Anda di halaman 1dari 37

SISTEM KEPARTAIAN

Rusmawaty Bte.Rusdin, S.Sos.MA


Sistem kepartaian adalah pola kompetisi terus-
menerus dan bersifat stabil, yang selalu tampak di
setiap proses pemilu tiap negara.
Sistem kepartaian bergantung pada jenis sistem
politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu,
ia juga bergantung pada kemajemukan suku,
agama, ekonomi, dan aliran politik yang ada.
Semakin besar derajat perbedaan kepentingan
yang ada di negara tersebut, semakin besar pula
jumlah partai politik.
Cara yang paling umum dalam
membedakan tipe sistem partai politik
adalah dengan referensi jumlah partai
yang berkompetisi dalam
memperebutkan kekuasaan.
Sistem Satu Partai (Tunggal)
Jerzy J. Wiatr, seorang ahli politik kebijakan,
membedakan sistem partai tunggal kedalam tiga
sub tipe, yaitu:
Sistem monopartai, dimana hanya ada satu partai
yang secara resmi diizinkan untuk berdiri.
Sistem hegemoni, dimana ada beberapa aprtai
yang diizinkan untuk berdiri tetapi mereka dapat
mengajukan kandidat hanya ketika mereka
diizinkan untuk melakukannya oleh seorang
petugas partai senior, dan tidak ada persaingan
antar partai yang diperbolehkan.
Sistem dominan, dimana beberapa partai
politik boleh mengorganisasi dan
mengajukan kandidat, tetapi sebuah partai
yang memangkan hampir semua semua
suara dan posisi karena ia memegang
kesetiaan para pemilih.
Sistem Satu Partai

Di negara-negara sosialis : Mis. Partai Komunis Uni


Soviet (alm) mengendalikan dan mengarahkan
semua lembaga politik dan hampir semua segi
kehidupan masyarakatnya. Sarana utk menguasai
negara, masyarakat dan ekonomi dan utk menjamin
bhw semua organ yg di bawah tunduk pada yg
atas adalah dengan membentuk sistem
nomenklatura , yaitu bhw semua jabatan tertinggi
diduduki oleh pejabat-pejabat yg harus lulus
LITSUS partai
Di negara-negara yg baru merdeka : partai
yg muncul dari perjuangan kemerdekaan
umumnya mengandalkan seorang pemimpin
kharismatik
Sistem Dua Partai (Dwi Party)
Sebuah sistem dua partai adalah duopolistic
yangmana didominasi oleh dua partai besar
yang secara kasar memiliki prospek yang
seimbang dalam memenangkan kekuasaan
pemerintah. dalam bentuk klasiknya, sebuah
sistem dua partai dapat diidentifikasi
dengan tiga criteria, yaitu:
Sistem Partai Dominan
Sistem partai dominan adalah sistem kepartaian
yang kompetitif dalam pengertian bahwa
sejumlah partai berkompetisi pada pemilu
reguler dan populer, tetapi didominasi oleh
partai besar yang tunggal yang secara
konsekuen menikmati periode kekuasaan
yang panjang.
Contoh: LDP di Jepang, Congress party di
India, SAP di Swedia, dan DC di Italia.
Sistem Multipartai
Terjadi kompetisi lebih dari dua partai sehingga
mengurangi kemungkinan pemerintahan partai tunggal
dan meningkatkan kemungkinan pemerintahan koalisi
Keunggulan : menciptakan kondisi bagi check and
balance di dalam pemerintahan dan mendorong
timbulnya debat, konsiliasi dan kompromi diantara
partai-partai. Proses pembentukan koalisi dan dinamika
upaya mempertahankan koalisi membuat partai-partai
yg berkuasa harus menjamin akuntabilitas, dlm bentuk
sikap tanggap terhadap berbagai kepentingan yg
berbeda
Lanjutan
Kelemahan :
1. sulit membentuk koalisi kalau pemilu tidak
menghasilkan satu partai yg cukup kuat utk
membentuk pemerintahan sendirian, maka akan
terjadi negosiasi, yg dapat berlangsung lama
sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan
Lanjutan

