Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS OTONOMI DAERAH

DI PROVINSI LAMPUNG

OLEH :
MUHAMMAD ERSANDI DIAN SAPUTRA
DIII AKUNTANSI
1302180113
2-38

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


BADAN PENDIDIKAN KEUANGAN KEMENTRIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
2019
Abstrak

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Otonomi daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Salah satu yang menjadi tugas dan urusan Pemerintah
Daerah adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai tujuan otonomi daerah 1
Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang memiliki potensi sumber saya alam yang
sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutuan. Provinsi ini terkenal dengan kopi, lada, karet
jagung,pans bumi serta kekayaan laut yang berlimpah. Dari sini akan dibahas lebih lanjut lagi mengenai
peningkatan kesejahteraan di Provinsi Lampung apakah sudah maksimal dengan penerapan otonomi
daerahnya.

1 Adhitama Satria, Pendidikan Kewerganegaraan, Bab 13 Halaman 94 tentang otonomi daerah


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari pengertian tersebut
maka tampak bahwa daerah diberi hak otonom oleh pemeritah pusat untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri.
Karena luasnya daerah-daerah di Negara kita yang terbagi-bagi atas beberapa Provinsi, Kabupaten
serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan daerah dengan maksud guna
mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap daerahnya sehingga digunakanlah suatu asas yang
dinamakan asas otonomi sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1999, Maka dari itu pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga
dalam hal ini menimbulkan suatu hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa saja prinsip-prinsip Otonomi daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 ?.
2.      Bagaimana pembagian kekuasaan pemerintah pusat dan daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004?.
3.      Bagaimana penerapan UU Nomor 32 Tahun 2004 dalam daerah Provinsi Lampung ?.
4.      Bagaimana analisis prinsip otonomi daerah dan pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dalam
UU Nomor 32 Tahun 2004 serta penerapannya dalam provinsi Lampung ?

C. Tujuan
1.      Mengetahui prinsip-prinsip Otonomi Daerah dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
2.      Mengetahui pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
3.      Mengetahui penerapannya dalam provinsi Lampung
4.      Mengetahui analisis prinsip otonomi daerah dan pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dalam
UU Nomor 32 Tahun 2004 serta penerapannya dalam provinsi Lampung
BAB 2
METODE PENELITIAN

Secara Keseluruhan metodologi penelitian yang digunakan dalam studi ini menggunakan
penelitian kepustakaan. Penelitian ini berlandaskan dengan asas teoritis secara ilmiah sehingga dapat
digunakan sebagai rujukan untuk menyelesaikan penelitian. Penelitian kepustakaan bersumber dari buku-
buku referensi, jurnal ilmiah, dan internet.
a) Pengumpulan Data
Pada Tahap ini dilakukan pengumpulan data dan informasi terkait data-data mengenai
tingkat kemajuan di Provinsi Lampung
b) Analisis Data
Data yang dibutuhkan merupakan fakta-fakta bagaimana pemerintah mempengaruhi
perekonomian di Provinsi Lampung
c) Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan ini dibuat sebagai ringkasan atas deskripsi yang telah dijelaskan
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Definisi Otonomi Daerah


Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam
bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan
atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
2

B.      Prinsip Otonomi Daerah dalam UU No.22 Tahun 1999


Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5  memberikan definisi Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Mengacu pada definisi normatif dalam UU No 32 Tahun 2004, maka unsur otonomi daerah adalah : 
1. Hak.
2. Wewenang.
3. Kewajiban Daerah Otonom.
Ketiga hal tersebut dimaksudkan untuk mengatur dan mengurus sendiri, urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Didalam UU NO 32
Tahun 2004 yang dimaksud hak dalam konteks otonomi daerah adalah hak-hak daerah yang dijabarkan
pada  Pasal 21 Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak: 1. Mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahannya. 2. Memilih pimpinan daerah. 3. Mengelola aparatur daerah. 4.
Mengelola kekayaan daerah. 5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah. 6. Mendapatkan bagi hasil
dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah. 7. Mendapatkan
sumber-sumber pendapatan lain yang sah. 8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.3

