Anda di halaman 1dari 16

BAB 4

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 alinea IV, Negara
Indonesia dibentuk salah satu tujuannya adalah memajukan
kerjahteraan umum. Setiap warga negara berhak mendapatkan
peradilan yang adil dan tidak memihak (fair anf impartial court). Hak
ini merupakan hak dasar yang dimiliki oleh manusia yang bersifat
universal dan berlaku dimanapun, kapan pun, dan pada siapapun
tanpa terkecuali. Oleh karena itu merupakan tugas dari pemerintah
untuk senantiasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Maka, kebijakan yang dilakukan pemerintah pun semestinya daam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 19451.
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan termasuk
peraturan daerah harus mencerminkan nilai dan moral yang tumbuh
di ruang lingkup masyarakat. Semua nilai tersebut merupakan
cermin dari Pancasila, karena Pancasila merupakan cermin dan
pandangan hidup, cita-cita bangsa, dan jalan kehidupan bangsa.
Dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dalam masyarakat yang
aman dan tentram terutama dari aksi kejahatan premanisme yang
membuat masyarakat resah, Pemerintahan Daerah berkewajiban
untuk meningkatkan kesejahteraan dan rasa aman kepada
masyarakat, sesuai dengan kewenangannya.

1 UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 12 TAHUN 2011 TENTANG


PEMBENTUKAN PERUNDANG UNDANGAN
Secara filosofis, Peraturan Daerah Kota Malang tentang
Pencegahan Aksi Pemanisme yang akan dibentuk agar nantinya dapat
diberlakukan secara optimal, maka dalam membentuknya harus
memperhatikan nilai-nilai pancasila, tujuan, serta visi dan misi yang
dimiliki oleh Kota Malang. Diharapkan keberadaan peraturan daerah
ini mampu memberikan manfaat dengan meningkatnya kesejahteraan
serta rasa aman di dalam lingkungan masyarakat.

B. Landasan Sosiologis
Dalam melakukan pencegahan terhadap aksi kejahatan
premanisme dapat dilakukan dengan menggunakan teori atau
perspektif sosiologi. Landasan sosiologis merupakan pertimbangan
atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara.
Dalam membentuk suatu peraturan perundang-undangan atau
peranturan daerah harus sesuai dengan kenyataan, fenomena, dan
perkembangan sosial, ekonomi, dan politik, serta kesadaran dan
kebutuhan hukum dalam masyarakat. Nilai-nilai yang ada akan ikut
berubah jika masyarakat berubah. suatu peraturan perundangan
juga harus mencerminkan kehidupan sosial masyarakat yang ada.
Hukum yang dibuat oleh pemerintah harus dapat dipahami dan
sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat. Apabila unsur-
unsur tersebut telah sesuai, maka peraturan perundangan yang telah
dibuat implementasinya tidak akan banyak mengalami kendala dan
hukum tersebut dapat ditegakkan.
Kota Malang sendiri merupakan kota terbesar kedua di Jawa
Timur yang memiliki penduduk yang lumayan padat, dimana sektor
perekonomian warganya terdiri dari banyak sektor yaitu sektor
pertanian, perdagangan, Industri, pariwisata, dan jasa. Tetapi dari
banyaknya sektor perekonomian yang ada di malang, tak memungkiri
jika tidak terjadi kesenjangan sosial dalam ruang lingkup
masayarakat. Kesenjangan tersebut baik dari faktor ekonomi,
pendidikan, dan keterampilan. Hal ini lah yang membuat timbul
tindakan-tindakan keahajatan melawan hukum, dan salah satunya
ialah aksi premanisme.
Tindakan premanisme sendiri disebabkan karena faktor
kesenjangan sosial tersebut, dimana premanisme ini membuat
masyarakat yang ada di Kota Malang merasa tidak aman karena
ketakutan akan premanisme. Masyarakat merasa bahwa tindakan
premanisme ini membuat mereka resah. Baik tindakan pungutan liar,
pemerasan, dan pengancaman.
Pemerintah Daerah Kota Malang saat ini akan melakukan
beberapa upaya dengan membuat peraturan untuk melakukan
pencegahan terhadap aksi kejahatan premanisme. Dengan upaya
tersbut, diharapkan terdapat banyak manfaat yang akan diperoleh
seperti: 1) tindakan premanisme di tengah masyarakat dapat ditekan
atau dicegah; 2) terciptanya kehidupan masyarakat yang aman dan
sejahtera; 3) dapat menanggulangi adanya kesenjangan sosial yang
ada dalam masyarakat yang dikarenakan karena keterampilan yang
dimiliki oleh setiap individu.
Maka dalam menjamin dan mewujudkan pencegahan aksi
premanisme di Kota Malang, pemerintah melakukan upaya atau
usaha dengan membentuk peraturan daerah dalam rangka menjaga
dan menjamin ketertiban dan keamanan masyarakat Kota maalang,
agar diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Maka dari itu dibutuhkan peraturan daerah yang mengatur secara
tegas.

