Anda di halaman 1dari 10

JURNAL GEOGRAFI

Geografi dan Pengajarannya


ISSN 1412 - 6982
e-ISSN : 2443-3977
Volume XVII Nomor 1 Juni 2019

PENERAPAN ETIKA LINGKUNGAN


DALAM PENGELOLAAN WILAYAH KEPESISIRAN TUBAN

Dini Atikawati1, Totok Gunawan2 dan Sunarto2


1
Program Doktor Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, UGM,
Jl. Teknika Utara, Pogung Kidul, Yogyakarta 55281
2
Fakultas Geografi, UGM, Sekip Utara, Jl. Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Abstrak : Wilayah kepesisiran Tuban memiliki sumberdaya pesisir yang melimpah.


Masyarakat pesisir Tuban memanfaatkannya untuk perikanan, wisata, dan
permukiman. Berbagai macam pemanfaatan tersebut menimbulkan terjadinya
kerusakan lingkungan, sehingga dipandang perlu untuk menerapkan etika
lingkungan dalam pengelolaan wilayah kepesisiran Tuban. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi profil wilayah kepesisiran Tuban, mengkaji dinamika pantai
di Tuban, mengkaji perilaku masyarakat terhadap wilayah kepesisiran Tuban, dan
merumuskan penerapan etika lingkungan dalam pengelolaan wilayah kepesisiran
Tuban. Data diperoleh melalui observasi, pengukuran, wawancara, dan potret
lapangan. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif dan skoring. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa wilayah kepesisiran Tuban di daerah penelitian memiliki dua
jenis pantai, yaitu pantai berbatu dan berpasir. Keempat daerah penelitian memiliki
hidrologi yang tawar. Keanekaragaman flora dan fauna pesisir paling tinggi di Desa
Panyuran, sedangkan paling rendah di Desa Karangagung. Dinamika pantai di
daerah penelitian yaitu erosi, akresi, dan keadaan seimbang. Erosi pantai terjadi di
Desa Karangagung dan Kelurahan Kutorejo. Akresi terjadi di Desa Panyuran.
Keadaan seimbang terjadi di Kelurahan Sukolilo. Nilai perilaku masyarakat terhadap
wilayah kepesisiran masih tergolong rendah. Etika lingkungan dalam pengelolaan
wilayah kepesisiran Tuban dilakukan dengan penerapan paradigma biosentrisme dan
ekosentrisme.

Kata kunci : etika lingkungan, pengelolaan, wilayah kepesisiran

A. PENDAHULUAN pesisir menyebabkan semakin


Wilayah kepesisiran merupakan beragamnya permasalahan yang
wilayah yang kaya akan sumberdaya menimpa pesisir (Marfai, 2014).
alam dan memiliki potensi untuk Wilayah kepesisiran juga
mendukung program pembangunan merupakan wilayah yang sangat dinamis
berkelanjutan, sehingga wilayah ini dengan berbagai macam proses fisik,
menjadi tempat strategis untuk berbagai seperti kenaikan muka air laut, land
kegiatan manusia, seperti perikanan, subsidence, dan erosi-sedimentasi
permukiman, pariwisata, perindustrian, (Marfai, dkk., 2011). Semua proses
perdagangan, pelabuhan, dan tersebut memengaruhi dinamika wilayah
pertambangan (Supriharyono, 2000; kepesisiran. Adanya potensi besar yang
Gunawan, dkk., 2005; Marfai, 2013). dimiliki dan proses fisik yang dinamis
Berbagai bentuk kegiatan yang ada di menyebabkan wilayah ini semakin

