Anda di halaman 1dari 10

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
MANGGARAI TIMUR
TENTANG
PENYELENGGARAAN KETERTIBAN
UMUM DAN KETENTRAMAN
MASYARAKAT

KABUPATEN MANGGARAI TIMUR


2019
KATA PENGANTAR
Berdasarkan UUD 1945, penyelenggaraan pemerintahan NKRI dibai

UU 7 thn 2012 Penanganan konflik bertujuan menciptakan kehidupan masyarakat yang


aman,tenteram, damai dan sejahtera; memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan
social kemasyarakatan; meningkatakan tenggang rasa dan toleransi dalam kehidupan
bermasyarakat dan berenegara; memelihara keberlangsungan fungsi pemerintahan; melindungi
jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana umum, memberikan perlindungan dan hak korban
dan memulihkan kondisi fisik dan mental masyarakat serta sarana dan prasarana umum.

UU penanganan konflik mengatur juga ruang lingkup penanganan konflik yaitu pencegahan
konflik, penghentian konflik dan pemulihan paska konflik. Pencegahan konflik dilakukan dengan
memelihara kondisi damai dalam masyarakat, mengembangkan system penyelesaian perselisihan
secara damai, meredam potensi konflik dan membangun system peringatan dini.

Penghentian konflik dilakukan melalui penghentian kekerasan fisik, penetapan status keadaan
konflik, tindakan darurat penyelamatan dan perlindungan korban, dan/ atau bantuan
pengguanaan dan pengerahan kekuatan TNI. Sedangkan pemulihan paska konflik dilaksanakan
melalui rekonsiliasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Pada era reformasi terjadi secara mendasar perubahan format penyelenggaraan yang sebelumnya
sentralistik ke pemerintahan yang desentralistik. Pengelolaan pemerintah daerah dengan
mekasnisme desentraslisai memberikan kewenangan luas kepada pemerintah daerah untuk
merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijakan pembangunan termasuk pelayanan public,
yang sesuai dengan karakteristik daerah dan kebutuhan masyarakat local.

Dengan kebijakan desentralisasi pemerintahan, masyarakat diharapkan bias menikmati hasil


pembangunan secara merata sehingga kesejahteraan mereka meningkat. Namun perubahan
format penyelenggaraan urusan pemerintahan ternyata juga berdampak pada meningkatnya
eskalasi konflik local dan komunal di beberapa daerah seperti Maluku, Maluku Utara, Sulawesi
Tengah, Aceh, NTT Kalbar, Kaltim, Kalteng, Papua dan sebagian Sumatera ( Helmy Faisal
yahya .Perdamaian dan Pembangunan . Tabloid Bedah Desa edisi X tahun II 2012.p.28)Menurut
Helmy berdasarkan hasil identifikasi Kementerian PDT dari 183 kabupaten tertinggal 143
merupakan daerah rawan konflik. Banyak factor yang menyebabkan dari factor potensi konflik
komunal, persoalan ketimpangan ekonomi, perebtutan sumber daya alam, sampai persoalan
tanah dll ditambah lagi dengan kondisi Indonesia yang heterogen.

Di satu sisi suatu anugerah bahwa Indonesia menjadi bangsa majemuk,multi etnis multi kultural di
sisi lain kondisi masyaraka majemuk tersebut menyimpan potensi konflik yang setiap saat bias
meledak. Di tambah lagi dengan warisan disparitas pembangunan dan relasi kehidupan social
kemasyarakatan secara horizontal baik mikro maupu makro.
RPJMN 2010-2014 menetapkan salah satu prioritas pembangunan nasional yaitu Daerah
Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Paskakonflik. Karena itu UU 7 2012 merupakan upaya
pemerintah untuk melakukan penangan konflik secara komprehensif dan simultan secara
terkoordinasi yang meliputi aspek pencegahan, penghentian, dan pemulihan paskakonflik oleh
seluruh pemangku kepentiangan terkait.

Dalam konteks penanganan dan pencegahan konflik, upaya yang dilakukan pemerintah adalah
percepatan pembangauan daerah tertinggal, melakukan kebijakan integral melalui pembanguan
social ekonomi. Pemerintah mendorong penanganan konflik dan pencegahan dengan jalan
menciptakan perdamaian melalui pembangunan. Seperti kata Maurice Duverger dalam buku
Political Sociology dengan terciptanya kemakmuran akan mengurangi konflik. Pembanguan
merupakan jalan bagi terwujudnya kemakmuran. Mari kita wujudkan pembanguan melalaui
pembangunan.

