Hindia Belanda
Belanda sebagai penjajah, corak pemerintahannya yaitu :
1. Sentralistis
Sifatnya : Otoriter
Prinsip desentralisasi belum/tidak dijalankan tetapi yang dijalankan adalah
dekonsentrasi.
2. Dekonsentrasi
Paling tinggi melahirkan desentralisasi administratif.
Bentuk Pemda di zaman Belanda yaitu ada 3 tingkat
1. Gewesten
a. Pimpinannya adalah Resident
b. Teritorialnya adalah Propinsi
2. Afdelingen
a. Pimpinannya adalah Asisten Resident
b. Teritorialnya adalah Kabupaten
3. Onder Afdelingen
a. Pimpinannya adalah Controler
b. Teritorialnya adalah Kecamatan
Resident, Asisten Resident dan Controler dipegang/diduduki oleh orang
Belanda.
Jepang
1. Prinsip yang digunakan adalah “Ambielijk Decentralicatie/Desentralisasi
Pejabat.
2. Tidak ada Gewesten
3. Adanya resort-resort
4. Jepang mengembangkan pemerintah kabupaten/kota.
Republik Indonesia
1. UU No. 2/1945 tanggal 19 Agustus 1945
Negara Indonesia dibagi atas 8 propinsi
Pasal 18
(1) Pasal 1 ayat (1), yang berbunyi : Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik.
(2) Pasal 18, yang berbunyi: Pembagian daerah Indonesia atas dasar
besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan Undang-Undang dengan memandang dan
mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan
negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa (A.W. Widjaja, 1992: 29).
Meskipun UUD 1945 yang menjadi acuan konstitusi telah menetapkan konsep dasar
tentang kebijakan otonomi kepada daerah-daerah, tetapi dalam perkembangan
sejarahnya ide otonomi daerah itu mengalami berbagai perubahan bentuk kebijakan yang
disebabkan oleh dinamika dan perkembangan politik pada masanya. Berdasarkan sejarah
perkembangan pengaturan mengenai otonomi daerah sejak tahun 1945 hingga, telah
terjadi perubahan-perubahan konsepsi otonomi. Hal itu terlihat jelas dalam aturan-aturan
mengenai pemerintahan daerah sebagaimana yang terdapat dalam berbagai undang-
undang yaitu sebagai berikut:
Urusan yang telah dilaksankan atau direncanakan selanjutnya dapat dibuat dalam
suatu peraturan daerah. Peraturan daerah ini wajib untuk disebarluaskan sehingga
masyarakat umum mendapatkan informasi yang tepat.
Dalam pembiayaan urusan tersebut, pemerintah daerah berhak untuk menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ataupun melalui pinjaman yang berasal
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, ataupun pemerintah negara lain secara
government to government. Selain itu, pembiayaan dapat berasal dari 30 lembaga
keuangan dan masyarakat karena pemerintah daerah dapat menerbitkan obligasi.