2. Pemerintahan koalisi yg terbentuk mungkin gampang


retak dan tidak stabil, karena masing-masing
anggota koalisi sibuk dengan penyelesaian
pertikaian, tidak punya cukup waktu utk menangani
pengelolaan pemerintahan
3. Kecenderungan kearah moderasi dan kompromi dpt
berarti bhw sistem multi partai justru akan
didominasi oleh politik centrist shg tdk dpt
memunculkan alternatif ideologi yg jelas. Politik
koalisi cenderung diwarnai oleh negosiasi dan
konsiliasi, demi menemukan platform atatu pijakan
yg sama; akibatnya perpolitikan tdk didasarkan pd
keyakinan dan prinsip yg jelas
PEMILIHAN UMUM

Sarana partisipasi politik masyarakat: menjadi


pemilih atau menjadi kandidat legislatif.
Saluran kepentingan publik: mendapatkan
posisi dalam lembaga pembuat kebijakan.
Mekanisme penggantian pemimpin.
Tata cara pelaksanaan dan metode pemilihan
umum dituliskan dalam aturan formal
(Konstitusi, Undang-Undang, dll)
DEFINISI DAN SYARAT
Sistem pemilihan umum: Metode yang mengatur
dan memungkinkan warga negara memilih para
wakil rakyat diantara mereka sendiri
Indikator menilai sistem pemilu: Akuntabilitas,
Keterwakilan, Keadilan, Persamaan hak tiap
pemilih, Lokalitas.
Apa itu Pemilu?
Pemilihan umum merupakan salah satu instrumen kelembagaan
penting di dalam negara demokrasi.
Demokrasi itu di tandai dengan 3 (tiga) syarat yaitu:
- adanya kompetisi di dalam memperebutkan dan
mempertahankan kekuasaan,
- adanya partisipasi masyarakat,
- adanya jaminan hak-hak sipil dan politik.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut diadakanlah sistem
pemilihan umum, dimana dengan sistem ini kompetisi,
partisipasi, dan jaminan hak-hak politik bisa terpenuhi dan
dapat dilihat. Secara sederhana sistem politik berarti
instrumen untuk menerjemahkan perolehan suara di dalam
pemilu ke dalam kursi-kursi yang di menangkan oleh partai
atau calon.
Menurut Robert Dahl, bahwa pemilihan umum
merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu
pemerintahan demokrasi di zaman modern.
Pemilihan umum dewasa ini menjadi suatu parameter
dalam mengukur demokratis tidaknya suatu negara,
bahkan pengertian demokrasi sendiri secara
sedehana tidak lain adalah suatu sistem politik
dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi di
dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang
adil, jujur dan berkala
Secara sederhana tujuan dari pemilu adalah
penyaluran kedaulatan rakyat. Tujuan dari pada
penyelenggaraan pemilihan umum menurut Jimmly
Asshiddiqie dapat dirumuskan dalam empat bagian
yakni:

Untuk memungkinkan terjadinya pemilihan


kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan
damai.
Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat
yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga
perwakilan.
Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.
Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga
Negara.
Kriteria memilih sistem pemilu: Elemen demokrasi,
Keseimbangan, Dampak sistem pemilu
Elemen demokrasi: parlemen representatif,
Aksesibel dan berarti, Konsiliasi, Pemerintahan
stabil dan efektif, keseimbangan kekuasaan.
Dampak ke sistem politik: Tingkat proposionalitas,
Format kabinet, Bentuk sistem kepartaian,
akuntabilitas pemerintah, partisipasi warga
Jenis Sistem Pemilu

Sistem Distrik
(mayoritas)
Sistem Proporsional
SISTEM PEMILU 2014
PASAL 5, UU NOMOR 8 TAHUN 2012

Ayat 1:
Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan
dengan sistem proporsional terbuka.

