1
Definisi Pola Wilayah Sungai
Dokumen pola wilayah sungai berisi >>>>> pola pengelola sumber daya air
dalam suatu wilayah sungai
2
Visi dan Misi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Karangan
VISI :
“Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh masyarakat di WS
Karangan”
3
Maksud, Tujuan dan Sasaran Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS
Karangan
Maksud :
Sasaran:
5. kebijakan dalam konservasi sumber daya air di WS Karangan
6. kebijakan dalam pendayagunaan sumber daya air di WS Karangan dengan memperhatikan kebijakan daerah,
termasuk arahan dalam penataan ruang wilayah
7. kebijakan dalam pengendalian daya rusak air di WS Karangan
8. kebijakan dalam pelaksanaan sistem informasi sumber daya air di WS Karangan
9. kebijakan dalam merumuskan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumber daya air WS Karangan
5
Wilayah Administrasi di Wilayah Sungai Karangan
Menurut Peratuan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4/ A/ PRT/ M/ 2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, disebutkan bahwa Wilayah Sungai (WS)
Karangan merupakan WS Lintas Kabupaten (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau,
Kabupaten Kutai Kertanegara, dan Kota Bontang) dalam Provinsi Kalimantan Timur.
6
Wilayah Administrasi di Wilayah Sungai Karangan
Wilayah Sungai Karangan berdasarkan wilayah administrasi meliputi 24 wilayah kecamatan yaitu 13 wilayah
kecamatan di Kabupaten Kutai Timur, 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Berau, 3 wilayah kecamatan di
Kabupaten Kutai Kertanegara, dan 3 wilayah kecamatan di Kota Bontang.
7
Daerah Aliran Sungai dalam Wilayah Sungai Karangan
Wilayah Sungai Karangan terdiri dari 43 (empat puluh tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS)
dengan luas total 19.696,61 km2 .
9
SKEMA JARINGAN SUNGAI-SUNGAI UTAMA WS KARANGAN
Sungai terpanjang dalam WS Karangan adalah Sungai Manubar dengan panjang 186,39
km. Disusul Sungai Karangan (144,11 km), Sungai Bengalon (97,30 km), Sungai Santan
(69,48 km), dan Sungai Sangatta (60,22 km). 10
Isu-Isu Strategis
11
Analisis
Aspek Konservasi Sumber Daya
Air
12
Analisis aspek konservasi sumber daya air
1. Lahan Kritis
Jika ditinjau dari persentase luas lahan kritis dan sangat kritis terhadap luas DAS, maka
enam besar DAS yang memiliki prosentase lahan kritis dan sangat kritis paling luas adalah
DAS Tanjung 31,14%, DAS Guntung 28,36%, DAS Lipat 23,04%, DAS Bontang 21,15%,
DAS Selimpus 20,97% dan DAS Nyerakat 17,23%.
Keenam DAS tersebut masuk dalam kualifikasi tinggi dan sangat tinggi, artinya keenam
DAS tersebut perlu segera mendapatkan penanganan untuk mencegah meluasnya lahan
kritis dan memulihkan kondisi lahan yang sudah kritis.
13
Analisis aspek konservasi sumber daya air
1. Lahan Kritis
14
Analisis aspek konservasi sumber daya air
2. Prosentase luas hutan dan belukar terhadap luas DAS
• Jika mengacu pada Peraturan Gubernur No.2 Tahun 2018 pasal 11 yang menetapkan luas
hutan minimal 30% dari luas DAS, maka luas lahan non hutan tidak boleh lebih dari 70% dari
luas DAS.
• Ada beberapa DAS yang luas hutan dan belukarnya kurang dari 30%, yakni:
• DAS Muara Badak, DAS Nyerakat, DAS Bulu, DAS Sangatta Baru, DAS Kaliorang, DAS
Mangenay, dan DAS Marukangan.
