Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yopi

Kelas : XI MIPA 3
Mapel : Bahasa Indoensia

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN


SAMPAH PESISIR PANTAI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah Negara kepulauan yang luas dan beragam. Lingkungan
pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati
dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Kebersihan pantai dari sampah merupakan
salah satu pertimbangan bagi wisatawan untuk mengunjunginya. (Darmawi, 2017)
Faktor yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah
meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang kurang untuk
memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. (Syam, 2014)
Kondisi persampahan kawasan pantai wisata pada umumnya belum terkelola
secara maksimal walaupun sudah memiliki komponen-komponen pengelolaan
sampah. Kenyataannya banyak pengelola kebersihan menghadapi masalah dan
kendala yang mengakibatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis
dan harapan dari wisatawan. (Melaya, Jembrana, Bagus, & Bagus, 2019)
Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah telah menjadi
permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif

1
dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
(Sapei, 2015)

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
pesisir pantai di lingkungan wisata Banyan Tree Bintan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui keterlibatan atau tingkat partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah pesisir pantai di lingkungan wisata Banyan Tree Bintan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi Persepsi Masyarakat


Pengertian persepsi masyarakat sebagai proses individu dalam meng-
organisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka. Proses ini terdiri atas proses seleksi, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan. Ketiga proses ini berjalan secara terus-menerus, saling berbaur,
dan saling memengaruhi satu sama lainnya. pula menjadi permasalahan kompleks
serta tantangan bagi penyelenggaraan Pariwisata. (Melaya et al., 2019)
Partisipasi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri tiap-tiap individu
di dalamnya terdapat proses penekanan terhadap stimulus yang diterima atau
dirasakan oleh alat indera individu dan proses ini selalu berlangsung setiap saat,
karena dalam partisipasi itu merupakan aktivitas yang terintergrasi, maka seluruh
yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir,

2
kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut
berperan dalam persepsi tersebut (Nawawi, 2013)

2.2 Sampah
Sampah adalah sisa dari kegiatan manusia atau proses alam yang berbentuk
padat maupun semi padat yang berupa zat organik ( dapat terurai) dan anorganik
(yang tidak dapat terurai) yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan. (Sangkapura, 2018)
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang
ke lingkungan. Berdasarkan definisi ini maka sampah dapat berupa sampah yang
mudah membusuk seperti sampah dapur, daun-daun kering, kotoran hewan dan
sejenisnya. Sedangkan sampah yang tidak mudah terurai atau membusuk seperti
sampah plastik, logam, gelas, karet dan lain-lain. (Pengusul, Yuwono, Si, Hadi, & Sc,
n.d.)
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah atau daur
ulang yakni pemilahan sampah dan sistem pengelolaan yang memadai. Pemilahan
sampah minimal dilakukan dengan memisahnya menjadi dua jenis yaitu sampah
kering (anorganik) dan sampah basah (organik). Pemilahan sampah juga harus
didukung sistem pengelolaan sampah yang sudah memadai baik berupa sarana fisik
atau peralatan, maupun sarana non fisik yang berupa penyuluhan, pengawasan
pemantauan dan peraturan. pelatihan pemberian nilai tambah sampah daur ulang
melalui pembuatan kerajinan tangan dari sampah daur ulang (bekas teh gelas) berupa
tempat aqua, tempat tissue, tempat sendok, dompet. (Di et al., 2016)

2.3 Kawasan Wisata Pesisir Pantai


Kawasan pesisir adalah daerah peralihan atau tempat pertemuan antara
daratan dan laut, yang mencakup lingkungan tepi pantai dan perairan pantai. Wilayah

3
pesisir secara sederhana dapat dipandang sebagai wilayah yang berbatasan dengan
laut dan daratan. (Eko. Zamdial 2017)
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Kondisi
tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas
dan fenomena di darat maupun di laut. Fenomena yang terjadi di daratan antara lain
abrasi, banjir dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yaitu pembangunan
permukiman, pembabatan hutan untuk persawahan, pembangunan tambak dan
sebagai yang pada akhirnya memberi dampak pada ekosistem pantai.(Kuwaru,
Poncosari, Bantul, & Diy, 2015)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Banyan Tree Bintan terletak di kawasan wisata
Lagoi, Kabupaten Bintan.

B. Jenis Dan Sifat Penelitian


1. Jenis Penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif.

2. Sifat Penelitian.

Jika dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analisis bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang sedang berlaku, didalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi- kondisi yang
sekarang ini terjadi atau ada

C. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data atau informasi dengan cara
membaca atau mengutip, dan menyusunya berdasarkan data data yang telah diperoleh
yang berasal dari data primer dan data sekunder

Anda mungkin juga menyukai