Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

1. Pengertian Pemerintahan Daerah

Pengertian pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam pasal 18
ayat (7)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia

 Sejarah perkembangan pemda di indonesia

UU No. 5/74 tentang UU Pemerintahan Di Daerah


Melalui Desentralisasi
1. Diberikan Otoda
2. Diterima oleh Daerah Otonom
3. Diselenggarakan oleh Pemda
Melalui Dekonsentrasi
1. Pelimpahan kewenangan oleh Pemerintah Pusat kepada aparatnya di daerah.
Ex : Masalah Pendidikan (SD)
2. Wujudnya adalah adanya Pemerintah Pusat di daerah dengan adanya Kanwil
3. Pemerintahannya :
a. Pemda
b. Pemerintah Pusat di daerah

 Hindia Belanda
Belanda sebagai penjajah, corak pemerintahannya yaitu :
1. Sentralistis
Sifatnya : Otoriter
Prinsip desentralisasi belum/tidak dijalankan tetapi yang dijalankan adalah
dekonsentrasi.
2. Dekonsentrasi
Paling tinggi melahirkan desentralisasi administratif.
Bentuk Pemda di zaman Belanda yaitu ada 3 tingkat
1.      Gewesten
a.      Pimpinannya adalah Resident
b.      Teritorialnya adalah Propinsi
2.      Afdelingen
a.      Pimpinannya adalah Asisten Resident
b.      Teritorialnya adalah Kabupaten
3.      Onder Afdelingen
a.      Pimpinannya adalah Controler
b.      Teritorialnya adalah Kecamatan
Resident, Asisten Resident dan Controler dipegang/diduduki oleh orang
Belanda.        
 
 Jepang
1. Prinsip yang digunakan adalah “Ambielijk Decentralicatie/Desentralisasi
Pejabat.
2. Tidak ada Gewesten
3. Adanya resort-resort
4. Jepang mengembangkan pemerintah kabupaten/kota.

 Republik Indonesia
1. UU No. 2/1945 tanggal 19 Agustus 1945
Negara Indonesia dibagi atas 8 propinsi

Dalam PP No. 2/45


a.      Yang diperlakukan hanya membagi Indonesia atas 8 propinsi
b.      Menyerahkan kepemimpinan kepada Gubernur
c.      Menjadi daerah administrasi/Desentralisasi Administratif
3.5 bulan kemudian
a. Dibentuk UU No. 1/45 oleh KNIP tanggal 23 November 1945
b. UU tersebut diberi hak mengatur rumah tangga daerah (otonom)
c. Adanya Badan Perwakilan Rakyat Daerah (BPRD). Fungsinya untuk
menjalankan dan mengatur wilayah di daerahnya.
d. Berlangsung sampai tahun 48

2.      UU No. 22/1948


Dibuat UU Pokok Pemerintahan Daerah.
Prinsip-prinsip pokok yang terdapat dalam UU ini adalah
a.      Uniformitas
1)     Asas keseragaman.
2)     Menghapus corak Pemda di Jawa – Luar Jawa
3)     Pemda menjalankan pemerintahan bersama-sama dengan BPRD.

b. Prinsip penyederhanaan tingkatan Pemda


Ada 3 tingkatan yaitu :
1) Propinsi
2) Kabupaten/Kota Besar
3) Kota Kecil
Ex : Di Sumatra Barat
Kota besarnya Padang
Kota kecilnya Bukittinggi
Menghapus Dualisme
Menghapus perbedaan Jawa – Luar Jawa
c. Diberikan Hak Otonomi/Medebewisned yang luas
1) Mulai dianut asas desentralisasi
2) Medebewined : Asas perbantuan

Kemudian terbentuk NKRI, UUDS ’50 ditata tentang Pemda Indonesia,


dimana dibentuknya Propinsi, sehingga tertata propinsi di Indonesia.

2. landasan hukum pemerintahan daerah

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang terbagi dalam bagian-bagian


pemerintahan daerah, baik provinsi, kabupaten maupun kota. Pemerintahan daerah ini
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 18, 18A dan 18B UUD 1945.
Selengkapnya bunyi pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut.

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah


provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang- undang.

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur


dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, Walikota masing-masing sebagai kepala


pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis.
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas- luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat.
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur
dalam Undang-Undang.
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-Undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang- undang.
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

a. Perkembangan Regulasi terkait Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah):


Otonomi daerah yang dilaksanakan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
diatur kerangka landasannya didalam UUD 1945 antara lain sebagai berikut:

(1) Pasal 1 ayat (1), yang berbunyi : Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik.
(2) Pasal 18, yang berbunyi: Pembagian daerah Indonesia atas dasar
besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan Undang-Undang dengan memandang dan
mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan
negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa (A.W. Widjaja, 1992: 29).

