TESIS
Di Susun Oleh :
A. Latar Belakang
Desentralisasi dan otonomi daerah adalah suatu peristiwa yang
desentralistik yang ditandai dengan pemberian otonom yang luas dan nyata kepada
daerah1.
Undang Dasar NRI 1945, berdasarkan penjelasan dari Pasal 18 ayat (1) UUD NRI
1945 tersebut dinyatakan bahwa daerah Indonesia akan di bagi dalam daerah
provinsi dan daerah provinsi akan di bagi lagi menjadi daerah yang lebih kecil.2
Mengatur Lebih Jelas Mengenai Pembagian Wilayah Negara Antara Lain Sebagai
Berikut3:
1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah provinsi dan Daerah
provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota.
2) Daerah Kabupaten/Kota dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi atas
kelurahan dan/atau Desa.
3) Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) merupakan Daerah dan masing-masing mempunyai Pemerintahan
Daerah.
4) Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk dengan undang-undang.
1
Lukman Santoso Az, Hukum Pemerintahan Daerah Mengurai Problemetika Pemekaran
Daerah Pasca Reformasi Di Indonesia, Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2015, Cet 1, Hlm 1.
2
Siswanto Sunarno, “Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia”, Jakarta, Sinar Grafika, 2006,
Cetakan Pertama, hlm 1.
3
Pasal 2 - 4 UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
2
5) Daerah Provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan Wilayah
Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat dan wilayah kerja bagi gubernur dalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah provinsi.
6) Daerah Kabupaten/Kota selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan
Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi bupati/wali kota
dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah
kabupaten/kota.4
Dalam hal ini adanya asas tugas pembantuan dimana penugasan dari
pemerintah kepada daerah dan atau desa, dari pemerintah provinsi kepada
pemerintah kabupaten kota dan atau desa serta dari pemerintah kabupaten / kota
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
yang dibentuk khusus untuk mengatur pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca-
yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi daerah sendiri tertulis
secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut oleh undang-undang. Pasal 18
4
UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Di Mana Pasal 2- 4 Mengatur Lebih Jelas
Mengenai Pembagian Wilayah Negara
5
Ibid., Sunarno Siswanto, hlm 7.
3
Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.” Dan ayat (6) pasal yang sama
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dari
menjalankan fungsi dan tugasnya di segala bidang dan dalam hal ini lingkungan
hidup merupakan bagian integral dan fundamental dari aktifitas pembangunan itu
sendiri.7
untuk lebih baiknya pengelolahan lingkungan hidup. Hal ini di sebabkan karena
6
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 Ayat (2)
7
Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Pola Pengusaha Pertambangan Indonesia, Malang,
Setara Press,2013,hlm 120.
4
dengan control dari masyarakat dalam berbagai kelompok kepentingan di daerah
akan berjalan secara langsung dan cepat. Dalam hal ini di harapkan pula bahwa
public dapat lebih di terima dan produktif dalam memenuhi kesejahteraan dalam
bermakna sebagai:
masyarakat.
3. Mengelolah daya dukung lingkungan setempat dan menjahui cara- cara yang
8
Ibid.,hlm 249-250.
5
Indonesia adalah Negara hukum, sesuai yang tercantum dalam konstitusi
tertulis Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Undang-Undang Dasar NRI 1945
Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Indonesia Adalah Negara Hukum”, hal itu berarti
setiap kegiatan bernegara atau apapun yang terjadi di dalam wilayah kesatuan
pertambangan.
Pertambangan dalam Pasal 33 ayat (3) mengatakan “Bumi, Air Dan Kekayaan Alam
bumi dan air serta segala sesuatu yang terkandung di dalamnya adalah untuk
Berdasarkan Undang-Undang Dasar NRI 1945, Pasal 33 ayat (3) dan (4)
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
6
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, penjualan,
batubara adalah:
negeri Paman Syam yang berafiliasi dengan Freeport-McMoran Copper & Gold
Inc. (FCX) yang bermarkas di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat sudah mulai
pada kawasan tambang. Berdasarkan kontrak karya yang telah di tanda tangani
9
Pasal 3, UU No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Dan Batubara
7
2. Daerah proyek dengan luas 2.029 km2 yang membentang dari pesisir lau
arafura di selatan hingga daerah tambang di utara pada ketingian lebih dari
ketentuan Pasal 28 H UUD NRI 1945, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
menjelaskan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
sebagai berikut:
10
Laporan keberlanjutan PT Freeport Indonesia yang mengembangkan sumber daya yang
berkelanjutan, Freeport Indonesia, 2012,hlm 35.
11
Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara Di Indonesia,Jakarta,
Rineka Cipta, 2012, hlm 7.
12
Erwin Muhamad, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan
Hidup, Bandung, PT Refika Aditama, 2011, Cet 3, hlm 55.
8
Sumber daya alam yang dapat menopang proses pembangunan yang
berkesimabungan.
b) Kualitas lingkungan
Antara lingkungan beserta sumber daya alam terdapat hubungan timbale balik
yang erat. Semakin tingginya kualitas lingkungan maka akan semakin tinggi
pula kualitas sumber daya alam yang mampu menopang pembangunan yang
berkualitas.
c) Faktor kependudukan.
