HITLER
NIM : 20150520037
Abstract : Penulisan kali ini adalah sebuah pandangan tentang Politik yang
menekankan kita semua terhadap pentingnya moralitas dan cita-cita luhur bangsa,
filosofis Idealisme membawa kita mengimplikasikan bahwa ide-ide filosofis lebih
riil daripada pandangan terhadap materi. Idealisme Negara adalah sebuah
kekuatan negara yang berdaulat dimana sebagian besar warga negaranya memiliki
jiwa nasionalis dan kebangsaan yang sama, idealisme negara pluralis akan
semakin kuat dengan adanya sebuah keyakinan atau komitmen terhadap sebuah
keberagaman, atau yang meyakini bahwa Idealisme negara pluralis adalah
komitmen negara untuk membagi dan mendistribusikan kekuasaan secara adil dan
merata.
Yang kedua juga penulis akan membahas tentang Ajaran Adolf Hitler
seorang diktator Nazi dari Jerman. Penulisan tentang usaha sang diktator untuk
meleburkan rasa Nasionalisme Jerman Ekspansionis dan anti paham semitisme
menjadi sebuah teori untuk kita menjawab terjadinya perang yang tiada akhir
antara bangsa Jerman dan Bangsa Yahudi yang secara tidak langsung
mempresentasikan kekuatan-kekuatan dari sebuah kebaikan dan kejahatan. Ajaran
Adolf Hitler sangat memiliki kontribusi dan pengaruh yang sangat besar terhadap
pecahnya Perang Dunia II dan Holocaust atau yang lebih dikenal sebaagai
Genosida penghancur Yahudi.
Namun tidak hanya masalah idealisme oleh suatu negara, dalam penulisan
ini juga akan dibahas mengenai ajaran-ajaran Hitler dalam masa kepemimpinanya.
Ajaran Hitler tentang anti semitisme menjadi teori sejarah yang mendasari
peperangan antara bangsa Jerman dan Yahudi, perlu diketahui bahwasanya
Idealisme Negara Pluralis sangat berbeda dengan ajaran-ajaran Hitler tentang
Fasisme yang menuju kearah pemaksaan atau kediktaktoran dalam perwujudan
utamanya. Fasisme adalah ajaran yang muncul sebagai salah satu anak dari abad
ke-20 dimana pada masa ini fenomena yang terjadi adalah peperangan yang mana
keyakinan-keyakinan fasisme dapat ditelusuri kembali pada akhir abad ke-19.
Dalam banyak hal fasisme yang dibawa oleh Hitler adalah ajaran yang
digunakan untuk membentuk sebuah perlawanan terhadap nilai-nilai dan ide-ide
yang telah mendominasi pemikiran maupun paham-paham politik sebuah negara.
Cita-cita fasisme adalah cita-cita tentang manusia baru, seorang pahlawan
idealisme yang dimotivasi oleh tugas kehormatan dan pengorbanan diri untuk
melakukan perlawanan terhadap ketidaksesuaian. Dengan ini memunculkan
keyakinan Arianisme yang meyakini bahwasanya bangsa jerman adalah bangsa
yang menempati kelas tertinggi dan ditakdirkan untuk memimpin dunia tanpa
melihat keragaman dan toleransi sosial terhadap bangsa maupun warga lainya.
2. Pembahasan
Sebagaimana pernyataan dari Locke dimana tidak ada aturan maka tidak
akan ada kebebasan, aturan yang diperoleh dari negara akan memunculkan sistem-
sistem kebebasan untuk masyarakat dapat memilih kontrak sosial yang sesuai
dengan keinginanya dan negara mengakui keragaman atas sosial yang dipilih oleh
masyarakatnya sebagai sebuah keadilan yang merata bagi semua. Pluralisme
menurut Surbakti (2010: 131) merupakan suatu sistem yang memungkinkan
semua kepentingan dalam masyarakat bersaing secara bebas. Sehingga konsep
negara pluralis seringkali ditemukan pada negara yang terdiri dari beberapa
kelompok kepentingan atau bersifat majemuk seperti Indonesia.
Teori Negara pluralis adalah pandangan yang melihat Negara sebagai alat
yang netral dari aktor-aktor sosial Politik yang menguasai atau mempengaruhi
Negara. Paham ini menekankan dari heterogenitas masyarakat, masyarakat terdiri
dari kelompok kekuatan sosial politik yang saling berinteraksi. Menurutnya tidak
ada satu kelompok yang secara eksklusif mengenai relasi kepada Negara yang
mungkin terjadi adalah adanya kelompok tertentu yang lebih dominan dibanding
kelompok lain.
.
3. PENUTUP
Dengan demikian dapat kita katakan bahwasanya idealisme dalam negara
pluralis sangatlah bertentangan jika di hadapkan persamaan dengan ajaran Hitler
yang membawa dendam kekecewaan terhadap perjanjian ekonomi dan
menyatakan perang sebagai penanda kekuasaan. Jauh berbeda dengan negara
pluralis yang mana masyarakat memiliki kekuatan pemersatu untuk menyatukan
berbagai unsur keragaman dalam sebuah negara. Akan tetapi disini yang menjadi
keunikan dari penulis dan masih membutuhkan analisis yang lebih mendalam.
Bagaimana penerapan ideologi Fasisme dalam negara pluralis saat terjadi
perhelatan politik maupun ekonomi, jawabanya adalah bisa karena fasisme sendiri
adalah paham yang menyatakan perang kepada setiap penghalang atau bisa
dikatakan disini musuh sebuah negara, baik dalam perhelatan politik maupun
ekonomi negara. Fasisme dapat dinyatakan sebagai paham pertahanan dan
nasionalisme bangsa jika dilaksanakan sesuai dengan jalur dan aturan-aturan yang
tegas membatasinya, atau dapat dikatakan keragaman yang dipersatukan dengan
rasa nasionalisme yang tinggi akan mewujudkan tingginya rasa cinta tanah air dan
bela negara khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Archer, Jules. 2004. Kisah para dictator : Biografi politik Para Penguasa Fasis,
Komunis, Despostis dan Tirani. Yogyakarta narasi.
Hitler, Adolf. 2010. Mein Kampf: Edisi lengkap volume I dan II. Jakarta:
PT.Suka Buku.
Heywood, Andrew. 2014. Politik Edisi ke-4. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Hegel, G.W.F. ([1821] 1942). The Philosophy Of Right. (Oxford: Claredon Press)
(Translated. T. M. Knox) (Terjemahan. A.L. Lazuardi)
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik ,jakarta, Grasindo,