Anda di halaman 1dari 13

ISSN 2338-6762

Jurnal Tekno Global, Vol. III No. 1, Desember 2014 (43-55)


Fakultas Teknik UIGM
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA KYAI MOJO TERHADAP
PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR
(Studi Kasus Kelurahan Jobokuto, Kabupaten Jepara)

Erga Pradika
Jurusan Perencanaan Kawasan dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas IGM
Email : erga_pradika@yahoo.co.id

ABSTRAK
Rusunawa masih dijadikan sebagai alternatif penanganan permukiman kumuh termasuk di kawasan
pesisir. Hal tersebut ditunjukkan dalam rencana strategis peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh
oleh Dirjen Perkim tahun 2002–2010 dan lima pendekatan penanganan permukiman kumuh (UN-HABITAT,
2005) Namun, setelah pembangunan rusunawa sering terdapat masalah yang muncul seperti di Kelurahan
Jobokuto, Kabupaten Jepara yang masih banyak terdapat permukiman kumuh yang berlokasi di sekitar
rusunawa dan berbatasan langsung dengan bibir pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
dan kemampuan Rusunawa dalam menangani permasalahan permukiman kumuh di kawasan pesisir. Pendekatan
penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis perubahan permukiman
kumuh pesisir, analisis karakteristik fisik dan ketersediaan fasilitas penunjang terhadap kebutuhan masyarakat
pesisir. Alat analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, analisis perbandingan rata-rata (paired sample t
test dan Wilcoxon) dan overlay peta. Penelitian menggunakan kuesioner pada 65 sampel, wawancara dan
dokumentasi objek sebagai instrumen pengumpulan data primernya dan studi literatur dan instansional untuk
pengumpulan data sekundernya. Temuan yang didapatkan menunjukkan bahwa Rusunawa Kyai Mojo di
Kelurahan Jobokuto tidak berpengaruh banyak terhadap penanganan permasalahan permukiman kumuh pesisir
khususnya di Kelurahan Jobokuto. Rekomendasi dari penelitian ini ditujukan kepada stakeholders terkait agar
dapat menyelesaikan masalah permukiman kumuh pasca pembangunan Rusunawa.

Kata Kunci: Kawasan Pesisir, Permukiman Kumuh, Rusunawa

ABSTRACT
Flat rentalhousing still be used as an alternative to solve the slums, including in coastal areas. This is indicated
in the strategic plan of improving the quality of the environment of the slums by the year 2002-2010 by Director
General of Housing Settlement and also include in five treatment approaches to solve the slums (UN-HABITAT,
2005). However, after the implementation of flat rentalhousing, they still have problems unfinished arise as in
the Village Jobokuto, Jepara regency. There are still many slums located around rusunawa and directly
adjacent to the beach. The purpose of this study is to examine the influence and ability of flat rentalhousingto
handle slums in coastal areas. The research approach using a quantitative approach. The analysis conducted is
the analysis of changes in coastal slums, analysis of the physical characteristics and the availability of facilities
to support the needs of coastal communities. The analysis tools are descriptive statistics, analysis of the ratio of
the average (paired sample t test and Wilcoxon) and the overlay map. The study used a questionnaire in 65
samples, interviews and documentation of the object as the primary instrument of data collection and study of
literature and instansional for secondary data collection. The findings obtained indicate that Rusunawa Kyai
Mojo in the Village Jobokuto less effect on handling problems, especially in the coastal slum Village Jobokuto.
The result is addressed to relevant stakeholders in order to finish the problem of slums.

Keywords: Coastal Area, Slum Settlement, Flat Rental Housing

A. PENDAHULUAN berbatasan langsung dengan laut.


Permasalahan permukiman kumuh di Permukiman kumuh di kawasan pesisir
kawasan pesisir menjadi daya tarik untuk akan terus eksis dan berkembang apabila
kegiatan penelitian dikarenakan mengingat tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir
seperti nelayan masih rendah sehingga
bahwa Negara Indonesia merupakan
mereka masih belum cukup mampu untuk
negara maritim dan banyak kawasan di memperbaharui kondisi tempat tinggal
Negara Indonesia yang

43
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

mereka sendiri. Selain itu, kegiatan Pengembangan masyarakat berbasis


penelitian terhadap permukiman kumuh di kawasan merupakan sebuah proses
kawasan pesisir merupakan salah satu perencanaan yang menjadikan kawasan
bentuk kepedulian terhadap bencana alam sebagai objek perencanaan untuk
yang kerapkali mengancam permukiman di terwujudnya kesejahteraan masyarakat
kawasan pesisir. Masalah permukiman secara berkelanjutan. Permasalahan
kumuh di kawasan pesisir menjadi ukuran permukiman kumuh di kawasan pesisir
tingkat kualitas hidup yang rendah yang yang dilihat dari aspek fisik seperti lokasi
salah satunya dapat dilihat dari bentuk fisik unit rumah yang berbatasan langsung
permukiman. Permukiman kumuh identik dengan laut, sanitasi buruk yang langsung
dengan minimnya fasilitas, sarana dan terhubung dengan laut, dll.
prasarana serta dapat dikategorikan dalam Masalah permukiman kumuh
rumah yang tidak layak huni. Rumah tidak khususnya yang berada di kawasan pesisir
layak huni adalah rumah atau tempat merupakan masalah yang harus ditangani
tinggal yang dibangun dari bahan material dengan solusi yang komprehensif,
bekas (keterbatasan) dan berada pada mengingat hal tersebut berkaitan dengan
lokasi yang tidak cocok untuk kegiatan banyak aspek seperti aspek fisik, ekonomi,
permukiman (Dirjen Perkim, 2002). sosial, budaya dan psikologis masyarakat.
Dari kasus-kasus permasalahan Strategi penanganan permasalahan
permukiman kumuh di kawasan pesisir permukiman kumuh di kawasan pesisir
yang telah terjadi, biasanya merupakan harus mempertimbangkan bahwa status
akibat dari dampak rendahnya kualitas mata pencaharian masyarakat setempat
hidup masyarakat sehingga tidak mampu didominasi oleh nelayan yang menuntut
untuk membangun tempat tinggal/rumah lokasi tempat tinggal tetap berdekatan
yang sesuai dengan standar rumah sehat. dengan lokasi mata pencaharian. Menurut
Menurut Kepmenkes R.I No. Dirjen Perkim dalam rencana strategis
288/MENKES/SK/III/2003 tentang peningkatan kualitas lingkungan
pedoman penyehatan sarana dan bangunan permukiman kumuh tahun 2002–2010,
umum bahwa sarana dan bangunan umum program-program terkait penanganan
dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan permukiman kumuh yakni
lingkungan apabila memenuhi kebutuhan perumahan swadaya (P2BPK), program
fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penanggulangan kemiskinan di perkotaan
penularan penyakit antar pengguna, (P2KP), pembiayaan perbaikan/peremajaan
penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain rumah (CoBILD), Rumah susun sederhana
itu harus memenuhi persyaratan dalam dan sederhana sewa (rusuna/Rusunawa),
pencegahan terjadinya kecelakaan. kebijakan dan program bantuan bagi
Banyak hal yang menjadi masyarakat berpenghasilan rendah.
penyebab dari terbentuknya permukiman Menurut (UN-HABITAT, 2005)
kumuh di kawasan pesisir, selain tingkat bahwa ada 5 pendekatan yang dapat
kesejahteraan masyarakatnya yang masih dilakukan dalam penanganan permukiman
rendah, pola sosial dan kebiasaan mereka kumuh yaitu on-site upgrading,
untuk tinggal di kawasan kumuh resettlement, public housing, site and
menjadikan tetap eksisnya permukiman services dan city-wide housing strategies.
kumuh di kawasan pesisir tersebut. Dari dua sumber diatas menunjukkan
Namun, permukiman kumuh di kawasan bahwa rusun/Rusunawa masih dijadikan
pesisir yang di lihat dari aspek fisik, alternatif penanganan permukiman
lingkungan dan masyarakat sebagai kumuh.Tren perkembangan Rusunawa
penerima manfaat menjadi menarik untuk sebagai salah satu strategi penanganan
di kaji melalui penelitian dikarenakan permukiman kumuh menurut (Mohit, et al,
untuk penerapan metode pengembangan 2009) bahwa dari hasil penelitian untuk
masyarakat berbasis kawasan. tingkat kepuasan terhadap rumah susun