Ayat 2:
Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan
dengan sistem distrik berwakil banyak.
Apakah Sistem Pemilu Proporsional (1)

Negara dibagi-bagi menjadi daerah pemilihan


Satu daerah pemilihan memilih lebih daripada
satu orang wakil
Sistem proporsional tertutup: saat pemungutan
suara, pemilih memilih nama partai
Sistem proporsional terbuka: pemilih memilih
nama partai dan nama kandidat
Proporsi perolehan suara tercermin dalam
proporsi perolehan kursi
Apakah Sistem Pemilu Proporsional (2)
23

Kelemahan sistem proporsional:


1. Sistemnya lebih rumit dibandingkan sistem
mayoritas
2. Hubungan wakil rakyat konstituen kurang
dekat
3. Kemungkinan stagnasi kebijakan dalam
Pemerintahan yang terbentuk

Kelebihan sistem proporsional:


1. Membuka kesempatan bagi kelompok
PERBANDINGAN
PEMILU-PEMILU REFORMASI (1)

Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014


Penyele KPU : perwakilan KPU : anggotanya KPU : anggotanya KPU:
nggara Pemerintah, dipilih melalui dipilih melalui anggotanya dipilih
Pemilu perwakilan partai proses pemilihan proses pemilihan melalui proses
politik peserta oleh Presiden oleh Presiden pemilihan oleh
pemilu, serta (pengusul nama (pengusul nama Presiden (pengusul
anggota balon) dan DPR balon) dan DPR nama balon) dan
independen. yang menyeleksi yang menyeleksi DPR yang menyeleksi
dan menentukan dan menentukan dan menentukan hasil
hasil akhir nama- hasil akhir nama- akhir nama-nama
nama anggota nama anggota anggota KPU.
KPU. KPU.

Sistem Sistem Sistem Sistem Sistem proporsional


Pemilih proporsional proporsional proporsional dengan daftar calon
an dengan daftar daftar calon dengan daftar terbuka
calon tertutup terbuka calon terbuka
PERBANDINGAN
PEMILU-PEMILU REFORMASI (2)
Pemilu
Aspek Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
1999
Daerah Wilayah - Penetapan dapil - Penetapan dapil - Penetapan
pemilihan administratif oleh KPU DPR RI oleh dapil DPR RI
(provinsi, - Dapil DPR : DPR RI (dlm oleh anggota
kabupaten provinsi atau UU) DPR RI (dalam
dan kota) bagian-bagian - Dapil DPR : UU Pemilu)
provinsi provinsi atau - Dapil DPR
- Dapil DPRD bagian-bagian adalah provinsi
Provinsi : dari provinsi atau bagian-
kabupaten/kota - Dapil DPRD bagiannya
- Dapil DPRD Provinsi : - Dapil DPRD
Kabupaten/Kota: kabupaten/kota Provinsi adalah
kecamatan - Dapil DPRD kabupaten/kota
Kab./Kota : - Dapil DPRD
kecamatan Kabupaten/Kot
a adalah
kecamatan
Cara Mencoblos Mencoblos nama Memberi tanda Mencoblos satu
pemberian lambang dan / atau satu kali pada kali pada nomor
suara partai lambang partai nama partai atau atau tanda gambar
lambang partai partai politik atau
atau nama calon nama caleg
PERBANDINGAN
PEMILU-PEMILU REFORMASI (3)

Pemilu
Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2009 Pemilu 2014
2004
Penghit - Hasil di TPS - Hasil di - Hasil di TPS - Hasil di TPS
ungan - Agregasi di TPS - Agregasi di - Agregasi di
suara PPS, PPK, - Agregas PPK, KPU PPS, PPK,
KPU i di PPS, Kabupaten / KPU
Kabupaten / PPK, Kota, KPU Kabupaten /
Kota, KPU KPU Provinsi dan Kota, KPU
Provinsi dan Kabupat KPU Provinsi dan
KPU en / Nasional KPU
Nasional Kota, - Penerapan Nasional
- Stembus KPU 2,5% - Penerapan
Accord Provinsi Parliamentar 3,5%
(penggabun dan y Threshold Parliamentar
gan suara KPU (ambang y Threshold
beberapa Nasional batas (ambang
parpol yang kursi) perolehan batas
suaranya suara partai perolehan
kurang / politik untuk suara partai
PERBANDINGAN
PEMILU-PEMILU REFORMASI (4)

