Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemerintah Daerah

Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat


Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menjadi dasar dari berbagai
produk undang- undang dan peraturan perundang-undangan lainnya
yang mengatur mengenai pemerintah daerah. Siswanto Sunarno
(2008:54) menjelaskan Undang-Undang tersebut antara lain :

 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Peraturan


Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah,

 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan


Daerah,

 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok


Pemerintahan di Daerah,

 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok


Pemerintahan di Daerah,

 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Pemerintahan di Daerah,

 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan


Daerah, dan

 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah.

Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, sebelum diamandemen


menyatakan sebagai berikut :

“Pembagian Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil, dengan


bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang
dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam

1
sistem pemerintah negara dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-
Daerah yang bersidat istimewa”.

Penjelasan dari Pasal 18 Undang-undang 1945 yaitu : Daerah


Indonesia akan dibagi dalam Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi
dibagi menjadi Daerah yang lebih kecil, daerah tersebut bersifat
otonom atau bersifat daerah administrasi berlaku, dan akan daerah
yang bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan daearah,
sehingga daerah pun pemerintahannya bersendi atas dasar
permusyawaratan. Dalam pasal tersebut tidak memberikan ketegasan
tentang pemerintah daerah sebagai pemerintah yang otonom,
kemudian pasal tersebut mengalami perubahan kedua di Tahun 2000,
dengan penjelasan :

Pasal 18 UUD 1945 berisi :

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-


daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-
undang.

2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan. 

3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala


pemerintah daerah provinsi, kabu-paten, dan kota dipilih secara
demokratis.

5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,


kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

Page | 2
6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pem-bantuan.

7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah


diatur dalam undang-undang.

Pasal 18A UUD 1945 berisi :

1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan


pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau
antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-
undang dengan memperhati-kan kekhususan dan keragaman
daerah.

2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber


daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil
dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B UUD 1945 berisi :

1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan


pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang.

2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan


masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.

Dari hasil perubahan terhadap Pasal 18 dan kemudian


menghasilkan penambahan yaitu adanya Pasal 18A dan Pasal 18B,
berjalan sampai dengan sekarang Bagir Manan menjelaskan hal
tersebut jadi memunculkan paradigma dan prinsip yang
mempengaruhi politik pemerintahan, sebagai berikut :

a. Prinsip Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan

Page | 3
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
[Pasal 18 ayat (2)].

b. Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya [Pasal 18 ayat


(5)].

c. Prinsip kekhususan dan keragaman Daerah [Pasal 18A, ayat


(1)].

d. Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat


hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya [Pasal 18B, ayat
(2)].

e. Prinsip mengakui dan menghormati Pemerintahan Daerah yang


bersifat khusus dan istimewa [Pasal 18B, ayat (1)].

f. Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu


pemilihan umum [Pasal 18 ayat (3)].

g. Prinsip hubungan Pusat dan Daerah harus dilaksanakan


secara selaras dan adil [Pasal 18A ayat (2)].

Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 32


Tahun 2004 sebagai Penyelenggara yang berurusan dengan
pemerintahan terhadap pemerintah daerah serta DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan berdasarkan perinsip otonomi yang
telahdibuat secara luas dalam suatu sistem dan prinsip NKRI.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
mengartikan Pemerintah Daerah adalah sebagai Kepala Daerah yang
berunsur penyelenggara penyelanggara Pemerintahan Daerah yang
mana sebagai pemimpin pelaksana dari berbagai urusan
pemerintahan daerah yakni penyelenggaraan urusan pemerintahan
dari pemerintah berasaskan prinsip otonomi seluas-luasnya pada
system dan Prinsip NKRI. Terkait dengan hal tersebut, dalam hal ini
pemerintah daerah berperan dalam otonomi daerah sebagai suatu
hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah dengan mengatur
serta mengurus semua urusan pemerintahan dan juga kepentingan

Page | 4
masyarakat setempat berdasarkan dari peraturan Undang-Undang.

Adapun Tujuan pembentukan daerah pada dasarnya


dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat, disamping sebagai
sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Dan fungsi dari pemerintah
daerah adalah perangkat daerah yang menjalankan, mengatur serta
melaksanakan jalannya pemerintahan, sesuai dengan undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah adalah sebagai yang mengatur serta yang


mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.