44
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

Sungai Bonus di Kuala Lumpur Malaysia menambah kekumuhan, selain


yang menunjukkan angka prosentase tinggi menyediakan permukiman yang layak bagi
terhadap fasilitas lingkungan diikuti masyarakat berpenghasilan rendah, fungsi
dengan dukungan pelayanan dan fasilitas utama pembangunan Rusunawa adalah
umum dibandingkan dengan fitur hunian meningkatkan kualitas lingkungan
unit itu sendiri. Rusunawa dinilai memiliki permukiman, sehingga jangan sampai
nilai lebih dari pendekatan lainnya di pembangunan Rusunawa justru
antaranya bahwa Rusunawa akan sangat menciptakan lingkungan kumuh baru
efektif dalam pemanfaatan lahan yang ada. (Cipta Karya, 2010).
Menurut UU No. 20 Tahun 2011 dalam Pengadaan Rusunawa sebagai
bab 1 pasal 1a, Rumah susun adalah alternatif penanganan permukiman kumuh
bangunan gedung bertingkat yang di kawasan pesisir dinilai baik dikarenakan
dibangun dalam suatu lingkungan yang efektifitas pemanfaatan lahan untuk
terbagi dalam bagian-bagian yang penyediaan permukiman yang baik
distrukturkan secara fungsional, baik terhadap jumlah masyarakat permukiman
dalam arah horizontal maupun vertikal dan kumuh yang banyak. Namun pada
merupakan satuan-satuan yang masing- kenyataannya, dalam studi kasus di
masing dapat dimiliki dan digunakan Kelurahan Jobokuto, Kabupaten Jepara
secara terpisah, terutama untuk tempat bahwa dengan pengadaan Rusunawa yang
hunian yang dilengkapi dengan bagian bertujuan untuk memindahkan masyarakat
bersama, benda bersama, dan tanah permukiman kumuh yang sebagian besar
bersama. Namun, disamping kebijakan sebagai nelayan dan buruh tidak optimal.
pengadaan Rusunawa sebagai alternatif Masih banyak masyarakat yang enggan
penanganan permukiman kumuh sering untuk pindah ke Rusunawa walaupun
terdapat masalah yang muncul. Masalah dengan sistem pembayaran/sewa yang
tersebut diantaranya bahwa pengadaan relatif terjangkau dan lokasi Rusunawa
Rusunawa tidak menarik minat masyarakat yang tetap berada di lokasi yang dekat
di permukiman kumuh secara keseluruhan dengan mata pencaharian mereka sebagai
atau dapat dikatakan sebagai nelayan. Hal tersebut dibuktikan dari hasil
ketidakefektifan penanganan. tinjauan lapangan yang menunjukkan
Ketidakoptimalan fungsi masih banyaknya terdapat permukiman
pengadaan Rusunawa sebagai alternatif kumuh yang ada.
penanganan permukiman kumuh Program pengadaan Rusunawa
khususnya permukiman kumuh kawasan yang dilakukan oleh Ditjen Cipta Karya
pesisir dapat dilihat pada Kelurahan Kabupaten Jepara di Kelurahan Jobokuto
Jobokuto, Kabupaten Jepara. Pemilihan ini terdiri 3 blok. Dari hasil tinjauan
lokasi studi yang letak geografisnya lapangan dilokasi studi, 2 blok sudah
berbatasan langsung dengan pantai utara dihuni oleh masyarakat dan 1 blok lagi
Pulau Jawa dikarenakan pengadaan belum dihuni dikarenakan belum serah
Rusunawa yang telah dilakukan tidak dapat terima antara pemerintah pusat ke
menyelesaikan permasalahan permukiman pemerintah daerah. Tujuan pengadaan
kumuh yang ada. Berdasarkan hasil Rusunawa tersebut diharapkan mampu
tinjauan lapangan, masih banyak terdapat membuat masyarakat kumuh pesisir untuk
permukiman kumuh yang berlokasi di pindah dan dan menempati Rusunawa.
sekitar Rusunawa dan berbatasan langsung Tiga blok Rusunawa yang berada dekat
dengan bibir pantai. Pembangunan dengan pinggir laut dan ditengah
Rusunawa di lokasi studi ini merupakan permukiman kumuh di Kelurahan
program dari Ditjen Cipta Karya Jobokuto ini justru tidak menyelesaikan
Kementrian Pekerjaan Umum Kabupaten permasalahan permukiman kumuh itu
Jepara. Tujuan dari pembangunan sendiri. Keberadaan permukiman kumuh
Rusunawa untuk mengurangi dan bukan masih dengan jumlah yang banyak dan

