PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyusun UUD 1945, otonomi termasuk salah satu pokok yang dibicarakan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang diatur dengan
1
Jum Anggriani, Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Pusat Terhadap Peraturan
Daerah, Universitas Tama Jagakarsa, Jakarta, 2011. hlm 1
2
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas
Hukum UII, Yogyakarta, 2001, hlm 21
1
2
Negara kesatuan yang kedaulatan Negara berada ditangan pusat. Hal ini
Negara-negara bagian.3
daerah (ayat (6) di atas), itu bukan berarti bahwa daerah boleh membuat
3
Majlis Permusyawaratan Republik Indonesia, Panduan dalam Memasyarakatkan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretariat MPR RI, Jakarta, 2007, hlm 89
4
Eka N.A.M Sihombing, “Menggagas Peraturan Daerah Yang Aspiratif” Dalam Sopia
Hadyanto, (Editor) Paradigma Krbijakan Hukum Pasca Reformasi, PT. Softmedia, Jakarta, 2010,
hlm 189
5
Sirajuddin Dkk, Hukum Administrasi Pemerintah Daerah, Setara Press, Malang, 2016,
hlm 185
3
6
Jum Anggriani, Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Pusat Terhadap Peraturan
Daerah,… hlm 1
7
Umbu Rauta, Kontitusionalitas Pengujian Peraturan Daerah, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2016, hlm 3
4
kesusilaan maka Perda dan Perkada dimaksud akan dibatalkan oleh Menteri
Dalam Negeri.
Menteri Dalam Negeri dan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dapat
menyatakan;
6
sejalan dengan adanya permohonan pengujian pasal 251 ayat (1), ayat (2),
ayat (7) dan ayat (8) Undang-undang Pemda yang diajukan oleh pemohon
8
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media; Bandung, 2009, hlm 129
9
Imam Soebechi, Hak Uji Materiil, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm 54
7
10
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XIV/2016, hlm 14-17
8
dalam siding pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari
Rabu, tanggal empat belas, bulan Juni tahun dua ribu tujuh belas dengan
amar:
1. …;
2. …;
3. …;
(1) dan ayat (4), dan frasa “Perda Provinsi dan” dalam Pasal 251
mengikat;
5. …;
6. …;
berikut:
Pasal 251 ayat (1) dan ayat (7) tidak beralasan menurut hukum.11
1945. Oleh karena dalam Pasal 251 ayat (1) dan ayat (4) UU 23
sehingga Mahkamah berpendapat, Pasal 251 ayat (1) dan ayat (4)
11
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XIV/2016, hlm 97
12
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XIV/2016, hlm 99
10
Pusat baik yang dilaksanakan Oleh Menteri Dalam Negeri maupun oleh
dan/atau kesusilaan.
Daerah.14
13
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XIV/2016, hlm 100
14
Muklis Talib, Dinamika Perundang-Undangan di Indonesia, PT Refika Aditama,
Bandung, 2017, hlm 291
11
Di samping itu, terhadap Perda bermasalah tersebut di atas, harus ada upaya
yang mesti dicarikan sebagai jalan keluar, sehingga tidak ada lagi Perda
review.
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
XIV/2016.
2. Manfaat Praktis
E. Penelitian Terdahulu
yakni:
tata ruang. Tahap kedua adalah evaluasi dan yang ketiga adalah
langsung ditetapkan.
14
Daerah: Satu Analisis Singkat” ditulis oleh Leo Agustino, jurnal ini
terjadi, dan korupsi menjadi hal yang biasa. Oleh karena itu,
F. Kerangka Teoritis
mengenai suatu factor dari sebuah disiplin ilmiah. Dalam dunia ilmu, teori
Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri dapat disatukan dan
Istilah negara hukum sering kali juga disebut dengan istilah rule of
berbeda. Rule of law berangkat dari tradisi common law atau Anglo
menganut ide rechtsstaat yang lahir di jerman pada akhir abad XVII
15
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama,
hlm. 21
16
Philipus M.Hadjon dalam buku Victor Imanuel W.Nalle, Konsep Uji Materil: Kajian
Pembentukan dan Uji Materil Peraturan Kebijakan di Indonesia, Setara Press, Malang, 2013,
Hlm. 11
16
Gagasan, cita atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep
Karena itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan
Inggris yang dikembangkan oleh A.V Dicey, hal itu dapat dikaitkan
menjadi jargon “the Rule of Law, and not of Man”. Yang sesungguhnya
17
Pembentukan dan Uji Materil Peraturan Kebijakan di Indonesia, Setara Press, Malang,
2013, Hlm. 7
18
Lihat Plato:The Laws, Penguin Classics, edisi tahun 1986. Diterjemahkan dan diberi
kata pengantar oleh Trevor j. Saunders.
