Zona Pertanian
5 Dusun Gelangsar 44.93927317370 Zona Permukiman
6 Gripak 174.77476279500 Zona Perkebunan
7 Dusun Apit Aiq 49.10437439730 Zona Permukiman
8 Dusun Songoran 40.63786647280 Zona Perlindungan Setempat
9 Dusun Apit Aiq 49.10437439730 Zona Perkebunan
10 Dusun Apit Aiq 49.10437439730 Zona Perlindungan Setempat
11 Gripak 174.77476279500 Zona Hutan Lindung
12 Dusun Apit Aiq 49.10437439730 Zona Perkebunan
13 Dusun Gelangsar 44.93927317370 Zona Perlindungan Setempat
14 Lilir Utara 262.73681447200 Zona Perlindungan Setempat
15 Lilir Utara 262.73681447200 Zona Perlindungan Setempat
16 Dusun Gelangsar 44.93927317370 Zona Permukiman
17 Lilir Utara 262.73681447200 Zona Permukiman
18 Lilir Utara 262.73681447200 Zona Permukiman
19 Dusun Gelangsar Timur 83.25148806190 Zona Perkebunan
20 Dusun Gelangsar 44.93927317370 Zona Pertanian
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel diatas pembagian arahan atau zonasi yang perlu di terapkan
pada Desa Gelangsar yaitu antaralain zona perlindungan setempat,zona
pertanian,zona permukiman,zona rawan bencana,zona perkebunan,dan zona hutan
lindung,agar tercapainya peruntukan lahan yang sesuai dan baik. Berdasarkan
penjelasan diatas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3 pada halaman
47.

Dari tabel tersebut dapat dijelaskas bahwa masih banyaknnya permukiman


pada kawasan lindung/kawasan sempadan sungai yang sebarannya terdapat pada
dusun Gripak,Dusun Lilir Utara,Apit aiq,Glangsar,Glangsar timur. Sedangkan pada
kawasan penyangga masih dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di sana sebagai
tempat bermukim juga yang sebarannya terdapat pada dusun Songoran,Glangsar,Apit
aiq dan dari hasil analisis tersebut penggunaan lahan atau pereuntukkan yang sudah
sesuai terdapat pada dusun Glangsar,Glangsar timur,Songoran dan Lilir utara

Menurut kondisi exsisting,mengapa masyarakat yang ada di Desa Glangsar


membangun rumah atau bermukim pada kawasan-kawasan yang seharusnya tidak

34
boleh untuk bermukim, dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan
msayarakat akan pentinnya menjaga daerah-daerah yang dapat melindungi atau
menjaga kelangsungan alam.

35
Tabel 4.10 Evaluasi Lahan Desa Glangsar

MIRING FUNGSI KAWASAN PENGGUNAAN KESESUAIAN SEMPADAN BENCANA LOKASI LUAS SKOR PERSENTASE
LAHAN
>40% Kawasan Lindung Hutan Sesuai Pergerakan Gripak 174.77476279500 185 791%
Tanah
Sedang
0-5% Kawasan Lindung Perkebunan Tidak Sesuai Sempadan Dusun Gelangsar 44.93927317370 75 203%
Sungai
0-5% Kawasan Lindung Permukiman Tidak Sesuai Sempadan Dusun Gelangsar 44.93927317370 75 203%
Sungai
0-5% Kawasan Lindung Pertanian Sesuai Sempadan Dusun Gelangsar 44.93927317370 75. 203%
Sungai
0-5% Kawasan Budidaya Permukiman Sesuai Dusun Gelangsar 44.93927317370 75 203%
15-40% Kawasan Penyangga Hutan Sesuai Gripak 174.77476279500 165 791%
15-40% Kawasan Penyangga Permukiman Sesuai Dusun Apit Aiq 49.10437439730 135 222%
15-40% Kawasan Penyangga Permukiman Tidak Sesuai Dusun Songoran 40.63786647280 165 184%
15-40% Kawasan Penyangga Perkebunan Sesuai Dusun Apit Aiq 49.10437439730 135 222%
15-40% Kawasan Penyangga Permukiman Tidak Sesuai Dusun Apit Aiq 49.10437439730 135 222%
15-40% Kawasan Lindung Hutan Sesuai Sempadan Gripak 174.77476279500 135 791%
Sungai
15-40% Kawasan Lindung Perkebunan Sesuai Sempadan Dusun Apit Aiq 49.10437439730 95 222%
Sungai
5-15% Kawasan Lindung Permukiman Tidak Sesuai Sempadan Dusun Gelangsar 44.93927317370 95 203%
Sungai
5-15% Kawasan Lindung Permukiman Tidak Sesuai Sempadan Lilir Utara 262.73681447200 95 1189%
Sungai
5-15% Kawasan Lindung Permukiman Tidak Sesuai Sempadan Lilir Utara 262.73681447200 95 1189%
Sungai
5-15% Kawasan Budidaya Permukiman Sesuai Dusun Gelangsar 44.93927317370 95 203%
5-15% Kawasan Budidaya Permukiman Sesuai Lilir Utara 262.73681447200 95 1189%
5-15% Kawasan Budidaya Permukiman Sesuai Lilir Utara 262.73681447200 95 1189%