45
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

berada di titik-titik berbahaya di kawasan Jobokuto, Kabupaten Jepara sebagai studi


pesisir serta berada disekitar Rusunawa itu kasusnya.
sendiri menjadi landasan untuk
dilakukannya penelitian mengenai B. KAJIAN TEORI
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Pengertian permukiman menurut
Sebagian besar masyarakat masih bertahan Undang-Undang no.1 tahun 2011 tentang
di permukiman kumuh dan tentunya, Perumahan dan Kawasan Permukiman
diperlukan penelitian lebih lanjut apakah bahwa permukiman kumuh memiliki
Rusunawa yang telah dilakukan benar- pengertian sebagai perumahan yang
benar bisa mengatasi permasalahan mengalami penurunan kualitas fungsi
permukiman kumuh di kawasan pesisir. sebagai tempat hunian. Permukiman
Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kumuh juga didefinisikan sebagai
dikarenakan pembangunan Rusunawa tidak kelompok individu yang berada di suatu
sesuai yang diharapkan oleh masyarakat daerah yang tidak bersifat permanen yang
sebagai objek perencanaan/penerima melindungi terhadap kondisi iklim ekstrim,
manfaat karena tidak adanya fasilitas lebih dari 3 orang dalam ruang yang sama,
pendukung seperti tempat penyimpanan sulitnya akses akan air bersih dalam
peralatan penangkapan ikan, tempat untuk jumlah yang cukup dengan harga
menjemur ikan, dll, ataupun pembangunan terjangkau, sulitnya akses akan sanitasi
Rusunawa tersebut tidak tepat sebagai yang memadai dalam bentuk toilet pribadi
upaya penanganan permasalahan atau umum bersama dan ketidakamanan
permukiman di kawasan pesisir di kepemilikan yang mencegah penggusuran
Kelurahan Jobokuto, Kabupaten Jepara. paksa (UN-HABITAT, 2006-2007).
Atas dasar permasalahan tersebut, Penentuan suatu kawasan kumuh
maka muncul research questions: atau tidak sangat bergantung pada
“Bagaimana pengaruh pembangunan preferensi yang digunakan. Menurut Dirjen
Rusunawa dalam penanganan permukiman Perkim dalam rencana strategis
kumuh pesisir di Kelurahan Jobokuto, peningkatan kualitas lingkungan
Kabupaten Jepara?”. Jawaban dari permukiman kumuh tahun 2002–2010,
pertanyaan tersebut diharapkan dapat bahwa Badan Pusat Statistika (BPS) juga
memberikan informasi terhadap pengaruh memiliki kriteria terhadap permukiman
dan kemampuan Rusunawa dalam kumuh yaitu lingkungan hunian dan usaha
menangani permasalahan permukiman yang ditandai dengan banyaknya rumah
kumuh pesisir di Kelurahan Jobokuto, yang tidak layak huni, banyaknya saluran
Kabupaten Jepara, serta apa yang menjadi pembuangan limbah yang macet,
kendala sehingga sebagian besar penduduk/bangunan yang sangat
masyarakat masih bertahan untuk tinggal padat,banyak penduduk buang air besar
di permukiman kumuh. tidak di jamban, dan biasanya berada di
Informasi terkait yang dibutuhkan area marjinal. Menurut (Martin’ez, 2007)
yakni apakah pengadaan Rusunawa yang juga menyebutkan 5 indikator permukiman
dilakukan memang merupakan “paksaan” kumuh seperti yang dikemukakan oleh
sehingga dibutuhkan strategi penanganan UN-HABITAT. Namun, dalam jurnal
lainnya. Hal tersebut tentunya perlu diteliti tersebut menambahkan bahwa permukiman
lebih lanjut dan dibuktikan kebenarannya. kumuh ditandai dengan kemiskinan,
Kajian lebih lanjut dalam proses kegiatan minimnya pendidikan, kesehatan,
penelitian diharapkan dapat menjelaskan pekerjaan, akses akan informasi dan
sejauh mana pengaruh pengadaan pemukiman layak bagi manusia.
Rusunawa sebagai alternatif penanganan Berdasarkan definisi-definisi diatas bahwa
permasalahan permukiman kumuh di permukiman kumuh merupakan kondisi
kawasan pesisir dan dapat menjawab yang menggambarkan rendahnya kualitas
pertanyaan penelitian, dengan Kelurahan

46
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

hidup masyarakat yang dapat dicirikan menunjang keberlangsungan kehidupan


berdasarkan pengertian diatas. mereka yang berlokasi di daerah peralihan
Karakteristik permukiman kumuh antara ekosistem darat dan laut.
selain dapat diidentifikasi melalui Lingkungan tempat tinggal mereka yang
definisinya juga dapat diidentifikasi berlokasi di kawasan pesisir ini adalah
dengan lokasi bermukimnya. Permukiman lingkungan yang kumuh.
Kumuh dapat dibedakan berdasarkan
lokasinya seperti permukiman kumuh C. KAWASAN STUDI
perkotaan, permukiman kumuh pedesaan
Kawasan kajian yang akan menjadi fokus
dan permukiman kumuh kawasan pesisir.
penelitian adalah Kelurahan Jobokuto,
Definisi kawasan pesisir menurut
Kabupaten Jepara. Luas kawasan
UU no.27 tahun 2007 adalah daerah
Kelurahan Jobokuto sekitar 47,933 ha.
peralihan antara ekosistem darat dan laut
Adapun batas-batas administrasi Kelurahan
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat
Jobokuto: Sebelah utara :Kelurahan
dan laut. Berdasarkan definisi-definisi
UjungbatuSebelah selatan :Kelurahan
diatas, permukiman kumuh kawasan
Bulu
pesisir merupakan kelompok rumah yang
Sebelah timur :Kelurahan Panggang
tidak layak huni dengan
Sebelah barat : Laut Jawa
keterbatasan/minimnya sarana prasarana
serta fasilitas umum dan sosial yang

INSET

Skala Keterang
: Rusunawa : Permukiman Kumuh
: 0
100 200
an:: Batas Kelurahan
400
m m m

Sumber : Data diolah dari google earth, 2012


Gambar 1. Citra kawasan studi

Pemilihan lokasi penelitian ini


memang didasari atas pertimbangan lokasi D. ANALISIS
permukiman kumuh yang berada di Berdasarkan (Cipta Karya, 2010)
kawasan pesisir dan dengan adanya upaya bahwa tujuan dari pembangunan
pengadaan Rusunawa di lokasi terpilih. Rusunawa adalah untuk mengurangi dan
Kelurahan Jobokuto, Kabupaten Jepara bukan menambah kekumuhan, selain
secara administratif juga berbatasan menyediakan permukiman yang layak bagi
langsung dengan laut jawa yang masyarakat berpenghasilan rendah, fungsi
mendukung penelitian di kawasan pesisir utama pembangunan Rusunawa adalah
sesuai definisinya. meningkatkan kualitas lingkungan