2. Menyelanggarakan otonomi yang seluas-luasnya, terkecuali


urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah
bertujuan sebagai meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan masyarakat umum serta daya saing daerah.

3. Pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan


mempunyai hubungan pemerintahan pusat terhadap
pemerintahan daerah. Yang mana hubungan tersebut terdiri
dari wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam, dan sumber daya lainnya

a) Otonomi Daerah

Dengan pengertian dan pemahaman tentang pemerintah daerah,


tujuan dan fungsi dari pemerintah daerah, kemudian sampai dengan
kemajuan ataupun perkembangan pemerintah daerah sesuai
perubahan perundang-undangan tentang pokok-pokok pemerintah
daerah, juga menjelaskan otonomi daerah yang menyesuaikan
perkembangan di Indonesia, maka otonomi daerah pada hakikatnya
mencakup dua hal, yaitu  pemberian wewenang dan pemberian
tanggung jawab dalam  mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

Page | 5
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 definisi otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jika dilihat dari semangat Undang-Undang tersebut maka tujuan
otonomi daerah adalah :

a. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah


agar semakin baik

b. Memberi kesempatan daerah untuk mengatur dan mengurus


daerahnya sendiri

c. Meringankan beban pemerintah pusat

d. Memberdayakan dan mengembangkan potensi sumber daya alam


dan masyarakt daerah

e. Mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan


di daerah

f. Memelihara hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan


daerah maupun antardaerah untuk menjaga keutuhan NKRI

g. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

h. Mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan.

Dengan kata lain pemerintah ingin melaksanakan Pasal 18 UUD


1945 yaitu dengan melaksanakan otonomi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Sehingga, pemberlakuan otonomi daerah dan
desentralisasi, memberikan ruang (kewenangan) pemerintah daerah
untuk merencanakan dan melaksanakan kebijakan dan program yang
sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Berkembangnya
otonomi daerah juga memerlukan pembiayaan yang besar dan harus
dipikul dan menjadi tanggung jawab dari daerah, tidak dapat lagi hanya
mengandalkan dari tangan pemerintahan pusat dalam hal pembiayaan

Page | 6
untuk perkembangan otonomi daerah yang apalagi akan menyangkut
ke daerah terpencil. Oleh karena itu pembangunan masyarakat perlu
diarahkan pada partisipasi secara luas dan kemandirian. Dalam
membangun suatu wilayah, Pemerintah Daerah perlu memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada sektor swasta dan masyarakat
untuk berperan dan berinvestasi dalam pembangunan perdesaan
melalui konsep pembangunan yang bertumpu pada kemitraan.
Pemberian otonomi daerah akan mengubah perilaku pemerintah
daerah untuk efisien dan professional.

Untuk itu, pemerintah daerah perlu melakukan perekayasaan


ulang terhadap birokrasi yang selama ini dijalankan (beureaucracy
reengineering). Hal tersebut karena pada saat ini dan di masa yang
akan datang (pusat dan daerah) akan menghadapi gelombang
perubahan baik yang berasal dari tekanan eksternal maupun dari
internal masyarakatnya. Dari sisi eksternal, pemerintah akan
menghadapi globalisasi yang sarat dengan persaingan dan liberalism
arus informasi, investasi, modal, tenaga kerja, dan budaya. Disisi
internal, pemerintah akan menghadapi masyarakat yang semakin
cerdas (knowledge based society) dan masyarakat yang semakin
banyak tuntutannya (demending community).