Unsur yang dapat menjadi modal atau sebaliknya menjadi unsure yang
13
Gatot Supramono,Op. Cit.,hlm 8,
9
tetapi kegiatan dan hasilnya hanya untuk kepentingan nasional dan kepentingan
daerah14.
bencana yang harus di derita oleh rakyat dari tahun ke tahun sebagian besar bencana
terlalu besar akan merusak fungsi lingkungan hidup dan dapat dikategorikan sebagai
laju pengurasan, yang pada akhirnya akan menyebabkan “recovery cost” yang sangat
pembuangan limbah batuan serta pengelolahan bijih di hasilkan bahan sisa (wastern)
dalam volume yang sangat besar sebagai ciri khas utama penambangan merupakan
salah satu tantangan lingkungan yang sangat besar bagi industri pertambangan
14
Ibid.,hlm 7
15
Erwin Muhamad.,Op.,Cit.,hlm 53
16
Nanik Trihastuti, Op.,Cit.,.,hlm 120.
10
dan pemrosesan, produk sampai yang dihasilkan juga menimbulkan masalah bukan
karena volumenya yang sangat besar akan tetapi karena bahan tersebut merupakan
mining) secara umum merupakan cara utama untuk ekstrasi bijih. Untuk kedua tipe
penambangan ini batuan sisa merupakan sumber utama yang berpotensi mengganggu
asam (acid drainage) yang dapat menimbulkan kontaminasi logam – logam berat
dan masa emisi debu atmosferik. Praktik – praktik pemrosesan dapat menghasilkan
sumber – sumber pencemaran lain seperti sisa padat (solid waste) yaitu cerih, limbah
dengan metode strip mining dan quarriying tergantung pada bentuk geometris
tambang dan bahan yang di gali. Penggunaan metode ini sering mengakibatkan
Penambangan bijih dan batuan memiliki dampak yang jauh lebih berat
terhadap lingkungan dibandingkan dengan penambangan tanah, batu, pasir dan pasir
tergantung pada macam biji. Semakin gawat dampaknya, semakin kecil proses
11
2. Penambangan terbuka merupakan bentuk muka lahan secara besar – besaran
dan bijak terhadap sumber daya alam tak terbaharui serta kesinambungan
aliran air permukaan tersebut sangat mungkin di ikuti oleh luncuran atau longsoran
membawa material hasil pengikisan dan akhirnya akan memasuki alur – alur sungai.
Terjadinya penambahan material bahan rombakan di dalam alur – alur sungai ini
akan meningkatkan kekeruhan air. Material bahan rombakan yang masuk dalam alur
– alur sungai akan terbawa hanyut arus sungai yang akan mengendap di bagian
17
Ibid.,hlm124-125.
18
Ibid.,hlm 121.
12
hilirnya sehingga terjadinya proses pendangkalan alur sungai yang dapat
lingkungan tersebut maka Berdasarkan Latar Belakang Inilah Yang Menarik Penulis
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
D. Manfaat Penelitian
19
Ibid.,hlm 124.
13
Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
1. Manfaat Teoritis :
2. Manfaat Praktis :
Mimika.
kesejahteraan rakyat.
rakyat.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak
akan kewajibannya.
akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan
ditegaskan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yangn
dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada
20
Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Medan, Pasca Sarjana,
2008, Cetakan Pertama,, hlm. 4
15
dasarnya tetap harus disertai dengan pertanggung jawaban, demikian pula
memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana.
dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi
orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 katagori dari perbuatan melawan
21
Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, Bandung, Citra Aditya, 2010, Cetakan Pertama, hlm. 37
22
Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2001,
Cetakan Pertama, hlm 12.
23
Djojodirdjo, M.A. Moegni, Perbuatan melawan hukum : tanggung gugat (aansprakelijkheid)
untuk kerugian, yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 1979,
Cetakan Pertama, hlm. 53
16
b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan
maupun kelalaian)
17
b. Selain dari tanggung jawab perbuatan melawan hukum,
hukum24.
24
Djojodirdjo, M.A. Moegni, Op.Cit, hlm. 55
25
Widiyono, Wewenang Dan Tanggung Jawab, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, Cetakan
Pertama, hlm. 27
18
Pada hakikatnya hanya masing-masing individu yang dapat
August von Hayek mengatakan, Semua bentuk dari apa yang disebut
26
Penjelasan Kejahatan yang di Maksud adalah Perbuatan Melawan Hukum Berupa
Pencemaran dan atau Perusakan atas Lingkungan Hidup Baik Lingkungan Alam/ Fisik, Lingkungan
Buatan Maupun Lingkungan Sosial Budaya Yang Di Lakukan Oleh Seorang atau Kelompok, Masyarakat
Atau Badan Hukum.
19
kemanfaatan. Yang di maksud di sini tujuan utama dari hukum itu adalah
waktu ialah pencemaran dan perusakan lingkungan. Ekosistem dari suatu lingkungan
Adapun makna dari pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan antara lain
sebagai berikut:
hidup, zat, energy atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
peruntukannya.