17
sebagai berikut:19
hukum;
pembentuk undang-undang.
Menurut A.V Dicey ada tiga ciri penting dalam setiap Negara
of Law)
19
Ibid, Hlm. 8.
18
before the law), dan penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan
the law).Perbedaan perlakuan hukum hanya boleh jika ada alasan yang
khusus.
hukum (equality before the law), di mana semua orang harus tunduk
kepada hukum, dan tidak seorang pun berada di atas hukum (above the
law).
liberty).
2. Teori Pengawasan
bahwa titik berat suatu pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin
19
proses tersebut.20
merupakan dua sisi dari satu lembar mata uang dalam Negara Kesatuan
20
Sirajuddin, Dkk… hlm 283
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indoneisa, Depdikbud, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, hlm. 68
22
Ni’matul Huda, Pengawasan Pusat…..hlm 33
20
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal ini berwujud
23
Bagir Manan, Menyongsong Fajar….hlm 153
24
King Faisal Sulaiman, Dialektika Pengujian Peraturan Daerah pasca Otonomi
Daerah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm 45
21
alasannya :
25
Sirajuddin, Dkk…284-285
26
Sirajuddin, Dkk…56
22
G. Metode Penelitian
bersangkutan.27
1. Metode Pendekatan
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, hlm. 43
23
2. Sumber Data
1945.
Mahkamah Agung.
Kehakiman.
Peraturan Perundang-undangan.
Daerah.
24
Pemerintahan
Uji Materiil.
yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau
telah mengetahui apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka
peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan
lengkap
4. Pengolahan Data
adalah data yang telah diperoleh penulis akan diedit terlebih dahulu guna
dirumuskan.
5. Analisis Data
XIV/2016.
BAB II
mengenai suatu faktor dari sebuah disiplin ilmiah. Dalam dunia ilmu, teori
Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri dapat disatukan dan
Kelsen, yaitu:
Istilah negara hukum sering kali juga disebut dengan istilah rule of law
1
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991), hlm. 21.
27
28
Rule of law berangkat dari tradisi common law atau Anglo Saxon sedangkan
rechtsstaat merupakan konsep dari tradisi civil law atau Eropa Kontinental.
Negara hukum menurut konsep Anglo saxon (Rule of Law), konsep social
yang baik ialah Negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan
manusia melainkan pikiran yang adil, dan kesusilaan yang menentukan baik
2
Philipus M.Hadjon dalam buku Victor Imanuel W.Nalle, Konsep Uji Materil: Kajian
Pembentukan dan Uji Materil Peraturan Kebijakan di Indonesia, (Malang: Setara Press, 2013),
hlm. 11
3
Tahir Azhary, Negara Hukum, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), hlm.63
4
Nukthoh,Arfawie kurde,Telaah kritis Teori negara hukum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005). hlm.14
29
dikembangkan oleh para filsuf Yunani kuno yang pada dasarnya betumpu
pada sistem hukum Eropa Kontinental yang mulai populer pada abad ke-17
karena pada saat itu situasi dan kondisi sosial politik di Eropa didominasi
oleh Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl. Kant memahami negara
dipegang oleh orang yang mengetahui kebaikan, yaitu seorang filosof (the
philosopher king). Pada kesempatan lain Plato juga mengatakan bahwa yang
dapat diwujudkan adalah bentuk paling baik kedua (the second best) yang
(the best life possible) yang dapat dicapai dengan supremasi hukum.5
Sedangkan hukum menurut Hans Kelsen adalah suatu tata aturan (order)
tidak menunjuk pada suatu aturan tunggal (rule), tetapi seperangkat aturan
(rules) yang memiliki suatu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu
5
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi, Serpihan Pemikiran
Hukum, Media dan HAM, (Jakarta: Konstitusi Perss, 2005), hlm. 129
30
sistem. Tidak mungkin memahami hukum jika hanya memahami satu aturan
saja.6
dua hal penting terkait dengan rechtsstaat yaitu pertama adanya perbedaan
Albert Van Dicey mengatakan bahwa dilihat dari latar belakang dan
6
Jimli Asshiddiqie, Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakata:Konstitusi
Perss, 2012), hlm. 13
7
Padmo Wahyono, Ilmu Negara Suatu Sistematik dan Penjelasan 14 Teori Ilmu Hukum
dari Jellinek, (Jakarta: Melati Study Group, 1977), hlm. 30
8
A.V. Dicey, Introduction to Study of Law the Constitution, (London: Mac Migan LTD,
1957), hlm. 190
31
a. Apa yang disebut hukum itu harus dibentuk dalam wujudnya yang
b. Apa yang disebut hukum (yang telah selesai dalam bentuknya yang
9
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 113
10
Oemar Seno Adji, Prasarana Dalam Indonesia Negara Hukum, (Jakarta: Simposium
UI, 1966), hlm. 24.
