PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UUD 1945) antara lain menyatakan bahwa pembagian Daerah Indonesia atas
daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan
bahwa oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia
tidak akan mempunyai daerah dalam lingkungannya yang bersifat Staat juga.
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing
1
HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 2.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
Pasal 2 ayat (1).
1
yang menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
atas Kelurahan dan/atau Desa (Pasal 2 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014). Desa
ialah suatu kesatuan hukum, di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Desa terjadi dari hanya satu tempat
kediaman masyarakat saja, ataupun terjadi dari satu induk-desa dan beberapa
Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan
3
Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hlm.16.
2
karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara
dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati
hak-hak asal usul daerah tersebut. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap
Republik Indonesia.
meliputi:
peraturan perundang-undangan.
Desa merupakan instansi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat serta
3
sebelum negara ini terbentuk dan dalam perkembangannya hingga saat ini menjadi
disebut dengan nama lain setelah perubahan UUD 1945) dari segi
bahwa susunan dan tata cara penyelenggaran Pemerintahan Daerah diatur dalam
a. kepastian hukum;
d. keterbukaan;
e. proporsionalitas;
f. profesionalitas;
g. akuntabilitas;
i. kearifan lokal;
j. keberagaman; dan
k. partisipatif.
4
Prof. Drs. HAW. Widjaja, Op. Cit., hlm. 4.
4
Penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh Pemerintah Desa (Kepala
Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa
dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2)yang berbunyi Negara
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
realitas sosial yang hidup, dihormati dan tetap dipatuhi oleh masyarakat karena
memiliki simbol-simbol, kharisma dan aturan-aturan yang bijak dari unsur asli
Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Negeri di Kota Ambon (selanjutnya
disebut Perda No. 3 Tahun 2008) yang diharapkan dapat menyelesaikan berbagai
Negeri.
Negeri terdiri atas Saniri Rajapatti dan Saniri Negeri Lengkap. Saniri Rajapatti
Eksekutif). Saniri Negeri Lengkap adalah badan legislatif Negeri yang bertugas
5
fungsi pengawasan. Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh badan
eksekutif. Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran tradisional asas trias politica,
eksekutif dewasa ini jauh lebih luas daripada hanya melaksanakan Undang-
undang saja.5
Desa) memiliki banyak kewenangan yang berkaitan erat dengan Saniri Negeri
dengan jelas melarang Raja (Kepala Desa) merangkap jabatan. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 29 huruf (i) UU No. 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa :
5
Miriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2001), hlm. 208.
6
Kepala Desa dilarang : Merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau
menempatkan Raja sebagai Kepala Pemerintahan dan juga Raja sebagai ketua
dari Saniri Negeri Lengkap. Diperjelas dalam Pasal 11 Perda Kota Ambon
a. Saniri Rajapatti;
a. Raja;
c. Perangkat Negeri;
7
e. Kepala Tukang sebagai anggota;
Dua jabatan yang dimilki oleh seorang Raja ini dapat menimbulkan
B. Rumusan Masalah
Kota Ambon
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui, mengkaji dan
Kota Ambon.
D. Kegunaan Penelitian
8
2) Sebagai bahan informasi yang diharapkan dapat digunakan dalam almamater
E. Kerangka Teoritis
cara,yaitu :6
pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau
antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam suatu negara
federal;
6
Zul Afdi Ardian, Hukum Tata Negara, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), hlm. 62.
9
dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian itu
koordinasi atau kerjasama. Selain itu pembagian kekuasaan baik dalam arti
tujuan yang sama yaitu untuk membatasi kekuasaan sehingga tidak terjadi
kesewenang-wenangan.8
7
Kusnardi dan Harmaily, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi
Hukum Tata Negara, 1988), hlm. 53.
8
Jimly Asshiddiqie S.H., Pokok Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
reformasi, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2007), hal. 12.
9
John Locke, Two Treaties of Government, http:
//wikipediaindonesia.co.id//teori/pemisahan/kekuasaan//,, Minggu 07 Februari 2016, (21:30)
10
Menurut Montesquieu seorang pemikir berkebangsaan Perancis
berjudul Lesprit des Lois menawarkan alternatif yang agak berbeda dari
undang).
sistem supremasi MPR yang secara mutlak menolak ide pemisahan kekuasaan
Indonesia Tahun 1945 selama empat kali, dapat dikatakan sistem konstitusi
11
Republik Indonesia telah menganut doktrin pemisahan itu secara nyata. Beberapa
undang tidak dapat diganggu gugat, hakim hanya dapat menerapkan undang-
c. Diakui bahwa lembaga pelaksana kedaulatan rakyat itu tidak hanya MPR,
melainkan semua lembaga negara baik secara langsung atau tidak langsung
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak lagi dapat dikatakan menganut
legislatif, eksekutif, dan yudikatif secara mutlak dan tanpa diiringi oleh
hubungan yang saling mengendalikan satu sama lain. Dengan perkataan lain,
11
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, (Jakarta: Sekretariat Jendral
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008), hlm. 151.