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik atau hayatinya yang
pembangunan berkelanjutan.28
bermacam- macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke lingkungan dan
27
H.R.Otje Salman,S. Filsafat Hukum ( Perkembangan & Dinamika Masalah), Bandung, Rafika
Aditama, 2010, hlm 44.
28
Erwin Muhamad.,Op.,Cit.,hlm 35
29
RTM Sutamihardja, Kualitas Dan Pencemaran Lingkungan, Bogor, Institute Pertanian, 1978,
Cet 1, hlm 1.
20
Sedangkan menurut Stephanus Danusaputro merumuskan pencemaran
lingkungan sebagai berikut: “ pencemaran adalah suatu keadaan dalam mana suatu
zat dan atau energy di introduksikan kedalam suatu lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam itu sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa hinga
keselamatan hayati.30
C. PT Freeport Indonesia
Sumber daya alam yaitu semua kekayaan alam baik berupa benda mati
maupun makhluk hidup yang dimiliki oleh suatu tempat, dan dapat dimanfaatkan
yaitu (1) berwujud himpunan dan (2) harta kekkayaan yang disendirikan untuk
menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat dan menggugat di muka
30
St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Dalam Pencemaran Lingkungan Melandasi
Sistem Hukum Pencemaran, Bandung, Sektor Bina Cipta,1986, Cet Ke 5, hlm 77.
31
Muhsinatun Siasah Marsuri, , Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta:
UNY Press, . 2002 hlm 90.
32
Titik Triwulan Tutik,Pengantar Hukum Perdata Di Indonesia, Jakarta , Prestasi Pustaka, 2006,
hlm.43.
21
hakim.33[28]Sedangkan menurut Rochmat Soemitro, badan hukum adalah suatu
badan yang dapat mempunyai harta kekayaanhak serta kewajiban seperti orang-
orang pribadi.34
Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan
tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), yang dimulai
sejak tahun 1967 hingga saat ini telah berlangsung selama 48 tahun di kawasan
Kemakmuran ialah suatu suasana umum dimana setiap orang banyak bekerja dengan
akan rumah, sandang dan papannya yang layak buat dirinya sendiri dan keluarganya,
istilah layak disini menunjukkan perbedaan taraf yang dinilai pantas untuk orang-
33
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan Step by Step Prosedur Pendirian Perusahaan,
Yogyakarta , Pustaka Yustisia, 2013, hlm,18
34
Ibid.,
35
“Gambaran PT Freeport Indonesia” https://saripedia.wordpress.com/tag/tambang-emas-
freeport-terbesar-di-dunia/ Diakses Pada Hari Selasa 29 September 2015, Pukul 21:08 Wita.
36
Mahfud Mohamad, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. Yogyakarta: Penerbit Gama Media,
1999. hlm 93.
22
orang dari berbagai golongan ataupun lapisan-lapisan social yang berbeda satu sama
lain 37
“Hukum alam seputar” dalam bahasa malaysia, “Batas nan kapaligiran” dalam
Adanya keseimbangan dalam lingkungan hidup adalah hal yang pokok bagi peri
kehidupan manusia.39
37
Mubarok, Jaih.. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hlm 67
38
Muhamad Erwin, “Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan hidup”, Refika Aditama Bandung 2011, hlm.8
39
Emil Salim, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Jakarta, Mutiara Sumber Widya, Cetakan
Ke 7, 1987, Hlm 16.
23
manusia serta makhluk hidup lain. 40 Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bertujuan:
Demikian juga sebaliknya regulasi dan keputusan tersebut dapat pula menjadi
masyarakat41,.
24
Salah satu persyaratan izin di bidang lingkungan adalah bahwa
25
5) Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
6) Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
7) Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau
mempengaruhi pertahanan negara; dan/atau
8) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi
besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
9) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.43
10) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal
atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.
11) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 atau
rekomendasi UKL-UPL.
12) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
13) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.44
43
Pasal 23 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009., Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup.
44
Pasal 36 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup.
26
2. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
tercantum dalam keputusan komisi tentang kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKLUPL; atau
3. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau
UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.45
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), izin
lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha
negara.46
1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan dan
keputusan izin lingkungan.
2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara yang mudah diketahui oleh masyarakat.47
3) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
4) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan
dibatalkan.
5) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin
lingkungan.48
Banyaknya izin yang diperlukan dalam suatu kegiatan usaha, sangat
sulit ditentukan izin mana yang akan dicabut. Apabila salah satu izin
dicabut, tetap saja perusahaan itu masih bisa melakukan usahanya atas asar
45
Pasal 37 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup.
46
Pasal 38 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup.
47
Pasal 39 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup.
48
Pasal 40 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup.