36
5-15% Kawasan Budidaya Perkebunan Sesuai Dusun Gelangsar 83.25148806190 95 377%
Timur
5-15% Kawasan Budidaya Pertanian Sesuai Dusun Gelangsar 44.93927317370 95 203%
TOTAL 2210.15331061280 2210 10000%
Sumber : Hasil Analisis

37
MIRING fungsi_Kaw Jenis KESESUAIAN SEMPADAN BENCANA Luas Arahan KETERANGAN

Karena lahan hutan yang tidak sesuai


termasuk kawasan lindung, dengan memiliki
kelerengan pada kelas 4 yaitu lereng lapangan
Kawasan Pergerakan Zona Rawan mencapai > 40% pada klasifikasi kelerengan
>40% Hutan Tidak Sesuai 174,77476
Lindung Tanah Sedang Bencana termasuk kedalam klasifikasi curam. Selain
itu kawasan hutan yang memeiliki pergerakan
tanah dengan kalisifikasi pada tingkatan
pergerakan tanah sedang.
Karena lahan perkebunan yang tidak sesuai
Zona termasuk kawasan lindung, berada di daerah
Kawasan Sempadan
0-5% Perkebunan Tidak Sesuai 44,93927 Perlindungan sempadan sungai dengan kelerengannya yaitu
Lindung Sungai
Setempat 0-5% termasuk kedalam klasifikasi
kelerengan datar.
Karena lahan perkebunan yang tidak sesuai
Zona termasuk kawasan lindung, berada di daerah
Kawasan Sempadan
0-5% Permukiman Tidak Sesuai 44,93927 Perlindungan sempadan sungai dengan kelerengannya yaitu
Lindung Sungai
Setempat 0-5% termasuk kedalam klasifikasi
kelerengan datar.
Karena lahan pertanian dengan kesesuaian
termasuk kategori sesuai yang berada pada
Kawasan Sempadan
0-5% Pertanian Sesuai 44,93927 Zona Pertanian daerah semadan sungai, dengan
Lindung Sungai
kelerengannya yaitu 0-5% termasuk kedalam
klasifikasi kelerengan datar.
Karena lahan permukiman yang termasuk
kedalam kawasan budidaya dengan
Kawasan Zona
0-5% Permukiman Sesuai 44,93927 kesesuaian termasuk kategori sesuai dengan
Budidaya Permukiman
kelerengannya yaitu 0-5% termasuk kedalam
klasifikasi kelerengan datar.
Karena lahan hutan yang berada pada
Kawasan Zona kawasan penyangga dengan kesesuaian
15-40% Hutan Sesuai 174,77476
Penyangga Perkebunan termasuk kategori sesuai, sehingga
masyarakat memanfaatkan lahan hutan

38
MIRING fungsi_Kaw Jenis KESESUAIAN SEMPADAN BENCANA Luas Arahan KETERANGAN

sebagai lahan untuk perkebunan seperti


menanam vegetasi berupa pohon durian dan
lainnya, yang kemudian memanfaatkan hasil
buahnya. Dengan kelerengannya yaitu 15-
40% termasuk kedalam klasifikasi kelerengan
agak curam.
Karena lahan permukiman yang termasuk
kedalam kawasan penyangga dengan
Kawasan Zona
15-40% Permukiman Sesuai 49,10437 kesesuaian termasuk kategori sesuai dengan
Penyangga Permukiman
kelerengannya yaitu 15-40% termasuk
kedalam klasifikasi agak curam.
Karena lahan permukiman yang termasuk
Zona kedalam kawasan penyangga dengan
Kawasan
15-40% Permukiman Tidak Sesuai 40,63787 Perlindungan kesesuaian termasuk kategori sesuai dengan
Penyangga
Setempat kelerengannya yaitu 15-40% termasuk
kedalam klasifikasi agak curam.
Karena lahan kebun yang berada pada
kawasan penyangga dengan kesesuaian
termasuk kategori sesuai, sehingga
masyarakat memanfaatkannya sebagai lahan
Kawasan Zona untuk perkebunan seperti menanam vegetasi
15-40% Perkebunan Sesuai 49,10437
Penyangga Perkebunan berupa pohon durian dan lainnya, yang
kemudian memanfaatkan hasil buahnya.
Dengan kelerengannya yaitu 15-40%
termasuk kedalam klasifikasi kelerengan agak
curam
Karena lahan hutan yang sesuai termasuk
kedalam kawasan lindung, berada pada daerah
Kawasan Sempadan Zona Hutan
15-40% Hutan Sesuai 174,77476 sempadan sungai dengan kelerengannya yaitu
Lindung Sungai Lindung
15-40% termasuk kedalam klasifikasi
kelerengan agak curam.