Otonomi daearah membawa harapan yng besar ketika digulirkan, (AB Susanto dkk dalam
Reinvensi Pembangunan Ekonomi Daerah . Esensi (erlangga Grup ) sebab inti dari otonomi daerah
adalah pendelegasian tugas melindungi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kepada
pemerintah daerah. Melindungi berarti berupaya secara optimal untuk mencegah dan
menyelamatkan rakyat dari bencana yakni segala seuatu yang menimbulkan kesussahan,
kerugian dan penderitaan. Pemerintah daerah juga memeliki tanggung jawab yang lebih besar
untuk mengupayakan agar rakyat merasa aman, tenteram dan makmur.

Pembangunan ekonomi daerah menghadapi tantangan yang semakin berat ditandai dengan laju
globalisasi, semakin eratnya hubungan anatar wilayah pesatnya kemajuan teknologi inforami dan
komunikasi berkembangnya demokrasi dan partisipasi masyarakat serta makin tingginya tuntutan
masyarakat yang semakin kompleks struktur persoalan semakin cerdas semakin kritis.

Karean itu pada penyelenggara harus mengguanakan pola piker yang diperbaharui terus menerus
untk dapat melakukan terobosan, reinvnesi pemerintahan yang dicirikan oleh struktur dan budaya
birokrasi. Struktur dan hierarki serta aturan tidak boleh kaku melainkan responsive, birokrat harus
berani ambil keputusan berani mengambil resiko meningkatkan kerjsa sama yang efektif dalam
tubuh birokrasi meningkatkan kompetensi dan motivasi. Lembaga pemerintahan hrus semakin
cepat dalam merespons berbagai peluang dan tantangan akibat perubahan yang sangat cepat.
Semangat entrepreneurship harus dipompakan kepada aparat pemerintahan, sebuah semangat
enterprising the government.Enterprise adalah lembaga yang keberhasilannya ditentukan oleh
kemmpuanya dalam merespons lingkunganya. Enterprising the government adalah mengolah
sumber daya seperti layaknya sebuah enterprise agar dapat mengembangkan nilai sumber daya
secara optimal untuk kesejjahteraan rakyatnya. Data stastistik dan geospasial dapat diolah
menajdi informasi yang bermanfaat dan dikemas dalam visualisasi dan pemetaan yang
memudahkan para pemangku kebijakan menganalisis dan mengambil kebijakan yang tepat sesuai
kebutuhan dan kondisi daerah. PP Nomor 85 2007 Jaringan data Spasial nasional.

