Anda di halaman 1dari 3

Tugas Hukum Pemerintahan Daerah

Khoitil Aswadi | NPM 212302044

Pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah adalah dua entitas pemerintah yang berbeda
dalam sistem pemerintahan Indonesia. Berikut adalah beberapa definisi pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah yang diatur dalam undang-undang:

1. Pemerintahan Pusat
Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pemerintahan pusat adalah "pemerintahan yang
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya untuk seluruh
wilayah negara Indonesia".
2. Pemerintahan Daerah
Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah adalah "pemerintahan yang
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya dalam wilayah
provinsi, kabupaten, dan kota".Selain itu, Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga menyebutkan bahwa
pemerintahan daerah memiliki otonomi seluas-luasnya dalam mengurus dan
mengatur urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan prinsip otonomi dan tugas pembantuan.

Selain UU diatas, beberapa undang-undang yang mendefinisikan pengertian


pemerintahan pusat dan daerah antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


Undang-Undang ini juga mendefinisikan pemerintahan daerah sebagai
pemerintahan yang berkedudukan di daerah provinsi, kabupaten/kota, atau
desa/kelurahan. Sedangkan pemerintahan pusat didefinisikan sebagai
pemerintahan yang berada di tingkat nasional dan memiliki wewenang untuk
mengatur dan mengawasi kebijakan dan program nasional.
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang ini tidak secara langsung mendefinisikan pengertian
pemerintahan pusat dan daerah, namun dalam pasal-pasalnya diatur mengenai hak
asasi manusia yang meliputi hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum dan
pemerintah, hak atas partisipasi politik, dan hak atas otonomi daerah.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Negara
Undang-Undang ini juga tidak secara khusus mendefinisikan pengertian
pemerintahan pusat dan daerah, namun dalam pasal-pasalnya diatur mengenai
prinsip-prinsip administrasi negara yang mencakup asas desentralisasi, asas
otonomi daerah, dan asas tugas pembantuan antara pemerintah pusat dan daerah.
Lembaga seperti BRI, MA, KPK, BPK, dan UGM bukan merupakan lembaga pemerintah
pusat, melainkan lembaga yang mandiri atau swasta yang beroperasi di Indonesia. Oleh karena
itu, mereka tidak mengatasnamakan pemerintah pusat dalam kegiatan operasional
mereka.Namun, Kejaksaan adalah salah satu lembaga pemerintah pusat di Indonesia yang berada
di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Aturan yang menjadi landasan hukum
bagi lembaga-lembaga tersebut berbeda-beda. Berikut adalah beberapa aturan yang menjadi
landasan hukum bagi lembaga tersebut:

a) BRI: BRI diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Bank
Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Rakyat
Indonesia.
b) MA: MA diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman dan Peraturan Mahkamah Agung.
c) KPK: KPK diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
d) BPK: BPK diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Peraturan
Presiden Nomor 31 Tahun 2007 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
e) UGM: UGM diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Statuta Universitas Gadjah Mada.

Oleh karena itu, lembaga seperti KPK dan UGM dan yang lainnya, yang memiliki fokus
dan tugas yang lebih spesifik dan terbatas pada bidang tertentu, tidak dianggap sebagai bagian
dari pemerintahan pusat. Namun demikian, lembaga-lembaga tersebut masih berperan penting
dalam menjalankan tugas dan fungsi publik di Indonesia.

Contohnya dalam melakukan kerja sama dengan pemerintahan daerah, lembaga seperti
BRI, MA, KPK, BPK, dan UGM harus mematuhi aturan dan regulasi yang berlaku. Mereka
dapat melakukan kerja sama dengan pemerintahan daerah, namun harus dalam kerangka hukum
yang jelas dan mengacu pada regulasi yang berlaku.Jika lembaga tersebut ingin melakukan kerja
sama dengan pemerintahan daerah, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengajukan proposal kerja sama dan menyelesaikan perizinan yang dibutuhkan. Selain itu,
mereka juga harus memastikan bahwa kerja sama yang dilakukan tidak bertentangan dengan
aturan hukum dan tidak merugikan kepentingan masyarakat.

Jika KPK, UGM, atau lembaga lainnya menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah,
mereka akan mengatasnamakan diri mereka sendiri, bukan atas nama pemerintahan pusat. Hal ini
karena mereka bukan merupakan bagian dari pemerintahan pusat, dan kerja sama tersebut
dianggap sebagai bentuk kolaborasi antara pihak swasta atau pihak independen dengan
pemerintah daerah.
Dalam kerja sama tersebut, lembaga swasta atau independen akan memberikan
kontribusi, saran, atau dukungan untuk membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya. Contohnya, UGM dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam
pengembangan dan pelaksanaan program-program pendidikan atau penelitian yang berhubungan
dengan wilayah setempat. Sedangkan KPK dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam
memberikan pelatihan atau peningkatan kapasitas bagi aparatur pemerintah daerah terkait
pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Anda mungkin juga menyukai