Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Pusat – Daerah Pasca Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945


 Amandemen kedua tahun 2002 pasal 18 diubah dan Bab VI
ditambah dua pasal menjadi :

Pasal 18
1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, kota dipilih
secara demokratis.
5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
pembantuan.
7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang-undang.
Pasal 18 A
1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau
antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan
undang-undang.
Pasal 18 B
1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang.
2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masa hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
 Dari ketentuan pemerintahan daerah pasca amandemen kedua
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kemudian dibentuk
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Pasal 18 ayat 1: NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.

Pemerintahan Daerah
Pasal 18 Pasal 18
ayat 4: Kepala Dewan Perwakilan Rakyat ayat 3:
Kepala Pemerintahan Daerah Daerah Anggota-
Pemda Pasal 18 ayat 2: mengatur dan mengurus sendiri urusan anggota
provinsi, pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas DPRD
kabupaten pembantuan yang
, kota Pasal 18 ayat 5: menjalankan otonomi seluas-luasnya, anggota-
dipilih kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang anggotany
secara ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. a dipilih
demokrati Pasal 18 ayat 6: berhak menetapkan peraturan daerah melalui
s. dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan pemilu
otonomi dan pembantuan
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah memiliki tiga asas, yaitu:
1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia (pasal 1 ayat 7).
2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu (Pasal 1 ayat 8).
3. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada
daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten
kota pada desa untuk melaksanakan tugas tertentu (pasal 1 ayat
9).
 Prinsip desentralisasi yaitu membentuk daerah-daerah otonom
yang kepadanya diserahkan urusan-urusan pemerintah dari
pemerintah pusat atau pemerintah daerah otonom yang lebih
tinggi tingkatannya ke pemerintah daerah otonom yang lebih
rendah tingkatannya.
 Dalam bentuk penyerahan urusan secara tugas pembantuan
dan menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan
pemerintah yang oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
 Oleh karena itu, ditunjuklah daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam rangka
menjalankan asas desentralisasi.
 Prinsip dekonsentrasi didasarkan pada pemikiran bahwa tidak
semua urusan pemerintah dapat diserahkan/dilaksanakan
daerah otonom karena keterbatasan kemampuan daerah.
 Sehingga dibutuhkan pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah, untuk dapat mewujudkan
tercapainya penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Oleh karena itu, ditunjuklah Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat di daerah dalam rangka menjalankan asas
dekonsentrasi.
 Jelas bahwa asas desentralisasi selalu dilaksanakan secara
bersama-sama dengan asas dekonsentrasi. Karena keduanya
merupakan cara pemecahan masalah pembagian kekuasaan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam
usahanya mewujudkan kesejahteran dan kemakmuran rakyat.
 Dengan demikian, di dalam operasionalnya, tidak mungkin
berjalan sendiri-sendiri.
 Karena Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan
pemerintahan daerah sehingga perlu diganti dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
memiliki tiga asas, yaitu:
1. Desentralisasi adalah penyerahan usaha Pemerintah oleh Pemerintah
Pusat kepada daerah Otonom berdasarkan asas otonomi (pasal 1 ayat
8).
2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagai urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan atau kepada Gubernur dan Bupati atau Walikota sebagai
penanggungjawab urusan pemerintahan umum (pasal 1 ayat 90).
3. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah
daerah provinsi kepada daerah kabupaten atau kota untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah provinsi (pasal 1 ayat 11).
1. Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Amandemen Kedua.
2. Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah.
3. Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.
4. Ihsan, Rahdian. (2015). Hubungan Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004. Jurnal GeneC Swara Vol. 9
No. 1 Maret.

Anda mungkin juga menyukai