27
izin-izin yang lainnya, sebab satu usaha tidak jarang yang memiliki lebih
pemberian sanksi, pemberian izin harus dilakukan oleh satu instansi saja
persyaratan, maka harus dilakukan control, baik oleh instansi pemberi izin
maupun oleh pengadilan. Kontrol yang dilakukan oleh instansi pemberi izin
pemberian izin. Kontrol tersebut meliputi izin itu untuk di daerah mana, dan
sebagainya.49.
berfungsi secara efektif dan terpadu. Salah satu sarana yuridis administrative
Pemberian izin yang keliru atau tidak cermat serta tidak memperhitungkan
49
Adrian Sutedi, Hukum Lingkungan Dalam Sektor Pelayanan Public., Jakarta, Sinar Grafika,
2010, Hlm. 243
28
dan mempertimbangnkan kepentingan lingkungan akan mengakibatkan
ekosistem.
hukum lingkungan. Hal ini sesuai dengan devinisi tentang lingkungan hidup
lingkungan hidup itu adalah perselisihan dua fihak atau lebih dari subyek
hukum baik perseorangan atau kelompok orang. Dan penyebab sengketa itu
50
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan Nasional, Surabaya, Universitas
Airlanga,Edisi Ketiga, 2005, hlm 146.
29
adalah adanya (secara realita) atau diduga (baru sebatas dugaan) adanya
sendiri kepada suatu organ pemerintahan baik yang sudah ada maupun yang baru
sama sekali. Dan delegasi adalah penyerahan wewenang yang dipunyai oleh
pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari badan atau pun
pejabat yang satu kepada yang lain. Tanggungjawab kewenangan atas mandat
masih tetap pada pemberi mandat tidak beralih kepada penerima mandat. Dalam
hal ini yang perlu di ketahui adalah mengenai definisi pengertian kewenangan,
1. Pengertian Kewenangan
yaitu authority of theory. Kewenangan berasal dari dua suku kata yaitu
30
perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum
public didalam hubungan hukum publik.53 Ada dua unsur yang disajikan oleh
53
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2008 hlm 110.
54
Ateng Syafrudin, Menuju Penyelengaraan Pemerintahan Negara Yang Bersih Dan
Bertanggungjawab, Jurnal Pro Justisia Edisi 4, Bandung, Universitas Parahyangan 2000, hlm 22
31
Kewenangan menurut sumbernya dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
a) Kewenangan personal dan
b) Kewenangan official
Kewenangan personal yaitu kewenangan yang bersumber pada
55
H. Salim Hs, Op.,Cit.,,hlm 186.
32
Kewenangan pemerintah daerah berdasarkan UU No 23 Tahun
56
Pasal 11 UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
57
Pasal 12 ayat 1 UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
58
Pasal 12 ayat 2 UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
33
10) Komunikasi Dan Informatika;
11) Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah;
12) Penanaman Modal;
13) Kepemudaan Dan Olah Raga;
14) Statistik;
15) Persandian;
16) Kebudayaan;
17) Perpustakaan; Dan
18) Kearsipan.
d. Urusan Pemerintahan Pilihan59 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (1) meliputi:
1) Kelautan Dan Perikanan;
2) Pariwisata;
3) Pertanian;
4) Kehutanan;
5) Energi Dan Sumber Daya Mineral;
6) Perdagangan;
7) Perindustrian; Dan
8) Transmigrasi.
Sedangkan penjelasan lebih lanjut mengenai pembagian kewenangan
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dan kota sesuai dengan pasal 14 UU
59
Pasal 12 ayat 3 UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
34
5. Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil mendapatkan bagi
hasil dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
6. Penentuan Daerah kabupaten/kota penghasil untuk penghitungan bagi
hasil kelautan adalah hasil kelautan yang berada dalam batas wilayah 4
(empat) mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan.
7. Dalam hal batas wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) kurang dari 4 (empat) mil, batas wilayahnya dibagi sama jarak
atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari Daerah yang
berbatasan.
F. Pengertian Hukum Pertambangan
terjemahan bahasa inggris yaitu mining law yang artinya hukum pertambangan
umum kepada siapa saja yang mempunyai hak- hak untuk melakukan kegiatan-
kegiatan pertambangan.
60
H. Salim Hs, Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara, Jakarta, Sinar Grafika, Cet
Kedua, 2014,hlm 12-13.
35
Hukum pertambangan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
hidup61.
a) Pengertian Pertambangan
minyak, gas bumi dan batu bara serta kekeyaan alam lain- nya.
b) Asas–Asas Pertambangan
Asas asas yang berlaku dalam penambangan mineral dan batu bara
61
Hs H. Salim, Hukum Pertambangan Di Indonesia, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, Cetakan
6, 2014,hlm 29
62
Gatot Supramono,Op. Cit.,hlm 6,
63
Ibid., ,hlm 7-8.
36
Asas kemanfatan dalam pertambangan adalah menunjukan
kecualikan.
37
Asas transparansi adalah keterbukaan dalam
pemerintah.
C) Kewenangan Pengelolaan
a. Pemerintah Pusat
64
Ibid., hlm 8 – 9.
