Anda di halaman 1dari 3

1.

Perbedaan sistem pengisian jabatan kepala daerah sebelum amandemen UUD 1945 :
- Dipilih oleh Dewan (UU No. 1 Tahun 1945 Peraturan Mengenai Komite Nasional Daerah).
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah : a. Kepala

Daerah dipilih DPRD.; b. Kepala Daerah tingkat I diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.; c. Kepala
Daerah tingkat II diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, dari calon-
calon yang diajukan oleh DPRD yang bersangkutan.

Setelah amandemen :
- UU No 22/2014 (dipilih oleh DPRD)
- Perpu No. 1/2014 jo UU No. 1/2015 (dipilih langsung oleh rakyat)

2. tidak setuju dikarenakan kepala daerah adalah garda terdepan dalam memimpin daerahnya
sehingga tidak dengan mudah untuk menempatkan seorang pemimpin yang akan memimpin
daerah tersebut sehingga tidak efektif apabila seorang pemimpin daerah dipilih oleh dprd
karena tingkat kemungkinan untuk terjadinya penyalahgunaan terdapat hak yang ada sehingga
mudah terjadi yang dinamakan KKN jadi apabila kepala daerah dipilih oleh dprd sangatlah cara
yang tidak efektif

3. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Aceh disebut istimewa karena dalam sejarahnya didasarkan atas
kompromi untuk mengatasi pergolakan terus menerus dalam hubungannya dengan pemerintah pusat.
pengakuan negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir diberikan melalui Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Hal-hal mendasar yang menjadi isi undang-
undang Pemerintahan Aceh, antara lain : 1) Pemerintahan Aceh menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan DPRD Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan
masing-masing.; 2) Tatanan otonomi seluas-luasnya yang diterapkan di Aceh berdasarkan undang-undang
Pemerintahan Aceh ini merupakan subsistem dalam sistem pemerintahan secara nasional.; 3) Pengaturan
dalam qanun Aceh yang diamanatkan dalam undang-undang Pemerintahan Aceh merupakan wujud
konkret bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional dalam pelaksanaan pemerintahan tersebut.; 4)
Pengaturan perimbangan keuangan pusat dan daerah tercermin melalui pemberian kewenangan untuk
pemanfaatan sumber pendanaan yang ada.; 5) Implementasi formal penegakan syariat islam dengan asas
personalitas keislaman terhadap setiap orang yang berada di Aceh tanpa membedakan kewarganegaraan,
kedudukan, dan status dalam wilayah sesuai dengan batas-batas daerah provinsi aceh.

Provinsi Papua. Otonomi khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua, termasuk provinsi-
provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua. Otonomi
ini diberikan melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.
Hal mendasar yang menjadi isi undang-undang tersebut ialah : 1) Pengaturan kewenangan antara
Pemerintah dengan Pemerintah Provinsi Papua serta penerapan kewenangan tersebut di Provinsi Papua
yang dilakukan dengan

kekhususan.; 2) Pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta pemberdayaan
secara strategis dan mendasar.; 3) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berciri : a.
Partisipasi masyarakat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam
penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan melalui keikutsertaan para wakil adat,
agama, dan kaum perempuan. b. Pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya untuk
memenuhi kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada umumnya dengan berpegang teguh pada prinsip-
prinsip pelestarian lingkungan, pembangunan berkelanjutan, berkeadilan, dan bermanfaat langsung bagi
masyarakat.; 4) Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tegas dan jelas antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta Majelis Rakyat Papua Sebagai representasi kultural penduduk asli
Papua yang diberikan kewenangan tertentu.

4. Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki
kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan sebagai tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional.
Selain itu, Dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota negara
ditetapkan Bersama antara pemerintah dan DPR dalam APBN berdasarkan usulan pemerintah provinsi
DKI Jakarta.

