Anda di halaman 1dari 15

Kelompok

9
J.P M ario
M uda Nina
Natalia
Syairra Ananda Delima
Nina Maranatha
Ignatius Juniwan
Yoffel Elyakim Rogate
Maria Vinsensia Balun
Yoga Ardinata
Marlysa Endang sari
1. H ukum Tata Pemerintahan di
Indonesia dalam pencapaian tujuan
negara
Hukum tata pemerintahan menjadi dasar penyelenggara negara untuk
sekaligus menjadi pembatas serta pelindung bagi masyarakat. Pembatasan kewenangan
bertindak,
pemerintah dalam peraturan perundang– undangan atau sarana perlindungan bagi
masyarakat merupakan salah satu esensi eksistensi hukum tata pemerintahan, sebagai
instrumen penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam melayani, mengatur,
mendominasi, serta memberdayakan kehidupan masyarakat, menjaga keselamatan dan
kemakmuran rakyat.
Hukum Tata Pemerintahan, terdiri Hukum Dalam konteks yang heteronom, isi
Eksekutif atau Hukum Tata Pelaksanaan hukum Tata Pemerintahan adalah
Undang-Undang yang merupakan hukum aturan-aturan hukum yang mengatur
tata penggunaan dan penegakan serta tentang organisasi pemerintahan
kewibawaan negara atau hukum mengenai Negara mulai dari tingkat pemerintah
aktivitas - aktivitas kekuasaan eksekutif, pusat sampai pada tingkat
kekuasaan dalam melaksanakan undang - pemerintahan desa dan kelurahan
undang. termasuk di dalamnya.
2. jenis-jenis Hukum tata
pemerintahan
Statis (dalam arti sempit), artinya Hukum Tata Pemerintahan menurut
mengkaji suatu negara (sebagai Menurut Van Vollenhoven terdiri dari
obyek) dalam keadaan diam 4 jenis sebagai berikut:
(staat in rust).
Dinamis (dalam arti luas), artinya 1.Bestuur Recht (hukum
mengkaji suatu negara (sebagai pemerintahan)
obyek) dalam keadaan bergerak 2.Justitie Recht (hukum peradilan)
(staat in beweging). Hukum tata 3.Politu Recht (hukum kepolisian)
negara yang bersifat dinamis ini 4.Regalaas Recht (hukum
biasa disebut sebagai bidang perundang- undangan).
ilmu hukum administrasi negara
(administrative law, verweltung
srecht).
3. Struktur Hukum Tata
Pemerintahan
Hukum tata pemerintahan memiliki struktur hukum atau bagian yang
diatur dalam konstitusi [Pasal 18 ayat (2) U U D 1945] yang
menetapkan bahwa Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Berikut struktur hukum
tata pemerintahan secara umum:
Struktur Pemerintahan
Provinsi : Gubernur

Wakil Gubernur

Dinas Daerah

Lem baga Teknis


Struktur Pemerintahan
Kabupaten :
Bupati Lembaga Teknis Daerah
Wakil Bupati Dinas Daerah
DPRD Kabupaten
Sekretaris DPRD
Sekretaris Daerah
Bapeda
Struktur Pemerintahan
Kecamatan :
Camat
Sekretaris Camat
Kepala Sumber
Bagian
Keuangan
Kepala Sumber Bagian Umum Dan Kepegawaian
Kepala Seksi Pemerintahan
Kepala Seksi Ketentraman Dan Ketertiban Umum
Kepala Seksi Ekonomi Dan Pembangunan
Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur Pemerintahan
Desa :
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Bendahara
Kepala Seksi
Kepala Urusan
Ketua RT
4. Analisis
Masalah
Dalam konteks yang heteronom, isi Hukum Tata
Pemerintahan adalah aturan-aturan hukum yang
mengatur tentang organisasi pemerintahan negara
mulai dari tingkat pemerintah pusat sampai pada
tingkat pemerintahan desa dan kelurahan termasuk
didalamnya kaitan atas hal-hal tersebut diatas.
Sedangkan dalam konteks yang otonom, maka isi
Hukum Tata Pemerintahan adalah aturan-aturan
hukum yang dibuat oleh aparatur pemerintah baik itu
bersifat pengaturan sepihak sebagaimana ketetapan
maupun pengaturan dua pihak.
TATA RUANG KEHUTANAN DENGAN TATA RUANG WILAYAH (PENGGUNAAN
KAWASAN HUTAN TIDAK PROSEDURAL UNTUK PERKEBUNAN SAWIT PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH)

