Oleh :
2023
Abstrak
Oleh :
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
NIP. 196111261986011001
Pembimbing 2:
NIP. 196105011988031003
Diketahui oleh
Ketua Departemen:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
1.5. Ruang Lingkup
BAB II
METODE
2.1 Waktu dan Lokasi Capstone
2.2 Matriks Data
2.3 Analisis Data
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Penggunaan dan penguasaan lahan
3.4 Debit
3.5 Kepadatan Penduduk
3.6 Budaya
3.7 Nilai Tradisional
3.8 Hukum Adat
3.9 Ekonomi
3.10 Kelembagaan
3.11 Rencana Pengelolaan Sempadan Sungai Dumaring dan Bakil
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Gambar
Dampak
(Outcomes)
Perubahan tutupan dan penggunaan lahan di sempadan sungai jika terus terjadi
akan menyebabkan ekosistem sungai menjadi terganggu. Selain itu tekanan lahan
pertanian yang meningkat dikhawatirkan dapat merusak ekosistem sempadan sungai.
Pada lahan pertanian penggunaan pupuk sangatlah berpengaruh demi kelangsungan
hidup tanaman di lahan pertanian, akan tetapi di sisi lain penggunaan pupuk kimia di
daerah sempadan sungai dapat mengganggu ekosistem dan kualitas air sungai.
10
Menurut PP no 38 Tahun 2011 Tentang Sungai, dalam pengelolaan sungai
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya sempadan sungai. Sempadan
Sungai atau riparian zone merupakan kawasan yang berada di antara ekosistem
daratan dan sungai, atau dapat dikatakan sebagai zona pembatas, pada hakikatnya
sempadan sungai bukanlah hanya berperan sebagai pembatas namun memegang
peranan penting alam dalam menjaga stabilitas ekosistem terutama untuk menjamin
berfungsinya sungai dengan baik dan berkelanjutan (Wardiningsih & Fuadi Salam,
2019), hal ini juga dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2011
tentang sungai dalam pasal 5 Ayat (5) disebutkan bahwa sungai merupakan ruang
penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dan kegiatan
manusia tidak saling terganggu.
11
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Kajian dalam capstone dapat menjadi opsi bagi pengelolaan sempadan sungai
Bakil- Dumaring secara berkelanjutan yang bersifat partisipatif masyarakat.
Kajian dari kegiatan Capstone ini mencakup daerah sempadan sungai. Batas
sempadan sungai yang digunakan pada kajian ini adalah 50m kanan kiri sungai sesuai
dengan …. . Tutupan lahan, penggunaan lahan serta penguasaan lahan menjadi fokus
utama untuk menentukan area pada sempadan yang butuh perhatian serta menentukan
stakeholder dalam pembuatan rencana kelola. Salah satu data pembanding pada
kegiatan capstone kali ini yaitu kualitas air sungai. Kualitas air yang dimaksud berupa
parameter pH, EC, TDS, Salinitas, Suhu dan dissolved oxygen. Terdapat beberapa
titik yang tidak bisa dijangkau ataupun tidak mengambil data secara keseluruhan oleh
tim capstone karena mempertimbangkan faktor keselamatan.
12
13
BAB II
METODE
2.1 Waktu dan Lokasi Capstone
14
B. Penguasaan lahan
C. Kualitas Air
A. Sampel Penelitian
15
narasumber ditentukan berdasarkan hasil kajian desk study bersama mitra
program kolaborasi kampung dumaring yang telah memiliki kajian awal
mengenai kondisi sosial masyarakat kampung dumaring. Narasumber kunci
merupakan narasumber yang memiliki pengaruh dalam kehidupan sosial
masyarakat di kampung Dumaring seperti kepala kampung, kelompok tani,
tokoh adat, masyarakat adat, serta kelembagaan yang ada di Kampung
Dumaring. Dalam metode pengambilan data snowball sampling orang yang
narasumber kunci yang sebelumnya sudah dipetakan dapat menyebutkan nama
lain yang potensial untuk diwawancarai.
