Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kehidupan masyarakat Indonesia semenjak kemunculannya di kepulauan

Nusantara ini sepanjang waktu selalu mengalami dinamika. Pada awalnya

kehidupan masyarakat membentuk komunitas kecil yang ada di berbagai pelosok,

kemudian membentuk suku bangsa (Bratakusumah, 2004 : 51). Masyarakat yang

terus mengalami perkembangan akan terus diikuti oleh perkembangan budaya

yang diciptakannya. Perkembangan budaya ini tidak tumbuh dan berkembang di

masyarakat itu sendiri tetapi diikuti oleh pengaruh agama dan budaya dari luar.

Pengaruh budaya luar akan turut memperkaya budaya masyarakat, bahkan

pengaruh sekarang sangat kuat misalnya: dalam bentuk bahasa, prilaku, nama diri,

bentuk bangunan, dan lain-lain

Masyarakat dalam istilah Inggris adalah society, sedangkan kata masyarakat

itu sendiri berasal dari bahasa arab, syakara, yang berarti ikut serta atau

partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul, yang istilah ilmiahnya

berinteraksi. Untuk menciptakan keteraturan dalam suatu kelompok sosial, baik

dalam situasi kebersamaan maupun dalam situasi sosial diperlukan ketentuan-

ketentuan (Suryono, 2012 : 12).

. Ketentuan itu membatasi tingkah laku itu. Ketentuan-ketentuan

yang diperlukan adalah ketentuan yang timbul dari dalam pergaulan hidup

1
2

atas dasar kesadaran dan biasanya dinamakan hukum. Jadi, hukum

adalah ketentuan-ketentuan yang timbul dari pergaulan hidup manusia.

Masalah ketertiban umum dan ketentraman masyarakat merupakan suatu

kebutuhan dasar yang senantiasa diharapkan masyarakat dalam melaksanakan

aktifitas sehari-hari. Oleh karenanya, masyarakat sangat mendambakan adanya

keyakinan akan aman dari segala bentuk perbuatan, tindakan dan intimidasi yang

mengarah dan menimbulkan hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan

bermasyarakat, yang dilakukan oleh orang-perorangan dan atau pihak-pihak

tertentu lainnya.

Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik

Indonesia di dalam pasal 18, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan

dan kekhususan serta potensi dan keragaman daerah dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia (Bratakusumah, 2004 : 19). Pemerintah daerah

dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelengaraan otonomi

daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar

pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.


3

Prinsip otonomi seluas-luasnya yang dimaksud dalam Undang-undang

adalah daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua

urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing

daerah. Sebagai realisasi atas Undang-undang pemerintahan daerah,

maka pemerintah daerah meresponnya dengan cara membuat berbagai regulasi

atau peraturan untuk mendukung pelaksanaan otonomi di daerahnya.

Peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah merupakan salah satu penyangga

atas pelaksanaan otonomi daerah. Pada prakteknya tidak ada artinya

suatu regulasi dibuat tanpa didukung oleh pelaksanaan yang baik.

Untuk mewujudkan pelaksanaan Undang-undang dan peraturan daerah

yang telah dibuat, maka pemerintah daerah khususnya memerlukan

suatu perangkat pelaksanaan baik berupa organisasi maupun sumber daya

manusia.

Salah satu tujuan Peraturan Daerah (Perda) yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah (Pemda) adalah menjamin kepastian hukum, menciptakan,

serta memelihara ketentraman dan ketertiban umum. Penegakan Perda merupakan

wujud awal dari terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam

pelaksanaannya diperlukan suatu kemampuan untuk menangani berbagai

pelangaran-pelangaran yang menyangkut ketertiban.

Dalam rangka penegakan Perda, unsur utama sebagai pelaksana di

lapangan adalah Pemda. Dalam hal ini kewenangan tersebut diemban oleh

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
4

mempunyai tugas membantu Kepala Dearah untuk menciptakan suatu kondisi

daerah yang tenteram, tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan roda

pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat

melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu, di samping

menegakan Peraturan Daerah (Perda), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

juga dituntut untuk menegakan kebijakan Pemda lainnya, yaitu peraturan

Kepala Daerah.