Para pengelola pemerintahan di daerah harus menjadi orang-orang yang sealau menczi
perubahan, merespoms perubahn tersebut serta memanfaatkanya secara maksilmal sebagai
peluang ( Peter Drucker) Kemampuan individual dari para pegawai haruslah terekplorasi dalam
banyak hal sehingga bias mengambil keputusn dan bertindak professional sesuai fungsi dan tugas
maupuan dalam kemampuan kooordiansi dan kerjsama antar aparat yang produktif dan sigap.
Pola yang organisasi yang seperti ini menurut Gifford Pinchot disebit intelligence organization. Di
mana karyawan dapat mengerahkan segala pikiran dan kemampuan mereka untuk menemukan
dan memanfaatkan peluang secara optimal, menciptakan produk dan memecahakan masalah.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Mayarakat merupakan
kewajiban pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat merupakan manifestasi dari hak asasi
manusia dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana
dijamin dalam pasal 28j Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen). Dalam ayat (2) pasal a
quo ditegaskan kewajiban setiap orang untuk tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menjalankan hak dan kebebasannya.
Tujuan dari pembatasan ini untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
Dengan adanya desentralisasi, maka kewajiban penyelenggaraan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat tersebut juga menjadi dari pemerintah daerah dalam rangka
melindungi keamanan dan kenyamanan masyarakatnya. Kewenangan ini diselenggarakan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagai bagian dari perangkat daerah dalam
penegakkan perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketetraman masyarakat.
Pengaturan tentang penyelenggaran ketertiban umum di Kabupaten Manggarai Timur
sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Timur Nomor 6
Tahun 1955 tentang Ketertiban Umum, namun seiring dengan perkembangan dinamika dan
kebutuhan masyarakat, makapengaturan ini dirasa kurang dapat mewadai kegiatan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Kelemahan pengaturan
dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 1955 yang sudah tidak sesuai
dengan dinamika masyarakat menyebabkan banyaknya kekosongan hukum yang menjadi
landasan tindakkan dari satpol PP, yang mana hal ini menyebabkan banyak tindakkan Satpol
PP yang tidak berlandaskan pada dasar hukum.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dengan adanya perkembangan kebijakkan dan peraturan perundang-undangan dalam
upaya mencapai ketertiban dan ketentraman masyarakat, khususnya di daerah, maka
penataan kelembagaan dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat
daerah yang berwenang dalam melakukan penegakkan hukum terhadap kebijakkan daerah
perlu ditinjau kembali. Hal ini didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh Satuan
Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas dan kewnangannya untuk menciptakan
kondisi yang kondusif dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Dari hasil kajian terhadap
jajak kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dan jajak pendapat masyarakat terdapat beberapa
permasalahan konkrit yaitu :
a. Dasar hukum pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Timur melakukan kewenangan
atas tindakkan pemerintah yang bertujuan mewujudkan ketertiban umum adalah
Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Timur Nomor 6 Tahun 1955 yang ketentuannya
mengacu pada “Algemene Soerabajasche Politie-verordening yang ditetapkan tanggal 8
maret 1911 dan diubah terakhir dengan Peraturan daerah tanggal 22 juni 1949.
Ketentuan dalam peraturan daerah ini secara substansi dan kelembagaan sudah tidak
sesuai dengan sistem penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagaimana yang tertuang
dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(amandemen) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Dengan adanya perubahan tersebut, maka Peraturan Daerah tersebut
merupakan dasar hukum wewenang Satuan Polisi Pamong Praja sebagai lembaga
pelaksana atas terwujudnyaketertiban umum dan ketentraman masyarakat di
Kabupaten Manggarai Timur.
b. Satuan Polisi Pamong Praja berwenang melakukan penegakkan hukum atas pelaksanaan
Peraturan Daerah sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat. Dengan adanya perubahan sistem penyelenggaraan
pemerintah daerah yang menyerahkan sebagian urusan pemerintahan menjadi urusan
wajib dan urusan pilihan kepala Pemerintah Kabupaten sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten banyak ditetapkan
sejumlah Peraturan Daerah yang mengatur urusan tersebut. Hal ini membawa dampak
bagi Satuan Polisi Pamong Praja untuk memiliki kemampuan dan kekuatan dalam
melakukan pengawasan dan penegakkn hukum terhadap peraturan daerah.
c. Keabsahan tindak pemerintah dalam melakukan tugas adalah wewenangan, substansi
dan prosedur. Berdasarkan sejumlah Peraturan daerah di Kabupaten Manggarai Timur
dan hampir diseluruh Kabupaten/Kota di Indonesia pengaturan prosedur pengawasan
dan penegakkan hukum dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja sebagai SKPD yang
diberi tugas dan wewenang menegakkan peraturan daerah dan/atau bekerjasama
(koordinasi) dengan instansi (SKPD) teknis. Koordinasi dan kerjasama ini seringkali sulit
dilakukan sehingga menimbulkan kelemahan dalam melakukan pengawasan, sehingga
keadaan ini menimbulkan pelanggaran peraturan daerah merupakan suatu hal yang
wajar bagi masyarakat.
d. Pengawasan dan penegakkan hukum terhadap peraturan daerah merupakan suatu
peraturan yang mengurangi hak rakyat dan dapat menimbulkkan keadaan saling
bermusuhan, oleh karena itu perlu adanya dasar hukum yang jelas dan prosedur yang
tetap agar pengawasan dan penegakkan hukum tersebut merupakan hukum tersebut
merupakan upaya terakhir dalam mewujudkan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN NASKAH AKADEMIK