32
1. Supremacy of Law
rule of law yang dikembangkan A.V Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara
perilaku alat Negara dan penduduk harus berdasar dan sesuai dengan
11
Diaba Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004),
hlm. 34
12
Nafiati M. dan Maryam NH, Integrasi Pengujian Peraturan Peundang-undangan di
Mahkamah Konstitusi sebagai Upaya Pembangunan Hukum Indonesia, Jurnal Hukum, IUS
QUIA IUSTUM NO. 2 VOL. 22 (April, 2015), hal 261
33
undangan.15
setiap kekuasaan pertu dibatasi dan yang mampu membatasi kekuasaan itu
13
Salman Maggalatung & Nur Rohim Yunus, Pokok-Pokok Teori Ilmu Negara
(Aktualitas Dalam Teori Negara Indonesia) (Bandung: Fajar Media, 2013), hlm. 137
14
H. Iryanto A.Baso Ence, Negara Hukum & Hak Uji Kosntitusionalitas Mahkamah
Konstitusi (telaah Terhadap Kewenangan Mahkamah Konstitusi), Bandung, PT Alumni, hal 47
15
Nafiati M. dan Maryam NH, Integrasi Pengujian Peraturan Peundang-undangan di
Mahkamah Konstitusi sebagai Upaya Pembangunan Hukum Indonesia, Jurnal Hukum, IUS
QUIA IUSTUM NO. 2 VOL. 22 (April, 2015), hal 259
34
sebagai berikut:16
hukum;
pembentuk undang-undang.
Menurut A.V Dicey ada tiga ciri penting dalam setiap Negara
of Law)
16
Ibid, Hlm. 8.
35
before the law), dan penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan
the law).Perbedaan perlakuan hukum hanya boleh jika ada alasan yang
khusus.
hukum (equality before the law), di mana semua orang harus tunduk
kepada hukum, dan tidak seorang pun berada di atas hukum (above the
law).
liberty).
17
Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada, (Jakarta: Kompas Media Nusantara,
2008). hlm 192
36
satu sama lain. Pada hakikatnya kepala Negara dan kepala pemerintahan
baru.19
B. Teori Pengawasan
Pengawasan dapat di definisikan sebagai proses untuk menjamin
19
Sulardi, Menuju Sistem Pemerintahan Presidensiil Murni, (Malang: Setara Press,
2012), hlm. 53
20
Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 133
38
21
M. Kadarsiman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Rajawali, 2013), hlm. 172
39
berarti bahwa titik berat suatu pengawasan adalah suatu usaha untuk
organisasi.24
atas nama atasan pimpinan organisasi itu, atau bertindak atas nama
26
Ni’matul Huda, Pengawasan Pusat…..hlm 33
27
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 62.
41
1. Pengawasan Preventif
dalam pelaksanaan.
2. Pengawasan Represif28
telah ditetapkan.