C. Landasan Yuridis
Landasan hukum artinya setiap peraturan memiliki landasan
hukum formal dan substantif. Landasan legalitas bersifat formal dan
berkaitan dengan tata cara atau tata cara pembuatan peraturan
perundang-undangan tersebut, sedangkan landasan materiil
menyangkut isi (substansi) atau materi muatan dalam peraturan
perundang-undangan. Landasan legitimasi pembuatan undang-
undang menjadi penting sebagai landasan hukum, karena tidak
hanya menjadi landasan hukum pembuatan undang-undang, tetapi
juga pengaturan undang-undang dan isinya dalam rangka
mengantisipasi adanya gugatan atau perbedaan pendapat.

Pertimbangan atau alasan hukum menunjukkan bahwa


peraturan perundang-undangan dibuat untuk menyelesaikan
masalah hukum atau untuk mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan yang ada yang
akan diubah atau dicabut untuk menjamin kepastian hukum dan
rasa keadilan masyarakat. Landasan hukum berkaitan dengan
persoalan hukum yang berkaitan dengan zat atau bahan yang diatur,
sehingga perlu dikembangkan peraturan perundang-undangan yang
baru. Beberapa permasalahan hukum tersebut antara lain peraturan
yang sudah ketinggalan zaman, peraturan yang tidak koheren atau
tumpang tindih, peraturan yang bersifat sub-legal sehingga kurang
efektif, peraturan yang sudah ada tetapi tidak mencukupi, atau
peraturan yang tidak lengkap, dll. Itu tidak ada sama sekali.2

Dalam sebuah negara hukum pada asasnya setiap tindakan


pemerintah harus dilakukan berdasarkan kewenangan yang
diberikan oleh hukum. Suatu tindakan pemerintahan yang dilakukan
tanpa dasar kewenangan adalah berakibat batal demi hukum. Dalam
melaksanakan salah satu fungsi pemerintahan, dalam membentuk
Peraturan Daerah tentang pencegahan aksi premanisme,
Pemerintahan Kota Malang menggunakan dasar kewenangan sebagai
berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002


Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2 (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan)
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum Dan
Ketentraman Masyarakat Serta Perlindungan Masyarakat.
3. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan dan Ketertiban Lingkungan Masyarakat Kota
Malang.

Selama ini dalam rangka penyelenggaraan ketertiban umum


dan ketentraman masyarakat yang didalam mengatur tentang
pencegahan aksi premanisme di Kota Malang, Pemerintah Daerah
Kota Malang berlandaskan pada Peraturan Daerah Kota Malang
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
dan Ketertiban Lingkungan Masyarakat Kota Malang dan ini bisa
dijadikan patokan dasar dalam menyelenggarakan pembuatan
Raperda mengenai pencegahan aksi premanisme dikota malang. dan
penjelasan mengenai Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan dan Ketertiban Lingkungan Masyarakat
Kota Malang bisa ditingkatkan lagi macam-macam penyelenggaran
ketertiban dan keamanan yang lebih detail diantara nya salah satu
nya adalah membahas mengenai pencegahan aksi premanismel
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Pendahuluan
Naskah Akademik ini pada akhirnya berfungsi mengarahkan
ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Kota
Malang tentang Pencegahan Aksi Premanisme. Dalam Bab ini,
sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan
sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan.
Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya.