Berkaitan dengan eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam

penagakan hukum sebagai perangkat pemerintah daerah, kontribusi Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sangat diperlukan guna mendukung suksesnya

pelaksanaan Otonomi Daerah dalam penegakan peraturan daerah menciptakan

pemerintahan yang baik. Dengan demikian aparat Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) merupakan garis depan dalam menjamin kepastian

pelaksanaan peraturan daerah dan upaya menegakannya di tengah-tengah

masayarakat, sekaligus membantu dalam menindak segala bentuk

penyelewengan dan penegakan hukum.

Lingkup fungsi dan tugas Polisi Pamong Praja dalam pembinaan

ketentraman dan ketertiban umum pada dasarnya cukup luas, sehingga dituntut

kesiapan aparat baik jumlah anggota, kualitas personil termasuk kejujuran dalam

melaksanakan tugas-tuganya. Polisi Pamong Praja sebagai lembaga dalam

pemerintahan sipil harus tampil sebagai pamong masyarakat yang mampu

menggalang dan dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam


5

menciptakan dan memlihara ketentraman dan ketertiban sehingga dapat

menciptakan iklim yang lebih kondusif di daerah.

Kenyataan di lapangan penegakan Peraturan Daerah (Perda) yang

menyangkut ketertiban dan ketentraman umum amat bersinggungan dengan

kepentingan masyarakat banyak, dalam hal ini masyarakat menengah kebawah,

betapa banyaknya hal-hal dan kegiatan masyarakat yang diwarnai dengan

pelanggaran, namun pelanggaran itu sendiri tidak dirasakan oleh si pelanggarnya,

dan bahkan jauh dari itu masyarakat yang melanggar malah meyakini bahwa

tindakan yang dilakukan mereka bukan suatu pelanggaran, walau sudah ada aturan

yang mengaturnya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang di dapat

masyarakat dari aparat yang berwenang mengenai larangan-larangan yang

tertuang dalam suatu Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku secara syah dan

kurangnya ketegasan pihak Pemda terhadap aturan dimaksud. Bahkan lebih ironis

lagi disatu pihak adanya larangan dalam peraturan daerah, namun dipihak lain jika

masyarakat melakukannya akan dikenakan semacam retribusi yang terkesan

melegalkan apa yang menjadi larangan.

Pengoptimalan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) perlu

dibangun kelembagaan yang mampu mendukung terwujudnya kondisi daerah

yang tenteram, tertib, dan teratur. Penataan kelembagaan Satpol PP tidak hanya

mempertimbangkan kriteria kepadatan jumlah penduduk suatu daerah, tetapi juga

beban tugas dan tanggung jawab yang diemban, seperti budaya, sosiologi, serta

resiko keselamatan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Untuk itu perlu
6

adanya peningkatan sumber daya manusia bagi pegawai Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP).

Dengan adanya permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penyelenggaraan Ketentraman Dan Ketertiban Umum

Dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor. 03 Tahun 2002 Tentang Ketertiban

Umum (Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumenep)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Penyelenggaraan Ketentraman

Dan Ketertiban Umum Dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor. 03 Tahun

2002 Tentang Ketertiban Umum (Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Sumenep) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Penyelenggaraan

Ketentraman Dan Ketertiban Umum Dalam Penegakan Peraturan Daerah Nomor.

03 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum (Studi Pada Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Sumenep).


7

1.4 Manfaat Penelitian:

a. Universitas Wiraraja Sumenep

Memberikan manfaat bagi peneliti lain mengenai Penyelenggaraan

Ketentraman Dan Ketertiban Umum Dalam Penegakan Peraturan Daerah

Nomor. 03 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum serta bermanfaat sebagai

refrensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

Memberikan manfaat yang di harapkan dapat menjadi bahan masukan atau

inovasi baru dan pertimbangan dalam penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum (Trantibum) dalam penegakan Peraturan Daerah (Perda) di

Kabupaten Sumenep.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematikan penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab ini berisikan tentang penelitian terdahulu, yang memuat tentang

penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dan yang

bersumber dari jurnal-jurnal.

Bab ini juga menguraikan tentang tinjauan pustaka mengenai

penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum (Trantibum) dalam penegakan

Peraturan Daerah (Perda) di Kabupaten Sumenep.


8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data,

instrumen penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa

data dan keabsahan data.

Anda mungkin juga menyukai