12
sistem baru yang dianut oleh UUD 1945 pasca perubahan keempat adalah sistem
2. Teori Organ
Setiap negara dijalankan oleh organ negara yang diatur dalam konstitusi.
tercipta keseimbangan antara organ negara yang satu dengan lainnya (checkand
harus dijalankan. Beliau juga berpendapat cara umum, konstitusi dapat dikatakan
adanya pembagian kekuasaan berdasarkan trias politica dan adanya kontrol serta
berarti bahwa kekuasaan negara dilaksanakan oleh tiga cabang kekuasaan yaitu
13
Pada sistem ini terdapat 3 (tiga) macam cabang kekuasaan yang terpisah,
yaitu eksektif dijalankan oleh Presiden, legislatif dijalankan oleh DPR, dan
yudikatif dijalankan oleh MA. Pada masa sekarang prinsip ini tidak lagi dianut,
bidang yudikatif, prinsip tersebut masih dianut, untuk menjamin kebebasan dan
3. Teori Fungsional
sosial yang terdiri dari bagian dan struktur-struktur yang saling berkaitan dan
pada keseimbangan. Teori ini menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam
berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur yang lain. Maka dalam hal ini,
dibutuhkan dalam masyarakat . Pelopor teori ini adalah Robert K. Merton, beliau
berpendapat bahwa obyek analisa sosiologi adalah fakta sosial, seperti proses
12
Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), hlm. 131.
14
atau sistem tertentu bisa dikatakan fungsional bagi suatu unit sosial tertentu, dan
sebaliknya, suatu institusi juga bisa bersifat disfungsional bagi unit sosial yang
lain.13
yang ada dalam masyarakat itu bersifat fungsional dalam artian positifdan
negatif. Sebagai contoh lembaga pendidikan, ini berfungsi dan sangat penting
para generasi muda penerus bangsa. Dalam hal ini, lembaga pendidikan bersifat
F. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
normatif adalah suatu metode yang lebih banyak dilakukan terhadap data yang
13
Robert K. Merton dalam buku Bachtiar Wardi, Sosiologi Klasik, (Bandung: Remaja Rosda,
2006), hlm. 20.
14
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 1992),
hlm. 3.
15
bahan atau sumber informasi yang dapat berupa bahan hukum primer, bahan
2) Bahan Hukum
Bahan hukum terdiri bahan hukum yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat (data primer atau data dasar) dan dari bahan-bahan pustaka (data
15
sekunder), akan tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder
yaitu:
Daerah
Peraturan Perundang-Undangan
15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamidji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 12.
16
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 141.
16
vi. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
a. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari kepustaaan yang
media cetak dan media elektronik yang berhubungan dengan penelitian ini.17
dengan pemerintahan desa yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus
Hukum.
terhadap buku literatur, dokumen, artikel, dan berbagai bahan yang telah
17
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2003),
hlm. 27.
17
pokok permasalahan yang diteliti yang selanjutnya dilakukan pengkajian sebagai
Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian ini akan dipaparkan dalam
satu dengan yang lainnya dengan pokok permasalahan, sehingga menjadi satu
analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang telah
yang diambil dengan menggunakan cara berpikir deduktif, yaitu dengan cara
berpikir yang mendasar pada hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini secara garis besar disusun secara sistematis yang terbagi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
18
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Teoritis
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
A. Desa
1. Pengertian Desa
2. Otonomi Desa
3. Pemerintahan Desa
1. Umum
2. Raja
C. Sistem Pemerintahan
19
C. Beberapa Isu Hukum Terkait Kedudukan Raja Dalam Sistem
Pemerintahan Negeri
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Desa
1. Pengertian Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa
smaller than a town. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
Kabupaten.
bahwa :
18
HAW. Widjaja, Op. Cit., hlm. 3.
21
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (Pasal 1 angka 43).
Tahun 2014 di atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community
sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, menjadikan Desa memiliki
tingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
pembentukan desa yakni: Pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500
kepala keluarga. Kedua, faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan
22
Kelima, faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan
2. Otonomi Desa
asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah.
susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum
baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta
Community dimana desa tidak lagi sebagai level administrasi atau bawahan
sosial, politik dan ekonomi. Dengan adanya kemandirian ini diharapkan akan
19
Ibid., hlm. 165.
23
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan
politik.
Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki
oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang
dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan
yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
20
Taliziduhu Ndraha, Kybernology (ilmu Pemerintahan Baru), Jilid 1 dan 2, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), hlm. 12.
24
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur
berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat
tanpa tanggungjawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh karena itu, dalam
yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak,
3. Pemerintahan Desa
21
Ibid., hlm. 166.
25
proses dimana usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan
Pemerintah Desa No. 5 tahun 1979 yang menyatakan bahwa desa adalah suatu
sehingga kontrol pusat dan provinsi terhadap daerah hilang. Dihawatirkan UU ini
22
Maria Eni Surasih, Pemerintahan Desa dan Implementasinya, (Jakarta: Erlangga, 2006),
hlm. 23.
26
rentan melahirkan konflik dan masalah di tengah masyarakat. Karena berbagi
berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah hingga saat ini.
Desa (BPD). Pemerintah Desa yang dimaksud terdiri dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa. Sesuai dengan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 angka
23
Ibid., hlm. 3.
27
menyalurkan aspirasi masyarakat Desa. Sedangkan Masa keanggotaan Badan
untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau
1. Umum
Kota Ambon khususnya adalah sebuah realitas sosial yang hidup, dihormati, dan
pemerintahan Negeri.
28
4. Mempunyai hubungan magis religius dengan lingkungan dan dalam interaksi
6. Memiliki bahasa asli yang dapat dipakai, minimal dalam upacara-upacara adat
wilayah petuanan
masyarakat hukum adat yang terbentuk berdasarkan sejarah dan asal usul, hukum
adat setempat serta diakui oleh Pemerintah. Selain Negeri-Negeri yang telah ada
mencakup:
b. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul dan hukum
adat Negeri
Kota
29
e. urusan pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan Perundang-Undangan
untuk ditetapkan oleh Walikota sebagai urusan otonomi asli Negeri. Pemerintah
dengan pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia. Peraturan
Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2008 tentang Negeri di Kota Ambon pada
ayat (1) menentukan Saniri Rajapatti adalah badan yang secara kolektif
2. Raja
Raja diutamakan berasal dari anak Negeri atau anak adat dari Matarumah
dalam Soa Parenta. Apabila ketentuan ini tidak dapat dipenuhi maka dapat
mandat tertulis yang ditandatangani oleh Kepala Soa Parenta. Mandat dimaksud
hanya berlaku dalam 1 (satu) masa jabatan. Setiap Raja diberi gelar sesuai asal-
usul dan adat istiadat Negeri setempat. Masa jabatan Raja adalah 6 (enam) tahun
30
dan dapat dipilih kembali. Pengisian jabatan Raja dapat dilakukan melalui
Pasal 13 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2008
peraturan negeri, namun tidak mengubah kedudukan Raja sebagai ketua Saniri
hak asal-usul, adat istiadat dan sosial budaya masyarakat Negeri setempat. Saniri
Negeri Lengkap mempunyai banyak Tugas, wewenang, kewajiban, dan hak yang
sebagian besar berkaitan dengan Raja namun tidak di jabarkan secara tersendiri
C. Sistem Pemerintahan
31
dengan negara republik24 sedangkan raja dipertalikan dengan negara kerajaan.25
kepala negara diangkat. Jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak
kekuasaan negara disebut raja sedangkan jika kepala negara dipilih melalui suatu
pemilihan umum untuk masa jabatan tertentu maka negaranya disebut republik
pemerintahan biasanya dibahas pula dalam hal hubungannya dengan bentuk dan
umum sistim pemerintahan terbagi atas tiga bentuk yakni sistim pemerintahan
24
Perkataan republik (republica, republic) telah dikenal sejak masa Yunani kalsik dan
rumawi. Buku yang ditulis Plato (Yunani), Cicero (Rumawi), keduanya berjudul Republik
(republica). Walaupun demikian, uraian Plato dan Cicero yang terangkum dalam Republic, tidak
dkaitkandengan jabatan Presiden. Tulisan Plato dan Cocero justru mengenai kerajaan. Perkataan
republik pada waktu itu belum berkaitan dengan bentuk negara, melainkan dengan fungsi negara
dalam cara menjalankan pemerintahan. Republik yang berasal dari res dan publica, menunjuk
kepada suatu pemerintahan yang dijankan oleh dan untuk kepentingan umum. Bagir Manan, Jabatan
KePresidenan Republik Indonesia dalam 70 Tahun Prof. Dr. Harun Alrasid (intergritas, konsistensi
seorang sarjana hukum) , editor. A. Muhammad Asrun dan Hendra Nurtjahjo, (Jakarta: Pusata Studi
HTN UI, 2000), hlm. 163.