5.1.Sasaran
Penyusunan Naskah Akademik ini akan mewujudkan sebuah
Raperda tentang Pencegahan Aksi Premanisme di Kota Malang ,
sehingga kegiatan ini merupakan sebuah upaya bagi Pemerintah
Kota Malang untuk lebih meningkatkan fungsi penegakan hukum
dalam melayani masyarakat dalam bidang pencegahan aksi
premanisme. Dengan demikian, melalui naskah akademik
diharapkan dapat membentuk suatu Peraturan Daerah yang
merupakan jawaban atas pelimpahan kewenangan dari Pemerintah
yang sangat luas kepada Pemerintah Daerah dalam melakukan
Upaya penurunan dan pencegahan aksi premanisme di wilayah Kota
Malang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik, karena
dalam setiap proses perumusan, penerapan instrumen, pencegahan,
penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan
pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan
keadilan. Pembuatan Perda Pencegahan Aksi Premanisme di Kota
Malang ini diharapkan akan memberikan kepastian hukum serta
akuntabilitas kepada semua masyarakat di Kota Malang dalam
menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan sekitar. Selain itu
adanya kepastian hukum dalam upaya penurunan aksi premanisme
dengan dilakukannya penindakan pelaku aksi premanisme serta
pemberdayaan pelaku premanisme dalam peningkatan taraf
ekonomi.
5.2. Arah dan Jangkauan Pengaturan
Jangkauan pengaturan Raperda tentang Pencegahan Aksi
Premanisme adalah berupaya memberikan payung hukum yang
jelas terhadap masyarakat yang sangat resah dan terganggu
adanya aksi aksi premanisme yang sangat marak pada saat ini
khususnya di daerah Kota Malang yang sekaligus memberikan
kepastian hukum atas peran pemerintah daerah dalam upaya
penurunan tindak kejahatan premanisme. Maka sangatlah penting
untuk membentuk sebuah produk hukum yang berupa Peraturan
Daerah sebagai landasan hukum yang sekaligus memberikan suatu
aturan yang komprehensif terhadap upaya pemerintah dalam
Penurunan Aksi Premanisme . Dengan demikian Peraturan Daerah
lebih fokus pada pengaturan upaya Pencegahan kejahatan
premanisme dan memberikan sanksi hukum bagi pelaku
premanisme. Dengan harapan akan memberikan nilai tambah
dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya pelaku premanisme yang melakukan aksi
tersebut karena himpitan ekonomi dan meningkatkan ketentraman
dan keamanan pada masyarakat.
Arah yang akan diwujudkan dari Pencegahan Aksi Premanisme
Adalah adanya suatu sistem pengaturan yang terintegrasi antara
oleh DPRD Kota Malang dan Par instansi terkait. Pengaturan
Pencegahan Aksi Premanisme ditujukan untuk menjamin kepastian
hukum atas obyek yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kota
Malang dengan memverifikasi, menggolongkan dan menyimpan
arsip-arsip legalitas atas obyek-obyek mutu pelayanan masyarakat
dalam hal kesejahteraan dan ketentraman masyarakat. Selain itu
tujuan pembentukan Raperda ini adalah upaya untuk
meningkatkan keamanan, ketentraman dan pendapatan asli
daerah yang berujung pada kesejahteraan masyarakat yg terlibat
dalam aksi premanisme di Kota Malang dengan jalan optimalisasi
pengelolaan potensi masyarakat yang ada. Dengan demikian,
pengaturan perlu dalam bentuk Peraturan Daerah yang tersendiri
dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum atau payung
hukum yang kuat sehingga, keamanan dan kepatuhan terhadap
hukum dalam masyarakat dapat tersistem dengan baik.
5.3. Ruang Lingkup Materi Muatan
A. Ketentuan Umum
Dalam ketentuan umum, memuat tentang pengertian dan
istilah-istilah umum yang terkait dengan Pencegahan Aksi
Premanisme. Oleh karena itu dalam Peraturan Daerah Kota
Malang tentang Pencegahan Aksi Premanisme ini, yang
dimaksud dengan:
1. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
Kota Malang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.3
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut
DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai
4
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3 Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


4 UU No 23 Tahun 2014
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan
DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
5. Pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau
tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi.
6. Premanisme (berasal dari kata bahasa Belanda vrijman = orang
bebas, merdeka dan isme = aliran) adalah sebutan yang sering
digunakan untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang
yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan
kelompok masyarakat lain.
7. Walikota adalah pemimpin yang tertinggi dari pada Pamong
Praja didalam suatu daerah Haminte.5 Segenap pegawai dan
pekerja Pamong Praja anggota pemerintah desa serta pemegang
jabatan lain-lain, yang pekerjaannya termasuk lingkungan
kekuasaan Kementerian Dalam Negeri, harus tunduk kepada
pimpinannya.
8. Polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan
pengayoman, dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat.
9. Pembinaan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
terencana kepada penanggung jawab usaha dalam rangka
memberikan desiminasi peraturan perundang-undangan,
bimbingan teknis, penyuluhan, atau bentuk lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
10. Pengawasan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
langsung atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup untuk mengetahui dan / atau menetapkan
tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan
atas ketentuan yang ditetapkan dalam Perizinan Berusaha atau
Persetujuan Pemerintah serta peraturan perundang-undangan