B. Pengumpulan Data
16
Mapping merupakan teknik PRA untuk menggali informasi
yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan
kondisi wilayah secara umum Kampung Dumaring. Dalam melakukan
penggalian informasi mengenai kondisi sosial Masyarakat Kampung
Dumaring dilakukan dengan participatory mapping yaitu penggalian
data informasi bersama masyarakat atau komunitas mengenai
persoalan yang dialami masyarakat. Peta yang akan dimunculkan
kondisi umum Kampung mengenai peta penguasaan lahan di sempadan
sungai Bakil, Dumaring, Semuluk, dan Sembeling guna menjawab
siapa saja stakeholder kunci yang terdampak langsung dalam kegiatan
perencanaan sempadan sungai.
4. Triangulasi
17
yang digunakan adalah triangulasi sumber data yaitu penggalian
kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber
perolehan data dari suatu narasumber. Sampai data lengkap dari suatu
narasumber kemudian divalidasi dari berbagai narasumber lainnya
untuk melihat kebenaran suatu informasi sehingga dapat menjadi dasar
untuk penarikan kesimpulan. Dengan teknik ini diharapkan data yang
dikumpulkan memenuhi konstruk penarikan kesimpulan. Kombinasi
triangulasi ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan di lapangan,
sehingga peneliti bisa melakukan pencatatan data secara lengkap.
Sk
Kriteria Parameter Besaran
or
Sosi Kepadatan <250 jiwa/km2 1
al penduduk 250–400 jiwa/km2 3
18
>400 jiwa/km2 5
● Konservasi telah
melembaga dalam
masyarakat (tahu 1
Budaya : manfaat, tahu teknik dan
Perilaku melaksanakan)
konservasi ● Masyarakat tahu, namun
3
tidak melakukan
● Tidak tahu dan tidak
5
melakukan
● Adat istiadat
(custom), 1
pelanggar
dikucilkan
● Kebiasaan (folkways), 2
pelanggar didenda secara
adat
Budaya: Hukum
adat ● Tata kelakuan (mores),
pelanggar ditegur ketua 3
adat/orang lain
● Cara (usage), pelanggar
4
dicemooh
● Tidak ada hukuman 5
Ada 1
Nilai tradisional
Tidak ada 5
Keberdayaan Ada dan berperan 1
kelembagaan Ada , namun tidak berperan 3
informal pada
konservasi Tidak berperan 5
Kelembaga
an Keberdayaan Sangat berperan 1
kelembagaan Cukup berperan 3
formal
pada konservasi Tidak berperan 5
Sumber: Paimin et al. (2012).
Struktur Ekonomi
Kepadatan penduduk (orang/km2) Jas
Pertanian Industri
a
Jarang (<250) 3 2 1
Sedang (250–400) 4 3 2
Padat (>400) 5 4 3
19
Tabel 3 Klasifikasi tingkat kerentanan degradasi lahan dalam aspek sosial, ekonomi dan
kelembagaan
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kampung (Desa) Dumaring merupakan salah satu kampung tua di pesisir selatan
Kabupaten Berau. Kampung Dumaring merupakan 1 dari 10 kampung yang ada di
Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Kampung Dumaring
merupakan kampung/desa terluas dari seluruh kampung yang ada di Kecamatan Talisayan,
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kampung Dumaring memiliki luas kurang lebih
79485,69 ha. Kampung Dumaring berjarak kurang lebih 185 km dari Tanjung Redeb yang
merupakan pusat Kabupaten Berau. Dari pusat Kabupaten Berau menuju Kampung
Dumaring dapat menggunakan akses darat dengan kondisi jalan yang cukup baik dengan
waktu tempuh kurang lebih 4-5 jam perjalanan.
21
sempadan sungai pada umumnya cukup mudah dijangkau. Kondisi aksesibilitas yang cukup
mudah dijangkau mengakibatkan aktivitas masyarakat seperti pembukaan dan penggarapan
lahan yang menyebabkan aksesibilitas menuju sempadan sungai cukup tinggi sehingga
menjadi ancaman terhadap keberadaan tutupan lahan alami sempadan sungai di Kampung
Dumaring.