Shah (1997) meramalkan bahwa pada era seperti ini, ketika


globalization cascade (Kontrol Sistem Globalisasi) sudah semakin
meluas, pemerintah (termasuk pemerintah daerah) akan semakin
kehilangan kendali pada banyak persoalan, seperti pada perdagangan
internasional, informasi dan ide, serta transaksi keuangan. Di masa
depan, Negara menjadi terlalu besar untuk dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan kecil tapi terlalu kecil untuk dapat
menyelesaikan semua masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh sejumlah
ilmuwan dibidang manajemen dan administrasi publik seperti Osborne
dan Gaebler (1992) dengan konsepnya “reinventing government”.
Perspektif baru pemerintah menurut Osborn dan Gaebler tersebut

Page | 7
adalah:

1) Pemerintahan katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan


produksi pelayanan publik

2) Pemerintah milik masyarakat: memberdayakan masyarakat


daripada melayani

3) Pemerintah yang kompetitif: menyuntikkan semangat kompetisi


dalam pemberian pelayanan publik

4) Pemerintah yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang


digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan
oleh misi

5) Pemerintah berorientasi pada hasil: membiayai hasil bukan


masukan

6) Pemerintah berorientasi pada pelanggan: memenuhi kebutuhan


pelanggan, bukan birokrasi

7) Pemerintahan wirausaha: mampu menciptakan pendapatan dan


tidak sekedar membelanjakan

8) Pemerintah antisipatif: berupaya mencegah daripada mengobati

9) Pemerintah desentralisasi: dari hierarki menuju partisipatif dan tim


kerja

10) Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar: mengadakan


perubahan dengan mekanisme pasar (system isentif) dan bukan
dengan mekanisme administrative (sistem prosedur dan
pemaksaan).

Tuntutan dari pelaksanaan otonomi daerah, good governance,


dan reinventing government diharapkan membawa perubahan besar
terhadap peran pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat. Selain itu pemberlakukan otonomi juga telah membawa
perubahan pola hubungan antarlembaga pemerintahan, tidak lagi
bersifat hirarkis. Hubungan antarlembaga pemerintahan berjalan

Page | 8
seimbang dan berubah menjadi hubungan antarorganisasi, karena
pemerintahan daerah terpisah secara institusi dari pemerintahan pusat.
Namun di sisi lain, UU No. 22/1999 juga mengandung pemahaman
yang kontradiktif mengenai hubungan antara lembaga, seperti
hubungan yang dilematis antara provinsi dengan kabupaten, karena UU
tersebut disusun tidak berdasarkan asas desentralisasi penuh dan
menerapkan asas dekosentrasi juga tugas pembantuan, serta masih
menganut integrated perfectoral system. Dengan demikian UU No.
22/1999 masih belum secara jelas mengatur hubungan berbagai
tingkatan pemerintahan. Hal inilah yang mengundang multitafsir yang
dipahami menurut referensi kepentingan dan preferensi masing-masing
daerah.

b) Desentraliasasi

Menurut UU nomor 5 tahun 1974, arti Desentralisasi adalah


penyerahan urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan
wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata-mata untuk
mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Pelimpahan wewenang
tersebut menghasilkan otonomi. Desentralisasi menurut pendapat dari
Henry Maddick adalah penyerahan kekuasaan secara hukum untuk
dapat menangani bidang-bidang atau fungsi-fungsi tertentu kepada
daerah otonom. Sedangkan, Menurut Koesoemahatmadja, terdapat
dua bentuk desentralisasi, yaitu dekonsentrasi dan desentralisasi
ketatanegaraan atau desentralisasi politik. Pendapat Bank Dunia
(1999) menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan alat mencapai
tujuan pemberian pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan
proses pengambilan keputusan yang lebih demokratis .

Dari pengertian diatas, maka secara umum dapat dijelaskan


bahwa Desentralisasi mengandung beberapa hal yaitu :

a. Adanya pelimpahan wewenang dan urusan dari Pemerintah pusat.

b. Adanya Daerah-Daerah yang menerima pelimpahan wewenang

Page | 9
dari penyerahan urusan.

c. Daerah-Daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban untuk


mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.

d. Kewenangan dari urusan yang dilimpahkan adalah kewenangan


dari urusan rumah tangga Daerah yang bersangkutan.

Dalam praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem


penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan desentralisasi, diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan


pendelegasian wewenang dan memperingan manajemen
pemerintah pusat.

2. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.

3. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak,


pemerintah daerah tidak perlu menunggu instruksi dari pusat.

4. Hubungan yang harmonis dapat ditingkatkan dan meningkatkan


gairah kerja antara pemerintah pusat dan daerah.

5. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara


pemerintahan baik pusat maupun daerah.

6. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan


dapat segera dilaksanakan.

7. Bagi organisasi yang besar dapat memperoleh manfaat dari


keadaan di tempat masing-masing.

8. Sebelum rencana dapat diterapkan secara keseluruhan maka dapat


diterapkan dalam satu bagian tertentu terlebih dahulu sehingga
rencana dapat diubah.

9. Risiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian,


fasilitas, dan organisasi dapat terbagi-bagi.
Page | 10
10. Dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi
kepentingan-kepentingan tertentu.

11. Desentralisasi secara psikologis dapat memberikan kepuasan bagi


daerah karena sifatnya yang langsung.

Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai


berikut :

1. Besarnya organ-organ pemerintahan yang membuat struktur


pemerintahan bertambah kompleks dan berimplikasi pada
lemahnya koordinasi.

2. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam


kepentingan daerah dapat lebih mudah terganggu.

3. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.

4. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena


memerlukan perundingan yang bertele-tele.

5. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk


memperoleh keseragaman dan kesederhanaan.

Para pakar-pakar menyimpulkan bahwa melalui desentralisasi


tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan akan dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pemerintahan.

a. Efisiensi

Melalui desentralisasi, kesejahteraan masyarakat di


daerah diharapkanakan lebih cepat terwujud karena
pemerintah daerah akan lebih cepat dan fleksibel untuk
bertindak atas respon perubahan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat di daerah. Desentralisasi juga lebih melibatkan
partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan ketimbang
Page | 11
menunggu keputusan dari pemerintah pusat sehingga
kehidupan demokrasi lebih terwujud, lebih memberi ruang
untuk berkreasi dan berinovasi, dan menghasilkan semangat
kerja, komitmen dan produktivitas yang lebih tinggi

b. Efektivitas

Dengan desentralisasi, ujung tombak pemerintahan yaitu


aparat didaerah akan lebih cepat mengetahui situasi dan
masalah sehingga dapat mencarikan jawaban bagi pemecahan
masalah yang ada. Hal ini artinya harus dibarengi dengan
penerapan manajemen partisipasi, yaitu selalu melibatkan
aparat tersebut dalam pemecahan masalah.

2. Memungkinkan melakukan inovasi

Dengan diberikannya kepercayaan kepada pemerintah


daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri, secara tidak
langsung akan mendorong mereka untuk menggali potensi-potensi
baru yang dapat mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan
dan pembangunan sehari-hari terutama dari sisi ekonomi serta
penciptaan iklim pelayanan publik yang dapat memuaskan
masyarakat sebagai pembayar pajak atas jasa pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah.

3. Meningkatkan motivasi moral, komitmen dan produktivitas.

Melalui desentralisasi, aparat pemerintah daerah diharapkan


akan meningkatkan kesadaran moral untuk memelihara
kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah pusat, kemudian akan
timbul suatu komitmen dalam diri mereka bagaimana
melaksanakan urusan-urusan yang telah dipercayakan kepada
mereka, serta bagaimana menunjukan hasil-hasil pelaksanaan
urusan melalui tingkat produktivitas yang mereka miliki.

c) Hubungan desentralisasi dan otonomi daerah dalam

Page | 12
perkembangan pembangunan daerah di NKRI

Selain itu, pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi


daerah belum sepenuhnya berjalan sebagaimana diharapkan karena
berbagai masalah. Hal mendasar adalah masih banyaknya tumpang
tindih baik di pusat sendiri (terutama antara Undang Undang Nomor
32 Tahun 2004 dengan berbagai undang-undang sektoral) maupun
dalam peraturan perundang-undangan antara pusat dan daerah.
Pemahaman, berpartisipasi dan kompetensi aparatur pemerintah di
pusat (kementrian/lembaga) maupun di daerah termasuk para wakil
rakyat tentang hakekat desentralisasi dan otonomi daerah masih
rendah (terbatas). Selain itu belum adanya pemisahan antara jabatan
karier dan jabatan politis yang berimplikasi kurangnya profesionalisme
pemerintahan daerah. Hal ini menyulitkan upaya mempercepat
peningkatan pelayanan umum, peningkatan kesejahteraan rakyat,
pelaksanaan demokrasi dan menciptakan pemerintahan yang baik.