38
Pemerintah pusat memiliki kewenangan mengelola pertambangan
dengan ruang lingkup nasional,antara lain untuk melakukan
tindakan sebagai berikut:
1. Penepatan kebijakan nasional,
2. Pembuatan peraturan perundang-undangan,
3. Penepatan standar nasional,pedoman, dan criteria,
4. Penetapan sistem perizinan pertambangan mineral dan batu
bata nasional,
5. Penetapan wilayah pertambangan yang dilakukan setelah
berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
6. Pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat,
dan pengawasan usaha pertambangan yang berada pada lintas
wilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas)
mil dari garis pantai.
b. Pemerintah Provinsi
Untuk Pemerintah Provinsi Ruang Lingkup Kewenangan
Pengelolaan sesuai dengan wilayah administrasinya,antara lain
yaitu:
1. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah,
2. Pemberian izin usaha pertambangan, pembinaan, penyelesaian
konflik masyarakat dan pengawasan usaha pertambangan pada
lintas wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut 4 (empat)
mil sampai dengan 12 (dua belas) mil,
3. Pemberian izin usaha pertambangan,pembinaan,penyelesaian
konflik masyarakat dan pengawasan usaha pertambangan
operasi produksi yang kegiatannya berada pada lintas wilayah
kabupaten/kota dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai
dengan 12 (dua belas) mil.
c. Pemerintah Kabupaten/Kota
Sedangkan untuk kewenangan pemerintah kabupaten/kota
dalam melakukan pengelolaan pertambangan meliputi wilayah
administrasinya, antara lain dengan:
a. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah,
39
b. Pemberian izin usaha pertambangan (IUP) dan izin
pertambangan rakyat (IPR), pembinaan, penyelesaian konflik
masyarakat,dan pengawasan usaha pertambangan diwilayah
kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4
(empat) mil,
c. Pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyesuaian konflik
masyarakat dan pengawasan usaha pertambangan operasi
produksi yang kegiatannya berada diwilayah kabupaten/kota
dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil,
d. Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian, serta
eksplorasi dalam rangka memperoleh data dan informasi
mineral dan batu bara,
e. Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi mineral dan
batu bara, serta informasi pertambangan pada wilayah
kabupaten/kota,
f. Penyusunan sumber daya mineral dan batu bara pada wilayah
kabupaten/kota,
g. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
dalam usaha pertambangan dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Secara khusus menurut jenis, sifat dan tujuannya suatu penelitian hukum
dibedakan menjadi dua penelitian yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris.
Dalam penelitian yang dilakukan penulis saat ini digunakan penelitian yang bersifat
Metode penelitian ini yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini
adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum doktriner, juga disebut
doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-
40
peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain, sebagai penelitian
terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan 65. Sehubungan
dengan tipe penelitiannya yuridis normatif maka pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan hukum yang berlaku di Indonesia (hukum positif). Suatu analisis pada
memiliki tiga bahan hukum yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan hukum tersier, agar hasil penelitian ini dapat bernilai ilmiah, maka
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas 67Yaitu
Mencakup:
1) UUD 1945 ( Undang-Undang Dasar 1945)
2) UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
3) UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup (UUPPLH)
4) UU No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Dan Batubara
5) Kontrak Karya
65
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2008,hlm 14
66
Amirudin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo, 2012,
hlm. 16
67
Ali Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 47
41
6) Dokumen Penanggulan Kerusakan Lingkungan Dari PT Freeport Indonesia
7) Dokumen Dokumen kerusakan oleh Badan Lingkungan Hidup Di
Kabupaten Mimika Papua.
8) Dokumen Partisipasi Pembangunan Berkelanjutan Untuk Sistem
Pengelolahan Tailing.
b. Bahan hukum sekunder yaitu mencakup bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti literatur-literatur rancangan
Undang-Undang, hasil-hasil penelitian, hasil-hasil karya tulis, serta makalah-
makalah.68:
1) Buku Hukum Pemerintahan Daerah
2) Buku Hukum Lingkungan Dan Perizinan
3) Buku Hukum Lingkungan
4) Buku Hukum Pertambangan Di Indonesia
5) Buku Freeport Indonesia Pengelolahan SDA Berkelanjutan.
6) Buku Hukum dan Kontrak Karya
7) Buku Tentang Metode Penelitian Hukum
c. Bahan hukum tersier
Untuk dapat memperoleh data yang relevan dengan pembahasan tulisan ini,
1. Penelitian kepustakaan
68
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2006,
hlm.13
69
Bambang Sugiono, “ Metode Penelitian Hukum”, Jakarta, Rajawali Pers, 2011 hlm.113-
114
42
Pengumpulan data pustaka di peroleh dari berbagai data yang berhubungan
dengan hal – hal yang diteliti berupa dokumen dan literatur yang berkaitan
dengan hal – hal yang diteliti, yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Penelitian lapangan
Data yang di peroleh dari data primer dan data sekunder akan di olah dan di
E. Lokasi Penelitian
F. Waktu penelitian
november 2015 sampai desember 2015. Pada bulan november 2015 penulis
43
melakukan observasi dilokasi penelitian, sehingga memiliki data dan gambaran
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Pertambangan yang telah di cabut dan diganti dengan Undang- Undang No 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara. Oleh sebab itu, segala
ketentuan yang mengatur berbagai hal dalam klausul- klausul nya termasuk
cara penambangan modern yang sudah umum berlaku dewasa ini untuk
melindungi sumber daya alam terhadap kerusakan yang tidak perlu mengurangi
45
pencemaran dan pengotoran oleh pembuangan gas beracun kepada lingkungan
membuang limbah dengan cara- cara yang sesuai dengan praktek pembuangan
limbah yang baik dan secara umum memelihara kesehatan dan keselamatan
dan tidak wajar pemgembangan lebih lanjut sumber daya daerah tempat
beroprasi.
kebakaran.
udara sumber daya biologis dan pemukiman penduduk. studi mengenai dampak
pertambangan yang berwawasan lingkungan dengan baik, benar dan efektif serta
46
efisien seperti yang tercantum dalam Pasal 20 Ayat (1) Kontrak Karya Generasi VII
bahwa :
pemanfaatan sumber daya alam secara bijak merupakan tujuan utama pengelolaan
pertambangan.