28
Maringan Masry Simbolon,,,,,hlm.64
42
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal ini berwujud
merupakan dua sisi dari satu lembar mata uang dalam Negara Kesatuan
29
King Faisal Sulaiman, Dialektika Pengujian Peraturan Daerah pasca Otonomi Daerah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm 45
30
Bagir Manan, Menyongsong Fajar….hlm 153
43
alasannya :
31
Sirajuddin, Dkk…284-285
32
Sirajuddin, Dkk…56
44
pembatasan-pembatasan.34
33
Sir William O. Hart dan J.F. Garner dalam Bagir Manan, Hubungan Antar Pemerintah
Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, (Jakarta: Sinar Harapan, 1994), hlm. 181
34
King Faisal Sulaiman, Dialektika Pengujian,,, hlm 45
45
mandiri, bukan hubungan internal dari entitas yang sama. Bentuk dan isi
berlaku atau tidak diterapkan terhadap hal yang tidak ditentukan atau
berdasarkan undang-undang.35
Pemerintah Daerah.
35
Bagir Manan, Menyongsong Fajar,,,,hlm. 153
36
Frank J. Goodnow, Politics and Administration, (America; Transaction Publisher,
2003), hlm. 66
46
pengawasan oleh Pemerintah Pusat hadir agar tidak terjadi konflik antar
kewenangan.
37
I Gde Pantja Astawa, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, (Bandung:
Alumni, 2009), hlm. 322-323
38
Bagir Manan, Menyongsong Fajar ,,,,hlm.154
BAB III
Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (1) bahwa “Negara Indonesia adalah
menurut Bagir Manan Pasal 18 UUD 1945 yang menjadi dasar pembentukan
1
Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, Cet. Ketiga, 1993), hlm. 224
2
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Sinar Harapan,
Jakarta, 1994, hlm. 156.
47
48
Daerah Kota. Ketentuan Pasal 18 UUD 1945 di atas semakin jelas makna
itu sejalan dengan sistem desentralisasi menurut Dasril Rajab; dengan sistem
daerah, yakni hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
3
Kranenbrug, Ilmu Negara Umum, Diterjemahkan oleh Tk. B. Sabaroedin, (Jakarta:
Pradnya Aramita, Cet. Kesebelas, 1980), hlm. 81
4
Dasril Rajab, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. II, 2005),
hlm.121
49
merupakan dua sisi dari satu lembar mata uang dalam negara kesatuan
5
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Penerbit PSH
Fakultas Hukum UII, 2001), hlm.153
50
dalam ranah yudisial yang mana rana itu merupakan kompetensi dari
lembaga yudikatif.7
6
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, (Jakarta: Sinar
Harapan, 1994), hlm.15-16
7
Ni’matul Huda, Hubungan Pengawasan Produk Hukum Daerah Antara Pemerintah
Dengan Pemerintah Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jurnal Hukum No.
Edisi Khusus Vol. 16 Oktober 2009, hlm. 5
51
Sejak otonomi daerah, telah ribuan Perda dibuat oleh Pemerintah Daerah
8
https://kemendagri.go.id., Mendagri batalkan 1.999 Perda
9
I Gde Pantja Astawa, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, (Bandung:
Alumni, 2009), hlm. 322-323
52
bawah komando politik hukum rezim yang berkuasa. Kondisi itu membuat
pelaksanaan otonomi daerah dan asas desentralisasi tidak sama dari waktu
bentuk Negara Federal, walaupun hanya dalam jangka waktu yang singkat.
mengemukakan bahwa makna dari frasa “dibagi atas” dalam ketentuan pasal
10
Bagir Manan, Menyongsong Fajar,,,hlm.154
53
18 ayat (1) UUD NRI 1945 merujuk kepada hubungan Pemerintah Pusat dan
menjadi sistem desentralisasi pada Tahun 1893. Pada tahun 1903, untuk
mengatur enam pasal, dan substansinya pun tidak terlalu detail jika
11
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat,
(Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2002), hlm.21
12
Fitriani Ahlan Sjarif, Pengawasan Peraturan Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan (Tinjauan Historis dan Perandingan Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, UU Nomor 22
Tahun 1999 dan UU nomor 32 Tahun 2004), Tesis Pascasarjana FHUI, Jakarta, 2005, hlm. 93
13
Fitriani Ahlan Sjarif,,,,hlm.94
54
Perwakilan yang dipimpin oleh Kepala Daerah. Pada Pasal 3 dan 4 diatur
yang lebih luas dari padanya”. Kalimat itu dengan tegas menyatakan bahwa
tersebut diatur bahwa setiap daerah memiliki kekuasaan untuk mengatur dan
hak untuk menjalankan peraturan dari Pemerintah Pusat atau Daerah tingkat
55
dibentuk pula Penpres Nomor 5 Tahun 1960. Kedua Penpres itu secara tegas
14
Penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948
15
Penjelasan Umum UUDS Bab IV. Pada Pasal 131 ayat 2 UUDS 1950
56
sentralisasi.
oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Menteri Dalam Negeri. Pengawasan
16
Penjelasan Umum UU Pemda 1985
17
Fitriani Ahlan Sjarif, Pengawasan Peraturan Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan (Tinjauan Historis dan Perandingan Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, UU Nomor 22
Tahun 1999 dan UU nomor 32 Tahun 2004), Tesis Pascasarjana FHUI, Jakarta, 2005, hlm.107
57
diatur dalam Pasal 70. Konsep pengawasan pada kedua ketentuan tersebut
tidak berbeda jauh, hanya ada penjelasan yang lebih komprehensif terhadap
Pasca tahun 1999, ketika rezim sudah masuk dalam masa reformasi,
18
Mahfud M.D, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Gama Medika,
1999), hlm. 197
58
reformasi dan lepasnya rezim kekuasaan Orde Baru yang otoritarian. Hal
dengan cara represif, atau dengan tidak mengenal pengawasan preventif. Hal
Hasilnya, sejak UU Pemda 1999 disahkan jumlah Perda yang dihasilkan 368
tahun, yaitu tahun 1999 hingga 2002. Hal tersebut menjadi salah satu
diatur khusus untuk beberapa jenis Perda saja, yaitu Pajak Daerah, Retribusi
19
Fitriani Ahlan Sjarif, Pengawasan Peraturan Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan (Tinjauan Historis dan Perandingan Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, UU Nomor 22
Tahun 1999 dan UU nomor 32 Tahun 2004), Tesis Pascasarjana FHUI, Jakarta, 2005, hlm.110-
111
59
konstitusionalnya berpotensi dirugikan oleh ketentuan Pasal 251 ayat (1) dan
Perda yang berpotensi dibatalkan oleh Menteri dan Gubernur, yang apabila
Kemudian ketentuan Pasal 251 ayat (7) dan ayat (8) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang hanya mengakui Bupati dan Gubernur
keputusan pembatalan Perda dan Perkada, hal ini dirasa oleh para Pemohon
Pasal 251 ayat (1), (2), (7), (8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah bertentangan dengan Pasal 24A ayat (1)
mendalilkan Pasal 251 ayat (7) dan (8) Undang-undang Nomor 23 Tahun
20
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XIV/2016, h.4
61
24A ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) UUD NRI 1945 yang berbunyi :
diatur dalam ketentuan Pasal 251 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang
Pasal 24A ayat (1) UUD 1945, dengan demikian Pasal 251 ayat (1) dan (2)
(1) UUD 1945. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 ayat (7) dan (8),
Pasal 251 ayat (1) dan (2) merupakan salah satu bentuk peraturan
dan ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui
251 ayat (1), (2), (7) dan (8) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah bertentangan dengan Pasal 24A dan Pasal 27 ayat (1)
XIV/2016
sehingga pertimbangan hakim pada kedua putusan ini tidak jauh berbeda.
251 ayat (2) dan (4), frase “peraturan daereah kabupaten/kota dan/atau”
dalam Pasal 251 ayat (3), dan frase ‘penyelenggara pemerintahan daereah
kabupaten/kota.
melalui proses Judicial Review di Mahkamah Agung, hal ini sesuai dengan
amanat UUD NRI 1945 Pasal 24A ayat (1) UUD NRI 1945 yang berbunyi
Pasal 251 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
konsep Negara hukum seperti yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (3) UUD
tertuang dalam Pasal 24A ayat (1) UUD 1945. Ketiga, selain itu Mahkamah
tolak ukur yang dilakukan untuk membatalkan Peraturan Daerah oleh pihak
undangan yang diantut Indonesia. Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 Undang-
undangan tidak mengenal Keputusan Gubernur sebagai salah satu jenis dan
yang dapat dilakukan adalah melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
kepastian hokum merupakan hak setiap orang yang dijamin dan dilindungi
oleh Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945. Oleh karena itu, menurut
67
Presiden atau Menteri dan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah atau dengan kata lain sebagai suatu bentuk pengawasan,
oleh satuan bestuur yang lebih tinggi terhadap satuan bestuur yang lebih
rendah.