Sesuai dengan amanat Undang Uundang Nomor 32 Tahun


2004, maka dilakukan berbagai penyempurnaan secara terus-
menerus yang meliputi struktural, fungsi dan mekanisme
penyelenggaraan pemerintah daerah serta pengaturan kembali
kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta
sebagaimana telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000 sebagai bagian dari reformasi birokrasi dengan mengacu pada
prinsip-prinsip dasar yang diamanatkan dalam UUD 1945. Seiring
dengan hal itu dilakukan sosialisasi UU Nomor 32 Tahun 2004 kepada
aparatur pemerintah di pusat maupun di daerah. Penyempurnaan
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana
diamanatkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 mulai dilaksanakan,
terutama terkait dengan rancangan peraturan pelaksanaan dan
instrumen kerja serta dukungan terhadap upaya sosialisasi kebijakan
desentralisasi secara sistematis baik bagi jajaran pemerintah pusat
maupun daerah, DPRD maupun masyarakat.

Page | 13
Desentralisasi bukan tujuan tetapi sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Kebijakan otonomi daerah diarahkan kepada
pencapaian peningkatan pelayanan publik dan pengembangan
kreativitas pemerintah daerah, keselerasan hubungan antara
Pemerintah dengan Daerah dan antar Daerah dalam kewenangan dan
keuangan, untuk menjamin peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi
dan kesejahteraan masyarakat, dan menciptakan ruang yang lebih
luas bagi kemandirian Daerah. Pada hakikatnya desentralisasi adalah
otonomisasi suatu masyarakat yang berada dalam teritoir tertentu.
Sebagai pancaran paham kedaulatan rakyat, tentu otonomi diberikan
oleh Pemerintah kepada masyarakat dan sama sekali bukan kepada
daerah ataupun Pemerintah Daerah.

Robert Reinow dalam buku Introduction to Government,


mengatakan bahwa ada 2 (dua) alasan pokok dari kebijaksanaan
membentuk pemerintahan di daerah. Pertama, membangun
kebiasaan agar rakyat memutuskan sendiri sebagian kepentingannya
yang berkaitan langsung dengan kedaerahan. Kedua, memberi
kesempatan kepada masing-masing komunitas yang mempunyai
tuntutan yang bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan
programnya sendiri.

B. Inovasi dalam Pemerintah Daerah

Pengertian tentang Inovasi Menurut Yogi dalam LAN


(2007:115), inovasi biasanya erat kaitannya dengan lingkungan yang
berkarakteristik dinamis dan berkembang. Pengertian inovasi sendiri
sangat beragam, dan dari banyak perspektif. Menurut Rogers dalam
LAN (2007:115) menjelaskan bahwa inovasi adalah sebuah ide,
praktik, atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit adopsi
lainnya. Sedangkan menurut Damanpour bahwa sebuah inovasi dapat
berupa produk atau jasa yang baru, teknologi proses produk yang
baru, sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru.

Page | 14
Dan maksud inovai dalam pemerintah daerah yaitu dengan
adanya perubahan di daerah yang biasanya dimulai dengan
pembenahan kelembagaan birokrasi pemerintah daerah sebelum
akhirnya merambah pada pembenahan di sektor lain, perubahan-
perubahan pada aparatur pemda masih terkait erat dengan langgam
keterikatan sistem yang diberlakukan secara birokratis. Belum ada
penemuan mutakhir bahwa perubahan tersebut mencakup perubahan
secara ideologis dan paradigmatik, dua hal yang justru menjadikan
perubahan lebih permanen tanpa ketergantungan pada sistem dan
figur kepala daerah.