47
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

permukiman, sehingga jangan sampai aliran air dan drainase alami, penentuan
pembangunan Rusunawa justru aktivitas permukiman harus
menciptakan lingkungan kumuh baru. mempertimbangkan kepentingan untuk
Selain itu, Pembangunan Rusunawa pengelolaan sistem aliran air di kawasan
dilakukan dengan tujuan meningkatkan tersebut, serta pengendalian
kualitas lingkungan permukiman melalui pengembangan sarana jalan, gorong-
upaya peremajaan, pemugaran dan gorong saluran air di kawasan
relokasi. Kegiatan pembangunan permukiman. Intinya, bahwa pemanfaatan
Rusunawa ini dinilai positif dalam ruang yang berwawasan lingkungan
mengurangi kumuh perkotaan karena dengan melihat dan mempertimbangkan
sangat menghemat lahan, sebagaimana kita kondisi alam dan fisik kawasan pesisir
ketahui permukiman dengan pola untuk kawasan permukiman sangat
pembangunan horizontal sangat rakus menentukan fase terjadi tidaknya degradasi
dalam memakan lahan. lingkungan. Melihat dalam studi kasus
Keterbatasan pendanaan dalam penelitian, dengan adanya penetapan lokasi
pengadaan Rusunawa sebagai alternatif permukiman baru yaitu Rusunawa yang
penanganan Rusunawa untuk mengurai berada dilingkungan pesisir juga dapat
permukiman kumuh penduduk berdampak dibuktikan apakah sudah memenuhi
pada kualitas fisik Rusunawa dan fasilitas kepentingan masyarakat pesisir seperti
penunjang yang tidak terlalu baik. Padahal, yang telah dikemukakan oleh (Dahuri, et
hal yang paling penting dalam pengadaan al., 1996) sebelumnya.
Rusunawa ini bahwa jangan sampai hanya Berdasarkan analisis yang telah
terfokus pada unit Rusunawa saja, dilakukan maka analisis pengaruh
dikarenakan akses akan sarana prasarana Rusunawa sebagai alternatif penanganan
hingga fasilitas penunjang akan permukiman kumuh pesisir ini ditujukan
memberikan pertimbangan tersendiri untuk mendapatkan informasi mengenai
kepada masyarakat tersebut. Selanjutnya, pengaruh dan kemampuan Rusunawa
(Dahuri, et al., 1996) juga menjelaskan dalam menangani permasalahan
bahwa harus ada perencanaan yang tepat permukiman kumuh di kawasan pesisir.
dalam pengelolaan kawasan pesisir sesuai Berikut ini merupakan pembagian dari
dengan kebutuhan primer masyarakat pengaruh dan kemampuan dari Rusunawa
pesisir. Hal-hal tersebut meliputi sistem yang dimaksud:

Aspek fisik, meliputi:


1. Fisik Hunian, yaitu luas unit hunian, jarak Rusunawa dari Laut
Jawa, permukiman kumuh dan lokasi kerja.
Aspek fisik 2. Sarana Prasarana, yaitu sumber sarana air bersih, kondisi prasarana
Pengaruh dan air bersih, kondisi prasarana pembuangan limbah, kondisi sanitasi,
kemampuan 3. Fasilitas, yaitu ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum
Rusunawa serta fasilitas keamanan, dan tempat penyimpanan kelengkapan
terhadap dan penangkapan ikan
permukiman
pesisir Aspek masyarakat, meliputi:
terhadap: Aspek Kebutuhan masyarakat pesisir melalui kondisi dan ketersediaan
masyarakat fasilitas penunjang, biaya sewa, dan karakteristik penghuni Rusunawa.

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2012


Gambar 2. Pengaruh rusunawa terhadap berbagai aspek

Pengaruh dan kemampuan fasilitas penunjang seperti apa yang


Rusunawa terhadap permukiman pesisir disediakan dalam Rusunawa dan yang
dilihat dari 2 aspek yaitu aspek fisik dan diinginkan oleh masyarakat kumuh pesisir
aspek masyarakat. Hal tersebut didasari agar mau pindah ke Rusunawa serta
untuk mengetahui bentuk Rusunawa dan sebagai langkah untuk membuktikan

48
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

apakah pengadaan Rusunawa tepat masyarakat perkotaan. Hal tersebut


dilakukan untuk menangani permasalahan dikarenakan perbedaan karakterteristik
permukiman kumuh di kawasan pesisir di kawasan dan karakteristik masyarakatnya.
Kelurahan Jobokuto, Kabupaten Jepara. Dalam hal ini, klasifikasi Rusunawa untuk
Kedua aspek tersebut merupakan aspek permukiman kumuh pesisir yang meliputi
yang dapat menemukan informasi sesuai kondisi unit hunian, sarana prasarana, dan
tujuan penelitian. fasilitas lainnya harus berdasarkan
Pemanfaatan lahan kawasan kebutuhan masyarakat pesisir sebagai
pesisir sebagai permukiman penduduk nelayan. Masyarakat sebagai nelayan
tidak terlepas dari kebutuhan akan sarana memiliki beberapa alat dan kelengkapan
dan prasarana umum penunjang. produksi dalam penangkapan hingga
Kebutuhan akan sarana dan prasarana pengolahan ikan dan itu membutuhkan
penunjang permukiman masyarakat pesisir ruang yang lebih, dan sudah seharusnya
tentunya akan berbeda dengan sarana dan Rusunawa mengakomodir kebutuhan
prasarana penunjang permukiman masyarakat tersebut.