3.2 Tutupan lahan dan penggunaan lahan di sempadan Sungai Bakil-Dumaring
Tutupan lahan dan penggunaan lahan (LULC) pada sempadan Sungai Bakil
dibedakan menjadi 16 kelas tutupan lahan berupa hutan karst primer, hutan karst sekunder
terdegradasi, mangrove, hutan hujan tropis sekunder, hutan hujan tropis sekunder
terdegradasi, belukar tua, belukar muda, semak belukar, semak, pertanian lahan kering, karet,
kelapa sawit, pertanian lahan kering, lahan terbuka, lahan terbangun dan badan air.
Luas(ha)
Sungai Sungai Sungai Sungai
Tutupan lahan Total
Bakil Dumaring Sembeling Semuluk
Badan air 7.332 2.870 10.202
Belukar muda 17.493 9.257 6.671 6.577 39.998
Belukar tua 60.495 228.544 13.680 23.816 326.534
Hutan hujan tropis sekunder 166.024 3.859 0.001 169.884
Hutan hujan tropis sekunder
24.608 52.509 1.621 13.596 92.333
terdegradasi
Hutan karst Primer 15.765 15.765
Hutan karst sekunder 8.383 8.383
Kelapa sawit 31.158 6.132 37.254 1.822 76.366
Karet 1.010 1.010
Lahan terbuka 18.115 3.702 11.147 10.807 43.770
Lahan terbangun 10.238 2.894 11.989 0.032 25.153
Mangrove 7.472 0.297 7.769
Pertanian lahan kering 6.729 0.004 0.563 0.690 7.986
Semak 7.890 2.160 9.270 4.840 24.161
Semak belukar 22.309 2.068 7.932 1.811 34.119
Total 405.021 314.296 100.126 63.991 883.434
Keberadaan tutupan lahan pertanian maupun kelapa sawit pada sempadan sungai
dapat memberikan pengaruh negatif bagi lingkungan. Penggunaan pestisida dan bahan bahan
kimia pada perkebunan maupun pertanian dapat berimplikasi pada kualitas air karena dapat
mencemari sumber air tersebut (Amalia et.al 2019). Selain itu, tutupan lahan berupa lahan
tidak bervegetasi juga dapat menimbulkan kerusakan berupa penurunan aliran permukaan
karena berkurangnya lahan yang dapat menyerap air, yang kemudian dapat berdampak
kepada kualitas air dari sungai tersebut karena debit air yang rendah atau menurun.
22
3.3 Penguasaan lahan di sempadan Sungai Bakil-Dumaring
Selain itu, Penguasaan lahan dicari untuk memetakan stakeholder terkait yang perlu
dilibatkan dalam pengelolaan sempadan sungai. Penguasaan lahan yang diketahui dibagi
menjadi 6 kategori yaitu BUMN yang berisi PDAM, HGU yang terdapat 5 perusahaan di
dalamnya, HPK milik Ulayat Asati, KPH yang dikelola oleh LPHD Pangalima Jerung,
masyarakat, dan tanah kampung.
Tabel 6 Penguasaan lahan di sempadan Sungai Bakil-Dumaring
23
3.4 Kualitas Air
Salah satu dampak dari perubahan tutupan lahan dan penggunaan lahan adalah
kualitas air sungai. Data kualitas air Sungai Bakil, Dumaring, Sembeling dan Semuluk
disajikan pada tabel berikut
Hasil pengukuran
Parameter Satuan Ambang Sungai Sungai Sungai
Sungai Bakil
Dumaring Sembeling Semuluk
Parameter
Parameter Seluruhnya Tidak ada data
pH tidak
EC tidak masuk ke karena tidak
masuk
masuk dalam dalam ditemukan
Keterangan dalam
ambang batas kategori aliran air di
ambang
baku mutu baku mutu Sungai
batas baku
air Kelas 1 Semuluk
mutu air
Berdasarkan tabel di atas, parameter kualitas air yang berada di sungai Kampung
Dumaring terbagi menjadi 6 parameter yaitu suhu, TDS, pH, DO, salinitas, dan EC. Nilai
pada tabel tersebut merupakan rata-rata dari pengambilan beberapa sampel di beberapa titik
lokasi pengukuran pada masing-masing sungai.