39
MIRING fungsi_Kaw Jenis KESESUAIAN SEMPADAN BENCANA Luas Arahan KETERANGAN

Karena lahan kebun yang berada pada


kawasan lindung dengan kesesuaian termasuk
kategori sesuai, sehingga masyarakat
memanfaatkannya sebagai lahan untuk
Kawasan Sempadan Zona
15-40% Perkebunan Sesuai 49,10437 perkebunan seperti menanam vegetasi berupa
Lindung Sungai Perkebunan
pohon durian dan lainnya, yang kemudian
memanfaatkan hasil buahnya. Dengan
kelerengannya yaitu 15-40% termasuk
kedalam klasifikasi kelerengan agak curam
Karena lahan permukiman yang tidak sesuai
Zona termasuk kawasan lindung, berada pada
Kawasan Sempadan
5-15% Permukiman Tidak Sesuai 44,93927 Perlindungan daerah sempadan sungai dengan
Lindung Sungai
Setempat kelerengannya yaitu 5-15% termasuk kedalam
klasifikasi kelerengan landai.
Karena lahan permukiman yang termasuk
kedalam kawasan budidaya dengan
Kawasan Zona
5-15% Permukiman Sesuai 44,93927 kesesuaian termasuk kategori sesuai dengan
Budidaya Permukiman
kelerengannya yaitu 5-15% termasuk kedalam
klasifikasi landai.
Karena lahan kebun yang berada pada
kawasan budidaya dengan kesesuaian
termasuk kategori sesuai, sehingga
masyarakat memanfaatkannya sebagai lahan
Kawasan Zona
5-15% Perkebunan Sesuai 83,25149 untuk perkebunan seperti menanam vegetasi
Budidaya Perkebunan
berupa pohon durian dan lainnya, yang
kemudian memanfaatkan hasil buahnya.
Dengan kelerengannya yaitu 5-15% termasuk
kedalam klasifikasi kelerengan landai.
Karena lahan permukiman yang tidak sesuai
Zona
Kawasan Sempadan termasuk kawasan lindung, berada pada
5-15% Permukiman Tidak Sesuai 44,93927 Perlindungan
Lindung Sungai daerah sempadan sungai dengan
Setempat
kelerengannya yaitu 5-15% termasuk kedalam

40
MIRING fungsi_Kaw Jenis KESESUAIAN SEMPADAN BENCANA Luas Arahan KETERANGAN

klasifikasi kelerengan landai.

Karena lahan permukiman yang termasuk


kedalam kawasan budidaya dengan
Kawasan Zona
5-15% Permukiman Sesuai 44,93927 kesesuaian termasuk kategori sesuai dengan
Budidaya Permukiman
kelerengannya yaitu 5-15% termasuk kedalam
klasifikasi landai.
Karena lahan kebun yang berada pada
kawasan budidaya dengan kesesuaian
termasuk kategori sesuai, sehingga
masyarakat memanfaatkannya sebagai lahan
Kawasan Zona
5-15% Perkebunan Sesuai 83,25149 untuk perkebunan seperti menanam vegetasi
Budidaya Perkebunan
berupa pohon durian dan lainnya, yang
kemudian memanfaatkan hasil buahnya.
Dengan kelerengannya yaitu 5-15% termasuk
kedalam klasifikasi kelerengan landai.