47
lingkungan baru baik yang menguntungkan maupun yang merugikan yang timbul
akan tetapi klaim dari masyarakat tidak dapat berhenti mengingat dampak negatif
akibat dari adanya pencemaran tersebut mungkin baru di rasakan beberapa tahun
kemudian. Kinerja yang buruk dalam pengelolaan lingkungan hidup akan dijadikan
Perusahaan yang saat ini mendapatkan sorotan tajam dari berbagai pihak
buat dan di tanda tangani pada17 april 2012 Perjanjian Partisipasi Pembanguan
Berkelanjutan Untuk Sistem Pengelolahan Tailing di buat dan di tanda tangani oleh
48
1. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) 300K yang telah di setujui
tailing.
transportasi tailing sebagaimana telah diubah dengan surat gubernur Irian Jaya
pengendapan Ajkwa yang di modifikasi (DPA) muara Ajkwa dan laut Arafura
untuk sistem pengelolaan tailing dengan nomor 540/1406/SET yang dibuat pada tanggal
untuk menghindari duplikasi dan tumpang tindih antara program yang di danai.
49
3. Membantu dan mendukung untuk menyelesaikan setiap perselisihan atau
total US$ 6.000.000.00 (Enam Juta Dolar Amerika Serikat) per tahun. Dengan sistem
untuk transportasi tailing sebagaimana telah diubah dengan surat gubernur Irian
modifikasi (DPA) muara Ajkwa dan laut Arafura (sistem pengelolaan tailing
50
Freeport Indonesia sampai pada PT Freeport Indonesia berhenti mengoprasikan
tambang sesuai dengan kontrak karyanya. Serta dalam hal ini PT Freeport
Indonesia mengakui bahwa Amdal, tailing, dan bahan sendimen akan terus
yang berwenang telah mengadopsi peraturan atau keputusan yang sesuai untuk
oleh PT Freeport Indonesia sendiri bahwa 50% tailing tersebut akan di simpan
di darat di areal DPA, dengan partikel tailing dan sndimen lainya akan masuk
dan mengendap di muara Ajkwa dan laut arafura bersama- sama membentuk
limbah bahan berbahaya dan beracun dan kemudian terbukti maka PT Freeport
51
mengijinkan atau memberikan izin kepada pihak lain kedalam wilayah proyek
dampak lingkungan.
Dari berbagai perjanjian partisipasi pembangunan yang di buat oleh pemerintah provinsi
dan kabupaten dengan PT Freeport Indonesia dengan terdapat beberapa asas hukum
akan terus mempengaruhi muara dan bahwa tailing dan bahan sendimen akan
52
wilayah proyek kecuali dengan persetujuan PT Freeport Indonesia. Hal tersebut
Serikat) per tahun. kemanfatan dalam pengelolahan tailing dan sendimen dalam
dan kesejahteraan rakyat. Hal ini di karenakan pendanaan yang di berikan oleh
Amerika Serikat) per tahun tidak sebanding dengan kerusakan yang di lakukan
53
aliran sungai yang menjadi tempat pembuangan tailing dan pengendapan
Berjalannya suatu perusahaan memerlukan suatu kepastian hukum atas hak untuk
mendirikan dan menjalankan kegiatan usahannya.Untuk itu dalam legalisasi berdiri serta
suatu kegiatan usaha.Bentuk suatu legalitas berdiri dan berjalannya suatu perusahaan
Setiap perusahaan wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
peraturan yang berlaku seperti yang telah di jelaskan dalam berbagai peraturan yang
karena itu suatu kegiatan usaha atau perusahaan dalam melakukan proses produksinya
wajib memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan sekitarnya. Berarti, apabila terjadi
perbuatanya tersebut.Untuk itu berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab pemerintah
yang telah mengeluarkan izin usaha pada suatu perusahaan, maka secara konstitusional
54
pemerintah terkaitpun wajib untuk mencabut izin tersebut. Dalam UUPPLH telah
Pasal 76
Pasal 77
dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja tidak
Pasal 78
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.
55
Pasal 79
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan apabila
Pertanggung jawaban tersebut dapat di bebankan apabila telah ada putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap oleh pengadilan atau pejabat/badan terkait lainya
Perusahaan.
kegiatan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang sangat terkait erat dengan
perkembangan kemajuan teknologi yang menjadi kunci utama dari kesuksesan kegiatan
pembangunan nasional multi aspek. Akses kemajuan tenologi memberi dampak, tidak
hanya positif tetapi juga dampak negatif, khususnya bagi pelestarian lingkungan hidup.