Alamat korespondensi :
E-mail : dini_atikawati@yahoo.co.id
1
mudah terkena dampak negatif, seperti seperti ini yang melahirkan perilaku
kerusakan dan pencemaran. merusak (Hamzah, 2013; Keraf, 2014).
Kerusakan dan pencemaran Di sisi lain, kenyataan yang
wilayah kepesisiran semakin dihadapi, pengelolaan lingkungan yang
mengkhawatirkan. Sebagai contoh, bertanggung jawab sampai saat ini masih
sampah plastik telah mengotori wilayah memprihatinkan (Hamzah, 2013).
pesisir di Pantura Jawa yang Pengelolaan lingkungan hendaknya
mengakibatkan banyak ikan mati karena menjamin pemanfaatannya secara
memakan plastik. Sampah dan limbah bijaksana dan menjamin kesinambungan
yang dihasilkan oleh manusia bertambah persediaannya dengan tetap memelihara
sangat cepat, tidak sebanding dengan dan meningkatkan nilai dan
kemampuan lingkungan untuk keanekaragamannya (Birowo, 2016).
menyerapnya (Marpaung, 1997). Paradigma terhadap pengelolaan
Kabupaten Tuban merupakan lingkungan juga hendaknya mulai
salah satu kabupaten yang memiliki desa- diperbaiki dengan memandangnya
desa pesisir dengan potensi sumberdaya sebagai tindakan yang menunjukkan rasa
pesisir yang melimpah. Masyarakat hormat dan toleransi manusia terhadap
pesisir Tuban memanfaatkan wilayah komponen abiotik dan biotik yang ada di
kepesisiran untuk perikanan, wisata, dan suatu lingkungan, sehingga pemahaman
permukiman. Permukiman yang tentang etika lingkungan perlu
dibangun tidak memerhatikan perlunya dikedepankan dalam setiap program
sempadan pantai sehingga sangat dekat pembangunan (Marfai, 2005).
dengan pantai, kalaupun ada sempadan Berdasarkan uraian di atas, maka
pantai berupa tanah kosong yang dipandang perlu untuk menerapkan etika
dijadikan tempat membuang sampah. lingkungan dalam pengelolaan wilayah
Sampah juga masih banyak ditemukan kepesisiran Tuban.
menumpuk di pinggir pantai. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Sumber dari berbagai masalah mengidentifikasi profil wilayah
lingkungan sebenarnya disebabkan oleh kepesisiran Tuban, mengkaji dinamika
kesalahan paradigma antroposentrisme pantai di Tuban, mengkaji perilaku
yang memandang manusia sebagai pusat masyarakat terhadap wilayah kepesisiran
segala sesuatu dan alam dianggap hanya Tuban, dan merumuskan penerapan etika
memiliki nilai ekonomis untuk lingkungan dalam pengelolaan wilayah
kepentingan manusia. Manusia dan alam kepesisiran Tuban.
merupakan entitas terpisah. Paradigma

2 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME XVII , NOMOR 1, JUNI 2019: 1-10


B. METODE G0 < 0,0556 = erosi pantai, G0 >
Penelitian ini merupakan 0,111 = akresi pantai,
penelitian deskriptif yang menggunakan H0 = tinggi gelombang (m),
pendekatan survei. Penelitian ini T = periode gelombang (s)
dilakukan di empat desa/kelurahan L0 = panjang gelombang (m),
pesisir yang terdapat di Kabupaten g = gravitasi (9,81 m/s2),
Tuban, yaitu Desa Karangagung dan δ = sudut kemiringan tepi pantai (º)
Panyuran di Kecamatan Palang serta d50 = median ukuran sedimen ke-50
Kelurahan Sukolilo dan Kutorejo di (mm).
Kecamatan Tuban, yang dilaksanakan Kajian perilaku masyarakat
pada bulan Januari sampai dengan Maret terhadap wilayah kepesisiran Tuban
2017. dilakukan dengan wawancara, observasi,
Pengumpulan data diperoleh dan potret lapangan yang menggunakan
dengan cara observasi, pengukuran, instrumen non tes berupa panduan
wawancara, dan potret lapangan. wawancara. Panduan wawancara
Identifikasi profil wilayah kepesisiran menggunakan skala pengukuran berupa
Tuban dilakukan pengukuran, observasi, skala sikap. Skala sikap digunakan untuk
dan potret lapangan yang meliputi mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
pengukuran kemiringan tepi pantai dan seseorang tentang fenomena social
observasi jenis pantai, penggunaan lahan, (Widoyoko, 2016).
hidrologi, serta flora dan fauna yang ada Rumusan etika lingkungan
di wilayah kepesisiran. pengelolaan wilayah kepesisiran Tuban
Kajian dinamika pantai dilakukan didasarkan pada hasil identifikasi profil
dengan pengukuran sudut kemiringan wilayah kepesisiran, kajian dinamika
tepi pantai dan median ukuran sedimen pantai, dan kajian perilaku masyarakat
ke-50 kemudian dihitung menggunakan terhadap wilayah kepesisiran Tuban.
indeks G0 untuk penentuan erosi dan Pengambilan sampel untuk
akresi pantai. Penentuan erosi dan akresi identifikasi profil wilayah kepesisiran
pantai menurut Sunamura dan Hirokawa Tuban dilakukan dengan memerhatikan
(1974, dalam CERC, 1984) sebagai penggunaan lahan yang ada di pesisir
berikut. (permukiman, wisata pantai, dan TPI)
G0 = (H0/L0)(tgδ)0,27(d50/L0)-0,67 ....... (1) dan jenis pantai (berbatu dan berpasir).
Keterangan: Pengambilan sampel responden untuk
G0 = parameter untuk menentukan erosi kajian perilaku masyarakat masing-
atau akresi pantai dengan kriteria masing desa/kelurahan sejumlah 30
orang.