41
Peta 4.2 Jenis Tanah Desa Gelangsar

Sumber : Analisis

42
Peta 4.3 Klimatologi Desa Gelangsar

Sumber : Analisis

43
Peta 4.4 Fungsi Kawasan Desa Gelangsar

Sumber : Analisis

44
Gambar 4.4 Peta Rawan Bencana

Sumber : Analisis

45
Gambar 4.5 Peta Evaluasi Lahan Desa Gelangsar

Sumber : Hasil Analisis

46
Gambar 4.6 Arahan Pemanfaatan Lahan Desa Glangsar

Sumber : Hasil Analisi

47
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
1. Desa Gelangsar berdasarkan data profil Desa berada pada ketinggian 5,5 M dari
permukaan laut. Pada dataran yang memiliki ketinggian 0 – 200 meter biasanya
disebut dataran rendah. Daratan rendah sendiri merupakan daratan yang sangat
bermanfaat bagi masyarakat khususnya yang berada pada daratan ini. Biasanya pada
peta daerah yang berada pada daratan rendah tertampak warnah hijau. Di Daerah-
daerah yang berada pada ketinggian tersebut dimanfaatkan sebagai pertanian,
perternakan dan perumahan penduduk. Desa Gelangsar merupakan salah satu desa
yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Gunung Sari yang berada di daerah
dataran tinggi dengan beriklim tropis. Desa Gelangsar juga merupakan daerah yang di
tetapkan oleh pemerintah daerah sebagai salah satu wilayah yang rawan terhadap
bencana tanah longsor.
2. Selain itu Desa Gelangsar juga memiliki kelerengan 2%-15% yang dimana pada
kelerengan tersebut merupakan daerah yang bergelombang. Dengan kemiringan
lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat
berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan lingkungan
alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya
longsor dan terhadap konstruksi bangunan. Kemiringan lereng merupakan faktor
utama yang menentukan suatu daerah apakah layak untuk dibudidayakan atau tidak.
3. fungsi kawasan yang ada di Desa Glangsar yaitu kawasan lindung, kawasan
penyangga dan kawasan budidaya.Adapun sebaran fungsi kawasan yaitu pada
kawasan lindung terletak di Dusun Gripak,Dusun Apit Aiq,Dusun Glangsar dan
Dusun Glangsar timur. Sedangkan sebaran kawasan budidaya terletak pada dusun
Apit Aiq,Glangsar Timur,Glangsar dan Lilir Utara.Selain itu desa Glangsar juga
memiliki kawasan penyangga yang terdapat pada dusun Apit
Aiq,Glangsar,Songoran,Gripak,Lilir Utara.
4. Adapun fungsi kawasan di Desa Gelangsar yakni Kawasan Hutan Lindung dengan
penggunaan lahan sebagai hutan, Kawasan Budidaya sebagai permukiman dan

48
Kawasan Peyangga sebagai hutan. Namun yang paling beresiko adalah Kawasan
Hutan Lindung hal ini akan menyebabkan pergerakan tanah.

5.2 Saran
Di karenakan Desa Gelangsar merupakan kawasan rawan bencana longsor maka dari itu
peneliti membuat konsep arahan yang sesuai, agar meminimalisir terjadinya banana maka
dibutuhkan zona sebagai arahan fungsi penggunaan lahan di Desa Gelangsar. Adapun arahan
peruntukkan zona Desa Gelangsar adalah Zona rawan bancana, Zona perlindungan setempat,
Zona pertanian, Zona perkebunan, Zona Hutan Lindung dan Zona permukiman.

49
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yanag Maha Esa yang telah memberikan
beribu kenikmatan dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan hasil survey kami
yang disusun dalam bentuk laporan dengan judul “ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN
BERDASARKAN ASPEK FISIK DASAR DI DESA GELANGSAR KECAMATAN
GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT”. Laporan ini di susun untuk menganlisi
pemanfaatan lahan berdasarkan kondisi eksisting dan aspek fisik yang ada Di Desa Gelangsar
Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat.

Laporan ini di buat berdasarkan beberapa sumber yang kami gunakan sebagai refrensi,
berupa sumber melalui media internet dan survey lokasi. Dalam penyusunan laporan ini,
tentulah kami banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan
pengetahuan yang kami miliki. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna,
baik secara penyajian maupun kelengkapannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan keritik
dan saran demi kelengkapannya.

Tidak lupa, kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
kami dalam menyelesaikan tugas kami yang tentunya tidak dapat kami sebutkan satu persatu,
baik yang membuat penyusunan makalah ini maupun yangg kami jadikan narasumber di
lokasi survey.