Sumber:olah data UPT Rusunawa, 2012


Gambar 3. Analisis proporsi karakteristik penghuni rusunawa

Berdasarkan gambar tersebut ketersediaan fasilitas penunjang untuk


bahwa 35 KK berasal dari Kelurahan menyimpan alat/kelengkapan penangkapan
Jobokuto dan merupakan kelurahan dan pengolahan ikan yang sangat
terbanyak sebagai asal penghuni dibutuhkan.
Rusunawa. Hal tersebut salah satunya Hal tersebut didukung dari
dikarenakan oleh lokasi Rusunawa yang kuesioner yang menunjukkan bahwa
berada di Kelurahan Jobokuto. Perubahan sebagian masyarakat kumuh pesisir
kepadatan dalam hunian di permukiman Jobokuto sebagai nelayan ikan. Kemudian,
kumuh ke Rusunawa terjadi dapat masyarakat kumuh pesisir sebagai nelayan
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah tentunya memiliki pertimbangan yang
satunya mata pencaharian. Faktor mata lebih besar dibandingkan dengan
pencaharian juga berpengaruh dikarenakan masyarakat yang bermata pencaharian
bagi masyarakat nelayan tentu sangat sebagai buruh. Buruh setidaknya lebih
mempertimbangkan faktor lokasi fleksibel dan pertimbangan yang lebih
Rusunawa dengan tempat kerja dan kecil untuk menempati Rusunawa.

49
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

TabelI. Alasanmasyarakatmenempatirusunawa
No Alasan Jumlah responden (KK) Jumlah Prosentase
Jobokuto Lainnya (%)
1 Belum memiliki rumah sendiri 14 38 52 80
2 Ingin hidup mandiri 2 3 5 7,69
3 Rumah sebelumnya sudah rusak 4 - 4 6,15
4 Biaya sewa terjangkau - 4 4 6,15
TOTAL 20 45 65 100
Sumber:Olah data kuesioner, 2012

TabelII. Alasanmasyarakattidakmenempatirusunawa
No Alasan Jumlah responden Prosentase
(KK) (%)
1 Sudah memiliki rumah sendiri 52 80
2 Rusunawa tidak lebih baik daripada tempat tinggalnya 3 4,6
3 Berpenghasilan rendah dan kekhawatiran tidak mampu 3 4,6
membayar sewa per bulannya
4 Jauh dari tempat kerja 2 3,1
5 Belum siap dan tidak ada niat untuk menempati Rusunawa 2 3,1
6 Tidak menjawab 3 4,6
TOTAL 65 100
Sumber:Olah data kuesioner, 2012

Temuan yang didapatkan dari Analisis Perbandingan Kondisi Hunian


analisis ini menunjukkan bahwa tidak Dan Ketersediaan Fasilitas Penunjang
adanya pengurangan dari kepadatan jumlah Analisis ini bertujuan untuk
permukiman kumuh pasca pembangunan membandingkan secara keseluruhan
Rusunawa dan terjadi sebaliknya. Adanya variabel penelitian berdasarkan total
peningkatan jumlah rumah di permukiman jawaban responden dari hasil kuesioner.
kumuh pesisir Kelurahan Jobokuto ini Hal ini dilakukan untuk mengetahui
disebabkan bahwa Rusunawa tidak pengaruh Rusunawa terhadap kondisi
menarik dan tidak dibutuhkan bagi hunian dan ketersediaan fasilitas
masyarakat kumuh pesisir yang telah lama penunjang. Analisis perbandingan rata-rata
bertempat tinggal atau yang telah memiliki yang digunakan adalah uji paired sample t
rumah di lingkungan permukiman pesisir test dan uji wilcoxon. Berikut ini
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hasil merupakan tahapan dan hasil dari uji
kuesioner dimana alasan dari 52 responden statistik tersebut:
tidak menempati Rusunawa karena sudah
memiliki rumah.
Tabel III. Hasilujistatistik:paired sample t test danujiwilcoxon
No Tahapan Analisis Statistik
Analisis Parametrik Analisis Non-Parametrik
Uji Paired Sample T Test Uji Wilcoxon
Hipotesis =
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah menempati
1 Syarat Rusunawa (tidak ada efek/pengaruh pindah ke Rusunawa)
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah menempati
Rusunawa (ada efek/pengaruh pindah ke Rusunawa)
Tingkat signifikansi = α = 5% = 0.05
Karena |thitung| = H0 ditolak jika nilai
2 Analisis 10.011 > 1.9977 atau Sig = 0.000 < 0.05 Sig < α (0.05) atau Sig = 0.000 < 0.05
maka H0 ditolak maka H0 ditolak
Terdapat perbedaan yang signifikan antara Terdapat perbedaan yang signifikan antara
3 Interpretasi sebelum dan setelah menempati Rusunawa sebelum dan setelah menempati
hasil analisis (ada efek/pengaruh pindah ke Rusunawa) Rusunawa (ada efek/pengaruh pindah ke
Rusunawa)
Sumber : olah data kuesioner dengan SPSS, 2012

50
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

Berdasarkan (Cipta Karya, 2010) 2009) bahwa angka prosentase tinggi


tujuan dari pembangunan Rusunawa untuk terhadap fasilitas lingkungan diikuti
menyediakan permukiman yang layak dan fasilitas umum dibandingkan dengan fitur
fungsi utama pembangunan Rusunawa hunian unit itu sendiri. Rusunawa di
adalah meningkatkan kualitas lingkungan Kelurahan Jobokuto mampu menyediakan
permukiman. Hal tersebut sesuai dengan fasilitas lingkungan dan fasilitas umum
olah data kuesioner dari penghuni ditambah dengan fasilitas sosial dari
Rusunawa melalui uji statistik paired permukiman kumuh sehingga dapat
sample t test dan hasil uji Wilcoxon. Hasil menarik minat masyarakat secara
uji statistik paired sample t test keseluruhan yang dibuktikan dengan 95%
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan unit Rusunawa yang terisi. Berdasarkan hal
yang signifikan antara sebelum dan setelah tersebut bahwa Rusunawa mampu
menempati Rusunawa (ada efek pindah ke menyediakan kondisi hunian dan fasilitas
Rusunawa) bahwa adanya pembangunan penunjang yang lebih lengkap yang dapat
Rusunawa di Kelurahan Jobokuto sebagai berpengaruh terhadap kenyamanan dalam
tempat hunian bagi masyarakat bertempat tinggal masyarakat kumuh.
permukiman kumuh khususnya
memberikan pengaruh terhadap kondisi Analisis Kebutuhan Masyarakat
hunian dan ketersediaan fasilitas yang Kumuh Pesisir Terhadap Kondisi
lebih lengkap dibandingkan dengan Hunian dan Ketersediaan Fasilitas
kondisi hunian dan ketersediaan fasilitas di Penunjang
permukiman masyarakat. Begitu juga dari Analisis ini bertujuan untuk
hasil analisis Wilcoxon yang menunjukkan mendapatkan penilaian penghuni
bahwa terdapat perbedaan juga antara Rusunawa terhadap kondisi dan
sebelum dan setelah menempati Rusunawa ketersediaan fasilitas penunjang antara
(ada efek/pengaruh pindah ke Rusunawa). sebelum dan setelah menempati Rusunawa.
Pengaruh Rusunawa dalam kondisi Berdasarkan hasil olah kuesioner dari
dan ketersediaan fasilitas yang secara penghuni Rusunawa didapatkan penilaian
umum dan keseluruhan dinilai penghuni kondisi hunian dan ketersediaan fasilitas
Rusunawa lebih lengkap sesuai dengan hal penunjang sebagai berikut:
yang dikemukakan menurut (Mohit, et al.,