• Perlu segera dilakukan penanganan khusus dari instansi-instansi terkait untuk mencegah
makin meluasnya pembukaan lahan dan melakukan reboisasi di DAS tersebut.
15
Analisis aspek konservasi sumber daya air
3. Kebakaran hutan dan lahan
• Potensi bahaya karhutla disusun berdasarkan parameter jenis hutan dan lahan, iklim
serta jenis tanah. Berdasarkan parameter tersebut dibuat peta bahaya karhutla dan
diperoleh luas bahaya karhutla yang ditabelkan pada Tabel 2.105.
• Lima besar DAS dengan luas bahaya karhutla yang paling tinggi adalah DAS
Bengalon seluas 2179,44 km2, DAS Karangan 1324,86 km2, DAS Sangatta 600,50
km2, DAS Manubar 411,48 km2, dan DAS Susuk 213,99 km2.
• Jika ditinjau dari persentasi luas bahaya karhutla terhadap luas DAS, maka lima besar
DAS dengan persentase terbesar adalah DAS Bulu 92,81%, DAS Sekurau 88,24 %,
DAS Sekerat 87,76 %, DAS Semberang 85,24 %, dan DAS Marukangan 68,03%.
• Jika mengacu pada wilayah administratif, maka luas bahaya kebakaran hutan dan
lahan kategori sedang dan tinggi ada di Kec. Kelay seluas 5633,56 km 2, Kec.
Bengalon 3223,71 km2, Kec. Karangan 2911,49 km2, Kec. Sandaran 2694,20 km2,
Kec. Tabalar 2132,67 km2, Kec. Telen (1174,80 km2, Kec. Marangkayu 1079,73 km2,
Kec. Sangkulirang 1011,17 km2, Kec. Teluk Pandan 909,19 km2, dan Kec. Kaubun
863,825 km2. 16
Analisis aspek konservasi sumber daya air
4. Erosi lahan dan sedimentasi sungai
Perkiraan erosi lahan telah dilakukan pada DAS-DAS besar dan DAS-DAS dengan
persentase bukaan lahan terluas. Analisis erosi lahan dilakukan dengan pendekatan
Universal Soil Loss Equation (USLE). Perkiraan besarnya erosi yang terjadi pada masing-
masing DAS tersebut disajikan pada Tabel berikut
Tanah hilang
No DAS E (ton/ha/tahun) Keterangan
(ton/ha/tahun)
1 Karangan 77,15 60 – 180 Sedang
2 Bengalon 46,06 15 – 60 Ringan
3 Manubar 38,02 15 – 60 Ringan
4 Sangatta 194,75 180-480 Berat
5 Marukangan 113,79 60 – 180 Sedang
6 Rapak 141,44 60 – 180 Sedang
7 Mangenay 152,83 60 – 180 Sedang
8 Kerajaan 84,11 60 – 180 Sedang
9 Susuk 70,29 60 – 180 Sedang
10 Muara Badak 173,57 60 – 180 Sedang
11 Marangkayu 200,44 180 – 480 Berat
12 Santan 193,46 180 – 480 Berat
13 Bontang 188,53 180 – 480 Berat
Sumber: Hasil analisis, tahun 2021 18
Analisis aspek konservasi sumber daya air
4. Erosi lahan dan sedimentasi sungai
Besarnya hasil erosi lahan yang masuk ke dalam sungai dan menjadi sedimen sering disebut
hasil sedimen (sediment yield) Y. Nilai Y dalam ton per tahun dapat diperkirakan dengan
menggunakan perhitungan nisbah pelepasan sedimen (Sediment Delivery Ratio/ SDR).
Besarnya sedimen hasil erosi lahan yang masuk ke dalam sungai dapat dilihat pada Tabel
berikut
19
Analisis aspek konservasi sumber daya air
5. Kualitas air
Sampel air dari beberapa sungai yang ada di dalam WS Karangan telah di uji di laboratorium.