Atikawati, Penerapan Etika Lingkungan dalam Pengelolaan Wilayah .... 3


Pengambilan sampel responden Tabel 1. Skoring Skala Likert
untuk masing-masing desa/kelurahan Kategori Sikap Skor Klasifikasi Skor
sejumlah 35 orang yang terdiri dari 30 SL (selalu) 4 > 113,75 – 140
SR (sering) 3 > 87,50 – 113,75
orang masyarakat pesisir dan lima orang P (pernah) 2 > 61,25 – 87,50
perangkat desa/kelurahan. Terdapat TP (tidak pernah) 1 35 – 61,25

empat desa/kelurahan sampel, sehingga


jumlah responden sebanyak 140 orang. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan sampel tiap desa/kelurahan 1. Profil Wilayah Kepesisiran
sejumlah 30 orang didasarkan pada teori Tuban
sampling bahwa sampel terkecil dan Kabupaten Tuban merupakan kota
dapat mewakili distribusi normal adalah pesisir yang memiliki panjang 65 km
30 (Tika, 2005). membentang dari timur Kecamatan
Analisis data yang digunakan Palang sampai barat Kecamatan Bancar.
dalam penelitian ini yaitu analisis Kota pesisir ini memiliki sumberdaya
deskriptif kualitatif, kuantitatif, dan yang melimpah sehingga sangat
skoring. Analisis deskriptif kualitatif dan potensial untuk perkembangan bidang
kuantitatif diperlukan untuk perikanan dan wisata.
menganalisis hasil pengukuran di Wilayah kepesisiran Tuban
lapangan, observasi, wawancara, dan merupakan dataran rendah dengan
potret lapangan. ketinggian 0 – 15 mdpl.
Analisis skoring digunakan untuk Wilayah kepesisiran Tuban yang
menganalisis skala sikap hasil menjadi daerah penelitian memiliki dua
wawancara responden. Analisis skoring jenis tanah, yaitu mediteran merah
yang digunakan mengacu pada skala kuning yang terdapat di Kecamatan
Likert. Peneliti menggunakan skala Palang dan aluvial yang terdapat di
Likert model empat pilihan (skala Kecamatan Palang dan Tuban.
empat). Skala disusun dalam bentuk Sebagian besar wilayah
pernyataan dan diikuti oleh pilihan sikap kepesisiran Tuban memiliki iklim yang
yang menunjukkan tingkatan. Pemilihan kering dengan kondisi bervariasi dari
skala empat dimaksudkan agar tidak ada agak kering sampai sangat kering.
peluang bagi responden untuk bersikap Sumber air tawar berasal dari kawasan
netral sehingga memaksa responden resapan air, mata air, dan sungai.
untuk menentukan sikap terhadap Berdasarkan hasil penelitian,
fenomena sosial yang dinyatakan dalam profil wilayah kepesisiran Tuban dapat
instrument (Widoyoko, 2016; Azwar, dilihat pada Gambar 1. dan Tabel 2.
2009).