5 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1947 TENTANG INSTRUKSI UNTUK WALI-


KOTA DISELURUH INDONESIA.
11. Dinas Sosial merupakan instansi pemerintah yang
memiliki peran dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan
sosial perorangan, kelompok dan masyarakat.
12. kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan
pelanggaran norma, yang dirasakan merugikan,
menjengkelkan, sehingga tidak boleh dibiarkan berkembang
dalam masyarakat dengan menuangkannya dalam norma
hukum pidana yang disertai ancaman-ancaman hukuman.

B. Materi muatan yang diatur


Materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Kota Malang
tentang Pencegahan aksi premanisme didasarkan pada uraian
yang telah dikemukakan dan disusun dan dikelompokan
sebagai berikut:

1. Pemberantasan Premanisme Pada Masyarakat


Pada umumnya aksi premanisme terjadi pada lingkungan
yang memiliki kawasan padat penduduk , selain itu tempat
tempat fasilitas umum menjadi tempat para premanisme
beraksi. Hal ini sangat meresahkan bagi masyarakat
khususnya di daerah pasar, terminal dan pertokoan. Pada
dasarnya pemberantasan aksi premanisme adalah upaya untuk
membekuk para preman yang melakukan aksinya yaitu
kesewenang wenangan dan yang paling sering terjadi adalah
pemalakan. Pemberantasan aksi premanisme ini melibatkan
instansi pemerintahan dan kepolisian untuk menekan
turunnya angka premanisme

2. Pembinaan Pelaku Premanisme


Pembinaan yang dilakukan instansi terkait bertujuan
untuk memberikan penegakan hukum dan sosialisasi hukum
pada para pelaku premanisme. Selain itu, memberikan
kemandirian terhadap pelaku preman untuk lebih mandiri
menciptakan inovasi baru untuk memenuhi kebutuhan sehari
hari.

3. Sosialisasi Hukum Terhadap Pelaku Premanisme


Perlunya pemahaman hukum untuk memberikan
wawasan dan sanksi sanksi hukum jika melakukan suatu
tindak premanisme dan tindakan yg membahayakan
masyarakat. Sehingga ada rasa takut dan kapok dalam
melakukan aksi aksi premanisme.

4. Pemberian Bantuan Hukum Kepada Masyarakat yang Menjadi


Korban Aksi Premanisme
Pemberian bantuan hukum kepada masyarakat secara
gratis merupakan upaya untuk memberikan kepastian hukum
bagi korban pelaku premanisme. Sehingga korban
mendapatkan titik keadilan yang dapat dipastikan. Selain itu
bertujuan untuk memberikan wawasan hukum kepada
masyarakat dan korban pelaku premanisme sebagai pedoman
penegakan hukum bagi pelaku.

5. Pembangunan Pos Jaga Untuk Meminimalisir kejahatan


Premanisme Pada Malam Hari
Pembangunan pos jaga bertujuan untuk mengawasi aksi
aksi premanisme pada malam hari, yaitu membuat kegaduhan
dan kerap sekali melakukan kegiatan pesta minuman
beralkohol. Sehingga dengan adanya pos jaga menjadikan
antisipasi dalam sebuah lingkungan terjadinya aksi aksi
premanisme.

6. Kepolisian dan pihak pemerintah memberikan pengayoman


terhadap masyarakat
Pada dasarnya Dari UUD 1945 pasal 28D ayat (1)
tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa aparatur negara
haruslah mengayomi dan melindungi masyarakat Indonesia.
Dapat diartikan sebagai pemerintah dan kepolisian
memberikan perlindungan dengan melakukan terjun ke tiap
tiap lingkungan dan fasilitas umum untuk memberikan
tekanan terhadap pelaku premanisme sehingga dapat
menurunkan dan menghilangkan kegiatan premanisme.

7. Pemberdayaan Bagi Mantan Pelaku Premanisme Untuk Lebih


Mandiri Dengan Membuka Usaha UMKM.
Pada dasarnya aksi kejahatan premanisme terjadi karena
kurangnya taraf ekonomi pada keluarga untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari. Sehingga perlunya pemberdayaan
dengan membuka usaha usaha mikro yaitu umkm yang
melibatkan pelaku premanisme dapat menurunkan laju
kegiatan premanisme. Karena dengan membuka umkm dapat
memenuhi kebutuhan hidup dan umkm tersebut menjadikan
ladang penghasilan yang baik dan halal bagi pelaku
premanisme.