Hasil uji parameter-parameter kualitas air dibandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan
dalam PP No.22 tahun 2021 dan Perda Kaltim No.02 tahun 2011. Dapat disimpulkan bahwa
hampir semua air sungai di WS Karangan tidak memenuhi baku mutu air baku kelas 1.
• Lima besar DAS dengan luas ijin pertambangan paling luas adalah DAS Bengalon seluas
1378,85 km2, DAS Karangan 939,85 km2, Santan 870,47 km2, Sangatta 707,31 km2,
Marangkayu 188,07 km2 dan DAS Sekurau 186,09 km2.
• Jika ditinjau persentase luas ijin tambang terhadap luas DAS, maka dapat diidentifikasi beberapa
DAS yang persentase luas ijin tambangnya sangat mencemaskan, yakni DAS Bulu sebesar
94,52%, DAS Rapak 91,13%, DAS Sangkimah 83,83%, DAS Sanganakan 80,572%, DAS
Sambera 72,88%, DAS Sekurau 72,13%, DAS Santan 67,25%, DAS Selimpus 66,55%, DAS
Marangkayu 66,02%, dan DAS Lipat 65,65%. 20
Analisis aspek konservasi sumber daya air
7. Luas perkebunan
• Terdapat sepuluh DAS yang perlu mendapat perhatian karena memiliki tutupan
lahan perkebunan terluas, yakni DAS Karangan 937,12 km2, DAS Bengalon
727,61 km2, DAS Manubar 359,17 km2, DAS Marukangan 239,15 km2, DAS
Rapak 166,40 km2, DAS Susuk 158,98 km2, DAS Kerajaan 156,20 km2, DAS
Sangatta 147,15 km2, DAS Benuyaan 94,17 km2, DAS Kolek 77,82 km2.
• DAS dengan ijin perkebunan kelapa sawit terluas ada di DAS Karangan 750,63
km2, DAS Bengalon 649,53 km2, DAS Manubar 226,67 km2, DAS Marukangan
197,33 km2, dan DAS Rapak 147,29 km2.
• Jika ditinjau berdasarkan persentase luas perkebunan kelapa sawit terhadap luas
DAS, maka DAS yang memiliki persentase perkebunan sawit tertinggi adalah
DAS Marukangan 62,95%, DAS Kerajaan 49,19%, DAS Mangenay 47,15%,
DAS Sumber Agung 43,45%, dan DAS Rapak 40,97%.
21
Analisis
Aspek PENDAYAGUNAAN
SUMBER DAYA AIR
22
SKEMA KESEIMBANGAN AIR KONDISI EKONOMI SEDANG
Pada kondisi ekonomi sedang terdapat 13 DAS yang defisit air baku, yaitu DAS
Sambera, DAS Marangkayu, DAS Nyerakat, DAS Bontang, DAS Guntung, DAS
Sangkimah, DAS Sekerat, DAS Kaliorang, DAS Kolek, DAS Rapak, DAS
23
Selangkau, DAS Bakil, dan DAS Petuang.
Analisis
Aspek Daya Rusak Air
24
Analisis Aspek Daya Rusak Air
1. Analisis Banjir
Analisa debit banjir dilakukan per DAS menggunakan metode hidrograf satuan sintetik
(HSS) Nakayasu. Hasil perhitungan debit banjir rencana dari masing-masing DAS di WS
Karangan dengan periode ulang 2, 5, 10, 15, dan 20 tahun. Berdasarkan hasil analisis
tersebut, diketahui bahwa debit banjir terbesar terjadi di DAS Bengalon dan DAS Sangatta.
25
Analisis Aspek Daya Rusak Air
2. Analisis Tanah Longsor Luas Bahaya Longsor Kelas Tinggi
450
Luas bahaya longsor dengan kelas bahaya tinggi ada di DAS 394,7
28
Kab. Berau
- Merehabilitasi hutan dan lahan, baik milik pemerintah, swasta dan masyarakat.
- Meninjau kembali ijin tambang, ijin industri, dan perkebunan yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan.