Semoga isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan kita semua.Amiin

Mataram, 05 Februari 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................48

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................3

2.1 Tinjauan Teori .............................................................................................................3

2.1.1 Ruang dan Penataan Ruang .................................................................................3

2.1.2 Penggunaan Lahan ...............................................................................................3

2.1.3 Dasar penentuan struktur ruang dan pola ruang ..................................................3

2.1.4 Penentuan struktur ruang zona berpotensi longsor ..............................................5

2.1.5 Resiko Bencana..................................................................................................10

2.1.6 Pengurangan Risiko Bencana ............................................................................11

BAB III GAMBARAN UMUM ............................................................................................12

3.1 FISIK DASAR ..........................................................................................................12

3.1.1 Kondisi Geografis ..............................................................................................12

3.1.2 Topografi............................................................................................................12

3.1.3 Klimatologi ........................................................................................................13

3.1.4 Geologi...............................................................................................................13

3.2 FISIK BINAAN ........................................................................................................14

3.2.1 Penggunaan Lahan .............................................................................................14

3.2.2 Sarana dan Prasarana .........................................................................................14

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.........................................................................25

ii
4.1 Analisa Fisik Dasar ...................................................................................................25

4.1.1 Analisa Topografi ..............................................................................................25

4.1.2 Analisa Jenis Tanah/Litologi .............................................................................29

4.1.3 Analisa Curah Hujan..........................................................................................30

4.1.4 Analisa Fungsi Kawasan....................................................................................30

4.2 Anlisa Kesesuain Lahan ............................................................................................32

4.2.1 Analisa Fungsi Kawasan Desa Gelangsar..........................................................32

4.2.2 Analisa Evaluasi Lahan Desa Gelangsar ...........................................................33

4.3 Arahan Pemanfaatan Lahan ......................................................................................33

BAB V PENUTUP..................................................................................................................48

5.1 Kesimpulan................................................................................................................48

5.2 Saran..........................................................................................................................49

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Kerawanan Longsor.................................................................... 5


Tabel 2.2 Arahan Struktur Ruang Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Tinggi.................................................................................................................... 7
Tabel 2.3 Arahan Struktur Ruang Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Sedang................................................................................................................... 8
Tabel 2.4 Arahan Struktur Ruang Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Rendah...................................................................................................................9
Tabel 3.1 Luas Dan Penggunaan Lahan Desa Gelangsar..................................................... 14
Tabel 3.2 Sarana Peribadatan Desa Gelangsar.................................................................... 15
Tabel 3.3 Sarana Pendidikan Desa Gelangsar...................................................................... 15
Tabel 4.1 Kelas Lereng......................................................................................................... 25
Table 4.2 Kelerengan Desa Glangsar................................................................................... 27
Tabel 4.3 Jenis Tanah Desa Gelangsar.................................................................................. 29
Tabel 4.4 Klasifikasi Curah Hujan........................................................................................ 30
Tabel 4.5 Metode Penetapan Fungsi Kawasan..................................................................... 31
Tabel 4.6 Contoh Metode Penjumlahan Skoring.................................................................. 31
Tabel 4.7 Contoh Penetapan Fungsi Kawasan.......................................................................32
Tabel 4.8 Fungsi Kawasan Desa Gelangsar...........................................................................32
Tabel 4.9 Arahan Pemanfaatan Lahan................................................................................. 33
Tabel 4.10 Evaluasi Lahan Desa Glangsar............................................................................ 36

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Administrasi Desa Gelangsar.....................................................................16


Gambar 3.2 Peta Topografi Desa Gelangsar..........................................................................17
Gambar 3.3 Peta Klimatologi Desa Gelangsar...................................................................... 18
Gambar 3.4 Peta Geologi Desa Gelangsar.............................................................................19
Gambar 3.5 Peta Hidrologi Desa Gelangsar.......................................................................... 20
Gambar 3.6 Peta Penggunaan Lahan Desa Gelangsar........................................................ 21
Gambar 3.7 Peta Sarana Kesehatan Desa Gelangsar......................................................... 22
Gambar 3.8 Peta Sarana Peribadatan Desa Gelangsar....................................................... 23
Gambar 3.9 Peta Sarana Pendidikan Desa Gelangsar........................................................ 24
Peta 4.1 Kelerengan Desa Gelangsar.................................................................................... 26
Peta 4.2 Jenis Tanah Desa Gelangsar................................................................................... 42
Peta 4.3 Klimatologi Desa Gelangsar................................................................................... 43
Peta 4.4 Fungsi Kawasan Desa Gelangsar.............................................................................44
Gambar 4.4 Peta Rawan Bencana......................................................................................... 45
Gambar 4.5 Peta Evaluasi Lahan Desa Gelangsar.............................................................. 46
Gambar 4.6 Arahan Pemanfaatan Lahan Desa Gelangsar............................................... 47

Anda mungkin juga menyukai