8. Meningkatkan Kerukunan Sesama Masyarakat


Kerukunan merupakan hal penting dalam
bermasyarakat, dengan kerukunan dapat menghilangkan
kegiatan premanisme yang berkembang. Kegiatan premanisme
yang semakin berkembang merupakan faktor kurangnya
keharmonisan sesama masyarakat. Sehingga perlunya kegiatan
yang melibatkan berkumpulnya masyarakat dapat menjadikan
timbulnya kerukunan karena saling bermusyawarah, saling
berbaur serta menghindari ketidak harmonisan dalam
masyarakat
C. Ketentuan Sanksi
Ketentuan Sanksi memuat sanksi-sanksi pidana yang dapat
diterapkan dalam penegakan Peraturan Daerah ini dengan
mempertimbangkan tingkat pelanggaran dan kerugian yang
ditimbulkan, serta menyesuaikan dengan ketentuan perundang-
undangan. sehingga bagi pelanggar tindak kejahatan
premanisme memiliki efek jera serta mendapatkan pembinaan
dan penyuluhan untuk menunjang kelangsungan hidup bagi
pelanggar tindak kejahatan premanisme dalam meningkatkan
taraf hidup. Jika pelangga tindak kejahatan premanisme sangat
membahayakan publik seperti ancaman pembunuhan,
pencurian, perusakan fasilitas umum dapat diberi sanksi sesuai
dengan KUHP dan Perda ketertiban dan keamanan masyarakat
di Kota Malang yaitu Peraturan Daerah (PERDA) Kota Malang
No. 2 Tahun 2012 KETERTIBAN UMUM DAN LINGKUNGAN
D. Ketentuhan Peralihan
ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan
hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan
Perundang-undangan yang baru, yang bertujuan untuk:
· Menghindari terjadinya kekosongan hukum

· Memberi kepastian hukum

· Memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat yang


terdampak

· Perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

E. Ketentuan Penutup
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini,
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut
oleh Peraturan Walikota Malang. Peraturan Daerah ini berlaku
efektif terhitung sejak tanggal ________ Peraturan Daerah ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kota Malang.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan peraturan


mengenai Pencegahan Aksi Premanisme di Kota Malang adalah
Peraturan Daerah tentang Pencegahan Aksi Premanisme yang
meresahkan masyarakat di Kota Malang , sebab Kota Malang banyak
terjadi aksi premanisme yang belum teratasi dengan maksimal,
dengan dibuatnya Raperda ini dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umum, komersial, penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya.

2. Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis mengenai perlunya


Pencegahan Aksi Premanisme adalah: Bahwa dalam rangka
memberikan pelayanan guna meningkatkan ketertiban dan
keamanan pada masyarakat ,mencegah tindak kejahatan lain seperti
pembunuhan , perampokan dan aksi kejahatan lain di wilayah Kota
Malang, serta untuk memberi kekuatan hukum bagi pelanggar aksi
premanisme

3. Jangkauan dan arah pengaturan serta ruang lingkup Pencegahan


Aksi Premanisme jika dituangkan dalam bentuk peraturan daerah
adalah berupaya memberikan payung hukum yang jelas terhadap
ternak yang berada di daerah Kota Malang yang sekaligus
memberikan kepastian hukum atas peran pemerintah.Dengan
demikian, pengaturan perlu dalam bentuk Peraturan Daerah yang
tersendiri dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum yang kuat
sehingga pengelolaan bidang kejahatan premanisme dapat tersistem
dengan baik sehingga optimalisasi atas perkembangan peternakan
berdampak positif terhadap peningkatan pendapat asli daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
B. Saran

1. Sebagian materi naskah akademik diatur dalam bentuk Peraturan


Daerah Kota Malang tentang ketertiban dan keamanan lingkungan di
Kota malang serta sebagian lagi membutuhkan pengaturan lebih
lanjut dengan Peraturan Wali Kota.
2. Pemerintah Kota Malang perlu memprioritaskan penyusunan
Peraturan Daerah Kota Malang tentang Pencegahan Aksi Premanisme
dan memasukkan dalam Program Pembentukan Peraturan Daerah
(PropemPerda).

Anda mungkin juga menyukai