56/PUU-XIV/201621
21
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XIV/2016
69
APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Tata Ruang Daerah sebelum
Ni’matul Huda, S.H., M.Hum., bahwa ada dua kejanggalan yang dapat
lebih tinggi atau peraturan yang lebih tinggi atau bertentangan dengan
adalah meraka yang membuat ini terjadi, atau yang harus diberi sanksi
membatalkan satu Perda, sama dengan hak veto. Sesuatu yang sudah
pengesahan peraturan daerah itu, mereka ikut serta. Hak veto itu terjadi
tersebut.
membatalkan satu Perda yang sudah disetujui oleh DPRD dan tentu saja
Menjadi aneh kalau asumsi ini dipakai karena itu berarti Presiden juga
merupakan dua lembaga. Hal itu yang menurut ahli harus dikoreksi.
akibat diambil alihnya kewenangan tersebut. Dalam hal ini, ada beberapa
efisien. Pembuatan Perda tentulah harus efisien baik dalam segi waktu
persetujuan DPRD lalu kemudian DPR RI, jika hal tersebut hanya
demikian, namun bukan berarti dalam hal ini Presiden bekerja sendiri
pada DPR juga DPRD, dan dalam UU Pemda tertulis hak-hak DPR sama
beberapa ayat dari Pasal 251 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Konstitusi. Ayat pada Pasal 251 yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi
adalah Pasal 251 ayat (1), ayat (4), ayat (5) dan ayat (7) yang akan
• Pasal 251 Ayat (1) “Perda Provinsi dan peraturan gubernur yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan dibatalkan oleh
Menteri”
• Pasal 251 Ayat (4) “Pembatalan Perda Provinsi dan peraturan
gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Menteri dan pembatalan Perda Kabupaten/Kota dan
peraturan bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan keputusan gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat”
• Pasal 251 Ayat (5) “Paling lama 7 (tujuh) Hari setelah keputusan
pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kepala daerah
harus menghentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD
bersama kepala daerah mencabut Perda dimaksud”
• Pasal 251 Ayat (7) “Dalam hal penyelenggara Pemerintahan Daerah
provinsi tidak dapat menerima keputusan pembatalan Perda Provinsi
dan gubernur tidak dapat menerima keputusan pembatalan peraturan
gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan alasan yang
dapat dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan,
gubernur dapat mengajukan keberatan kepada Presiden paling lambat
14 (empat belas) Hari sejak keputusan pembatalan Perda atau
peraturan gubernur diterima.”
karena induk dari ayat ini adalah Pasal 251 ayat (1), (2), (7), (8) telah
251 ayat (1) dan ayat (4) dan frasa “Perda Provinsi dan” dalam Pasal 251 ayat
(7) serta Pasal 251 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
bertentangan dengan UUD NRI 1945 padahal oleh pemohon ini dianggap
lebih tinggi yakni melaksanakan Peraturan Daerah, jika melihat teori norma
undangan Pasal 8 ayat (1) yang terdiri dari peraturan yang ditetapkan oleh
78
merupakan bagian dari itu dan terletak satu tingkat dibawah Formell gesetz
(undang-undang) hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 24A ayat (1) UUD
adalah bahwa seluruh sikap, kebijakan, prilaku alat negara dan penduduk
eksekutif, legislatif dan yudikatif secara sejajar dengan semangat (check and
balance) agar nantinya antara lembaga kekuasaan dapat saling mengawasi dan
saling mengimbangi satu sama lain, tujuan dari pembatasan kekuasaan untuk
dari lembaga eksekutif yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri Dalam Negeri
Kepala Daerah.