C.       Pembagian Kekuasaan Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004.
Kewenangan pemerintahan daerah dibatasi, dalam Pasal 10 Ayat (1) Undang- undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa “Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang- undang ini
ditentukan menjadi urusan Pemerintah”. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran selalu terdaapat berbagai
urusan peemerintahan yang sepenuhnya/ tetap menjadi kewenangan peemerintah. Urusan tersebut
menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan.
Urusan Pemerintah pusat sangat terbatas yang disebutkan dalam Pasal 10 ayat (3) Undang- undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Pasal 2 ayat (2) PP No. 38 tahun 2007, hanya
meliputi :
a. Politik luar negeri
b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan fiskal nasional, dan
f. Agama

2 https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
3 https://agil-asshofie.blogspot.com/2011/11/otonomi-daerah-menurut-uu-no-32-tahun.html
Selain urusan peemerintah yang sepenuhnya tetap menjadi keweangan peemerrinntah pusat,
terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan yang
penanganannya dalam bidang/ bagian tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan
pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan kepada provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan
pada kabupaten/ kota.
Berdasarkan Pasal 10 ayat (4) dan ayat (5) UU No. 32 tahun 2004 jo Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2)
PP No. 38 tahun 2007, pemerintah dapat:
a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan;
b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah; atau
c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah/ atau pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas pembantuan.
Berdasarkan pasal 10 ayat (2) UU No. 32 tahun 2004, pemerintahan daerah diberikan otonomi yang
seluas – luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. 4

D. Analisis Penerapan UU No.32 Tahun 2004 dalam daerah Provinsi Lampung


Otonomi daerah yang digulirkan sejak tahun 2001 tampaknya belum mampu mendorong kemajuan
bagi Provinsi Lampung. Selain problem politik dan birokrasi, minimnya kualitas sumber daya manusia
dan sumber daya alam juga menyebabkan Lampung masih relatif tertinggal.
Sebagian besar masyarakat Lampung belum puas terhadap pelaksanaan otonomi selama ini.
Pembangunan infrastruktur dan kondisi perekonomian merupakan dua prioritas persoalan yang dinilai
masyarakat paling menghambat gerak pembangunan Lampung.
Kondisi sosial ekonomi kabupaten/kota di Lampung memang cenderung kurang menggembirakan
dilihat dari indikator ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan kependudukan. Selama kurun
waktu 2005-2008 malah terjadi penurunan indeks sosial ekonomi di sejumlah kabupaten/kota di
Lampung. Hanya di Kota Bandar Lampung tercatat indeks yang meningkat, sedangkan di Kota Metro
stagnan.[5]
Meski bukan sepenuhnya menjadi potret terbaru kondisi Lampung, penurunan indeks sosial
ekonomi dapat menjadi indikasi turunnya kinerja pemerintah memberikan pelayanan dasar kepada publik.
Apalagi jika mengingat bahwa pemekaran yang terjadi di provinsi ini sebagian sudah berjalan satu dekade
lebih. Kabupaten Lampung Tengah tercatat mekar sejak lebih dari satu dekade lalu (1999) menjadi
Lampung Timur dan Kota Metro. Indeks sosial ekonomi setelah dimekarkan justru turun. Sementara tiga
kabupaten baru, yaitu Mesuji, Pringsewu, dan Tulang Bawang Barat, memang baru mekar tahun 2008.
Identifikasi yang dilakukan sejumlah pengamat menyebutkan, wilayah pemekaran belum bisa
berkembang lantaran tidak dapat memfokuskan pada sumber daya alam yang tersisa setelah pemekaran
dan aparat pemerintah yang kurang jeli mengembangkan potensi wilayah. Sebaliknya, wilayah yang
relatif cukup berhasil, seperti Kota Metro, karena sudah memiliki tata ruang infrastruktur peninggalan
Belanda dan sumber daya manusia.
Wilayah yang menjadi salah satu tujuan utama transmigrasi masa Orde Baru ini tampaknya belum
mampu mengonsolidasikan sumber daya yang dimiliki. Kerentanan kemampuan membangun Lampung
tampak, antara lain, dari struktur keuangan daerah. Selama ini pemerintah kabupaten/kota hanya
mengandalkan dana perimbangan sebagai sumber utama keuangan.
Di sisi lain, wilayah Lampung tampaknya bukan daerah yang miskin-miskin amat secara sumber
daya. Dari peta Geologi Daerah Lampung disebutkan kandungan gas alam di lembah Suoh, uranium di
Bukit Arahan, Gedong Surian, Bukit Semoang dan Bukit Lematang, dan juga Pulau Tabuan.
Terkandung pula batu bara muda, besi, emas, dan perak di perut bumi wilayah Lampung. Di
Kabupaten Lampung Timur, sekitar Pulau Segamat, Pulau Basa, Gosong Serdang, Gosong Layang-