Meskipun UUD 1945 yang menjadi acuan konstitusi telah menetapkan konsep dasar
tentang kebijakan otonomi kepada daerah-daerah, tetapi dalam perkembangan
sejarahnya ide otonomi daerah itu mengalami berbagai perubahan bentuk kebijakan yang
disebabkan oleh dinamika dan perkembangan politik pada masanya. Berdasarkan sejarah
perkembangan pengaturan mengenai otonomi daerah sejak tahun 1945 hingga, telah
terjadi perubahan-perubahan konsepsi otonomi. Hal itu terlihat jelas dalam aturan-aturan
mengenai pemerintahan daerah sebagaimana yang terdapat dalam berbagai undang-
undang yaitu sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Pengaturan Mengenai


Kedudukan Komite Nasional Daerah;
2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-Undang Pokok
Tentang Pemerintahan Daerah;
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan
Daerah;
4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-
Pokok Pemerintahan Daerah;

5) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan


di Daerah;
6) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
7) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan
8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015.

3.Tugas pemerintah daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah, tugas atau urusan pemerintah daerah dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) yaitu urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan
konkuren dan urusan pemerintahan umum.
Urusan Pemerintahan Absolut
adalah urusan yang termasuk dalam fungsi pemerintahan dalam memiliki
kewenangan pada pemerintah pusat (asas sentralisasi). Namun demikian ada
kalanya pemerintah pusat dapat memberikan kewenangan ini pada pemerintah daerah baik
kepada kepala daerah maupun instansi perangkat daerah.

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


menyebutkan bahwa:
Urusan Pemerintahan Wajib adalah urusan permerintahan yang termasuk dalam fungsi
kewenangannya pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah (asas
desentralisasi/dekonsentrasi).
Pemerintah daerah wajib melaksanakan urusan pemerintahan ini apabila urusan
pemerintahan ini menyangkut kehidupan masyarakat yang ada di dalam wilayahnya agar
tidak menjadi penyebab terciptanya masyarakat majemuk dan multikultural.
Pada umumnya urusan pemerintahan wajib merupakan pelayanan dasar bagi
masyarakat.

Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah menyebutkan bahwa:
Fungsi Pemerintahan Umum adalah fungsi pemerintahan umum yang memiliki tugas,
fungsi dan wewenang presiden dan wakil presiden, namun pelaksanaannya di daerah
dilakukan oleh kepala daerah baik gubernur, bupati, maupun walikota. Mengenai
pelaksanaan ini, gubernur bertanggung jawab kepada presiden melalui mentri yang
bersangkutan.
Bupati dan walikota pun memiliki tanggung jawab yang sama namun
penyampaiannya dilakukan melalui gubernur. Instansi dan perangkat daerah ditunjuk untuk
membantu pelaksanaan urusan pemerintahan umum ini.
Contoh dari fungsi pemerintahan umum adalah:
a. Penanganan konflik sosial yang diatur dalam undang-undang.
b. Koodinasi antara pemerintah pusat dengan daerah provinsi dan kabupaten/kota
untuk memecahkan suatu masalah. Penyelesaian masalah 29 ini harus dilakukan dengan
mengingat asas demokrasi, undang-undang, dan keistimewaan suatu daerah.
c. Pembinaan persatuan dan kesatuan seluruh elemen masyarakat dalam
berbangsa.
d. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan negara Indonesia secara
nasional.
e. Pengamalan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika
pada seluruh kehidupan berbangsa.
f. Pembinaan kerukunan antar warga tanpa memandang suku, ras, agama, dan
golongan demi kestabilan nasional.
g. Pengaplikasian kehidupan yang berdemokrasi. Urusan-urusan yang tertera di atas
dilaksanakan oleh kepala daerah beserta perangkat DPRD.

Urusan yang telah dilaksankan atau direncanakan selanjutnya dapat dibuat dalam
suatu peraturan daerah. Peraturan daerah ini wajib untuk disebarluaskan sehingga
masyarakat umum mendapatkan informasi yang tepat.
Dalam pembiayaan urusan tersebut, pemerintah daerah berhak untuk menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ataupun melalui pinjaman yang berasal
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, ataupun pemerintah negara lain secara
government to government. Selain itu, pembiayaan dapat berasal dari 30 lembaga
keuangan dan masyarakat karena pemerintah daerah dapat menerbitkan obligasi.

Anda mungkin juga menyukai