TabelIV. Perbandingannilaikondisi di rusunawadan di permukiman


Responden (KK)
Variabel Pembanding Asal Jobokuto (20 KK) Seluruh Penghuni Rusunawa (65 KK)
No
Total nilai Penilaian Total nilai Penilaian
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
1 Lebih baik Lebih baik
Jumlah KK dalam hunian 59 29 196 84
2 Lebih buruk Lebih buruk
Luas unit hunian 71 94 210 297
3 Lebih baik Lebih baik
Jumlah ruangan 63 52 180 165
4 Lebih baik Lebih baik
Ketersediaan fasilitas sosial 52 31 183 104
5 Lebih baik Lebih baik
Ketersediaan fasilitas umum 42 23 120 83
6 Kepemilikan alat Lebih baik Lebih baik
penangkapan ikan 93 90 307 288
7 Fasilitas pendukung 20 23 Lebih buruk Lebih buruk
penangkapan dan pengolahan 53 71
ikan
8 Lebih baik Lebih baik
Sumber air bersih 24 20 111 74
9 Lebih buruk Lebih buruk
Kondisi prasarana air bersih 37 42 124 137
10 Ketersediaan prasarana Lebih baik Lebih baik
pembuangan limbah 34 32 117 93

51
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

11 Kondisi prasarana Lebih buruk Lebih buruk


pembuangan limbah 45 47 120 152
12 Lebih buruk Lebih buruk
Kondisi sanitasi 49 59 149 156
13 Ketersediaan tempat Lebih baik Lebih baik
pembuangan sampah 52 20 165 65
14 Lebih baik Lebih baik
Cara olah sampah 57 39 208 21
15 Ketersediaan fasilitas Lebih baik Lebih baik
keamanan 99 45 314 136
sumber:olah data kuesioner, 2012
Keterangan : pilihan A = 1, B = 2, C = 3, D = 4, E=5
Total nilai : total nilai dari jawaban seluruh responden
Jika total nilai sebelum > setelah; maka di Rusunawa lebih baik
Jika total nilai sebelum < setelah; maka di Rusunawa lebih buruk
Penghuni Rusunawa menganggap itu, diperlukannya identifikasi mengenai
bahwa Rusunawa tidak menyediakan ruang tipe dan golongan nelayan karena dapat
yang lebih baik daripada di permukiman menentukan kelengkapan dari alat-alat
sebelum mereka menempati Rusunawa yang dimiliki. Berikut ini merupakan data
untuk tempat menyimpan alat/kelengkapan mengenai kepemilikan nelayan terhadap
penangkapan dan pengolahan ikan. Untuk alat penangkapan dan produksi ikan:

TabelV. Kepemilikanfasilitaspenangkapandanpengolahanikan di permukimankumuhJobokuto


No Kepemilikan fasilitas penangkapan dan pengolahan ikan Jumlah Prosentase
responden (%)
1 Memiliki alat pancing, jaring ikan, tempat menjemur ikan dan kapal layar 11 16,92
2 Memiliki alat pancing, jaring ikan, tempat menjemur ikan dan perahu/sampan kecil 8 12,31
3 Memiliki alat pancing, jaring ikan dan tempat menjemur ikan 2 3,08
4 Memiliki tempat menjemur ikan 2 3,08
5 Tidak punya 38 58,46
6 Tidak menjawab 4 6,15
Total 65 100
Sumber : olah data kuesioner, 2012

Dari tabel di atas menunjukkan Selain itu, hasil analisis per variabel
bahwa sebagian masyarakat nelayan tersebut menunjukkan bahwa Rusunawa di
membutuhkan tempat/ruang untuk Kelurahan Jobokuto juga menyediakan
menyimpan alat/kelengkapan penangkapan fasilitas-fasilitas baik fasilitas umum,
dan pengolahan ikan di dalam Rusunawa fasilitas sosial dan fasilitas keamanan
seperti tempat untuk menyimpat alat dalam kegiatan permukiman yang lebih
pancing, jaring ikan dan tempat menjemur baik dibandingkan dengan di permukiman
ikan. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan penduduk. Namun, untuk prasarana
menunjukkan bahwa Rusunawa tidak pembuangan limbah di Rusunawa yang
menyedian ruang/tempat khusus yang sering bermasalah mendapatkan perhatian
dapat dipergunakan untuk menyimpan masyarakat sebagai penghuni Rusunawa
barang-barang tersebut. Sebagaimana yang beranggapan bahwa kondisi
menurut (Dahuri, et al., 1996) juga prasarana pembuangan limbah tidak lebih
menjelaskan bahwa harus ada perencanaan baik dibandingkan dengan kondisi
yang tepat dalam pengelolaan kawasan pembuangan limbah di permukiman
pesisir sesuai dengan kebutuhan primer penduduk. Berdasarkan pernyataan
masyarakat pesisir. tersebut maka dapat dikatakan bahwa
Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor internal Rusunawa belum mampu
Rusunawa belum mampu untuk menyediakan hunian dan fasilitas
menyediakan fasilitas sesuai dengan penunjang sesuai dengan karakteristik atau
kebutuhan primer masyarakat pesisir. kebutuhan masyarakat pesisir.