Sungai Bakil terdapat satu parameter yang tidak masuk ke dalam ambang batas baku
mutu air, yaitu parameter EC yaitu sebesar 1724,92 µs/cm. Hal tersebut dikarenakan pada
sungai bakil terdapat satu titik lokasi pengukuran yang terletak di muara sungai yang berbatas
langsung dengan laut sehingga menyebabkan air tawar bercampur dengan air asin yang
menyebabkan air menjadi payau. Hal tersebut berbanding lurus dengan pernyataan Mahida
24
(1986) yaitu jika nilai EC semakin tinggi maka semakin buruk kualitas air misalnya air akan
terasa payau sampai asin. Apabila nilai EC semakin kecil maka semakin susah air tersebut
menghantarkan arus sehingga kualitas air semakin bagus. Pada sungai Sembeling terdapat
parameter pH yang dibawah baku mutu kualitas air, hal tersebut diduga karena pada satu titik
lokasi pengambilan sampel yang tutupan lahan dan penggunaan lahannya perkebunan sawit.
Perkebunan sawit masyarakat Kampung Dumaring pada umumnya menggunakan pupuk
kimia dalam perawatan tanaman sawit. Penggunaan pupuk kimia tentunya sangat berbahaya
jika pupuk terbawa oleh air limpasan saat hujan sehingga air sungai menjadi tercemar.
Berdasarkan tabel baku mutu kualitas air, didapatkan kesimpulan bahwa rata rata
kualitas air yang didapat dari pengamatan pada Sungai Dumaring memiliki baku mutu kelas 1
atau dikatakan baik. Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut, sedangkan pada Sungai Sembeling didapatkan memiliki standar pH yang
berada dibawah rata-rata kualitas baik.
3.5 Debit
Pengukuran debit air sungai dilakukan pada 2 titik sampel, titik 6 yang berada pada
aliran Dumaring serta titik 21 yang berada pada Sungai Bakil. Debit air sungai disajikan
dalam tabel
25
Tabel 9 Data Debit Sungai Bakil dan Dumaring
Pengambilan data debit dilakukan di Titik 21 yang berada Aliran Sungai Bakil yang telah
bersatu dengan Sungai Semuluk serta Sungai Sembeling didapat debit sebesar 0.482839
m3/s dan pada titik 6 yang berada pada aliran Sungai Dumaring didapat debit sebesar
0.826822 m3/s. Tutupan lahan pada sempadan yang tidak sesuai fungsinya yaitu lebih besar
pada aliran Sungai Bakil, Semuluk dan Sembeling. Sempadan yang tidak sesuai fungsinya
dapat membuat tingkat sedimen pada sungai meningkat dan dapat mempengaruhi debit air
sungai tersebut karena terhambat oleh sedimen yang ada.
3.6 Kepadatan Penduduk
Peningkatan pertumbuhan dan kepadatan penduduk akan meningkatkan perubahan
alih fungsi lahan yang berakibat pada kerusakan DAS (Hidayat 2017). Menurut Karpuzcu
and Delipinar (2011), peningkatan pertumbuhan penduduk di sekitar DAS akan
menyebabkan kelangkaan sumber daya alam dan percepatan terjadinya kerusakan
lingkungan. ).
Tabel 10 Kepadatan Penduduk Kampung Dumaring
Sangat
Dumaring 2186 302.69 7.2 1 Tidak Rentan
Rendah
Sumber : BPS Kabupaten Berau dan Data Pemerintahan Kampung Dumaring
Jumlah penduduk Kampung Dumaring hingga Agustus 2023 yang dihimpun dari data
Pemerintah Kampung sebanyak 2186 jiwa. Dengan luas wilayah 302,69 km2 Kampung
Dumaring memiliki kepadatan penduduk sejumlah 7,2 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di
Kampung Dumaring termasuk kategori sangat rendah (<250 jiwa/km2. Tingkat kerentanan
DAS berdasarkan indikator kepadatan penduduk pada Kampung Dumaring termasuk dalam
kategori sangat rendah atau diklasifikasikan tidak rentan.