Aspek Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014


3-10 kursi per
3-10 kursi per
dapil DPR
dapil untuk DPR
Pembagian 3-12 kursi per 3-12 kursi per 3-12 kursi per
3-12 kursi per
Kursi dapil dapil dapil untuk DPRD
dapil DPRD
Provinsi dan DPRD
Provinsi dan DPRD
Kabupaten / Kota
Kabupaten / Kota
- Caleg dengan
suara terbanyak
- Jika caleg
terpilih
Memenuhi 30%
jumlahnya
Memenuhi BPP atau nomor
Penentuan kurang dari
100% BPP urut
Caleg Nomor urut kursi yang
atau nomor (Setelah Putusan
terpilih diperoleh
urut MK, berdasarkan
partai, kursi diisi
suara terbanyak)
oleh caleg yang
Penempatan caleg berdasarkan jenis
kelamin (Pemilu 2004 dan 2009)
Pemilu 2004 Contoh Penempatan Calon (2014 dan 2009)
Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3
Daftar calon: Daftar calon: Daftar calon: Daftar calon:
1. Laki-laki 1. Laki-laki 1. Laki-laki 1. Perempuan
2. Laki-laki 2. Laki-laki 2. Perempuan 2. Perempuan
3. Laki-laki 3. Perempuan 3. Laki-laki 3. Laki-laki
4. Perempuan 4. Laki-laki 4. Perempuan 4. Laki-laki
5. Laki-laki 5. Laki-laki 5. Laki-laki 5. Perempuan
6. Perempuan 6. Perempuan 6. Perempuan 6. Laki-laki
7. Laki-laki 7. Laki-laki 7. Laki-laki 7. Laki-laki
8. Laki-laki 8. Laki-laki 8. Laki-laki 8. Laki-laki
9. Perempuan 9. Perempuan 9. Laki-laki 9. Laki-laki
Tidak ada aturan Dalam tiga nama minimal ada satu perempuan. Ini menjamin ada calon
penempatan calon. perempuan di tiga nomor urut atas. Perempuan tidak harus di nomor 3,
Perempuan sering bisa juga di nomor 1 atau 2. Aturan pendukung: Peraturan KPU
ditempatkan di nomor No7/2013 tentang pencalonan anggota legislatif.
urut bawah
SISTEM DISTRIK

Sistem distrik biasa disebut juga single member constituency


tetapi ada juga yang memakai istilah single member district.
Pada intinya, sistem distrik merupakan sistem pemilihan dimana
suatu negara dibagi menjadi beberapa daerah pemilihan
yang jumlahnya sama dengan jumlah wakil rakyat yang akan
dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan.
Dengan demikian, satu distrik akan menghasilkan satu wakil
rakyat. Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu
distrik, maka akan menjadi wakil rakyat terpilih. Sedangkan
kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit, maka suaranya
tidak akan di perhitungkan atau dianggap hilang walau sekecil
apapun selisih perolehan suara yang ada. Sehingga dikenal
istilah the winner takes all atau sistem mayoritas
Kelebihan Sistem Distrik
Distrik wilayahnya relatif kecil, maka pemilih dapat mengenali calon-calon
wakil rakyat yang akan dipilih didistriknya Calon yang dipilih dikenal baik
karena batas distrik