Biasanya pencemaran lingkungan terjadi akibat proses produksi suatu perusahaan. Oleh
karena itu tentunya setiap masyarakat yang mengalami dampak akibat pencemaran
lingkungan itu mengajukan suatu keberatan bahkan tuntutan kepada suatu perusahaan itu
dengan dampak negatif itu yang membuat ketidak nyamanan pada keadaan lingkungan
sekitar.
56
Sengketa pencemaran lingkungan merupakan suatu sengketa yang terjadi akibat
dari suatu proses produksi dari suatu perusahaan. Biasanya sengketa terjadi apabila salah
satu pihak mengajukan keberatan ataupun tuntutan kepada suatu perusahaan agar
lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang timbul dari
Dalam hal terjadinya sengketa atas pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan, Dalam struktur penegakan hukum terdapat tiga instrumen, yaitu melalui instrumen
administratif atau pemerintah; instrumen hukum perdata oleh pihak yang dirugikan sendiri atau
atas nama kepentingan umum; dan instrumen hukum pidana melalui tindakan
pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan yaitu melalui proses perdata dan pidana.
70[
Pasal 1 angka (25) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
57
musyawarah yaitu negosiasi, mediasi, dan konsiliasi sesuai pilihan hukum berupa kesepakatan
hukum pidana. Seorang/badan usaha (korporasi) yang melakukan tindak pidana wajib
pencemaran lingkungan, seperti yang dijelaskan pada pasal-pasal terbut di bawah ini.
Pasal 116
1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang
2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain yang
bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi
perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak
58
Pasal 117
Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpintindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf b,ancaman pidana yang
Pasal 118
Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi
pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang berwenang
Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, terhadap badan usaha
59
Pasal 120
1) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d, jaksa berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab di
Pemerintah berwenang untuk mengelola badan usaha yang dijatuhi sanksi penempatan
hukum tetap.71[52]
adalah biaya yang harus ditanggung oleh penanggung jawab kegiatan dan/atau
71[52]
Pasal 116-120 Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
72[47]
Pasal 1 angka (5) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 12 Tentang
Ganti Rugi Terhadap Pencemaran Dan/atau Kerusakan Lingkungan
60
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar
suatu perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pihak atau lebih telah merugikan
pihak lain. Perbuatan melanggar hukum yang dilakukan salah satu pihak atau
lebih baik itu dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja sudah barang tentu
akan merugikan pihak lain yang haknya telah dilanggar (Pasal 1365 BW).73[48]
Untuk itu setiap orang atau badan usaha yang melakukan perbuatan
73[48]
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktek, Sinar Grafika, Jakarta 2012,
Halaman 308.
74[49]
Marhaeni Ria Siombo, Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia,PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2012, halaman 118
61
adminisrasi. Untuk itu mengenai pemberian ganti rugi atau kompensasi yaitu
melawan hukum.
Pasal 3
Pasal 4
62
Pasal 5
meliputi:
a. kerugian karena tidak dilaksanakannya kewajiban pengolahan air limbah, emisi,
tindakan tertentu;
(3) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d
(4) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan kerugian yang
Pasal 6
63
(1) Penghitungan ganti kerugian harus dilakukan oleh ahli yang memenuhi kriteria:
(2) Dalam hal hanya memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
Pasal 7
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan sesuai dengan tata cara
Pasal 8
a. kesepakatan yang dicapai oleh para pihak yang bersengketa melalui mekanisme
64
(2) Dalam hal pelaku pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup tidak
perusakan. Pembuktian tersebut baik itu nyata adanya hubungan kausal antara
UUPPLH).
yang telah diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
75[50]
Pasal 3 – Pasal 8 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 12 Tentang
Ganti Rugi Terhadap Pencemaran Dan/atau Kerusakan Lingkungan
65
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan
Untuk pemberian ganti rugi dapat dilakukan setelah adanya putusan yang
suatu petitum (pokok tuntutan) adalah posita (dasar tuntutan). “Posita” (dasar
gugatan) pada umumnya dalam praktek memuat perihal fakta / peristiwa hukum
uraian singkat perihal hukumnya yaitu dalam kaitan dengan terjadinya hubungan
aturan hukum termasuk hukum adat, sebab hal seperti itu akan di tunjukkan atau
dijelaskan oleh hakim dalam putusannya nanti jika dipandang perlu. 76[51]Dan
pemebrian ganti rugi pula dapat diberikan setelah adanya kesepakatan bersama
dimana putusan tersebut dapat dijalankan apabila telah memiliki kekuatan hukum
ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat Negara terhadap pelaku
76[51]
Soeparmono, op cit., halaman 9
66
B. Upaya Pemerintah Terhadap Penanganan Kerusakan Lingkungan Hidup
akibat Pertambangan yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia di kabupaten
Kabupaten Mimika.
pengembangan tambang dan fasilitas pemrosesan, ekstraksi dan pengayaan bijih (ore
terus meningkat.
pokok pertambangan :
67
“Apabila selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu tempat
pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan diwajibkan mengembalikan tanah
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat
sekitarnya”.
