PENGGANTI PERKULIAHAN
Nama : Farhan Filya Oktama
NIM : 1801123762
Mata Kuliah : Ekologi Pemerintahan
Kelas : A dan D
Dosen : Rury Febrina, S.IP, M.Si
Deadline Pengumpulan Tugas : Senin/ 06 April 2020
Deskripsi Tugas;
1. Mahasiswa membuat Tabel Ideologi Politik dalam perspektif ekologi Pemerintah.
Adapun ideologi politiknya yaitu:
a. Liberalisme
b. Kapitalime
c. Komunisme
d. Fasisme
e. Sosialisme
f. Demokratisme
g. Pancasilaisme
2. Mahasiswa hanya membahas 2 ideologi politik saja. Dengan indicator yang dibuat yaitu:
a. Lahirnya ideology politik (Peristiwa yang melatar belakangi lahirnya ideologi
politik tsb).
b. Gagasan yang dibentuk oleh ideologi politik tsb.
c. Pengaruh ideology terhadap Negara/pemerintahan (Bentuk Negara, Sistem Politik,
Sistem Pemerintahan, Hubungan Pemerintah dengan Masyarakat dan lingkungan
sekitar lainnya).
d. Negara yang menggunakan ideology politik tsb.
e. Peristiwa penting yang dicatat sejarah terkait berkembang/Melebar dan
Bubar/Meneyempitnya pengaruh ideology tsb.
3. Memberikan penjelasan terkait perbedaan ideology satu dengan ideology dua yang
dibahas di Tabel.
4. Mencari literature atau referensi terkait dalam memperkuat pemahaman mahasiswa
terkait eksistensi ideology politik disertakan dengan daftar pustaka/referensi.
5. Bahan perkuliahan telah diberikan sebelumnya dan bisa menjadi pedoman dalam
pembuatan tugas perkuliahan.
6. Dikumpulkan/diupload dalam format pdf pada akun Google Classroom masing-masing
mahasiswa dan laman akan otomatis menutup waktu pengumpulan tugas diluar dari
deadline yang sudah diinformasikan diatas. Apabila terlambat mengumpulkan tanpa
konfirmasi dinyatakan tidak hadir dan nilai tugas tidak diakomodir.
Lahirnya Ideologi politik Gagasan Ideologi Pengaruh Ideologi Negara Yang Peristiwa
Politik Terhadap Menggunaka Penting
Pemerintahan n Ideologi Eksistensi
Politik Ideologi
Politik
Paham ini
Penganut paham berasal dari Menganut sistem satu Republik Gerakan
menginginkan semua partai Rakyat China sosial di
der Manifest Jerman
aset dimiliki oleh
Kommunistischen yang Pemerintah yang Russia karena,
negara dan digunakan bersifat diktator ketidakadilan
ditulis oleh Karl Marx dan proletariat pada masa Korea Utara dan
untuk kemakmuran
Friedrich Engels, sebuah transisi ketertindasan
Vietnam
rakyat secara merata. kaum buruh
manifesto politik yang Tidak mempercayai oleh kaum
tidak ada kelas sosial, adanya tuhan
pertama kali diterbitkan pada kapitalis
tidak ada kepemilikan
21 Februari 1848 teori
pribadi, tidak ada sektor
analitis pendekatan komunis
swasta dll. Rakyat harus
untuk perjuangan kelas
berdiri sama rata sama
(sejarah dan kontemporer)
rasa.
dan kemakmuran ekonomi
yang kemudian menjadi salah
satu gerakan paling
berpengaruh di dunia politik.
2. FASISME
Berikan penjelasan terkait perbedaan ideologi politik yang dibahas pada tabel dan sertakan
kutipannya
1. Komunisme
Paham Komunis tidak terlepas dari gagasan bahwa kekayaan dunia merupakan
milik bersama dan lebih baik dari milik pribadi. Kepemilikan bersama menjadi gagasan
yang mendorong membuat sama rata dalam situasi ekonomi semua orang, meniadakan
perbedaan antara si miskin dan si kaya, menggantikan usaha mengejar keuntungan pribadi
dengan kesejahteraan umum, sehingga dimungkinkan tidak terjadi situasi sosial yang dapat
menjadi pembeda di antara semua orang. Gagasan ini lebih lanjut disebut dengan paham
sosialisme. Oleh karena itu paham komunis tidak terlepas dan teridentikan dari
gagasan/paham sosialis (Rujikartawi, 2015 : 76).
Pemikiran komunisme Karl Marx sebagai pemikiran yang menciptakan gerakan
sosial di Jerman karena, ketidakadilan dan ketertindasan kaum buruh oleh kaum kapitalis
menjadi inspirasi tersendiri untuk di kembangkan menjadi idiologi politik dan kekuasaan
oleh Lenin dan Stalin di Rusia. Padahal bagi Karal Marx sendiri idiologi merupakan
kesadaran palsu, kesadaran yang mengacu pada nilai-nilai moral tinggi dengan sekaligus
menutup kenyataan bahwa di belakang nilai-nilai luhur itu tersembunyi kepentingan-
kepentingan egois kelas-kelas berkuasa. Dengan ideologi komunis yang di kembangkan
oleh Lenin dan Stalin di Rusia mampu menciptakan jalan kekusaan yang berbeda dan
sekaligus sebagai anti tesa kekuatan idiologi politik kekuasaan demokrasi yang
dikembangkan oleh negaranegara di Eropa dan Amerika Serikat (Suseno, 1992 : 228).