52
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

TabelVI. Perbandinganhasilanalisis per variabel dan semua variabel


Analisis Hasil Analisis
Analisis per variabel Analisis keseluruhan
Terdapat 5 aspek hunian di Rusunawa dalam Terdapat perbedaan yang signifikan Dari 2 analisis yang telah
kondisi yang buruk yaitu: antara sebelum dan setelah dilakukan menunjukkan bahwa
- Luas unit hunian menempati Rusunawa (ada kondisi hunian dan fasilitas
- Kondisi prasarana pembuangan air bersih, efek/pengaruh pindah ke Rusunawa). penunjang di Rusunawa secara
- Kondisi sanitasi, Hal tersebut berarti Rusunawa umum lebih lengkap. Akan
- Kondisi prasarana pembuangan limbah, menyediakan aspek hunian yang tetapi dari kondisinya, beberapa
- Ketersediaan fasilitas pendukung lebih lengkap dari permukiman masih dalam kondisi yang
penangkapan dan pengolahan ikan penduduk. buruk.
Sumber : hasil analisis penyusun, 2012

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bocornya pipa terutama limbah sehingga


bahwa Rusunawa menyediakan aspek menimbulkan bau dan tidak tersedianya
hunian yang lebih lengkap. Akan tetapi fasilitas pendukung penangkapan dan
dilihat dari kondisinya, beberapa masih pengolahan ikan. Berdasarkan wawancara
dalam kondisi yang buruk. Kondisi yang dengan Kepala UPT Rusunawa bahwa
buruk tersebut antara lain luas unit hunian kondisi prasarana yang rusak diakibatkan
yang lebih kecil, jaringan pipa air bersih karena minimnya biaya untuk
dan limbah yang masih sering bocor, pemeliharaan dan perbaikan.
kondisi dinding wc yang buruk akibat
Tabel VII Analisis pengaruh rusunawa terhadap aspek fisik, lingkungan
dan masyarakat di permukiman kumuh
Aspek Bentuk pengaruh
+ Luas unit hunian di Rusunawa tidak lebih baik/tidak lebih besar dibandingkan luasan unit hunian di
permukimankumuh sebelumnya.

+ Keterbatasan ukuran unit Rusunawa dengan ruang yang kecil tidak dapat mengakomodasi kebutuhan
masyarakat. Namun, bagi masyarakat yang merupakan KK baru hal tersebut tidak terlalu menjadi
masalah sehingga penghuni Rusunawa sebagian besar merupakan KK baru.
Fisik Hunian
+ Jarak lokasi Rusunawa dari bibir Laut Jawa yaitu 570 meter dan merupakan jarak aman sebagai
hunian masyarakat khususnya di kawasan pesisir

+ Jarak Rusunawa dari lokasi kerja bagi masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan dan
pedagang yang beroperasi di Kota Jepara bahwa lokasi Rusunawa yang berada pada jarak yang cukup
dekat yaitu sekitar 1,5 km.
+ Sumber sarana air bersih di Rusunawa yang berasal dari PDAM dinilai oleh penghuni Rusunawa
sebagai hal yang sangat baik yang diterima penghuni Rusunawa.

+ Untuk jenis prasarana air bersih di Rusunawa lebih baik dibandingkan dengan permukiman kumuh
Jobokuto karena sistem jaringan direncanakan dengan baik. Namun, untuk kondisi prasarana air bersih
di Rusunawa seringkali bocor, mampet, dll sehingga penghuni Rusunawa merasa tidak nyaman.

Sarana + Sistem prasarana pembuangan limbah yang menempel di dinding-dinding unit Rusunawa sangat
Prasarana rentan dan dapat menimbulkan masalah besar ketika terjadinya bocor dan merembes ke dinding unit
hunian. Penghuni Rusunawa menilai bahwa saluran pembuangan limbah dalam kondisi yang buruk,
sering macet, bocor hingga merembes dan menimbulkan bau tidak sedap. Kondisi ini bagi penghuni
Rusunawa tidak lebih baik dibandingkan kondisi disaat mereka masih di permukiman.
+ Kondisi sanitasi juga dinilai penghui Rusunawa tidak lebih baik ketika mereka sebelum menempati
Rusunawa. Hal tersebut bukan dikarenakan karena kondisi awal dan ketersediaan sanitasi yang buruk.
Namun, efek dari kerusakan baik pada pipa air bersih dan saluran limbah yang bocor dan merembes
pada dinding/plafon WC.

+ Ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di Rusunawa lebih baik dari ketersediaan fasilitas
sosial dan fasilitas umum di permukiman.

+ Ketersediaan dan jenis fasilitas keamanan hunian Rusunawa bagi masyarakat sudah lebih baik karena
tersedianya sejumlah hydrant air baik di setiap lantai Rusunawa maupun di sisi bangunan Rusunawa itu
sendiri sebagai langkah antisipasi atau upaya siaga ketika terjadi kebakaran di Rusunawa khususnya
Fasilitas karena di permukiman penduduk tidak ada baik tabung pemadam kebakaran maupun hydrant air.

53
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

Aspek Bentuk pengaruh

+ Nelayan tentunya membutuhkan ruang yang lebih besar untuk menyimpan alat/kelengkapan
penagkapan ikan tersebut. Namun, masyarakat lebih sulit untuk menyimpan alat/kelengkapan tersebut
didalam Rusunawa karena secara khusus tidak disediakan ruangan untuk menyimpan alat/kelengkapan
nelayan tersebut.

+ Dilihat dari ketersediaan fasilitas penunjang sebagai hunian permukiman penduduk pesisir dapat
dikatakan bahwa Rusunawa tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan sesuai karakteristik
khususnya masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan.

+ Untuk biaya sewa Rusunawa Kyai Mojo ini dapat dikatakan tidak terlalu mahal atau dapat dijangkau
Masyarakat bagi masyarakat pesisir pada umumnya. Hal tersebut terbukti dari unit yang terisi sebesar 95%.

+ Kelurahan Jobokuto sebagai asal penghuni Rusunawa terbanyak (35 KK) dibandingkan dengan
kelurahan pesisir lainnya.

+ Penghuni Rusunawa didominasi nelayan, buruh dan pedagang, dan pekerja sektor informal lainnya.
Penghuni Rusunawa yang merupakan nelayan umumnya merupakan nelayan yang tidak memiliki
perlengakapan produksi perikanan karena di Rusunawa tidak disediakan ruang khusus untuk tempat
menyimpan kelengkapan tersebut.

+ Aturan di Rusunawa yang mengatur mengenai 1 KK dalam satu unit Rusunawa berpengaruh terhadap
salah satu ciri hunian yang baik. Dibandingkan dengan di permukiman kumuh khususnya yang masih
banyak terdapat lebih dari 1 KK dalam 1 unit rumah.

