Anda di halaman 1dari 8

RESUME Hk.

PEMERINTAHAN DAERAH

Nama : Nicolas Stevano Candra


NPM : 2004742010068
Semester : V B Reguler

Fakultas Hukum
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun ajaran 2022
 Hukum pemerintah daerah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum yang
mengatur pemerintah daerah. Hukum Pemerintahan Daerah" adalah hukum yang
mendasari,mengatur penyelenggaraan serta pengelolaan pemerintahan daerah
(pemerintahan lokal). Dasar hukum Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah adalah Pasal 1, Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan
ayat (3), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 22D ayat (2), dan Pasal 23E
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan
daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada prinsipnya mengubah sistem
penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pelayanan,
pemberdayaan dan peran masyarakat. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Mencermati Ps 5 Perda Prov Bali No 4 Th 2019 tersebut sebagai tata hukum nasional
di daerah dalam bentuk Regulasi Daerah Prov Bali, bahwa menyatakan Desa Adat
disamping sebagai Subjek Hukum, tetap juga masuk dalam Sistem Pemerintahan Prov
Bali, artinya Desa Adat sebagai Subjek Hukum dapat melakukan Perbuatan Hukum
Kedalam dan Keluar dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat sedangkan
masuk dalam Sistem Pemerintahan Prov Bali ada pengakuan terhadap Tata
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat oleh Pemerintahan Daerah Prov Bali yg
diberikan kewenangan kepada Pemerintah Prov Bali dengan OPD yg ditunjuk adalah
DPMA Prov Bali dengan Partnershipnya Lembaga MDA untuk utamanya menata
penggunaan dana alokasi Desa Adat dari APBD Prov Bali sebagai Sumber PAD
dan/atau dari Sumber2 Ekonomi lainnya, serta Rekomendasi dan Pencatatan/Regrestasi
dari Aturan2 Adat yg dibuat oleh Desa Adat, Penanganan Konflik2 Adat termasuk juga
tata hubungan dan/atau kerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Non Pemerintah,
dan sebagainya. Kemudian terhadap Permendagri No 19 Th 2016 yang mengatur
Pinjam Pakai yang diberikan oleh antar Pemerintah dengan Pemda dalam konteks ini,
terkait Pinjam Pakai suatu barang/benda kepada Desa Adat dapat dilakukan melalui
kerjasama atau melalui OPD yang ditunjuk seperti Disbud Kota Denpasar sebagai atas
nama diberikan kepada Desa Adat untuk keberlanjutan penguatan eksistensi Desa Adat
yang terbukti mempunyai peran strategis membantu program Pemerintah khususnya
terhadap Pemkot sebaiknya ada bantuan HIBAH terhadap suatu barang/benda dari
Pemkot Denpasar.
 Pemberhentian Hakim MK Oleh DPR CaCat Hukum dan Bertentangan dengan UUD
45 Prof Sugianto mengingatkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang membuat UU
jangan sampai melanggar UU yang dibuatnya. menurutnya, bukankah UU harus ditaati
dan diimplementasikan, sehingga aturan yang dibuat harus dipahami oleh siapapun
termasuk oleh pembentuk UU yaitu DPR dan Pemerintah. Sugianto menegaskan, dalam
pasal 24 C ayat 3 UUD 1945, bahwa sembilan orang anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan presiden, diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan presiden. Terdapat sejumlah syarat yang harus
dipenuhi oleh hakim konstitusi. Walaupun Prof Aswanto sebagai hakim MK yang
dipilih dan diusulkan oleh DPR RI, namun tidak bisa DPR RI memberhentikan hakim
MK begitu saja dengan sebutan tidak konsisten terhadap produk hukum yang dibentuk
oleh DPR. Pasalnya, hakim MK harus profesional, independensi dan negarawan.
Sugianto kembali mengingatkan bahwa DPR, Presiden dan Mahkamah Agung sebagai
lembaga yang mengusulkan, tidak berhak memberhentikan hakim konstitusi. Karena
dalam UU nomor 7/2020 atas perubahan terhadap UU nomor 23/2004 pasal 23 ayat 1
menjelaskan hakim konstitusi diberhentikan dengan hormat. Untuk itu, sebaiknya Prof
Aswanto tetap sebagai hakim konstitusi dan bersangkutan pensiun pada 2029
mendatang, sehingga hakim MK yang diusulkan oleh DPR tidak seharusnya menuruti
keinginan pengusul karena hakim konstitusi bukan alat Politik DPR RI walaupun
diusulkan berdasarkan proses seleksi yang dilaksanakan oleh DPR RI.
 Kerusakan Lingkungan yg terjadi dan dialami pada saat sekarang ini dari perspektif
Teori Hukum Lingkungan Hidup yakni: Kerusakan Lingkungan Hidup adalah terjadi
di global nasional, dan lokal daerah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor dan
solusinya:
 Pendekatan Kebijakan Pembangunan kepada Negara Berkembang dilakukan
oleh Negara2 Maju dengan Teo. Welfare State (Negara Kesejahteraan) melalui
Pembangunan Ekonomi bertumpu pada ekploitasi SDA secara besaran untuk
mengejar Pertumbuhan Ekonomi, tanpa diimbangi dengan Pemulihan
Kerusakan Lingkungan yang terjadi dengan berbagai implikasinya; erosi,
banjir, polusi, abrasi, penyakit, krisis: hutan, energi, air bersih, pangan, alih
fungsi, dll. Maka dalam konteks ini, Kebijakan Pembangunan seharusnya
diwarnai dengan cara pandang dari Pemerintah berorientasi pada Etika
Lingkungan yang mengedepankan cara pandang Deep Ecology daripada
Shallow Ecology yaitu cara pandang dengan biosentris dan Ecosentris daripada
antroposentris, sehingga kesimbangan alam bisa dijaga, dipelihara, dan
dilestarikan untuk Konsep Sustainable Depolevment (Kembali kpd Nilai2
Kearifan Lokal)
 Law Enforcement msh lemah dalam Pengawasan dan Penindakan terhadap
kasus-kasus Lingkungan Hidup akibat Kebijakan Perizinan yang tidak
terkontrol dengan baik untuk Pembangunan. Hal ini dapat dicegah dengan
kontrol melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam
Pemanfaatan Penataan Ruang
 Anggaran Pemulihan Kerusakan Lingkungan Hidup masih kecil untuk
mencegah dan menjaga fungsi kelestarian Lingkungan Hidup dari degadasi. Hal
ini menjadi penting perhatian dalam memberikan anggaran yang optimal dalam
kebijakan Penyusunan Anggaran untuk berpihak kepada Lingkungan Hidup
yang Sustainable yang ditujukan kepada generasi saat ini dan mendatang.
 Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut suatu
sistem negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas menurut kepribadian bangsa
indonesia, namun sistem ketatanegaraan Republik indonesia tidak terlepas dari ajaran
Trias Politica Montesquieu. Ajaran trias politica tersebut adalah ajaran tentang
pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Judikatif
yang kemudian masing-masing kekuasaan tersebut dalam pelaksanaannya diserahkan
kepada satu badan mandiri, artinya masing-masing badan itu satu sama lain tidak dapat
saling mempengaruhi dan tidak dapat saling meminta pertanggung jawaban. Apabila
ajaran trias politika diartikan suatu ajaran pemisahan kekuasaan maka jelas Undang-
undang Dasar 1945 menganut ajaran tersbut, oleh karena memang dalam UUD 1945
kekuasaan negara dipisah-pisahkan, dan masing-masing kekuasaan negara tersebut
pelaksanaannya diserahkan kepada suatu alat perlengkapan negara. Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengartikan Pemerintah Pusat
sebagai Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tidak
semua urusan merupakan area wewenang dari Pemerintah Pusat. Kriteria urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah sebagai berikut :
 Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara,
 Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas
negara,
 Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
provinsi atau lintas negara,
 Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
 Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.
Kewenangan pemerintah daerah dapat diketahui melalui penjelasan berikut.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintahan daerah adalah


penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi. Tugas pembantuan pemerintahan daerah dilakukan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 Ayat 1 mengatur berbagai urusan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai berikut: Perencanaan dan
pengendalian pembangunan, Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang,
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, Penyediaan sarana
dan prasarana umum, Pelayanan bidang ketenagakerjaan, dan sebagainya. Kemudian,
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 13 Ayat 1, yaitu :
 Urusan pemerintahan yang lokasinya berada di lintas daerah kabupaten/kota
 Urusan pemerintahan yang penggunanya berada di lintas daerah
kabupaten/kota,
 Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya berada di lintas
daerah kabupaten/kota, dan Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah provinsi
 Dampak Bencana Akibat cuaca ekstrim /hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi
pada tanggal 16 s/d 17 Oktober 2022 sampai dengan Pkl. 18.00 WITA di Kabupaten
Jembrana , Kabupaten Karangasem , Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung,
Kabupaten Bangli mengakibatkan terjadinya banjir dan beberapa kejadian lainnya hal
ini menyebabkan Prof Windia mengatakan alam dan petani Bali kini menangis dan pula
kehancuran Bali dikatakan hanya menunggu waktu. Beberapa bencana dan upaya telah
dlakukan pada wilayah-wilayah yang mengalami dampak bencana akibat hujan, namun
hal ini masih saja sulit untuk diatasi karena perlu adanya kerjasama antar penduduk
setempat, pemerintah daerah, pemerintah, pusat, maupun kesadaran dari masyarakat itu
sendiri dengan meminimalisir kegiatan atau hal- hal yang menyebabkan bencana itu
terjadi. Seperti contoh kecilnya yaitu menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak
membuang sampah sembarangan dan mengadakan kegiatan gotong royong.

Anda mungkin juga menyukai