3.7 Budaya
Parameter budaya berupa perilaku konservasi dan hukum adat menunjukkan tingkat
pengetahuan dan praktik konservasi di masyarakat. Tingkat kerentanan DAS Bakil-Dumaring
berdasarkan indikator perilaku konservasi disajikan pada tabel berikut
Tingkat
Kampung Perilaku konservasi Skor Kategori
Kerentanan
26
Sumber : Wawancara
Nilai tradisional atau kearifan lokal (local wisdom) pada dasarnya terkait dengan
pengetahuan dan pemahaman praktik manusia dengan alam dan hubungan seluruh penghuni
komunitas ekologi (Keraf 2010). Kearifan lokal sangat berharga dan memiliki manfaat dalam
kehidupan masyarakat. Kearifan lokal banyak memberikan keberhasilan dalam
mengkonservasi atau mengelola sumber daya alam melalui pengetahuan, pemahaman dan
kebiasaan yang dimiliki, sehingga mampu mencegah kerusakan fungsi lingkungan (Leo
2015).
27
Tabel 12 Hukum adat
Tingkat
Kampung Hukum Adat Skor Kategori
Kerentanan
Terdapat hukuman
Sangat
Dumaring adat tertinggi hingga 5 Sangat Tinggi
Rentan
pengusiran
Sumber : Wawancara
Berdasarkan hasil kajian terdapat aturan-aturan adat yang berlaku kepada Masyarakat
Kampung Dumaring. Aturan-aturan adat ini sudah diketahui dan melekat erat didalam
kehidupan Masyarakat Kampung Dumaring. Aturan-aturan adat yang berlaku di Kampung
Dumaring mencakup aturan mengenai cara-cara pemanfaatan sungai yang berkelanjutan.
Cakupan aturan adat di Kampung Dumaring sangat luas. Terdapat aturan adat bagi para
perusak sungai atau lingkungan. Keberadaan dan ketaatan masyarakat Kampung Dumaring
terhadap aturan dan hukum adatnya menjadi salah satu alasan kenapa terjaganya lingkungan
baik hutan maupun sungai. Tetapi penegakan terkait aturan-aturan adat ini masih sangat
minim. Hukum adat terhadap pelaku perusakan Sungai yang seharusnya dihukum karena
telah melanggar aturan-aturan adat sekarang sudah tidak ada kembali penegakannya. Ketidak
adaan hukuman adat yang berlaku menyebabkan Sungai Dumaring dan Bakil yang terletak di
Kampung Dumaring terkategorikan sangat rentan akan terjadinya degradasi. Hal ini telah
dibuktikan dari hasil wawancara bahwa praktik-praktik pengerusakan Sungai seperti meracun
ikan dengan bahan kimia berbahaya mulai marak di Masyarakat .
3.10 Ekonomi
Tabel 13 Struktur Ekonomi Penduduk Kampung Dumaring
Kepadatan
Struktur
Penduduk Parameter Skor Kategori Tingkat Kerentanan
Ekonomi
(Jiwa/Km2)
Keberdayaa
n
Jarang
kelembagaa
(7 Pertanian 3 Sedang
n informal
Jiwa/km2)
pada
konservasi
Sumber : Wawancara
28
yang belum sesuai dengan kaidah konservasi dapat meningkatkan kerusakan DAS yang
berujung pada bencana alam (banjir dan tanah longsor). Masyarakat yang mayoritas bermata
pencaharian pada sektor pertanian menyebabkan adanya tekanan terhadap lahan. Hal ini
ditunjukan dari perubahan tutupan lahan pada tahun 2018 sampai 2022. Sungai bakil
mengalami perubahan tutupan lahan menjadi kelapa sawit. Pada tahun 2018 tutupan lahan
yang berupa kelapa sawit hanya sebesar 3,4 hektar meningkat signifikan pada data tutupan
lahan 2022 dimana tutupan lahan kelapa sawit di sempadan sungai bakil sebesar 26,8 hektar.