+ Asal daerah masyarakat sebagai penghuni Rusunawa bermacam-macam, namun dari data yang
didapatkan dari UPT Rusunawa bahwa penghuni Rusunawa dari permukiman kumuh pesisir terbesar
yaitu dari Kelurahan Jobokuto.
Sumber : analisis penulis, 2012

Tidak ada ketentuan/aturan dan masyarakat dapat menjangkau. Disamping


perbedaan yang jelas dalam pengadaan itu, target selanjutnya yaitu penyediaan
Rusunawa untuk tiap-tiap karakteristik fitur-fitur unit hunian yang ramah
permukiman kumuh yang berbeda, seperti lingkungan dan dapat diterima secara
perbedaan Rusunawa untuk permukiman sosial. Namun sekarang, kasusnya berbeda
kumuh perkotaan, permukiman kumuh seperti dari hasil penelitian untuk tingkat
pedesaan dan permukiman kumuh kawasan kepuasan terhadap rumah susun Sungai
pesisir. Namun dari pedoman Bonus di Kuala Lumpur Malaysia yang
pembangunan Rusunawa yang tertuang menunjukkan angka prosentase tinggi
dalam Undang-undang No.20 tahun 2011 terhadap fasilitas lingkungan diikuti
tentang Rumah Susun di atas dapat di dengan dukungan pelayanan dan fasilitas
cocokkan dengan tiap-tiap karakteristik umum dibandingkan dengan fitur hunian
permukiman kumuh. Rusunawa unit itu sendiri. Hal tersebut sudah sesuai
merupakan alternatif solusi dalam karena Rusunawa di Kelurahan Jobokuto
menangani permasalahan permukiman telah menyediakan fasilitas lingkungan dan
kumuh, namun dalam pelaksanaannya fasilitas umum dibandingkan di
berpeluang untuk menimbulkan permukiman kumuh.
permasalahan-permasalahan yang baru Menurut (Dahuri, et al., 1996) juga
seperti unit rusun yang tidak dihuni oleh menjelaskan bahwa harus ada perencanaan
masyarakat. Hal tersebut timbul yang tepat dalam pengelolaan kawasan
dikarenakan ada hal yang tidak menarik pesisir sesuai dengan kebutuhan primer
minat masyarakat untuk pindah. masyarakat pesisir. Rusunawa di
Menurut (Mohit, et al., 2009) Kelurahan Jobokuto belum mampu untuk
dijelaskan bahwa dahulu biaya sewa menyediakan semua fasilitas sesuai dengan
hunian yang rendah untuk rumah susun kebutuhan primer masyarakat pesisir. Dari
dinilai menjadi target utama agar 2 analisis yang telah dilakukan

54
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA Erga Pradika

menunjukkan bahwa kondisi hunian dan Adanya kepindahan masyarakat


fasilitas penunjang di Rusunawa secara Kelurahan Jobokuto ke Rusunawa
umum sudah lengkap, akan tetapi beberapa disebabkan oleh belum memiliki rumah
masih dalam kondisi yang buruk. Hal dan ingin hidup mandiri karena merupakan
tersebut ditandai dengan buruknya ukuran Kepala Keluarga Baru. Namun, pindahnya
luas unit hunian dan kondisi prasarana sebagian masyarakat Jobokuto ke
pembuangan limbah. Namun disamping Rusunawa tidak dapat dilihat dari
itu, tidak tersedianya tempat penyimpanan pengurangan jumlah penduduk Kelurahan
alat penangkapan dan pengolahan ikan, Jobokuto dikarenakan penghuni Rusunawa
serta buruknya kondisi prasarana air masih dianggap penduduk asal termasuk
bersih, dan kondisi sanitasi juga menjadi penghuni Rusunawa yang berasal dari
kebutuhan primer masyarakat kumuh kelurahan lain. Beberapa aspek hunian
pesisir yang diikuti oleh kepuasan hunian. yang dinilai penghuni Rusunawa dalam
Hanya lokasi Rusunawa yang tidak berada kondisi yang buruk dikarenakan minimnya
di daerah sempadan pantai saja yang biaya pemeliharaan dan perbaikan dari
menyesuaikan kebutuhan masyarakat pengelola Rusunawa.
pesisir karena sebagai hunian yang aman
terhadap gelombang dan pasang air laut. F. REFERENSI
Awuor, Cyntia Brenda. 2008. Climate change
E. KESIMPULAN and coastal cities: the case of Mombasa,
Sesuai dengan tujuan penelitian Kenya. Sage.
yaitu mengkaji pengaruh dan kemampuan Cipta Karya. 2010.Rusunawa Untuk
Mengurangi, Bukan Menambah
Rusunawa dalam menangani permasalahan
Kekumuhan. s.l. : Kementrian Pekerjaan
permukiman kumuh di kawasan pesisir. Umum.
Hasil dari analisismenunjukkan bahwa Dahuri, Rokhmin, et al. 1996.Pengelolaan
Rusunawa Kyai Mojo di Kelurahan Sumber Daya Kawasan Pesisir dan
Jobokuto tidak berpengaruh banyak Lautan secara Terpadu. Jakarta : PT
terhadap penanganan Pradnya Paramita.
permasalahanpermukiman kumuh pesisir Dirjen Perkim. 2002.Rencana Strategis
khususnya di Kelurahan Peningkatan Kualitas Lingkungan
Jobokuto.Peningkatan jumlah permukiman Permukiman Kumuh 2002-2010. s.l. :
kumuh pesisir semakin bertambah pasca Dirjen Perkim.
pembangunan Rusunawa. Rusunawa hanya Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief.
2010.Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbit
berpengaruh mengurangi kepadatan dalam
Andi.
hunian dalam satu rumah yang ditandai Mohit, Mohammad Abdul et al. 2009.
dengan adanya kepindahan masyarakat Assessment of residential satisfaction in
Jobokuto (kepala keluarga baru) ke newly designed public low-cost housing
Rusunawa hanya sebanyak 35 KK in Kuala Lumpur, Malaysia. Habitat
(17,86%) dari 187 KK penghuni Internasional.
Rusunawa. Kemudian, secara umum Tinjauan Aspek Penataan Ruang dalam
Rusunawa mampu menyediakan aspek Pengelolaan Kawasan Laut dan Pesisir
hunian dan fasilitas penunjang di Menteri Kimpraswil. 2003. Surabaya :
Rusunawa secara lengkap. Akan tetapi dari Kementrian Permukiman dan Prasarana
kondisinya, beberapa masih dalam kondisi Kawasan, 2003. Seminar Umum Dies
Natalis ITS ke-43. hal. 5.
yang buruk seperti luas unit hunian,
UN-HABITAT. 2005.Housing The Poor in
kondisi prasarana pembuangan air bersih, Asian Cities. s.l. : UN-HABITAT
kondisi sanitasi, kondisi prasarana World Bank. 2006-2007. State Of The World's
pembuangan limbah, dan belum Cities
tersedianya fasilitas pendukung
penangkapan dan pengolahan ikan.

55

Anda mungkin juga menyukai