25
Menurut Hans Kelsen pembedaan antara monarki dengan republik terletak pelaksana
kedaulatan Whenthe sovereign power of community belong to one individual, the government of the
constitutions is said to be monarchic. When the powers belongs to several individual, the constitution
is called republican. A republikan is an aristroceacy ar a democracy, depending upon whether the
sovereign powers belongs to mayority of the people Hans Kelsen, General Theory of Law and State,
(New York: Russell & Russell, 1961), hlm. 283.
26
Moh Kusnadi dan Harmelly Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Cet. 5,
(Jakarta: Pusat Studi HTN dan CV Sinar Bakti, 1983), hlm. 167
32
Presidensil, parlementer dan campuran yang kadang-kadang disebut kuasi
peralihan, meskipun perubahan dari fase ke fase yang lain tidak selalu tampak
jelas. Pertama, pada mulanya pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang
bertanggung jawab atas seluruh sistem politik atau sistem ketatanegaraan. Kedua,
raja. Ketiga, mejalis mengambil ahli tanggung jawab atas pemerintahan dengan
dari perkembangan sejarah negara kerajaan seperti Inggris, Belgia dan sewedia.
2. There is mutual responsibility between the the executive and the legislature;
hance the executive may dissolve the ligislature or he must resign together
27
Jimly Asshiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah (telaah
perbandingan konstitusi berbagai negara), Cet.1, (Jakarta: UI-PRESS, 1996), hlm. 59.
28
Dauglas V. Verney, Pemerintahan Parlementer dan Presidensil dalam Sistem Sistem
Pemerintah Parlementer dan Presidensial, Arend Lijphard saduran Ibrahim R, (Jakarta: Pt Garfindo
Perkasa, 1995), hlm. 36.
29
Shepherd L. Witman dan John J. Wuest, Comperative Government, (Newyersy: Littleffield,
Adams & Co, 1963), hlm. 8-9; sebagaimana pula dikutip suwoto Mulyosudarmo dalam Suwoto
Mulyosudarmo, Peralihan Kekuasaan (Kajian Teoritis dan Yuridis terhadap Pidato Nakwasara),
(Jakarta: Pt. Garamedia, 1997), hlm. 21.
33
with the rest of the cabinet whent his policies or no longer accepted by the
3. There is also mutual responsibility between the executive and the cabinet.
parlementer dapat dikemukakan enam ciri, yaitu: (i) Kabinet dibentuk dan
kesatuan dengan tanggung jawab kolektif dibawah Perdana Menteri. (iii) Kabinet
bekerjanya berakhir. (iv) Setiap anggota kabinet adalah anggota parlement yang
terpilih. (v) Kepala pemerintahan (Perdana Menteri) tidak dipilih langsung oleh
rakyat, melainkan hanya dipilih menjadi salah seorang anggota parlement. (vi)
pemerintahan.30
ciri tersebut, kedudukan Presiden hanya ditemukan pada sistem parlementer yang
30
Jimly Asshiddiqie, Pergumulan, Op. Cit., hlm. 67.
34
berbentuk negara republik. Menurut S.L Witman dan J.J Wuest pada ciri yang
keempat dan Jimly Asshiddiqie Pada ciri yang keenam, kedudukan Presiden
mengangkat duta dan konsul, menerima duta besar dan perwakilan negara-negara
asing, memberikan grasi, amnesti, abolisi dan rehalibitasi. Selain itu pada negara-
31
Ibid., hlm. 76-81; Wewenang dan kekuasaan Presiden sebagai Kepala Negara pada sistem
parlementer diatur secara konstitusional Sebagai contoh: Algeria (Article 77) In addition to the powers
bestowed, explicitly upon him by other provisions of the Constitution the Presiden of the Republic has
the following powers and prerogatives: he is the Supreme Chief of all the Armed Forces of the
Republic; he decides and conducts the foreign policy of the Nation; he presides the Cabinet; he
appoints the Head of Government and puts an end to his functions; he signs the Presidenial decrees;
he has the right of pardon, remission or commutation of punishment; he can refer to the People
through a referendum on any issue of national importance; he concludes and ratifies international
treaties; he awards State medals, decorations and honorific titles. Italia (Article 87) The Presiden of
the Republic is the head of the State and represents the unity of the Nation; The Presiden may send
messages to Parliament; He shall call the elections of the two Chambers and fix the date of their first
meeting; He shall authorize the submission to Parliament of bills proposed by the Government; He
shall promulgate laws and issue decrees having the value of law, and government regulations; He
shall call a referendum in such cases as are laid down by the Constitution; He shall appoint State
officials in such cases as are laid down by the law; He shall accredit and receive diplomatic
representatives; ratify international treaties, provided they are authorized by Parliament whenever
such authorization is needed; The Presiden shall be the commander of the Armed forces.
35
Sebagai mana dijelaskan di atas pada sistem pemerintahan parlementer
seluruh negara yang menganut sistem ini dapat dipastikan seorang kepala
jabatan kepala negara pada sistem ini? Pada negara monarchi dapat dipastikan
diemban oleh Presiden pada setiap negara memiliki mekanisme yang berbeda-
beda dan Presiden memiliki masa jabata yang telah ditentukan. Pengisian jabatan
Presiden pada negara republik pada sistem parlementer di sebagian negara diatur
mereka, dipilih oleh parlement atau oleh suatu badan pemilihan.32 Sedangkan
kepala negara dan fungsi kepala pemerintahan, kedua fungsi tersebut dijalankan
oleh Presiden.33 Presiden pada sistem Presidensil dipilih secara langsung oleh
32
Autria dan Irlandia pemilihan secara langsung (direct popular elections), Israel oleh
parlemnet dan Germany, India dan Italia dipilih oleh suatu badan pemilihan. Rod hague dan Martin
Harrop, Op. Cit., hlm. 242.
33
Menurut pendapat Alan R. Ball salah satu ciri pemerintahan Presidensil adalah The
Presiden is both nominal and political head of State Alan R. Ball, Modern Politic and Governmet,
(New York: Macmillan Student Editiond, 1971), hlm. 24.
36
rakyat atau melalui badan pemilihan dan memiliki masa jabatan yang ditentukan
oleh konstitusi.34
dan Martin Harrop sistem Presidensil memiliki beberapa ciri yakni :35
1. popular elections of the Presiden who directs the goverenment and makes
appointments to it.
2. fixed terms of offices for the Presiden and the assembly, neither or which
can be brought down by the other (to forestall arbitrary use of powers).
tidak dapat dipaksa untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif (meskipun
34
Negara Amerika merupakan acuan bagi sistem Presidensil. Sistem pemisahan kekuasaan
dan sistem check and balance menjadi konsekwesi terbentuknya sistem pemerintahan Presidensil.
Moh. Kusnardi dan Harmally Ibrahim, Op. Cit., hlm. 177.
35
Rod hague dan Martin Harrop, Op., Cit. hlm. 237.
37
terpisah tidaknya personalia legislatif dan eksekutif (separation of legislatif and
Perdana Menteri seperti sistem Presidensil, tetapi pada saat yang sama Perdana
tanggung jawab untuk urusan luar negeri, dan dapat pada umumnya mengambil
36
Jimly Asshiddiqie, Pergumulan, hlm. 82.
37
Rod hague dan Martin Harrop, Op. Cit., hlm. 245.
38
Sistem campuran ini dapat pula disebut hybrid system. Jika dipandang dari segi Presidensil
maka dikenal dengan kuasi Presidensil sedangkan jika dipandang dari sistem parlementer maka
dikenal dengan kuasi parlementer. Jimly Asshiddiqie, Pergumulan, Op. Cit., hlm. 89.
38
Menurut Duverger sistem ini memiliki ciri, yakni :39
3. He has opposite him, however, a prime minister and minister who possess
executive and governmental powers and can stay in office only if the
Jadi pada sistem campuran ini kedudukan Presiden tidak hanya sebagai
pemerintahan. Indonesia terus mencari suatu bentuk yang ideal. Kusnardi dan
Jadi berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal (17) UUD 1945, sistem
pemerintahannya adalah Presidensil, karena Presiden adalah eksekutif,
sedangkan menteri-menteri adalah pembantu Presiden. Dilihat dari sudut
39
Rod hague dan Martin Harrop, Op., Cit. hlm. 245.
40
Moh. Kusnardi dan Harmally Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Cet. 5,
(Jakarta: Pusat Studi HTN U, 1983), hlm. 180; sebagaimana dikutip pula dalam A. Hamid S Attamimi,
Op. Cit., hlm. 125-126; dapat dilihat pula menurut Muchyar Yara bahwa karena ciri-ciri sistem
pemerintahan preidensil di dalam UUD 1945 terlihat lebih dominan dibandingkan ciri-ciri sistem
pemerintahan parlementer, maka tepatnya sistem pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 disebut
sebagai, Sistem pemerintahan Quasi Presidensil. Muchyar Yara, Op. Cit., hlm. 79.
39
pertanggungan jawab Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat,
maka berarti bahwa eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga negara lain
kepada siapa Presiden bertanggung jawab maka sistem pemerintahan di
bawah UUD 1945 dapat disebut quasi Presidensil.
sebagai yakni, sebagai kepala negara, sebagai kepala pemerintahan dan sebagai
mendataris MPR.
executive hevy maka setelah perubahan hal ini tidak terwujud lagi, perubahan
UUD 1945 telah menganut sistem pemeritahan Presidensil yang dapat menjamin
stabilitas pemerintah.41
Undang Dasar 1945 menurut Jimly Asshiddiqie memiliki lima perinsip penting,
yaitu:42
41
Jimly Asshiddiqie., Op. Cit., hlm. 5
42
Ibid., hlm. 5-6.
40
hukum dan konstitusi. (4) Para menteri adalah pembantu Presiden. (5)
Untuk membatasi kekuasaan Presiden yang kedudukannya dalam sistem
Presidensil sangat kuat sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin
stabilitas pemerintah, ditentukan pula masa jabatan Presiden lima tahunan
tidak boleh dijabat oleh orang yang sama lebih dari dua masa jabatan.
Kelima ciri tersebut merupakan ciri sistem pemerintahan Presidensil yang dianut
41
BAB III
kali dikemukakan oleh Christian Snouk Hugronje dalam bukunya The Atjehers
(tahun 1893) dan Het Gayo Land, untuk menunjukkan hukum yang ada di
Indonesia dengan memberi definisi adats die rechts gevolgen hebbe. Menurut
Cornelis, Hukum Adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan-
peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu atau alat-alat
kekuasaan lainnya yang menjadi sendinya dan diadakan sendiri oleh kekuasaan
Belanda dulu. Menurut Soepomo Hukum Adat adalah sebagai hukum yang tidak
tetapi ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya
bahwa Hukum Adat adalah hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam
mengandung unsur agama. Hukum Adat timbul dan berlaku apabila diputuskan
42
dan ditetapkan oleh petugas hukum seperti : kepala adat, hakim, rapat adat, dan
perangkat desa lainnya (menurut Terhaar). Hal ini didukung oleh Soepomo yang
mengatakan bahwa tingkah laku manusia pada suatu waktu mendapat sifat
adat desa, alat-alat perlengkapan desa, susunan jabatan dan tugas masing-masing
anggota perlengkapan desa, majelis kerapatan adat desa, dan harta kekayaan
Desa adat di Kota Ambon lazimnya disebut Negeri. Negeri berasal dari
terbentuklah suatu perkampungan yang terdiri dari beberapa Mata rumah yang
43
Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan), (Bandung:
Alfa Beta, 2008), hlm. 377.
43
disebut Rumah tau atau Luma tau beberapa mata rumah yang mempunyai
yang dipimpin oleh sebuah Ama (Bapak atau Tuan), yang kemudian dibentuk
lagi sebuah perserikatan yang lebih besar yang dikenal dengan nama Uli, ada
dua jenis Uli yaitu : Uli siwa artinya persekutuan sembilan negeri dan Uli
dimana sistem hukum adat ini ditetapkan dalam keputusan landraad Amboina
yang berarti bahwa pelaksanaan pemerintahan negeri dilaksanakan oleh Raja dan
dari negeri di Kota Ambon (Negeri Latuhalat) yang dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
44
Ziwar Effendi, Hukum Adat Ambon-Lease, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), hlm. 40.
44
RAJA SANIRI NEGERI
KEPALA SOA :
1. ANTOULATU 4. PAPALA
2. TEHUWANIHUAT 5.TUTUARONG
3. TOMUHUAT 6. PARI
KEWANG DARAT,
KEWANG LAUT,
MARINYO
Pada gambar tersebut terlihat bahwa Raja dan Kepala Soa merupakan
pelaksana pemerintahan negeri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Badan
Saniri Rajapatti. Badan ini merupakan badan eksekutif dibawah pimpinan Raja.
Raja adalah pemegang pemerintah negeri yang bertindak juga sebagai kepala
melaksanakan tugasnya ini maka Raja dibantu oleh juru tulis yang bertugas
45
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Juru Tulis berfungsi dalam
kebutuhan masyarakat. Sebagai pemimpin dari suatu bagian di dalam negeri yang
terdiri dari beberapa marga maka Kepala Soa juga berfungsi untuk menampung
dan menyalurkan aspirasi serta pendapat masyarakat yang ada dalam wilayah
kekuasaan Soanya. Kepala soa juga berperan sebagai kepala adat yang
melaksanakan tugas dari Raja untuk melangsungkan acara kawin adat khususnya
dalam menerima harta kawin yang diberikan dari mempelai pria kepada
Raja.
disamping Saniri Rajapati ada Saniri Negeri yang merupakan kumpulan wakil-
wakil Soa dari beberapa matarumah yang memilih dan mengangkat salah satu
pemerintahan negeri, maka dikenal ada badan legislatif yang dikenal dengan
sebutan Saniri Negeri Lengkap. Saniri Negeri Lengkap terdiri dari: anggota
45
Eric Stenly Holle, dalam Kompilasi Pemikiran Tentang Dinamika Hukum Dalam
Masyarakat (Memperingati Dies Natalis ke -50 Universitas Pattimura Tahun 2013), 2013
46
Saniri, para tua-tua adat dan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh seperti
guru, pegawai, tokoh agama (pendeta/imam), Kewang (polisi hutan dan laut
kekayaan sumber daya alam negeri dalam petuanan negeri), Marinyo (perangkat
Saniri Rajapatti yang diserahi tugas menyampaikan berita yang berkaitan dengan
pemimpin pelaksana adat dalam negeri, dan Tuan Tanah. Tugas Saniri Negeri
sesuatu hal yang penting di negeri akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan
Lengkap ini adalah Raja, namun selain bertugas sebagai badan legislatif maka
Saniri Negeri Lengkap juga bertugas untuk memilih Raja menurut tatacara yang
berlaku.
berperan sebagai badan yudikatif. Saniri Besar merupakan rapat lengkap yang
bersifat terbuka antara Saniri Rajapatti dan Saniri Negeri Lengkap dan semua
warga masyarakat pria dewasa yang berumur 18 tahun ke atas. Rapat ini
dilaksanakan 1 tahun sekali biasanya di awal tahun atau pada akhir tahun dan
berlangsung di rumah adat yang di sebut Baeleo dan dipimpin oleh Raja untuk
47
penyampaian rencana pembangunan Negeri oleh Rajapatti. Saniri Besar dapat
keadaan mendesak.
Gambar diatas, maka Raja adalah merupakan orang yang pertama dan sangat
dan fungsi sebagai pimpinan badan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Akan
tetapi dengan kapasitas dan fungsi tersebut Raja tidak memiliki kekuasaan
adat yang terdapat dalam struktur Pemerintahan Negeri adat ini memiliki fungsi
Negeri dan pemerintahannya telah ada sejak lama, jauh sebelum lahirnya
basis masyarakat adat dan memiliki batas-batas wilayah darat dan laut yang jelas
48
yang disebut petuanan negeri, dan sistem pemerintahan yang bersifat geneologis
atau berdasarkan garis keturunan. Pemahaman pada masa itu bahwa negeri
merupakan suatu komunitas sosial yang bebas dan tidak memiliki keterikatan
negeri dengan hukum tidak terulisnya sendiri. Pada masa ini Raja berfungsi
sebagai kepala pemerintahan, sebagai hakim dan juga sebagai ketua pembuatan
peraturan negeri.
Nasional kedesaan yang berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia maka
1965).
Pada tahap ini, secara tegas menempatkan negeri sebagai bagian dari
49
dianut oleh Negara Indonesia dan meniadakan sistem pemerintahan yang selama
ini berlaku. Pengakuan terhadap hak asal usul desa di bingkai dalam kalimat
yang masih berlaku untuk memperkuat pemerintahan Desa agar makin mampu
undang ini tetap menempatkan kepala desa pada kedudukan yang sama yaitu
kewajiban yang lebih terperinci. Pada tahap ini telah terlihat jelas pola hubungan
kerja yang saling timbal balik (dalam konteks pengawasan) antara Kepala Desa
tidak konsisten seperti apa yang telah diamanatkan oleh UUD 1945. Sampai
50
di Indonesia sudah lebih mengarah kepada sistem pemerintahan presidensial
walaupun tidak secara murni, karena ada mekanisme checks and balances
No. 3 Tahun 2008 dengan berdasar pada UU No. 5 Tahun 1979 yang menurut
penulis tidak sejalan dengan UUD 1945 hasil amandemen. Sistem Pemerintahan
Negeri (desa) yang tergambar dalam Pasal 11 Perda tersebut, menempatkan Raja
(Kepala Desa) juga memangku jabatan sebagai Ketua Saniri Negeri Lengkap
masyarakat.
46
A.D. Bakarbessy,Artikel, Hukum Tata Negara, Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Desa
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
51
Bab V, bagian kelima, Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun
a. Tugas Raja :
masyarakat Negeri
o memelihara dan melestarikan adat istiadat dan hukum adat yang hidup di
Negeri
Negeri.
52
o menetapkan Peraturan Negeri yang telah mendapat persetujuan bersama
Negeri.
c. Kewajiban Raja :
Indonesia.
o melaksankan prinsip tata pemerintahan Negeri yang bersih dan bebas dari
Negeri.
53
o melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan
Negeri.
o bersikap dan bertindak adil, tidak memihak serta tidak mempersulit dalam
(satu) kali dalam satu tahun dalam Rapat Saniri Besar. Laporan tersebut
Pemerintah Negeri dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. Laporan akhir
masa jabatan Raja disampaikan kepada Saniri Negeri Lengkap dan kepada
masa jabatan.
d. Raja berhak :
54
o mengatur tugas Kepala Soa guna membantu tugas-tugas Raja
e. Raja dilarang :
masyarakat tertentu
Saniri Negeri Lengkap adalah Badan legislatif Negeri yang terdiri dari
wakil-wakil Soa, Kepala Adat, Tua-Tua Negeri, Kepala Tukang, Kewang, serta
membangun, itu merupakan hal yang sangat penting, baik pengawasan secara
vertikal, horizontal, eksternal, preventif maupun represif agar maksud dan tujuan
55
yang telah ditetapkan dapat tercapai. Lemahnya pengawasan berarti
menjauhkannya dari tujuan yang hendak dicapai dan semakin banyak peluang
akhirnya hak asasi rakyat dapat terwujud. Dalam negara demokrasi, rakyatlah
yang menentukan tujuan dan rakyat pula yang menjadi tujuan, administrasi
Negara hanyalah alat untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat yang menjadi
tujuan.
secara berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan rencana yang telah
diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan
dengan yang direncanakan, apakah segala instruksi telah dilaksanakan dan untuk
47
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:
Gunung Agung, 1996), hlm.143.
56
mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan
a. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah
digariskan.
pekerjaan.
a. Mencegah penyimpangan.
48
Soekarno, Dasar-Dasar Manajemen, Cetakan XIV, (Jakarta: Miswar, 1986), hlm.105.
49
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum Dalam Pembangunan di Indonesia, (Bandung:
Alumni, 1979), hlm. 99.
57
Dari ketiga pendapat para ahli diatas mengenai tujuan pengawasan
dahulu harus diusahakan terwujudnya aparat yang baik, jujur serta berwibawa.
Hal ini dapat tercipta apabila proses pengawasan serta pengendalian terhadap
negeri adalah proses kegiatan yang ditujuan untuk menjamin agar pemerintahan
Negeri berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Meskipun dalam Perda Kota Ambon No. 3 Tahun 2008 tidak menjelaskan
secara terperinci mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan dari Saniri
negara saling mengawasi agar diantara lembaga negara tidak melebihi batas
58
kewenangannya. Maka dengan demikian menurut penulis, penempatan
kedudukan Raja sebagai Kepala Eksekutif dan Ketua Saniri Negeri Lengkap
dalam Pasal 11 Perda Kota Ambon No. 3 Tahun 2008 merupakan pengaturan
yang tidak tepat. Selain itu, telah diundangkan beberapa peraturan baru yang
Pemerintahan Negeri
kebijakan yang telah ditetapkan Negeri baik berupa Peraturan Negeri, Keputusan
Peraturan Negeri
Peraturan Raja
Keputusan Raja
Saniri Negeri Lengkap bersama Raja. Peraturan Negeri ditetapkan dalam Rapat
59
anggota. Pengambilan Keputusan untuk menetapkan Peraturan Negeri dilakukan
terangan karena dia yang memutuskan pendapat dari Badan Saniri Rajapatti dan
ayat (3) Perda Kota Ambon No. 3 Tahun 2008. Hal ini di lakukan agar
60
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan pada asas kepastian
Negeri terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Maka dengan demikian
penilaian dan pandangan anggota Saniri Negeri Lengkap bahwa laporan tersebut
tidak mencerminkan good governance pun, tidak ada yang dapat mereka lakukan
karena Raja juga menjadi Ketua Saniri Negeri Lengkap jadi semua keburukannya
yaitu :
61
b. Pejabat yang menjalankan pengurusan umum serta pejabat yang ditunjuk
menjalankan pengurusan.
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 44 ayat (2) Perda Kota Ambon No. 3 Tahun
mereka yang diwakili oleh Saniri Negeri Lengkap dapat melakukan pengawasan
early warning system atau sistem penanda bahaya apabila terjadi kejanggalan
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Namun Pengawasan itu tidak
akan mungkin berjalan dengan efektif karena Raja yang juga merupakan Ketua
62
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
penempatan kedudukan Raja sebagai Ketua Saniri Negeri Lengkap dalam Pasal
11 ayat (3) butir a Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Raja boleh berhubungan dengan badan Saniri Negeri Lengkap tetapi tidak boleh
menjadi ketuanya.
B. Saran
daerah Kota Ambon perlu mengubah Pasal 11 ayat (3) butir a Perda No. 3 Tahun
2008 yang menempatkan Raja sebagai Ketua Saniri Negeri Lengkap secara
63