Kebijakan operasional - Mengkaji ulang ijin pemanfaatan hutan dan lahan yang tumpang tindih.
-
konservasi sda di -
Mengembangkan sistem peringatan dini bahaya karhutla.
Melakukan patroli karhutla secara rutin dan pengawasan lebih ketat oleh instansi terkait.
Kabupaten Berau - Meningkatkan partisipasi masyarakat terkait karhutla melalui kampanye, pemberian insentif, pelatihan, dan
pembentukan tim pemadam.
- Membentuk posko-posko karhutla dibawah koordinasi Polsek dan Koramil setempat.
- Membentuk KPHP (Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi) di setiap kecamatan.
- Menetapkan dan mensosialisasikan zona pemanfaatan ruang dan peruntukan air pada sumber air (sungai, waduk,
danau, rawa, mata air).
- Mengeruk waduk, embung, danau yang mengalami sedimentasi berat.
- Merehabilitasi sarana dan prasarana konservasi yang rusak.
- Menerbitkan Perda tentang pengaturan sempadan sumber air permukaan (sungai, waduk, embung, danau, situ, mata
air, dll).
- Menginventarisir ijin-ijin perusahaan yang diterbitkan di WS Karangan.
- Menegakkan hukum bagi pelanggaran di sempadan sumber air.
- Meninjau kembali ijin perkebunan kelapa sawit di DAS yang luas ijinnya lebih dari 40%, yakni DAS Sumberagung.
- Setiap pemilik ijin perkebunan kelapa sawit diwajibkan memiliki rencana pengelolaan kawasan perkebunan yang
berwawasan lingkungan.
- Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana pengelolaan kawasan perkebunan.
- Menanam mangrove di kawasan hutan mangrove yang sudah terdegradasi di Kec. Batu Putih dan Kec. Biduk-Biduk.
- Koordinasi antar instansi dalam upaya pengelolaan hutan mangrove.
- Menetapkan dan mensosialisasikan peraturan mengenai pemanfaatan kawasan hutan mangrove di Areal Penggunaan
Lain (APL).
- Mengendalikan dan memantau pengambilan air tanah.
- Mensosialisasikan pemanfaatan air dari sumber alternatif lain.
- Sosialisasi dan mendorong masyarakat untuk pembuatan sumur resapan dan biopori.
- Sosialisasi dan mendorong masyarakat dan dunia usaha untuk mempraktekkan teknik-teknik pemanenan air hujan.
- Membangun pos pemantau kualitas air di semua sungai utama, terutama di hulu waduk.
- Membangun sistem instalasi pengolah air limbah terpusat pada setiap lingkungan.
- Memisahkan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
- Membuang air limbah melalui jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan ke dalam sistem instalasi
pengolah air limbah terpusat.
- Mengendalikan/ mengawasi pembuangan air limbah yang masuk ke sumber-sumber air.
- Sanitasi perdesaan padat karya.
- Penegakan hukum bagi pelanggar aturan pembuangan limbah.
Kab. Kutai Timur
- Melakukan penghijauan pada 60% luas lahan kritis milik masyarakat dan negara di DAS Sangatta, DAS Bengalon, DAS Karangan, DAS Manubar,
DAS Tanjung, DAS Lipat, DAS Selimpus.
Kebijakan - Melaksanakan program GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air) secara rutin.
- Meninjau kembali penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
operasional - Meninjau kembali ijin tambang, ijin industri, dan perkebunan yang kawasan hutannya kurang dari 30%.
konservasi sda di - Mengelola kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan tangkapan air.
- Merehabilitasi hutan dan lahan, baik milik pemerintah, swasta dan masyarakat.
Kabupaten Kutai - Mengkaji ulang ijin pemanfaatan hutan dan lahan yang tumpah tindih.
- Mengembangkan sistem peringatan dini bahaya karhutla.
Timur - Meningkatkan partisipasi masyarakat terkait karhutla melalui kampanye, pemberian insentif, pelatihan, dan pembentukan tim pemadam.