4 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME XVII , NOMOR 1, JUNI 2019: 1-10


Gambar 1. Tracking Horizontal Wilayah Kepesisiran Tuban

Berdasarkan Gambar 1. dan Tabel pelabuhan transit perdagangan


2. diketahui bahwa wilayah kepesisiran antarpulau dan antarnegara yang
di daerah penelitian memiliki dua jenis kemudian berubah menjadi wisata pantai
pantai, yaitu pantai berbatu dan berpasir. bersejarah. Sedangkan pantai berpasir
Pantai berbatu terdapat di Desa terdapat di Desa Panyuran dengan
Karangagung dengan penggunaan lahan penggunaan lahan untuk wisata pantai
untuk PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan) yang terkenal dengan nama Pantai
dan Kelurahan Kutorejo dengan Kelapa dan Kelurahan Sukolilo dengan
penggunaan lahan untuk wisata pantai penggunaan lahan untuk permukiman.
yang terkenal dengan nama Pantai Boom. PPI Karangagung memiliki
Dahulu Pantai Boom merupakan ketinggian 0 mdpl dengan lereng 0º.

Atikawati, Penerapan Etika Lingkungan dalam Pengelolaan Wilayah .... 5


Pantai Kelapa memiliki ketinggian 8 wilayah yang sangat dinamis dengan
mdpl dengan lereng 5º. Pantai Sukolilo berbagai proses yang terjadi di dalamnya.
memiliki ketinggian 2 mdpl dengan Proses tersebut meliputi erosi, akresi, dan
lereng 5º. Pantai Boom memiliki keadaan seimbang antara erosi dan
ketinggian 4 mdpl dengan lereng 5º. akresi. Erosi dan akresi merupakan hal
Keempat daerah penelitian yang normal terjadi di alam, akan tetapi
memiliki hidrologi yang tawar. pengelolaan wilayah kepesisiran yang
Keanekaragaman jenis flora dan fauna salah menyebabkan semakin tingginya
yang tinggi terdapat di Pantai Kelapa. kejadian erosi ataupun akresi yang dapat
Sedangkan keanekaragaman jenis flora menimbulkan dampak negatif terhadap
dan fauna yang rendah terdapat di PPI wilayah kepesisiran. Hasil pengukuran
Karangagung. dinamika pantai menggunakan Indeks G0
disajikan pada Tabel 3.
2. Dinamika Pantai di Tuban
Wilayah kepesisiran merupakan

Tabel 3. Dinamika Pantai di Daerah Penelitian


No Desa/ Jenis Nilai
Lokasi Fenomena
Sampel Kelurahan Pantai Indeks G0
E.1 Karangagung PPI Karangagung Berbatu 0,0233 erosi
E.2 Panyuran Wisata Pantai Kelapa Berpasir 0,1429 akresi
E.3 Sukolilo Pantai Sukolilo Berpasir 0,0912 seimbang
E.4 Kutorejo Wisata Pantai Boom Berbatu 0,0366 erosi
Sumber: Hasil Pengukuran, 2017

Berdasarkan Tabel 3. diketahui


bahwa erosi pantai terjadi di PPI
Karangagung dan Pantai Boom. Kedua
lokasi ini memiliki kesamaan, yaitu jenis
pantai berbatu. Kondisi di lapangan, PPI Gambar 2. Sempadan Pantai di PPI
Karangagung yang dipenuhi sampah
Karangagung sangat panas karena tidak
terdapat pepohonan sama sekali. Pantai Boom dahulu digunakan
Sempadan pantai berupa lahan kosong sebagai dermaga transit perdagangan,
yang luas ditumbuhi rumput liar yang sehingga dibangun panjang ke arah laut.
dipenuhi sampah berserakan. Lahan Ombak yang besar di laut menghantam
kosong tersebut digunakan sebagai bangunan dermaga yang sekarang
tempat membuang sampah warga sekitar. dijadikan tempat wisata secara terus
Lahan kosong tersebut berdekatan menerus sehingga rawan terjadi erosi.
dengan permukiman yang sangat padat.