Komunisme dalam kajian ilmu hukum terutama ilmu negara adalah ideologi yang
selalu berkolerasi dengan sistem politik dan mencerminkan suatu gaya hidup yang
berdasarkan nilai-nilai tertentu yaitu (Budiarjo, 1981 : 87-88):
2. Kekerasan dipandang sebagai alat yang sah yang harus dipakai untuk
mencapai komunisme. Paksaan ini dipakai dalam dua tahap: pertama
terhadap musuh, kedua terhadap pengikutnya sendiri yang dianggap
masih kurang insaf.
2. FASISME
Fasisme berasal dari filsafat radikal yang muncul dari revolusi industri yakni
sindikatisme. Eksponen sindikatisme adalah George Sorel (1847-1922). Penganjur
sindikatisme menginginkan reorganisasi masyarakat menjadi: asosiasi - asosiasi yang
mencakup seluruh industri, atau sindikat-sindikat pekerja. Dianjurkan agar ada sindikat-
sindikat pabrik baja yang dimiliki dan dioperasikan oleh para pekerja di dalam industri batu
bara, dan demikian pula. halnya pada industri-industri lain. Dengan demikian sindikat -
sindikat yang ada pada dasarnya merupakan serikat buruh yang akan menggantikan negara.
Dalam sistem ekonomi fasisme, pemerintah melakukan pengendalian dalam bidang
produksi, sedangkan kekayaan dimiliki oleh pihak swasta. Dalam praktik Fasisme dan
Komunisme adalah dua gejala dari penyakit yang sama. Keduanya sering dikelompokkan
sebagai sistem totaliter. Keduanya sama dalam hal pemerintahan, yaitu kediktatoran satu
partai (Maruta : 2015).
Istilah “fasisme” pertama kali digunakan di Italia oleh pemerintahan yang berkuasa
tahun 1922-1924 pimpinan Benito Mussolini. Dan gambar tangkai-tangkai yang diikatkan
pada kapak menjadi lambang partai fasis pertama. Setelah Italia, pemerintahan fasis
kemudian berkuasa di Jerman dari 1933 hingga 1945, dan di Spanyol dari 1939 hingga
1975. Setelah Perang Dunia II, rezim-rezim diktatoris yang muncul di Amerika Selatan dan
negara-negara belum berkembang lain umumnya digambarkan sebagai fasis. Bedanya
dengan komunisme yang merupakan pemberontakan pertama revolusioner dan totaliter,
fasisme adalah pemberontakan kedua (Aryani : 2010). Fasisme adalah pengorganisasian
masyarakat dan pemerintahan secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat
nasionalis, rasialis, militeris, dan imperialis. Italia adalah negara pertama penganut fasisme
(1922), menyusul Jerman (1933), Spanyol (1933), Jepang (1930-an). Fasisme mencapai
puncaknya di Italia pada kepemimpinan Benito Mussolini pada tahun 1943, Adolf Hitler di
Jerman, Spanyol dibawh Franco. Fasisme berari persatuan perjuangan. Fasisme muncul
akibat penentangan terhadap paham lain seperti komunisme, sosialisme, dan liberalisme.
Tujuan fasisme adalah membentuk negara otoriter-totaliter. Munculnya aliran ini akibat
adanya kegelisahan rakyat dan bangsa Italia serta melemahnya wibawa pemerintah.
Dengan demikian, sebagai sebuah organisasi, fasisme dikuasai oleh partai fasis.
Segala bentuk kegiatn politik, ekonomi, social, berada dibawah kendali partai fasis tersebut.
Ideology ini ingin selalu menekankan tata masyarakat organis dan sangat mengagungkan
semangat kepemimpinan otoriter yang terwujud dalam satu wadah partai politik, untuk
mencapai tujuan persatuan nasional. Fasisme sangat mempercayai teori Darwin yang
menyatakan bahwa yang kuat akan selalu unggul dalam persaingan dan akan dapat
mendapatkan hidupnya (survival of the fittest). Fasis adalah fenomena Negara industri yang
berbeda dengan komunisme yang merupakan fenomena Negara miskin. Negara fasis
mengingkari adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam masyarakat (karena
bencinya terhadap keberagaman, terutama sekali penyimpangan dari keseragaman yang
dipaksakan Negara). Hubungannya dengan propaganda, kelompok ini sering membuat janji
- janji yang berlawanan untuk memuaskan semua pihak yang menjadi pengikutnya.
Menurut Ebenstein (2006 : 126), unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang
bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi
didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu” terhadap
masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Dalam
pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada
yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus
dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-
kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui
kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak
pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif
kebenarannya.
Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara
kaum elit lebih unggul dari dukungan masa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan
kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit,
yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur
keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang
lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat
imperialisme.
Aryani, Rini. 2010. Fasisme Italia 1922 – 1944. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret :
Surakarta
Asnawi, Hartutik. 2014. Analisis Historis Terhadap Komunisme Sebagai Suatu Ideologi
Politik. Jurnal Seuneubok Lada. Vol.2, No.1. UNSAM : Samarinda.
Budiardjo, Miriam. 1981. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Maruta, Heru. 2015. Fasisme. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, Vol. 4 No. 1
(hlm. 15-24). STIE Syariah Bengkalis : Bengkalis
Putra, Ario Rahmana. 2014. Ideologi Fasisme (Pemikiran Adolf Hitler Atas Konsep
Fasisme di Jerman). [Skripsi]. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Rujikartawi, Erdi. 2015. Komunis; Sejarah Gerakan Sosial dan Ideologi Kekuasaan. Jurnal
Qathruna. Vol. 2 No. 2 (75 - 86). UIN Banten : Banten.
Suseno, Franz Magnis. 1992. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Jogjakarta : Kanisius.