Hal yang sangat penting adalah penggunaan manajemen


strategis dalam mengelola aparat pemerintah daerah. Manajemen
strategis, yang diarahkan dengan pemikiran yang strategis pula, akan
menjamin keberlangsungan pembangunan karena telah
memperhitungkan keuntungan sekaligus risiko di masa depan. Di
samping itu, manajemen strategis juga menjadikan pemda turut
mencurahkan perhatian mereka pada sektor-sektor yang memberikan
manfaat dalam jangka menengah dan panjang, misalnya sektor
pendidikan dan kesehatan. Manajemen strategis yang seharusnya
dijalankan pemda bisa berjalan dengan pola pikir visioner kepala
daerah beserta aparaturnya agar fenomena Renstrada (rencana
strategis daerah) yang kini hanya menjadi dokumen bisu seakan tiada
keharusan bagi pemda untuk menerapakannya tidak berulang lagi di
masa selanjutnya.

Inovasi juga mendukung program pembangunan berkelanjutan


atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditentukan oleh
PBB. Salah satunya adalah tuntutan berinovasi dalam pengentasan
kemiskinan, pendidikan dan kesehatan. Dan tetap harus ada
dorongan dan inisiatif pemerintah daerah untuk menginternalisasikan
nilai-nilai inovasi ke setiap SKPD. Namun, masih ada bentuk resistensi
pemerintahan daerah akan kehadiran inovasi dalam mewujudkan
persaingan antar daerah. Berbagai tindakan resisten ini

Page | 15
dilatarbelakangi oleh keengganan pegawai untuk bergerak dari
comfort zone. Selain itu, pegawai melihat bahwa "inovasi merupakan
sesuatu yang asing, aneh dan berpotensi berbenturan dengan
kebijakan dan peraturan hukum". Secara hirarki semangat dan
dorongan berinovasi berawal dari kebijakan Undang-Undang Nomor
23 tahun 2014 Pasal 386, 387 dan pasal 388 yang menjelaskan perlu
adanya inisiatif untuk berinovasi oleh seluruh komponen pemerintah
daerah (kepala daerah, SKPD, DPRD) bahkan lapisan masyarakat.
Inovasi juga menjadi program prioritas melalui Nawacita Presiden dan
Wakil Presiden dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan reformasi
birokrasi. Kemudian, Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2017
tentang Inovasi Daerah pasal 19 menyebutkan :

"Inovasi Daerah yang sederhana, tidak menimbulkan dampak


negatif kepada masyarakat, dan tidak mengubah mekanisme
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan peraturan
perundang-undanganlangsung diterapkan tanpa melalui uji
coba Inovasi Daerah"

Sampai dengan sekarang ini, dapat dilihat hampir semua


pemerintah daerah di NKRI ini sudah banyak membuat dan
membangun suatu inovasi dalam hal untuk peningkatan pelayanan
publik dan menjadikan kegiatan kerja dilingkungan sektor pelayanan
publik menjadi lebih efektif, efisien, dan cepat tanggap dalam
menyampaikan apa yang diinginkan masyarakat untuk proses
peningkatan pengembangan/ pembangunan pemerintah daerah,
melalui kegiatan sehari-hari yang hasilnya dapat sangat langsung
dirasakan dalam kegiatan sehari-hari dikarenakan bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Adapun bentuk inovasi yang tercemin
pelayanan/produk, inovasi proses, inovasi administratif, inovasi
konseptual, inovasi teknologi, inovasi tata kelola, dan perubahan
radikal/pandangan.

menurut Vries, dkk (2015) inovasi dipengaruhi beberapa faktor-

Page | 16
faktor yang dapat mendukung atau menjadi penghambat yang
dikategorikan pada empat tingkatan, yaitu:

a. Tingkat lingkungan, meliputi tekanan lingkungan (misalnya


perhatian media/tuntutan publik); partisipasi dalam jaringan; aspek
regulasi; kompatibel lembaga/organisasi/negara mengadopsi
inovasi yang sama; dan persaingan dengan organisasi lain;

b. Tingkat organisasi meliputi: sumber daya; gaya kepemimpinan;


tingkat risiko keengganan/ ruang untuk belajar; insentif/ imbalan;
konflik; dan struktur organisasi;

c. Tingkat inovasi meliputi kemudahan dalam penggunaan inovasi;


keuntungan relatif; kesesuaian; dan trialability.