23
Efi Yulistyowati, Endah Pujiastuti, Tri Mulyani, Penerapan Konsep Trias Politica
Dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia: Studi Komparatif UUD NRI 1945 Sebelum
dan Sesudah Amandemen, Jurnal Dinamika Sosial Budaya, Volume 18, Nomor 2, (Desember,
2016), h.330
BAB IV
ANALISIS RUANG LINGKUP FUNGSI PENGAWASAN PEMERINTAH
TERHADAP PERATURAN DAERAH PROPINSI PASCA PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 56/PUU-XIV/2016
Nomor 56/PUU-XIV/2016
undangan yang lebih tinggi tingkatannya yang melanggar hak dan kewajiban
daerah yang dijamin oleh UUD NRI 1945 atau UU Pemda, dan meskipun
80
81
1945.
dengan DPRD yang dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum
Perda sesuai dengan prinsip Separation of power dengan sistem check and
daerah maupun pusat, serta terwujud suatu mekanisme pengujian Perda yang
1
Utama, M. A. Hukum Lingkungan. Pustaka Sutra. Tahun 2007. h. 37
82
inilah yang biasanya disebut dengan sistem “abstract review” itu dilakukan
lembaga yudisial, maka hal tersebut biasa disebut sebagai “judicial review”.
preview”.
2
Budiartha. C. Dualisme Pembatalan Peraturan Daerah Propinsi Dengan Peraturan
Presiden Dan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana
Master Law Journal), 4(1)
83
Daerah di uji oleh Pemerintah itu sendiri yang bersifat kelembagaan dan
hirarki. Dalam konteks ini, objek executive review lebih terhadap produk
hukum yang bersifat abstrak dan mengatur, serta mengikat secara umum
(regeling), dan di luar itu yakni yang bersifat beschikking menjadi objek
kewenangan.
84
tingkat Provinsi. Putusan MK tersebut telah memberikan hal yang baru, kini
tidak langsung telah mengakhiri perdebatan panjang yang terjadi selama ini
sehingga kita tidak bingung menentukan lembaga mana yang paling berhak
melihat Perda sebagai prodiuk legislatif maka oleh karena itu pengujiannya
hukum daerah yang biasa disebut dengan local wet itu. Mengingat daerah
salah satunya membuat peraturan daerah sesuai dengan kebutuhan yang ada
temui kembali. Dalam rangka menjaga sinkronisasi antara pusat dan daerah
3
Muhammad Reza Winata, Mery Christian Putri, and Aditya, “Legal Historis
Kewenangan Pengujian dan Pembatalan Peraturan Daerah serta Implikasinya terhadap
Kemudahan Berusaha”.Rechtsvinding 7. no. 3 (2018); 345
4
Aminuddin Ilmar Khelda Ayunita, Abudl Razak, “Analisis Yuridis Pembatalan
Peraturan Daerah dalam Perspektif Judicial Review dan Excekutif Review,” Pascasarjana Unhas
I, no. 1 (2017); 9.
85
tersebut kemudian menggantinya dengan Perda yang baru, hal ini dilakukan
5
Effendi, “Hak Uji Materi Pemerintah Terhadap Peraturan Daerah (Kajian Terhadap
Kewenangan Pusat Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 137/PUU-XIII/2015),” Jurnal
Ilmu Syari’ah dan Hukum 51, no. 1 (2017); 145.
6
Yuswanto, “Diskursus Pembatalan Peraturan Daerah Pasca Putusan MK No.
137/PUU-XIII/2015 dan No. 56/PUU-XIV/2016, no. 4 (2018); 729.
7
Lusy Liany, “Hapusnya Wewenang Executif Review Pemerintah Terhadap Peraturan
Daerah; Studi Pasca-Adanya Putusan MK Nomor 137/PUU-XIII/2015 dan Nomor 56/PUU-
XIV/2016.” ADIL; Jurnal Hukum 10, no. 2 (2019); 31.
86
ditentukan oleh Pemerintah Pusat dengan produk hukum yang dlbentuk oleh
tertib hukum dan kepastian hukum, agar dapat memenuhi rasa keadilan
Pemerintah Pusat dapat menjadi Pemohon uji materiil terhadap Perda yang
hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk
87
memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya
hukum yang dapat ditempuh. Oleh karena itu, putusan Mahkamah Konstitusi
tidak lepas dari kritik dan reaksi pro kontra,, hal tersebut ditunjukkan dengan
pembentukan Perda.’