6 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME XVII , NOMOR 1, JUNI 2019: 1-10


3. Perilaku Masyarakat terhadap
Wilayah Kepesisiran Tuban
Masyarakat melakukan berbagai
macam aktivitas di wilayah kepesisiran
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
terutama kebutuhan ekonomi dan
rekreasi, sehingga wilayah kepesisiran
dimanfaatkan sebagai tempat pelelangan
Gambar 3. Bangunan Dermaga Pantai
Boom yang retak oleh ombak ikan dan wisata. Pemanfaatan tersebut
bisa membawa dampak positif atau
Akresi terjadi di Pantai Kelapa dan negatif tergantung perilaku masyarakat
keadaan seimbang antara erosi dan akresi dalam mengelolanya.
terjadi di Pantai Sukolilo. Pantai Kelapa
Perilaku yang baik akan menjamin
dan Sukolilo memiliki jenis pantai
keberlanjutan nilai wilayah kepesisiran,
berpasir. Kondisi di lapangan, Pantai
sebaliknya perilaku yang tidak baik akan
Kelapa dipenuhi pohon kelapa yang
merusak bahkan menghilangkan nilai-
menjadi sempadan pantai. Sedangkan di
nilai wilayah kepesisiran. Perilaku
Pantai Sukolilo, ditanami bakau dan
masyarakat terhadap wilayah kepesisiran
cemara laut yang dijadikan sempadan
Tuban disajikan pada Tabel 4.
pantai.
Berdasarkan Tabel 4. diketahui
bahwa rata-rata nilai perilaku masyarakat
terhadap wilayah kepesisiran Tuban
berada pada klasifikasi "pernah” dan
“tidak pernah”. Hal ini menunjukkan
kepedulian masyarakat terhadap
Gambar 4. Pantai Kelapa Panyuran lingkungan pesisir masih tergolong
rendah.

Perilaku masyarakat dalam


memanfaatkan wilayah kepesisiran untuk
kebutuhan rekreasi paling tinggi ada di
Kelurahan Kutorejo. Tempat rekreasinya
yaitu Pantai Boom.
Gambar 5. Pantai Sukolilo yang ditanami
bakau

Atikawati, Penerapan Etika Lingkungan dalam Pengelolaan Wilayah .... 7


Tabel 4. Perilaku Masyarakat terhadap Wilayah Kepesisiran Tuban
No Pernyataan Nilai Perilaku Masyarakat (%)
Karangagung Panyuran Sukolilo Kutorejo
1 Saya pergi ke pantai untuk 53,57 78,57 55,71 82,86
rekreasi (P) (SR) (P) (SL)
2 Saya ikut serta dalam penghijauan 29,29 32,86 45,00 35,00
wilayah pesisir (TP) (TP) (P) (TP)
3 Saya ikut serta memelihara 66,43 87,86 85,71 89,29
kebersihan pantai (tidak (SR) (SL) (SL) (SL)
membuang sampah di pantai)
4 Saya menegur jika ada orang yang 34,29 39,29 37,14 30,00
membuang sampah/hajat di pantai (TP) (TP) (TP) (TP)
5 Saya menegur jika ada orang yang 26,43 30,00 27,86 31,43
menebang tanaman pantai (TP) (TP) (TP) (TP)
6 Saya menegur jika ada orang 46,43 30,71 27,14 29,29
yang menangkap ikan dengan (P) (TP) (TP) (TP)
pukat harimau/racun/bom
Rata-rata 42,74 49,88 46,43 49,65
(TP) (P) (P) (P)
Sumber: Pengolahan Hasil Wawancara, 2017
Keterangan: SL=Selalu; SR=Sering; P=Pernah; TP=Tidak Pernah