Penyusunan peraturan perundang-undangan merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam konsep Negara Hukum dan Demokrasi. Selain ditujukan sebagai salah satu
instrumen pemerintah dalam pelaksanaan tata kepemerintahan, penyelesaian masalah
dalam kehidupan bernegara, sarana perlindungan bagi hak-hak asasi mayarakat, peraturan
perundang-undangan juga berfungsi sebagai pembatas kekuasaan pemerintah untuk
semaksimal mungkin memimalisir tindkan sewenang-wenang (ultra vires). Selain itu, suatu
peraturan perundang-undangan pada hakekatnya merupakan suatu instrumen atau sarana
komunikasitertulis antara pemerintah (penguasa) dengan di perintah (rakyat). Kristalisasi
dan penetapan hak, kewajiban maupun hubungan hukum antar masyarakat juga mnjadi
hakikat lain dari suatu peraturan perundang-undangan . Terkait dengan keberadaan Satuan
Polisi Pamong Praja, naskah akademis disusun sebagai dasar yang melegitimasi arah
kebijakan dan urgensi dari sebuah produk hukum daerah yang berfungsi sebagai dasar
legalitas pembatas kekuasaan pemerintah untuk meminimalisir tindakan sewenang-wenang.
Mengingat pentingnya peranan peraturn perundang-undangan dalam menciptakan
kepastian hukum bagi pemerintah daerah dan masyarakat, maka dalam penyusunannya
bukan merupakan hal yang dapat begitu saja dilakukan tanpa ada kajian ilmiah terlebih
dahulu. Kajian tersebut harus mencakup berbagai perspektif terkait antara lain; perumusan
masalah, kebutuhan masyarakat akan eraturan perundang-undangan, faktor-faktor penentu
yang berpengaruh seperti kapasitas dan kapabilitas pemerintah dalam menyusun maupun
menerapkan peraturan perundang-undangan, kapasitas dan kapabilitas masyarakat yang
akan terkena pengturanperundang-undangan dan faktor-faktor lainnya. Dari pemikiran
inilah dianggap perlu untuk menyusun suatu Naskah Akademik sebagai tahap pendahuluan
dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan. Dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan
Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peratuturan Presiden
(selanjutnya disebut Perpres 68 Tahun 2005), dalam Pasal 1 angka 7 disebutkan dalam pasl
5 ayat (1) Perpres 68 Tahun 2005. Selain itu, perumusn naskah akademik haruslah sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Negara RePUBLIK Indonesia Nomor 12
Tahun 2011 tntang Pembentukkan Peraturan Perundang-Undangan.
Dari uraian diatas maka Naskah Akademik disusun sebagai Tahapan Awal dalam
rangkaian proses penyusunan suatu peraturan perundang-undangan yang selain menjadi
landasan ilmiah bagi penyusunan naskah akaemik rancangan peraturan daerah tentang
penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat ini memberikan arah dan
menetapkan ruang lingkup proses perancangan peraturan Perunadang-undangan tapi juga
untuk pihak-pihak yang berkepentingan seperti misalnya menjadi dokumenresmi yang
menyatu dengan konsep Rancangan Perundang-unadangan yang akan dibahas bersama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat / Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Tujuan penyusunan naskah akademik rancangan peraturan daerah tentang Penyelenggaraan
Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat ini adalah :
a. Mengkaji dan meneliti secara akademik pokok-pokok materi yang ada dan harus ada
dalam rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan
Ketentraman Masyarakat;
b. Mengkaji keterkaitan pokok-pokok pikiran tersebut dengan peraturan yang diaturnya.
Sasaran yang hendak dicapai dalam penyusunan naskah akademik ini adalah
tersusunnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum
dan Ketentraman Masyarakat.

D. METODE PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK


Metode yang digunakan dalampenyusunan naskah akademik ini adalahmetode
sosiolegal. Dengan ini, maka kidah-kaidah hukum baik yang berbentuk peraturan perundang-
undangan, maupun kebiasaan dalam kegiatan Satpol PP dalam menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat untuk dicari dan digali, untuk keudian
dirumuskan menjadi rumusan pasal-pasal yang dituangkan ke dalam rancangan peraturan
perundang-undangan (Ranperda). Metode ini dilandasi oleh sebuah teori bahwa hukum
yang baik hukum yang berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam masyarakat, bukan
semata-mata merupakan kehendak penguasa saja.
Secara sistematis penyusunan naskah akademik dilakukan melalui tahapan –tahapan
yang runtut dan teratur.Tahapan yang dilakukan :
a. Inventarisasi bahan hukum;
b. Identifikasi bahan hukum;
c. Sistematisasi bahan hukum;
d. Analisis bahan hukum; dan
e. Perancangan dan penulisan

Rangkaian tahapan dimulai dengan inventarisasi dan identifikasi terhadap sumber


bahan hukum yang relevan (primer dan skunder), yaitu peraturan perundang-undangan
yang brkaitan dengan keabsahan pengaturan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya
merupakan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja. Langkah berikutnya melakukan
sistematisasi keseluruhan bahan hukum yang ada. Proses sitematisasi ini juga diberlakukan
terhadap asas-asas hukum, teori-teori, konsep-konsep, doktrin serta bahan rujukan lainnya.
Rangkaian tahapan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pengkajian dari
permasalahan penyelenggaraan ketertiban dan ketentraman masyarakat. Melalui rangkaian
tahapan ini diharapkan mampu memberi rekomendasi yang mendukung perlunya
reinterprestsi dan reorientasi pemahaman terhadap tugas dan wewenang Satuan Polisi
Pamong Praj dalam mewujudkan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

Secara garis besar proses penyusunan peraturan daerah ini meliputi tiga tahap yaitu:
1). Tahap konseptualisasi, 2). Tahap sosialisasi dan konsultasi publik, dan 3). Tahap proses
politik dan penetapan.