d. Tingkat individu/ karyawan meliputi: otonomi karyawan; posisi


organisasi; pengetahuan dan keterampilan kerja terkait; kreativitas;
aspek demografi; komitmen/kepuasan dengan pekerjaan; perspektif
dan norma-norma bersama; inovasi penerimaan; hasil inovasi
sektor publik; efektivitas; efisiensi; mitra swasta yang terlibat; warga
yang terlibat; dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Berdasarkan faktor-faktor penghambat inovasi, maka dapat


disimpulkan bahwa dalam melaksanakan inovasi perlu memperhatikan
faktor-faktor yang dapat menghambat terlaksananya inovasi. Faktor
penghambat ini dapat berasal dari dalam lingkungan organisasi
maupun luar lingkungan, perencanaan inovasi itu sendiri dan para
pelaksana inovasi (karyawan/pekerja). Sementara itu, menurut Rogers
(2003), inovasi dapat ditunjang oleh beberapa faktor pendukung seperti
:

a. Adanya keinginan untuk mengubah diri, dari tidak bisa menjadi


bisa dan dari tidak tahu menjadi tahu.

b. Adanya kebebasan untuk berekspresi.

c. Adanya pembimbing yang berwawasan luas dan kreatif

b) Tersedianya sarana dan prasarana.

Page | 17
c) Kondisi lingkungan yang harmonis, baik lingkungan

d) keluarga, pergaulan, maupun sekolah.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa inovasi dapat terjadi jika terdapat kondisi (baik di dalam maupun
lingkungan) yang memberi kesempatan dan mendukung terciptanya
inovasi. Berangkat dari hal tersebut, muncullah makna berfikir
dan perilaku kreatif guna memunculkan sebuah inovasi. Dalam
tataran pemerintahan, dikatakan oleh Kim & Chang (2009):
“Innovation ingovernment has been major areas of study as a
possible venue for performance improvement”. Maknanya, pemahaman
akan fungsi organisasi publik, dalam tataran ini adalah pemerintah
daerah, sebagai pelayan publik arahnya adalah memberikan
kenyamanan pada masyarakat yang menerima layanan. Sebuah
layanan publik baik, jika pelayan publik, yaitu pemerintah daerah itu
baik. Asumsi ini menyadarkan akan pentingnya perwujudan sebuah
pemerintahan yang baik, maka pelayanan yang diberikan tentunya
akan baik pula. Sebaliknya, asumsi ini memberikan konsekuensi,
sebuah kondisi yang “aneh”, jika berangan memberikan pelayanan
publik yang baik, jika pemberi layanan saja tidak baik. Itulah
sebabnya, kata Geoff Mulgan (Director of the Young Foundation,
Demos, Involve, South Australia Social Entrepreneur in Residence),
tantangan terbesar pemerintahan lokal sekarang adalah menyerah
terhadap perubahan-perubahan yang ada. “Without policies and
administrative innovation, governance fall into decay and effectiveness,
loses capacity to govern, and becomes a target of criticism
andfailure” (Farazmand, 2004:19).

Dengan mengulas faktor pendukung atau faktor penhambat, dan


asumsi dari para ahli, dengan dikaitkan pada inovasi yang sudah
berjalan di Pemerintah Kabupaten Pinrang membuktikan bahwa faktor
hambatan tidak kemudian menyurutkan inovasi berjalan dengan sesuai
apa yang telah disusun, direncanakan, dan kemudian direalisasikan

Page | 18
untuk meningkatkan pelayanan di sektor publik. Pemerintah Kabupaten
Pinrang melahirkan sebuah kebijakan yaitu Peraturan Bupati Pinrang
Nomor 25 Tahun 2014 tentang Pembentukan Pusat Pelayanan
Informasi dan Pengaduan (PINDU) Pemerintah Kabupaten Pinrang.
PINDU merupakan inovasi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten
Pinrang dalam rangka meningkatkan praktek demokrasi dalam
pemerintahan dengan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengawasan program pembangunan, peningkatan
kinerja pemerintah dan pelayanan bagi publik. PINDU berfungsi
sebagai wadah bagi masyarakat untuk mudah menjangkau dan
memperoleh informasi, serta berpartisipasi untuk mendorong
peningkatan kualitas pelayanan publik disemua aspek pembangunan
dengan cara menyampaikan atau melaporkan kurang baik dan tidak
efektifitasnya pelayanan oleh pegawai atau pejabat SKPD atau unit
Kerja Pemerintah Kabupaten Pinrang. Dengan menerapkan sistem
berbasis on-line dan didukung perangkat teknologi modern.
Kepentingan warga masyarakat pinrang akan disediakan dan dilayani
dengan baik dengan cara yang sederhana, mudah dan efektif.