Kewajiban ini di pertegas lagi dalam Pasal 46 ayat (4) PP No 32 tahun 1969
banyak ditemukan bentuk kolam – koolam besar atau lubang – lubang besar yang
menganga yang tidak direklamasi atau direhabilitasi dengan alasan biaya yang
Penambangan pada suatu cadangan bijih pada akhirnya akan menguras habis
ditinggalkan, timbunan- timbunan dari bahan sisa dan bangunan serta berbagai
struktur lainnya jarang direklamasi atau dibongkar. Pendekatan semacam ini tidak
dapat diterima sebab saat ini telah muncul kesadaran baru bahwa ternyata bekas
lokasi pertambangan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih sesuai
areal- areal lain yang meliputi perusakan atau gangguan diperairan, bahaya terhadap
kesehatan manusia dan property maupun terhadap ikan dan satwa liar serta
kerusakan estetik.
Buangan tambang dari cerih dapat memiliki sifat – sifat fisik dan kimia atau
kualitas yang akan memperumit proses rehabilitasi. Masalah fisik dalam hal ini
meliputi ketidakstabilan lereng dan bahan – bahan permukaan, tekstur yang tidak
cocok untuk pembangunan dan pertumbuhan tanaman dan iklim mikro yang tidak
paling mudah mencari solusi yang lebih ekonomis dan berdaya pengaruh jangka
panjang.
kekurangan hara tanaman, pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dan kehadiran
substansi toksik terutama logam. Untuk itu di perlukan perlakuan terhadap buangan
tambang dan menyediakan perlakuan lanjutan seperti penambahan tanah pucuk (top
soil), bahan kapur, hara dan bahan organik. Tindakan yang bersifat sementara
terhadap bahan sisa (waste) mencakup penutupan dengan berbagai tipe mulsa
bahan kedap air seperti tanah liat. Berkaitan dengan dampak kerusakan lahan dan
kawasan hutan berlakunya ketentuan Pasal 45 ayat (3) UU No 41 tahun 1999 tentang
69
kehutanan yang mengatur bahwa pengusaha tambang di wajibkan membayar dana
jaminan reklamasi dan rehabilitasi dalam jumlah dan tarif yang ditentukan oleh
sudah sedemikian parah sehingga biaya reklamasi dan rehabilitasi sedemikian mahal.
untuk melakukan rehabilitasi lahan bekas tambang dengan alasan telah membayar
jaminan reklamasi. Pemerintah sendiri melalui dana jaminan reklamasi juga tidak
terlantar dan rusak dan tidak pernah terselesaikannya permasalahan lahan bekas
tambang.
tambang. Dalam kaitannya dengan lahan bekas tambang itu sendiri permasalahan
utama menyangkut pada seberapa jauh lahan bekas tambang dapat di manfaatkan
pulihkan kondisinya serta seberapa besar kerusakan lingkungan yang tidak dapat
70
perubahan kondisi lingkungan selama dan setelah kegiatan pertambangan
tambang harus pula diatur sejak dini sampai seberapa jauh perusahaan harus
1. Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
2. Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan tahapan :
a. Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemaran.
b. Remediasi
c. Rehabilitasi, restorasi dan/ atau
d. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemulihan fungsi lingkungan hidup
sebagaimana di maksud dalam ayat (2) diatur dalam peraturan pemerintah maka
dalam kaitannya dengan kewajiban dan tanggungjawab utama perusahaan
pertambangan untuk melakukan upaya pemulihan sebagai akibat dari kegiatan
atau operasi yang harus di upayakan agar kegiatan sumber daya alam yang di
pengaruhi oleh kegiatan pertambangan dapat di kembangkan ke kondisi yang
aman dan produktif melalui rehabilitasi dan reklamasi.
71
Tentang Izin Lingkungan, “setiap usaha dan kegiatan yang berdampak penting
lingkungan)”.
dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang di rencanakan pada
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan;
b. Luas wilayah penyebaran dampak;
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. Sifat kumulatif dampak;
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
72
Mengenai Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang
proses perencanaan suatu usaha atau kegiatan maka pengambilan keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek
usaha atau kegiatan tersebut. Sehingga dapat diambil keputusan optimal dari
akibat yang mungkin di timbulkan oleh suatu rencana usaha atau kegiatan terhadap
73
Kegiatan pertambangan di samping menimbulkan dampak lingkungan sosial
yang komplek. Oleh sebab itu Amdal dari suatu kegiatan pertambangan harus
yang di pilih.
pertambangan mineral dan batu bara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan
masa mendatang.
74
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
H. Salim Hs, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi,
Jakarta PT Rajagrafindo Persada, 2014.
75
Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2001, Cetakan Pertama.
Mubarok, Jaih.. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan Pertama,
2007.
76
Ateng Syafrudin, Menuju Penyelengaraan Pemerintahan Negara Yang
Bersih Dan Bertanggungjawab, Jurnal Pro Justisia Edisi 4, Bandung, Universitas
Parahyangan 2000.
B. Undang- Undang
77
“Gambaran PT Freeport Indonesia”
https://saripedia.wordpress.com/tag/tambang-emas-freeport-terbesar-di-dunia/
Diakses Pada Hari Selasa 29 September 2015, Pukul 21:08 Wita.
78