1. Tahap Konseptualisasi
Tahap ini merupakan tahap awal dari kegiatan technical assistance yang dilakukan
oleh tim penyusun. Pada tahap ini tim penyusun melakukan konseptualisasi naskah
akademik dan perumusan Rancangan Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum dan
Ketentraman Mayarakat di Kabupaten Manggarai Timur yang dilakukan dengan
konsultasi dengan tim ahli, forumgroup dikusi dengan SKPD terkait. Dari forum group
diskusitersebut diharapkan akan mendapatkan masukan mengenai hal-hal yang diatur
dalam naskah akademik dan rancangan peraturan daerah tersebut.
2. Tahap Sosialisasi dan Konsultasi Publik
Pada tahap ini, tim penyusun melakukan sosialisasi dan konsultasi publik mengenai
Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat dan dilakukan
dengan diskusi yang dihadiri oleh stake holder. Target output kegiatan sosialisasi ini
adalah tersosialisasikannya rencana pembentukkan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat dan memperoleh masukan dari peserta
guna perbaikkan dan pnyempurnaan rancangan peraturan daerah.
3. Tahap Proses Politik dan Penetapan
Proses politik dan penetapan merupakan pembahasan Ranperda tentang Ketertiban
Umum dan Ketentraman Masyarakat. Tahap penetapan adalah tahap ketika Raperda
sudah disetujui antara DPRD Kabupaten Manggarai Timur dengan Kepala Daerah/Bupati
Kabupaten Manggarai Timur.
BAB II

TELAAH AKADEMIK

A. Wewenang Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Ketretiban Umum dan Ketentraman


Masyarakat
Secara filosofis, negara sebagai pemegang mandat dari rakyat bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan pelayanan publik, sebagai usaha pemenuhan hak-hak dasar rakyat.
Dalam hal ini, posisi negara adalah sebagai pelayan masyarakat (publik service) dari
pengguna layanan. Sementara rakyat memiliki hak atas pelayanan publik dari negara karena
sudah memenuhi kewajiban sebagai warga negara,seperti membayar pajak atau pungutan
lainnya (langsung maupun tidak langsung) dan terlibat dalam partisipasi penyelenggaraan
pelayanan publik. Salah satu bentuk pelayanan publik yang sangat mendasar dan menjadi
tugas negara sekaligus sebagai upaya untuk mencapai tujuan negara adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Seiring dengan tugas negara sebagaimana tersebut di atas, pemerintah
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan diharapkan dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Manggarai Timur yaitu “Manggarai Timur Kota
Perdagangan dan Jasa Internasional, berkarakter Lokal yang Cerdas, Bersihdan Manusiawi
dan Berbasis Ekologi” visi ini ditransformasikan menjadi empat misi besar Kabupaten
Manggarai Timur, yaitu :
1. Misi membangun kehidupan kota yang lebih CERDAS melalui peningkatan sumber daya
manusia yang didukung oleh peningkatan kualitas intelektual, mental-spiritual,
ketrampilan, serta kesehatan warga secara terpadu dan brkelanjutan.
2. Misi menghadirkan suasana kota yang MANUSIAWI melalui peningkatan aksesibilitas,
kapasitas dan kualitas pelayanan publik, reformasi birokrasi serta pemanfaatan
sumberdaya kota untuk sebesar-besarnya kesejahteraan warga.
3. Misi mewujudka peri kehidupan warga yang BERMARTABAT melalui pembangunan
ekonomi berbasis komunitas yang mengutamakan perluasan akses ekonomi demi
mendukung peningkatan daya cipta serta kreatifitas segenap warga Kabupaten
Manggarai Timur dalam upaya penguatan struktur ekonomi lokal yang mampu bersaing
di kawasan regional dan internasional.
4. Misi menjadikan Kabupatn Manggarai Timur semakin layak huni melalui pembangunan
infrastuktur fisik dan sosial secara merata yang BERWAWASAN LINGKUNGAN.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pmerintah Daerah, merupakan salah satu
wujud reformasi otonomi daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sebagai upaya menciptakan
kondisi yang kondusif, agar pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh Negara dan pemerintah
daerah dapat mencapai kesejahteraan masyarakat.

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah
diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi
urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakn daerah untuk memberi
pelayananan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dalam mencapai kesejahteraan masyarakat, penyelenggaraan roda pemerintahan daerah


perlu didukung kondisi daerah yang tentram, tertib dan teratur sehingga penyelenggaraan roda
pemerintahan dapat berjalan dengan aman dan lancar.

Anda mungkin juga menyukai