E-Government merupakan bentuk implementasi pelayanan


publik yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, sebagai
media informasi dan sarana komunikasi interaktif antara Pemerintah
dengan pihak-pihak lain baik kelompok masyarakat, kalangan bisnis
maupun antar sesama lembaga pemerintahan. Implementasi E-
Government dalam penerapannya dimulai dari 2 (dua) bentuk layanan
yang sederhana yaitu (1) penyediaan informasi dan data-data berbasis
komputer tentang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan sebagai bentuk wujud keterbukaan (transparancy) dalam
pelaksanaan pelayanan publik. (2) E-Government dapat dimanfaatkan
sebagai sarana komunikasi baik intern di kalangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) maupun komunikasi interaktif dengan
masyarakat melalui media e-mail, chatting atau teleconperence.
Kemajuan teknologi informasi memberikan manfaat yang sebesar-

Page | 19
besarnya untuk kemaslahatan masyarakat. Tentunya dalam dunia yang
sudah mengglobal ini, kemajuan teknologi diperlukan dan dimanfaatkan
dalam segala bidang. Salah satu bidang yang terkena sentuhan
teknologi informasi adalah pelayanan pemerintah kepada publik.
Sehingga, sampai dengan saat ini tetap dilakukan pemeliharaan data
ataupun data pendukung lain, agar inovasi berbentuk aplikasi online
seperti ini diharapkan tetap berjalan optimal dan membuat kinerja
dibidang sektor publik Pemerintah Kabupaten Pinrang dikondisikan
bersifat efisien dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/simonmanalu/54f97771a333111a648b46a8/ko
nsep-otonomi-daerah-good-governance-dan-reinventing-government-dalam-
pembangunan-daerah?page=all pada tanggal 02 Maret 2020 Pukul 09:28
pagi

http://haruhimawari.blogspot.com/2017/10/otonomi-daerah-masa-
reformasi.html pada tanggal 02 Maret 2020 Pukul 10:58 pagi

http://sriargarini.blogspot.com/2012/05/otonomi-daerah.html pada tanggal 02


Maret 2020 Pukul 19:28 malam

https://bantenhits.com/2016/09/21/16-daerah-adopsi-sistem-aplikasi-
pelayanan-publik-kota-tangerang/ pada tanggal 03 Maret 2020 Pukul 10:08
pagi

https://www.academia.edu/38107360/Inovasi_Daerah_dalam_Reformasi_Pe
merintahan_Kota_Tangerang_Selatan_dan_Kota_Magelang pada tanggal 04
Maret 2020 Pukul 09:18 pagi

https://play.google.com/store/apps/details?
id=com.aplikasi.pinrang.pindu&hl=in pada tanggal 04 Maret 2020 Pukul
10:20 pagi

Page | 20
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165814-[_Konten_]-
Konten%20D1692.pdf pada tanggal 05 Maret 2020 Pukul 10:55 pagi

https://www.neliti.com/id/journals pada tanggal 04 Maret 2020 Pukul 10:58


pagi

http://www.jurnaltangerang.co/berita-inovasi-pelayanan-publik-kabupaten-
tangerang-dijadikan-contoh-di-nttt.html pada tanggal 04 Maret 2020 Pukul
09:28 pagi

https://media.neliti.com/media/publications/23526-ID-pelaksanaan-
desentralisasi-dan-otonomi-daerah-berdasarkan-uu-no-32-tahun-2004.pdf
pada tanggal 05 Maret 2020 Pukul 10:55 pagi

https://adoc.tips/implementasi-inovasi-kebijakan-program-pindu-di-
kabupaten-pi.html

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai