Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

Hubungan Strukturan dan Fungsional Pemerintah Pusat dan Daerah

C. Kedudukan dan Peran Pemerintah Daerah

1. Kewenangan Pemerintah Daerah

Secara umum pemerintah daerah adalah sekelompok orang yang bekerja menjalankan
organisasi negara pada tingkat daerah.

Pemerintah daerah menurut pasal 1 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah penyelenggara
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistim dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian pemerintah daerah dipertegas pada
pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014, yaitu kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.

Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah, kepala
daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota
disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi
disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil
walikota.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom pasal 2 ayat 3,
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom meliputi bidang pertanian, kelautan,
pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, perindustrian dan perdagangan,
perkoperasian, penanaman modal, kepariwisataan, ketenagakerjaan, Kesehatan, Pendidikan
nasional, social, penataan ruang, pertahanan, permukiman, pekerjaan umum dan
perhubungan, lingkungan hidup, politik dalam negeri dan administrasi public, pengembangan
otonomi daerah, perimbangan keuangan daerah, kependudukan, olahraga, hukum dan
perundang-undangan, serta penerangan.

Sedangkan Berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk


kabupaten/kota meliputi beberapa aspek sebagai berikut :
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang Kesehatan
f. Penyelenggaraan penddikan
g. Penanggulangan masalah social
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan

2. Satuan Khusus dan Istimewa Pemerintahan Daerah

Pasal 18B ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
oleh undang-undang. Adapun yang dimaksud dengan satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus adalah daerah yang diberi otonomi khusus, yaitu Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dan Provinsi Papua, sedangkan daerah istimewa adalah Daerah Istimewa Aceh dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
a. Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta memiliki fungsi dan peran yang penting dalam
mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Oleh karena itu perlu diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah. Untuk itulah pemerintah pusat
mengeluarkan Undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Sebagai Ibu Kota Indonesia.

Beberapa hal yang menjadi pengkhususan bagi Provinsi DKI Jakarta antara lain:
1. Provinsi DKI Jakarta berkedudukan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Provinsi DKI Jakarta adalah daerah khusus yang berfungsi sebagai Ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom pada tingkat
provinsi.
3. Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan perwakilan
negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional.
4. Wilayah Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam kota administrasi dan kabupaten
administrasi.
5. Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta berjumlah paling banyak 125% (seratus dua
puluh lima persen) dari jumlah maksimal untuk kategori jumlah penduduk DKI
Jakarta sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.
6. Gubernur dapat menghadiri sidang kabinet yang menyangkut kepentingan Ibu kota
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gubernur mempunyai hak protokoler,
termasuk mendampingi Presiden dalam acara kenegaraan.
7. Dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu kota
Negara ditetapkan bersama antara Pemerintah dan DPR dalam APBN berdasarkan
usulan Pemprov DKI Jakarta.

b. Provinsi Aceh

Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat
istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yang dipimpin oleh seorang Gubernur.
Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir diberikan
melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (LN 2006 No
62, TLN 4633). UU Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman
(Memorandum of Understanding) antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang
ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi
secara bermartabat menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara
berkelanjutan.
Pengakuan sifat istimewa dan khusus oleh Negara kepada Aceh sebenarnya telah
melalui perjalanan waktu yang panjang. Tercatat setidaknya ada tiga peraturan penting
yang pernah diberlakukan bagi keistimewaan dan kekhususan Aceh yaitu Keputusan
Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959 tentang Keistimewaan
Provinsi Aceh, UU 44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan bagi Provinsi Daerah
Istimewa Aceh, dan UU 18/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Daerah Istimewa Aceh
sebagai Provinsi Aceh. Dengan dikeluarkannya UU Pemerintahan Aceh, diharapkan
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan di Aceh untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan dan berkesejahteraan di Aceh.
Berdasarkan undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
pengganti Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi Khusus Nangroe
Aceh Darussalam, keistimewaan Provinsi Aceh sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan kehidupan beragama dalam bentuk pelaksanaan syari’at islam bagi
pemeluknya di Aceh dengan tetap menjaga kerukunan hidup antarumat beragama.
2. Penyelenggaraan kehidupan adat yang bersendikan agama islam.
3. Penyelenggaraan Pendidikan yang berkualitas serta menambah materi muatan lokal
sesuai syariat islam
4. Peran ulama dalam penetapan kebijakan aceh
5. Penyelenggaraan dan pengelolaan ibadah haji sesuai peraturan perundang-
undangan.

c. Otonomi Khusus Provinsi Papua


Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Khusus tersebut adalah kewenangan
khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua, termasuk provinsi-provinsi
hasil pemekaran dari Provinsi Papua, untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar
masyarakat Papua. Otonomi ini diberikan oleh Negara Republik Indonesia melalui
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 (LN 2001 No. 135 TLN No 4151). Hal-hal
mendasar yang menjadi isi Undang-undang ini adalah:

 Pertama, pengaturan kewenangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Provinsi


Papua serta penerapan kewenangan tersebut di Provinsi Papua yang dilakukan
dengan kekhususan;
 Kedua, pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta
pemberdayaannya secara strategis dan mendasar; dan
 Ketiga, mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berciri:

1. partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan


pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan
pembangunan melalui keikutsertaan para wakil adat, agama, dan kaum
perempuan;
2. pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya untuk memenuhi
kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada khususnya dan penduduk Provinsi
Papua pada umumnya dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelestarian
lingkungan, pembangunan berkelanjutan, berkeadilan dan bermanfaat langsung
bagi masyarakat; dan
3. penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang
transparan dan bertanggungjawab kepada masyarakat.

 Keempat, pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tegas dan jelas
antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta Majelis Rakyat Papua sebagai
representasi kultural penduduk asli Papua yang diberikan kewenangan tertentu.

Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dimaksudkan untuk mewujudkan


keadilan, penegakan supremasi hukum, penghormatan terhadap HAM, percepatan
pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua,
dalam rangka kesetaraan dan keseimbangan dengan kemajuan provinsi lain. Otonomi
khusus melalui UU 21/2001 menempatkan orang asli Papua dan penduduk Papua pada
umumnya sebagai subjek utama. Orang asli Papua adalah orang yang berasal dari
rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua dan/atau orang
yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua.
Sedangkan penduduk Papua, adalah semua orang yang menurut ketentuan yang berlaku
terdaftar dan bertempat tinggal di Provinsi Papua.
Keberadaan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta
perangkat di bawahnya, semua diarahkan untuk memberikan pelayanan terbaik dan
pemberdayaan rakyat. Undang-undang ini juga mengandung semangat penyelesaian
masalah dan rekonsiliasi, antara lain dengan pembentukan Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi. Pembentukan komisi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang terjadi pada masa lalu dengan tujuan memantapkan persatuan dan
kesatuan nasional Indonesia di Provinsi Papua.

d. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah provinsi yang mempunyai
keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Keistimewaan kedudukan hukum yang dimiliki oleh Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan pada sejarah dan hak asal-usul.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah wilayah tertua kedua di Indonesia setelah Jawa


Timur, yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian Indonesia.
Daerah setingkat provinsi ini juga memiliki status istimewa atau otonomi khusus. Status
istimewa/ otonomi khusus ini merupakan sebuah warisan dari zaman sebelum
kemerdekaan.
DIY memiliki status sebagai “Kerajaan vasal/Negara bagian/Dependent state” dalam
pemerintahan penjajahan mulai dari VOC, Prancis, India Timur,Kerajaan Inggris, Hindia
Belanda , dan terakhir Jepang (Kekaisaran Jepang).
Status ini membawa konsekuensi hukum dan politik berupa kewenangan untuk mengatur
dan mengurus wilayah (negaranya) sendiri di bawah pengawasan pemerintah penjajahan
tentunya. Status ini pula yang kemudian juga diakui dan diberi payung hukum oleh Bapak
Pendiri Bangsa Indonesia Soekarno yang duduk dalam BPUPKI dan PPKI sebagai sebuah
daerah bukan lagi sebagai sebuah negara (sumber Wikipedia Indonesia)

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012, keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta sebagai berikut:
1. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang gubernur dan wakil
gubernur.
2. Kelembagaan pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Kebudayaan
4. Pertahanan
5. Tata ruang
D. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

1. Hubungan struktural pemerintah pusat dan daerah


Hubungan struktural pemerintah pusat dan daerah adalah hubungan kekuasaan antara pusat
dan daerah yang menitiberatkan pada struktur organisasi atau kelembagaan. Daerah mengatur
urusanya sendiri dengan memperhatikan kesesuaian kebijakan peraturan-peraturan dari pusat,
pemerintah pusat berperan mengawasi jalanya kebijakan yang dibuat oleh daerah, Sehingga
hubungan kelembagaan antara pemerintah pusat dan daerah masih terjalin.

Contoh hubungan structural pemerintah pusat dan daerah :


a. hubungan struktural eksekutif dengan pemerintah daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah daerah wajib memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahanya yang dilakukan satu kali dalam satu tahun kepada
pemerintah pusat.
b. hubungan struktural pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pembentukan
perangkat daerah.
Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan
karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah. Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah setempat dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.
Pengendalian organisasi perangkat daerah dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk Provinsi dan
oleh Gubernur untuk Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pada
Daerah Provinsi, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga
Teknis Daerah. Pada Daerah Kabupaten/Kota, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah,
Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.

Tiga faktor yang menjadi dasar pembagian fungsi, urusan, tugas, dan wewenang antara
pemerintah pusat dan daerah.
1. Fungsi yang sifatnya berskala nasional dan berkaitan dengan eksistensi negara sebagai
kesatuan politik diserahkan kepada pemerintah pusat.
2. Fungsi yang menyangkut pelayanan masyarakat yang perlu disediakan secara beragam
untuk seluruh daerah dikelola oleh pemerintah pusat.
3. Fungsi pelayanan yang bersifat lokal, melibatkan masyarakat luas dan tidak memerlukan
tingkat pelayanan yang standar, dikelola oleh pemerintah daerah yang disesuaikan dengan
kebutuhan serta kemampuan daerah masing-masing.

2. Hubungan Fungsional Pemerintah Pusat dan Daerah


Hubungan fungsional merupakan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang menitik
beratkan pada fungsi atau pelaksanaan kewenangan pemerintah pusat dan daerah.
Dengan kata lain otonomi daerah juga merupakan contoh dari hubungan fungsional.
Hubungan fungsional pemerintah pusat dan daerah terletak pada visi, misi, tujuan, dan
fungsinya masing-masing. visi dan misi di tingkat lokal maupun nasional ini memuat kebebasan
kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangganya sendiri(daerah
administrasinya sendiri) berdasarkan kondisi dan kemampuan daerahnya.
Hubungan fungisonal dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan urusan pemerintah oleh daerah
provinsi yang diselenggarakan secara langsung oleh pemerintah daerah provinsi, dan dapat pula
ditugaskan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan desa atau penugasan
dari pemerintah kabupaten/kota ke desa.

Anda mungkin juga menyukai