5. Terdapat beberapa alasan untuk menjawab pertanyaan mengenai rasionalitas atau relevansi pemberian
status keistimewaan, yaitu : 1. Alasan Filosofis. Pilihan sadar untuk menjadi bagian Indonesia merupakan
refleksi filosofis Kasultanan, Pakualaman, dan masyarakat Yogyakarta secara keseluruhan yang
mengagungkan kebhinekaan dalam ke-ika-an sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, rumusan keistimewaan Provinsi DIY harus menjadi dasar pengokohan lebih lanjut
masyarakat multikultural yang mampu membangun keharmonisan dan kohesivitas sosial.; 2. Alasan
Kesejarahan-Politis. DIY memiliki sejarah yang khas dalam dirinya sendiri, yang sekaligus merupakan
bagian dari sejarah survivalitas Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara. Kekhasan ini tidak dimiliki
daerah lainnya. Status keistimewaan Yogyakarta merupakan pilihan politik sadar yang diambil oleh
penguasa Yogyakarta, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII.; 3. Alasan Yuridis.
Amanat Sri Paduka Ingkeng Sinuwun Kanjeng Sultan dan Amanat Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran
Adipati Ario Paku Alam dapat dideskripsikan sebagai novum hukum yang menyatakan bahwa status
Yogyakarta telah mengalami perubahan dari sebuah daerah Zelfbesturende Landschappen atau Daerah
Swapraja menjadi sebuah daerah yang bersifat istimewa di dalam teritorial NKRI. Dalam rentang waktu
antara tahun 1950 s.d. 2004 (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 s.d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004) terdapat konsistensi pada level yuridis yang mengakui keberadaan suatu daerah yang bersifat
istimewa. Namun hal tersebut tidak diikuti dengan pengaturan yang bersifat komprehensif mengenai
substansi keistimewaan sebuah daerah. Kehadiran sebuah undang-undang tentang keistimewaan
Yogyakarta yang komprehensif sangat diperlukan guna memberikan jaminan hukum bagi pelaksanaan
pemerintahan di Yogyakarta.; 4. Alasan Sosio-Psikologis. Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini,
Yogyakarta bisa dipastikan akan terus mengalami perubahan sosial yang sangat dramatis. Perkembangan
tersebut tidak secara otomatis meminggirkan sentralitas Kasultanan dan Pakualaman sebagai sumber
rujukan penting bagi mayoritas warga Yogyakarta. Sebagian besar masyarakat tetap memandang dan
mengakui Kasultanan dan Pakualaman sebagai pusat Budaya Jawa dan simbol pengayom.; 5. Alasan
Akademis-Komparatif. Pemberian otonomi yang berbeda atas satu daerah atau wilayah dari beberapa
daerah merupakan praktik penyelenggaraan pemerintahan yang cukup umum ditemui dalam pengalaman
pengaturan politik di banyak negara. Rasionalitas bagi pemberian status keistimewaan bagi Yogyakarta
sebagai wujud konkret dari kebijakan desentralisasi yang bercorak asimetris mendapatkan
pembenarannya. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang antara lain telah dikemukakan di atas,
serta setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (UUK DIY) disahkan oleh DPR dalam Sidang Paripurna yang
diselenggarakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2012.; 6. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kadipaten Pakualaman yang telah mempunyai wilayah, pemerintahan, dan penduduk sebelum lahirnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berperan dan memberikan
sumbangsih yang besar dalam mempertahankan, mengisi, dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang; 2. Bahwa Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
dan Kadipaten Pakualaman yang telah mempunyai wilayah, pemerintahan, dan penduduk sebelum
lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berperan dan memberikan
sumbangsih yang besar dalam mempertahankan, mengisi, dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia; 3. Bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta belum mengatur secara lengkap mengenai keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta; 4.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

6. Otonomi khusus telah cukup lama dijalankan (tahun 2002 untuk Papua, 2009 untuk Papua Barat, serta
2008 untuk NAD. Dan masih banyak yang perlu dievaluasi terkait hal otonomi khusus ini. kelemahan
dukungan aturan perundangan terjadi hingga saat ini. Masih banyak aturan yang seharusnya ada tetapi
belum ada meskipun otonomi khusus telah dimulai pada tahun 2002. Contohnya hingga saat ini belum ada
Rencana Induk Percepatan Pembangunan secara berkesinambungan. meskipun ada aturan alokasi dana
otonomi khusus yang sudah diatur dalam Perda, namun tidak ada aturan yang mengatur sanksi bila tidak
dijalankan. Dana yang telah dialokasikan juga sudah relatif besar dan akan terus meningkat karena
dialokasikan mengikuti besaran DAU. Namun demikian dana otsus yg relatif besar blm memberikan
dampak signifikan untuk mencapai tujuan otonomi khusus.

Anda mungkin juga menyukai