Kelurahan Kutorejo merupakan kota Perilaku baik lainnya seperti


dengan penduduk yang sangat padat dan memelihara kebersihan pantai, nilai
merupakan pusat kegiatan di Kota Tuban. paling tinggi terdapat di Kelurahan
Berbagai macam infrastruktur dan Kutorejo yaitu sebesar 89,29% yang
gedung pemda ada disana, sehingga termasuk klasifikasi “selalu”, artinya
masyarakatnya perlu untuk rekreasi dari masyarakat Kutorejo selalu menjaga
suasana yang sangat bising. kebersihan pantai.
Perilaku baik seperti ikut serta Perilaku menegur apabila melihat
dalam penghijauan wilayah pesisir paling orang lain melakukan hal yang tidak baik
tinggi di Kelurahan Sukolilo yaitu masih rendah. Hal ini dikarenakan ada
sebesar 45% dan termasuk dalam beberapa alasan, yaitu dirinya juga masih
klasifikasi “pernah”, artinya masyarakat melakukan hal yang sama, tidak peduli,
Sukolilo pernah ikut serta dalam tidak berani (tidak mau cari masalah),
penghijauan di wilayah pesisir. Kondisi dan memang tidak ada orang yang perlu
di lapangan ditunjukkan dengan ditegur. Masyarakat Desa Karangagung
terdapatnya pohon cemara laut dan bakau dan Panyuran masih banyak yang
sebagai sempadan pantai meskipun membuang hajat di pantai, sehingga
jumlahnya masih sedikit. alasan tidak menegur dikarenakan
mereka juga melakukan hal yang sama.

8 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME XVII , NOMOR 1, JUNI 2019: 1-10


4. Penerapan etika lingkungan pesisir sehingga dapat dirasakan juga
dalam pengelolaan wilayah oleh generasi mendatang. Pengelolaan
kepesisiran Tuban yang salah akan menimbulkan
Pengelolaan wilayah kepesisiran kerusakan. Penerapan etika lingkungan
sangat penting untuk menjamin dalam pengelolaan wilayah kepesisiran
keberlanjutan sumberdaya yang ada di disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Penerapan Etika Lingkungan dalam Pengelolaan Wilayah Kepesisiran

No Paradigma Etika Pengelolaan Wilayah Kepesisiran


Lingkungan
1 Biosentrisme - Penghijauan sempadan pantai
- Menangkap ikan dengan menggunakan alat yang ramah lingkungan
- Tidak membuang sampah di wilayah kepesisiran

2 Ekosentrisme - Penghijauan sempadan pantai


- Tidak membuang sampah di wilayah kepesisiran
- Pelarangan kegiatan reklamasi dan penambangan di wilayah
kepesisiran
- Pelaksanaan kearifan lokal masyarakat pesisir, seperti petik laut dan
bersih desa
- Adanya area konservasi di wilayah kepesisiran, seperti konservasi
mangrove, terumbu karang, ikan hias

Etika lingkungan dalam membentuk satu kesatuan hubungan


pengelolaan wilayah kepesisiran Tuban saling tergantung sebagai tatanan
dilakukan dengan penerapan paradigma ekosistem yang menyeluruh. Adanya
biosentrisme dan ekosentrisme. gangguan pada salah satu komponen,
Biosentrisme memandang bahwa setiap akan menyebabkan terganggunya
kehidupan dan makhluk hidup memunyai keseimbangan ekosistem, sehingga
nilai yang berharga pada dirinya sendiri, semua komponen yang ada di wilayah
sehingga sumberdaya pesisir seperti ikan, kepesisiran dianggap sangat penting
terumbu karang, dan vegetasi pantai tidak untuk dijaga keberlanjutannya.
dianggap sebagai sesuatu yang bernilai
D. SIMPULAN
ekonomis saja tetapi juga perlu untuk
Wilayah kepesisiran Tuban yang
dijaga kelestariannya.
menjadi daerah penelitian memiliki dua
Ekosentrisme merupakan
jenis pantai, yaitu pantai berbatu dan
kelanjutan dari biosentrisme.
berpasir. Pantai berbatu terdapat di Desa
Ekosentrisme memandang bahwa semua
Karangagung dan Kelurahan Kutorejo.
komponen dalam suatu lingkungan baik
Sedangkan pantai berpasir terdapat di
biotik maupun abiotik memunyai nilai
Desa Panyuran dan Kelurahan Sukolilo.
yang berharga pada dirinya sendiri dan
Keempat daerah penelitian memiliki