- Membentuk posko-posko karhutla dibawah koordinasi Polsek dan Koramil setempat.
- Membentuk KPHP (Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi) di setiap kecamatan.
- Menetapkan dan mensosialisasikan zona pemanfaatan ruang dan peruntukan air pada sumber air (sungai, waduk, danau, rawa, mata air).
- Melakukan penghijauan pada 100% luas lahan yang mengalami erosi berat.
- Membangun sarana dan prasarana konservasi untuk mengendalikan aliran sedimen hasil erosi lahan.
- Menormalisasi sungai-sungai yang mengalami sedimentasi berat.
- Mengeruk waduk, embung, danau yang mengalami sedimentasi berat.
- Merehabilitasi sarana dan prasarana konservasi yang rusak.
- Menerbitkan Perda tentang pengaturan sempadan sumber air permukaan (sungai, waduk, embung, danau, situ, mata air, dll).
- Menginventarisir ijin-ijin perusahaan yang diterbitkan di WS Karangan.
- Menegakkan hukum bagi pelanggaran di sempadan sumber air.
- Meninjau kembali ijin tambang di DAS yang luas ijin tambangnya lebih dari 60% di DAS Bulu, DAS Rapak, DAS Sangkimah, DAS Sanganakan,
DAS Sekurau, DAS Selimpus, dan DAS Lipat.
- Meningkatkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pengelolaan kawasan tambang dan kawasan bekas tambang.
- Meninjau kembali ijin perkebunan kelapa sawit di DAS yang luas ijinnya lebih dari 40%, yakni DAS Marukangan, DAS Karangan, DAS Mangenay,
dan DAS Rapak.
- Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana pengelolaan kawasan perkebunan.
- Pengimbuhan air ke lapisan air tanah (akuifer).
- Memasyarakatkan pembuatan biopori dan sumur-sumur resapan di masing-masing rumah.
- Mengembangkan ruang terbuka hijau perkotaan hingga luasnya paling sedikit 30% dari luas wilayah kota.
- Mengevaluasi dan mengkoreksi wilayah ijin usaha tambang, perkebunan, dan konsesi hutan yang beririsan dengan KBAK Sangkulirang-Mangkalihat.
- Melestarikan dan melindungi 17 zona bentang alam karst (termasuk kawasan bentang alam karst Sangkulirang-Mangkalihat).
- Menegakkan aturan dengan menindak pelanggaran di KBAK Sangkulirang-Mangkalihat.
- Menanam mangrove di kawasan hutan mangrove yang sudah terdegradasi di Kec. Sangkulirang, Kec. Kaliorang, Kec. Kaubun, Kec. Sandaran, Kec.
Sangatta Selatan, dan Kec. Sangatta Utara..
- Koordinasi antar instansi dalam upaya pengelolaan hutan mangrove.
- Menetapkan dan mensosialisasikan peraturan mengenai pemanfaatan kawasan hutan mangrove di Areal Penggunaan Lain (APL).
- Sanitasi perdesaan padat karya.
- Membangun sistem instalasi pengolah air limbah terpusat pada setiap lingkungan.
- Memisahkan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
- Membuang air limbah melalui jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan ke dalam sistem instalasi pengolah air limbah terpusat.
- Mengendalikan dan memantau pengambilan air tanah.
- Sosialisasi dan mendorong masyarakat untuk pembuatan sumur resapan dan biopori.
- Sosialisasi dan mendorong masyarakat dan dunia usaha untuk mempraktekkan teknik-teknik pemanenan air hujan (water harvesting).
Kota Bontang
- Melakukan penghijauan pada 60% luas lahan kritis milik masyarakat dan negara di DAS Guntung, DAS Bontang,
Kebijakan operasional dan DAS Nyerakat.
- Melaksanakan program GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air ) secara rutin.
konservasi sda di Kota - Meninjau kembali penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
37