3.11 Kelembagaan
Tingkat
Kampung Kelembagaan Skor Kategori
Kerentanan
Keberdayaan
Sangat Tidak
kelembagaan 1
Rendah Rentan
Dumaring pada konservasi
Sumber : Wawancara
Berdasarkan hasil analisis, Kampung Dumaring tergolong tidak rentan (Tabel 11).
Keberdayaan kelompok kelembagaan adat KEKAL Patiraja mengindikasikan masyarakat
telah memiliki kesadaran kolektif mengenai peran penting kelembagaan dalam mengawasi
pelestarian sumber daya bagi kehidupan. Namun demikian, perlu adanya program
pemberdayaan bagi kelembagaan tersebut agar mampu melakukan kegiatan konservasi secara
berkelanjutan. Wujud komitmen Pemerintah Kampung dalam menjaga kelestarian sempadan
Sungai Dumaring dan Bakil tertuang dalam bentuk PerKam tentang Pengelolaan Sempadan
Sungai. Regulasi tersebut menyatakan bahwa pengelolaan sempadan sungai harus meliputi
pemberdayaan dengan tujuan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas institusi pemerintah
daerah, swasta dan masyarakat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Peraturan daerah ini dapat menjadi acuan dan dasar dalam
pengelolaan sempadan Sungai Dumaring dan Bakil agar dapat lestari dan memberikan
manfaat kepada masyarakat sekitar.
29
3.12 Rencana Pengelolaan Sempadan Sungai Dumaring dan Bakil
Hasil dari FGD menghasilkan beberapa opsi solusi yang diajukan oleh narasumber
sebagai rancangan pengelolaan daerah sepanjang Sungai, antara lain:
Kasih Penjelasan SELUK BELUK KENAPA Point 1 ITU BISA MUNCUL DIFGD
ALESANNYA KENAPA?
2. Pembentukan kelembagaan yang akan mengelola daerah semapdan sungai.
Kasih Penjelasan SELUK BELUK KENAPA Point 1 ITU BISA MUNCUL DIFGD
ALESANNYA KENAPA?
3. Penguatan peran kelembagaan yang ada.
Kasih Penjelasan SELUK BELUK KENAPA Point 1 ITU BISA MUNCUL DIFGD
ALESANNYA KENAPA?
4. Perlakuan khusus terhadap tanaman kelapa sawit yang sudah ditanam di
sepanjang sempadan sungai, seperti larangan pemupukan atau penggunaan
pupuk organik.
Kasih Penjelasan SELUK BELUK KENAPA Point 1 ITU BISA MUNCUL DIFGD
ALESANNYA KENAPA?
30
5. Perencanaan skema alternatif tanaman yang dapat ditanam di sepanjang
sempadan sungai tetapi masih memberikan kontribusi ekonomi kepada
masyarakat.
Kasih Penjelasan SELUK BELUK KENAPA Point 1 ITU BISA MUNCUL DIFGD
ALESANNYA KENAPA?
Dengan melibatkan semua pihak terkait dan menggali masukan melalui FGD, diharapkan
rencana pengelolaan daerah sepanjang Sungai dapat mencapai solusi yang optimal dan
mendukung keberlanjutan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat setempat.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sempadan Sungai Bakil, Dumaring, Semeluk, dan Sembeling telah ditemukan adanya
degradasi. Perubahan tutupan lahan dan penggunaan lahan yang berada di Sempadan Sungai
Bakil, Dumaring, Semeluk, dan Sembeling mengakibatkan tidak berfungsinya sempadan
Sungai sebagai area pembatas khususnya terhadap aktivitas limbah pertanian. Limpasan air
yang mengandung limbah pertanian mengakibatkan turunnya kualitas air. Kerentanan
sempadan sungai terdegradasi juga didukung dari kondisi sosial,budaya, dan ekonomi
masyarakatnya. Tetapi keberadaan Lembaga yang berada di Kampung Dumaring menjadi
salah satu faktor yang mengurangi tingkat kerentanan pada sempadan Sungai. Pembuatan
perencanaan pengelolaan sempadan Sungai secara kolaboratif yang melibatkan seluruh pihak
yang terdampak baik langsung maupun tidak langsung menjadi solusi untuk menekan
berkurangnya tingkat degradasi pada sempadan Sungai.