Atikawati, Penerapan Etika Lingkungan dalam Pengelolaan Wilayah .... 9


hidrologi yang tawar. Keanekaragaman DAFTAR PUSTAKA
jenis flora dan fauna yang tinggi terdapat Azwar, S., 2009. Metode Penelitian.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
di Desa Panyuran. Sedangkan
Birowo, M.A.M.W., 2016.
keanekaragaman jenis flora dan fauna Mengembangkan Kompetensi Etis di
Lingkungan Kita. Grasindo, Jakarta.
yang rendah terdapat di Desa
CERC, 1984. Shore Protection Manual
Karangagung. Volume I. US Army Corps of
Dinamika pantai di daerah Engineers, Washington.
Gunawan, T., Santosa, L.W., Muta’ali, L.,
penelitian ada tiga, yaitu erosi, akresi, dan Santosa, S.H.M.B., 2005. Pedoman
dan seimbang antara erosi dan akresi. Survei Cepat Terintegrasi Wilayah
Kepesisiran. Badan Penerbit dan
Erosi pantai terjadi di Desa Karangagung Percetakan Fakultas Geografi,
dan Kelurahan Kutorejo. Akresi terjadi di Yogyakarta.
Hamzah, S., 2013. Pendidikan
Desa Panyuran. Keadaan seimbang Lingkungan: Sekelumit Wawasan
antara erosi dan akresi terjadi di Pengantar. Refika Aditama, Bandung.
Keraf, A.S., 2014. Filsafat Lingkungan
Kelurahan Sukolilo. Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem
Nilai perilaku masyarakat Kehidupan Bersama Fritjof Capra.
Kanisius, Yogyakarta.
terhadap wilayah kepesisiran Tuban Marfai, M.A., 2005. Moralitas
berada pada klasifikasi "pernah” dan Lingkungan: Refleksi Kritis Atas Krisis
Lingkungan Berkelanjutan. Wahana
“tidak pernah”. Hal ini menunjukkan
Hijau (WeHa), Yogyakarta.
kepedulian masyarakat terhadap Marfai, M.A., dkk., 2011. Model
Kerentanan Wilayah Pesisir
lingkungan pesisir masih tergolong
Berdasarkan Perubahan Garis Pantai
rendah. dan Banjir Pasang (Studi Kasus:
Etika lingkungan dalam Wilayah Pesisir Pekalongan).
MPPDAS Fakultas Geografi UGM,
pengelolaan wilayah kepesisiran Tuban Yogyakarta.
dilakukan dengan penerapan paradigma Marfai, M.A., 2013. Pengantar Etika
Lingkungan dan Kearifan Lokal.
biosentrisme dan ekosentrisme. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Marfai, M.A., 2014. Banjir Pesisir: Kajian
UCAPAN TERIMA KASIH Dinamika Pesisir Semarang. Gadjah
Dengan ini saya mengucapkan Mada University Press, Yogyakarta.
Marpaung, L., 1997. Tindak Pidana
terima kasih kepada penyelenggara Lingkungan Hidup dan Masalah
Program Beasiswa Unggulan, Biro Prevensinya. Sinar Grafika, Jakarta.
Supriharyono, 2000. Pelestarian dan
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Pengelolaan Sumber Daya Alam di
Sekretariat Jenderal, Kementrian Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Pendidikan dan Kebudayaan TA
Tika, M.P., 2005. Metode Penelitian
2015/2016 yang telah memberikan Geografi. Bumi Aksara, Jakarta.
Widoyoko, E.P., 2016. Teknik Penyusunan
beasiswa biaya pendidikan kepada saya
Instrumen Penelitian. Pustaka Pelajar,
untuk melanjutkan studi jenjang S3. Yogyakarta.

10 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME XVII , NOMOR 1, JUNI 2019: 1-10

Anda mungkin juga menyukai