Kalimantan Tengah sampai dengan tahun 2012 merupakan salah satu Provinsi
yang belum menyelesaikan Tata Ruang, salah satu penyebabnya karena belum
adanya padu serasi antara tata ruang kehutanan dengan tata ruang Provinsi
Kalimantan Tengah. Tata ruang provinsi Kalimantan Tengah adalah terjadinya
konflik dalam penggunaan ruang, dimana terjadi penggunaan kawasan hutan
tidak prosedural untuk perkebunan sawit di dalam kawasan hutan di Provinsi
Kalimantan Tengah sebanyak 282 unit perusahaan sawit seluas 3,9 juta hektar.
Upaya penyelesaian permasalahan penggunaan kawasan hutan untuk
perkebunan sawit di Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan dengan revisi
kebijakan tentang alih fungsi hutan PP nomor 60 tahun 2012 yang memberikan
kesempatan bagi perkebunan sawit yang berdasarkan Undang-Undang
Kehutanan berada di dalam kawasan hutan namun berdasarkan RTRWP Provinsi
Kalimantan Tengah berada di kawasan APL maupun budidaya, diberikan
kesempatan untuk mengurus perijinannya.
UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSISTENSI
MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KALIMANTAN TENGAH
Pengakuan terhadap keberadaan masyarakat hukum adat telah tercantum dengan jelas di
dalam Konstitusi di Indonesia pasca di amandemen, tepatnya ketentuan tersebut ada di dalam
Pasal 18B ayat 2 UUD 1945. Pasal ini memberikan posisi strategis terhadap eksistensi masyarakat
hukum adat di setiap wilayah Negara ini. Pada tataran implementatif berbagai regulasi yang
dibuat oleh Pemerintah Daerah ternyata tidak berbanding lurus dengan perlindungan terhadap
eksistensi masyarakat hukum adat tersebut, banyak persoalan, konflik antara masyarakat hukum
adat dengan berbagai pihak baik pemerintah daerah maupun investor. Perlu upaya yang baik
agar norma-norma yang dibentuk tidak hanya dijadikan sebagai simbol perlindungan terhadap
masyarakat hukum adat semata namun hendaknya benar-benar dapat terimplementasi dengan
baik dan memberikan jaminan perlindungan terhadap eksistensi masyarakat hukum adat
khususnya di Kalimantan Tengah. Teori Law Enforcement nya Lawrence Friedman untuk
mewujudkan Supremasi hukum maka paling tidak dibutuhkan 3 buah pondasi yang saling
menguatkan, Substansi, struktur dan kultur. Dalam menyelesaiakan berbagai problem-problem di
masyarakat untuk mewujudkan wacana tersebut terutama dapat lebih memperhatikan dalam hal
implementasi norma-norma dari setiap regulasi yang dibuat terutama kaitannya dengan
perlindungan hukum terhadap eksistensi masyarakat hukum adat di Kalimantan Tengah.
Kesimpulan
:
Indonesia adalah negara hukum yang secara normatif implikasinya adalah tindakan
penyelenggara negara harus berdasarkan hukum. Hukum tata pemerintahan menjadi dasar
penyelenggara negara untuk bertindak, sekaligus menjadi pembatas serta pelindung bagi
masyarakat. Dalam perspektif hukum tata pemerintahan, segala upaya yang telah
dilakukan secara sistematik Pemerintah bersama komponen bangsa dan masyarakat
sebagai bentuk pelayanan publik secara sistematik, massif dan terukur, senantiasa haruslah
dilandasi kewenangan legalistik sebagai salah satu prinsip negara berdasarkan hukum.
Hukum tata pemerintahan memiliki fungsi antara lain mengatur hubungan antar lembaga
penyelenggara negara dan hubungan antara penyelenggara negara dengan masyarakat.
Pembatasan kewenangan pemerintah dalam peraturan perundang – undangan atau sarana
perlindungan bagi masyarakat merupakan salah satu esensi eksistensi hukum tata
pemerintahan, sebagai instrumen penyelenggaraan fungsi pemerintahan dalam melayani,
mengatur, mendominasi, serta memberdayakan kehidupan masyarakat, menjaga
keselamatan dan kemakmuran rakyat.
Saran
:
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya
tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
Maka dari itu diharapkan untuk pemerintahan khususnya di provinsi Kalimantan
Tengah agar dalam penetapan serta pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan yang berbunyi bahwa, alih fungsi hutan PP nomor
60 tahun 2012 yang memberikan kesempatan bagi perkebunan sawit yang
berdasarkan Undang-Undang Kehutanan berada di dalam kawasan hutan namun
berdasarkan RTRWP Provinsi Kalimantan Tengah berada di kawasan APL maupun
budidaya, diberikan kesempatan untuk mengurus perijinannya.
Ada
pertanyaa
n kah
Wal?

Anda mungkin juga menyukai