8
Nagasatwa, I. (2015) Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomot 11-017/PUU-
I/2003 Terhadap Perlindungan Hukum Hak Dipilih. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana
Master Law Jurnal), 4 (4)
88
karena masih terdapat Perda yang bertentangan dengan peraturan yang lebih
hal membuat Peraturan Daerah (Perda) ada beberapa prinsip dan ketentuan
Tahun 2008 antara lain bahwa Perda tidak boleh bertentangan dengan
9
Penjelasan Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1945
89
lima kelompok, yaitu (i) General, (ii) Local, (iii) Personal, (iv) Public, (v)
tertentu meskipun di zamana modern sekarang hal ini sudah sangat jarang.
10
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta: Rajawali, 2010), hlm. 17
90
terhadap produk hukum daerah. Oleh karena itu, idelanya dibijaki terlebih
11
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang,,,hlm. 92
91
sistem pengawasan tertentu seperti dikenal dalam kajian teoritis hukum yang
hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.
disampaikan kepada : (i) Menteri Dalam Negeri untuk Propinsi; dan (ii)
12
King Faisal Sulaiman, Dialektika Pengujian Peraturan Daerah pasca Otonomi
Daerah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 89
13
Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
92
kepentingan umum dan Peraturan yang lebih tinggi dapat diatalkan pada
represif.
14
Pasal 145 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
93
1. Pengawasan Represif
dapat menguji dua kali terhadap peraturan daerah yang bermuatan APBD,
pajak daerah dan retribusi daerah serta tata ruang baik ditingkat Propinsi
maupun Kabupaten/Kota.15
15
Ibid, hlm. 110
94
mendapatkan klarifikasi.
pembatalan.
kepentingan umum.
dimaksud.16
2. Pengawasan Preventif
APBD, pajak daerah, dan retribusi daerah serta tata ruang Propinsi yang
yang berwenang.17
(i) RPJPD, (ii) RPJMD (iii) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(v) Pajak daerah, (vi) Retribusi Daerah dan (vii) Tata ruang daerah.
16
King Faisal Sulaiman, Dialektika Pengujian,,,hlm. 92
17
Ibid,hlm. 106
96
mendaptakan evaluasi.
Dalam Negeri.
97
Daerah (UU Pemda 2014) dibentuk pada akhir masa jabatan periode kedua
18
King Faisal Sulaiman, Dialektika Pengujian,,,,,hlm. 97
98
masyarakat.
menggantinya dengan Perda yang baru, hal ini dilakukan sebagai tindak
peraturan yang lebih tinggi atau tidak. Hal ini sesuai dengan asas lex
sesuai dengan undang-undang yang berlaku atau tidak belum tersentuh, hal
A. Kesimpulan
hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 18 ayat (6) UUD NRI tahun 1945,
membawa angin perubahan baik pada ranah paradigma, pola dan fungsi
100
101
B. Saran-saran
dipertimbangkan.
terhadap perda yang telah berlaku sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
Bagir Manan, Hubungan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut UUD
1945, Jakarta: Sinar Harapan, 1994
Dasril Rajab, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet.
II, 2005
Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada, Jakarta: Kompas Media
Nusantara, 2008.
Efi Yulistyowati, dan Endah Pujiastuti, Tri Mulyani, Penerapan Konsep Trias
Politica Dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia: Studi
Komparatif UUD NRI 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen,
Jurnal Dinamika Sosial Budaya, Volume 18, Nomor 2, 2016
102
103
Jimly Asshiddiqie, dan Ali Safa’at. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Jakarta: Konstitusi Perss, 2012
Milta Rin Sondole, Erlis dkk, Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan
Pengawasan terhadap Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Unit
Pemasaran VII Pertamina BBM Bitung, Jurnal EMBA, Vol. 3, 2015
Muhamad Reza Winata, Mery Christian Putri, and Aditya, “Legal Historis
Kewenangan Pengujian dan Pembatalan Peraturan Daerah serta
Implikasinya terhadap Kemudahan Berusaha”.Rechtsvinding 7. no. 3
2018
Nukthoh dan Arfawie Kurde, Telaah kritis Teori negara hukum, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005
B. Hukum/Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 Tentang Aturan-aturan Pokok
Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-daerah yang berhak mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XIV/2016
C. Kamus/Ensiklopedia/Internet/Media
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indoneisa, Depdikbud, Balai Pustaka, Jakarta, 1991