Sistem distrik lebih mendorong kearah integrasi partai-partai politik karena


kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu wakil

Kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat dibendung. Sistem ini


bisa mendorong kearah penyederhanaan partai secara alamiah dan tanpa
paksaan

Sistem distrik sederhana, mudah untuk diselenggarakan, tidak memerlukan


waktu dan dana yang banyak

Berkurangnya parpol memudahkan pemerintahan yang lebih stabil


(integrasi)
Kelemahan Sistem Distrik
Kurang memperhitungkan partai-partai kecil dan
golongan minoritas
Kurang representatif karena calon yang kalah
kehilangan suara pendukungnya
Terlalu banyak suara yang terbuang
Sistem Perwakilan Proposional
Sistem proporsional lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik.
Sistem proporsional merupakan sistem pemilihan yang memperhatikan
proporsi atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi di
suatu daerah pemilihan. Dengan sistem ini, maka dalam lembaga
perwakilan, daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh
kursi yang lebih banyak di suatu daerah pemilihan, begitu pun sebaliknya.
Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi antara jumlah suara
yang diperoleh suatu partai politik untuk kemudian dikonversikan menjadi
kursi yang diperoleh partai politik tersebut. Karena adanya perimbangan
antara jumlah suara dengan kursi, maka di Indonesia dikenal Bilangan
Pembagi Pemilih (BPP). BPP merefleksikan jumlah suara yang menjadi batas
diperolehnya kursi di suatu daerah pemilihan. Partai politik dimungkinkan
mencalonkan lebih dari satu kandidat karena kursi yang diperebutkan di
daerah pemilihan lebih dari satu.
Sistem perwakilan proposional/ sistem perwakilan
berimbang/ multi member constituenty

Terdiri dari:

Single Transferable vote; dalam sistem ini pemilih diberi kesempatan


untuk memilih pilihan pertama, kedua dan seterusnya dari daerah
pemilihan yang bersangkutan. Jika jumlah suara yang diperlukan untuk
memilih calon pertama terpenuhi, dan apabila ada sisa suara, maka
kelebihan suara ini dipindahkan kepada calon kedua dan seterusnya.

List System (Sistem Daftar); pada sistem ini pemilih diminta memilih di
antara daftar-daftar calon yang berisi sebanyak mungkin nama-nama
wakil rakyat yang akan dipilih dalam pemilihan umum. Dalam sistem
perwakilan proposional para pemilih akan memilih partai politik, bukan
calon perseorangan seperti pada sistem distrik.
Ciri Sistem Proporsional

Jumlah kursi yang diperoleh sesuai dengan jumlah


suara yang diperoleh
Wilayah negara dibagi-bagi ke dalam daerah-
daerah tetapi batas-batasnya lebih besar daripada
batas sistem distrik
Kelebihan suara dari jatah satu kursi bisa
dikompensasikan dengan kelebihan daerah lain
Terkadang, dikombinasikan dengan sistem daftar (list
system), dimana daftar calon disusun berdasarkan
peringkat
Kelebihan Sistem Proposional
Sistem proposional lebih demokratis, praktis tanpa
ada suara yang hilang
Setiap suara dihitung, dan yang kalah suaranya
dikompensasikan, sehingga tidak ada suara yang
hilang
Sistem proposional dianggap representatif karena
jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan
suara yang diperolehnya dari masyarakat dalam
pemilu
Tidak ada distorsi, di mana perolehan kursi kira-
kira sama dengan persentase perolehan suara
secara nasional
Kelemahan Sistem Proposional
Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau
kerjasama antara partai yang satu dengan yang lain dan
memanfaatkan persamaan-persamaan yang ada, tetapi sebaliknya
cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan
Sistem proposional memberikan kedudukan yang kuat pada
pimpinan partai melalui sistem daftar karena pimpinan partai
sesudah berkonsultasi dengan cabang-cabang menentukan daftar
calon
Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan
warga yang telah memilihnya
Mempermudah timbulnya partai-partai baru
Wakil lebih terikat dan loyal dengan partai daripada rakyat atau
daerah yang diwakilinya
Banyaknya partai bisa mempersulit terbentuknya pemerintahan
stabil

Anda mungkin juga menyukai