4 https://tieffani-mega.blogspot.com/2012/04/pembagian-kekuasaan-antara-pemerintah.html
layang, dan karang Pematang, bahkan sudah terdapat eksploitasi minyak dan gas bumi yang dikelola
sebuah perusahaan PMA (penanaman modal asing) dari China.
Selain potensi sektor pertambangan, komoditas sektor perkebunan sebenarnya juga masih menjadi
potensi besar bagi perekonomian wilayah. Berdasarkan analisis Input Output tahun 2008 yang diperbarui,
industri pengupasan kopi dapat menjadi sektor kunci yang mempunyai kemampuan kuat menarik
sekaligus mendorong sektor lain untuk menggerakkan roda perekonomian.
Kemampuan menarik (backward linkage) tampak dari apabila permintaan industri pengupasan kopi
meningkat, industri akan meminta bahan baku (biji kopi) lebih banyak yang mayoritas dipasok oleh
perkebunan rakyat di Lampung, terutama Kabupaten Lampung Barat. Kemampuan mendorong (forward
linkage) ditunjukkan lewat peningkatan produk kopi kupasan besar, maka akan menggerakkan industri
penggilingan kopi agar beroperasi untuk memenuhi permintaan kopi olahan di hotel dan restoran di
Lampung.
Sementara itu, meskipun 27 persen produksi tebu nasional disumbang oleh Lampung, kedua setelah
Jawa Timur, sektor ini pada kenyataannya kurang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Penguasaan oleh perkebunan swasta dan nasional, seperti Sugar Group, Gunung Madu Plantations, dan
Bunga Mayang (PTPN VII), mencakup 88 persen produksi tebu yang dihasilkan Lampung.
BAB 4
PENUTUP

A. Simpulan
Otonomi daerah merupakan suatu kadaan untuk mewujudkan kemandirian suatu daerah dalam kaitan
pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri tanpa intervensi pihak
lain. Dalam hal ini otonomi daerah sering dikatakan sebagai konsep desentralisasi kekuasaan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Pemberlakuan otonomi daerah khususnya dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah perlu dicermati kembali. Karena hal ini hanya memindahkan potensi korupsi dari Pusat ke
Daerah, yang mana otonomi daerah ini juga memunculkan raja-raja kecil yang mempersubur kolusi,
korupsi, dan nepotisme di daerah. Disamping itu arogansi DPRD semakin tidak jelas karena mereka
merupakan elite lokal yang berpengaruh, karena perannya itu ditengah demokrasi yang sepenuhnya belum
terlaksana ditingkat lokal, DPRD akan menjadi kekuatan politik yang baru yang sangat rentan terhadap
korupsi. Dan dalam pengambilan keputusan belum melibatkan publik dan masih berada di lingkaran elite
lokal provinsi dan kabupaten/kota. Belum terlibatnya publik dalam pembuatan kebijakan itu tercermin
dari pembuatan peraturan daerah (perda).
Selain itu otonomi daerah juga memiliki dampak positif yaitu memunculkan kesempatan identitas
lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan
respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.
Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari
pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta
membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.

B.       Saran
Penjelasan dalam UU ini tentang kedudukan dan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
dan Pemerintahan Provinsi harus lebih diperjelas. Karena hal ini dapat menimbulkan perselisihan antara
Pemerintah Kabupaten atau Kota dengan Pemerintahan Provinsi yang nantinya jika keharmonisan
keduanya rusak bakal membuat kewalahan Pemerintahan Pusat, untuk itu Pemerintah Pusat harus segera
memperjelas tentang hal ini.
Kemudian fungsi dan peran DPRD juga harus ditinjau kembali agar tidak terjadi kolusi, korupsi, dan
nepotisme di tingkat daerah yang nantinya bakal sangat mengganggu pembangunan daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama Satria, Pendidikan Kewerganegaraan, Bab 13 Halaman 94 tentang otonomi daerah


2 https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
3 https://agil-asshofie.blogspot.com/2011/11/otonomi-daerah-menurut-uu-no-32-tahun.html
4 https://tieffani-mega.blogspot.com/2012/04/pembagian-kekuasaan-antara-pemerintah.html

Anda mungkin juga menyukai