Saran
1. Diperlukan uji lab terhadap sampel kualitas air untuk mengetahui parameter
kualitas air seperti COD dan BOD untuk kepentingan pengelolaan air yang
berasal dari sungai, misal untuk keperluan PDAM.
31
2. Dilakukannya segera sosialisasi kepada Masyarakat mengenai tindak lanjut
hasil dari FGD dan peraturan mengenai sempadan Sungai.
3. Mempercepat pembentukan kelembagaan yang mengelola sempadan Sungai
4. Diperlukan kelengkapan data untuk penggarap guna rencana pengelolaan yang
lebih optimal
32
DAFTAR PUSTAKA
Amalia R, Dharmawan AH, Prasetyo LB, Pacheco P. 2019. Perubahan Tutupan Lahan Akibat
Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit: Dampak Sosial, Ekonomi dan Ekologi. Jurnal
Ilmu Lingkungan. 17(1):130-139
Ardoina NM, Bowersd AW and Gaillarde E. 2019. Environmental education outcomes for
conservation: a systematic review. Biological Conservation 241
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Bagherian R, Bahaman AS, Asnarulkhadi AS and Ahmad S. 2009. Community participation
in watershed management programs. Journal of Social Sciences 5(3):251-256.
Du Y, Wang X, Brombal D, Moriggi A, Sharpley A and Pang S. 2018. Changes
inenvironmental awareness and its connection to local environmental management in
water conservation zones: the case of Beijing, China. Sustainability 10(6):1-24.
Hidayat MY. 2017. Pengaruh tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di sub daerah aliran
sungai yang dipulihkan (studi kasus pada sub daerah aliran Sungai Ciminyak). Ecolab
11(1):1-13.
Ibisch, R. dan Borchardt, D. 2009. Integrated Water Resouces Management (IWRM): From
Reasearch to Implementation. www.wasserressourcen-management.de.
Jariyah NA dan Pramono IB. 2013. Kerentanan sosial ekonomi dan biofisik di DAS Serayu:
collaborative management. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
10(3):141- 156.
Karpuzcu M and Delipinar S. 2011. Integrated watershed management: socioeconomic
perspective. TOJSAT 1(3):1-7.
Keraf AS. 2010. Etika lingkungan hidup. Kompas. Jakarta
Leo AS. 2015. The development of local wisdom-based social science learning model with
Bengawan Solo as the learning source. American International Journal of Social
Science 4(4):51-58.
Mawardi, Ikhwanuddin. 2010. Kerusakan Daerah Aliran Sungai dan Penurunan Daya
Dukung Sumberdaya Air di Pulau Jawa serta Upaya Penanganannya, Jurnal Hidrosfir
Indonesia. 5(2):1-11
Widodo. (2008). Sustainable Water Resources Management with Special Reference to
Rainwater Harvesting: Case Study of KartaManTul, Java, Indonesia. Dissertation,
Universität Karlsruhe. Germany.
33
34
35
36
Sungai Panjang (km)
Sungai Bakil 37.179397
Sungai Dumaring 38.032323
Sungai
Sembeling 8.945761
Sungai Semuluk 5.927903
Total 90.085384
37
Tutupan lahan Citra GE Citra Foto
Sentinel-2 Lapangan
Badan air
Belukar muda
Belukar tua
Hutan hujan
tropis sekunder
Hutan Hujan
tropis sekunder
terdegradasi
Hutan karst
primer
Kelapa sawit
38
Lahan terbuka
Peta yang digunakan untuk participatory mapping
39
Lampiran 4 Dokumentasi kegiatan capstone project
40
41
42