RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
MANGGARAI TIMUR
TENTANG
PENYELENGGARAAN KETERTIBAN
UMUM DAN KETENTRAMAN
MASYARAKAT
UU penanganan konflik mengatur juga ruang lingkup penanganan konflik yaitu pencegahan
konflik, penghentian konflik dan pemulihan paska konflik. Pencegahan konflik dilakukan dengan
memelihara kondisi damai dalam masyarakat, mengembangkan system penyelesaian perselisihan
secara damai, meredam potensi konflik dan membangun system peringatan dini.
Penghentian konflik dilakukan melalui penghentian kekerasan fisik, penetapan status keadaan
konflik, tindakan darurat penyelamatan dan perlindungan korban, dan/ atau bantuan
pengguanaan dan pengerahan kekuatan TNI. Sedangkan pemulihan paska konflik dilaksanakan
melalui rekonsiliasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pada era reformasi terjadi secara mendasar perubahan format penyelenggaraan yang sebelumnya
sentralistik ke pemerintahan yang desentralistik. Pengelolaan pemerintah daerah dengan
mekasnisme desentraslisai memberikan kewenangan luas kepada pemerintah daerah untuk
merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijakan pembangunan termasuk pelayanan public,
yang sesuai dengan karakteristik daerah dan kebutuhan masyarakat local.
Di satu sisi suatu anugerah bahwa Indonesia menjadi bangsa majemuk,multi etnis multi kultural di
sisi lain kondisi masyaraka majemuk tersebut menyimpan potensi konflik yang setiap saat bias
meledak. Di tambah lagi dengan warisan disparitas pembangunan dan relasi kehidupan social
kemasyarakatan secara horizontal baik mikro maupu makro.
RPJMN 2010-2014 menetapkan salah satu prioritas pembangunan nasional yaitu Daerah
Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Paskakonflik. Karena itu UU 7 2012 merupakan upaya
pemerintah untuk melakukan penangan konflik secara komprehensif dan simultan secara
terkoordinasi yang meliputi aspek pencegahan, penghentian, dan pemulihan paskakonflik oleh
seluruh pemangku kepentiangan terkait.
Dalam konteks penanganan dan pencegahan konflik, upaya yang dilakukan pemerintah adalah
percepatan pembangauan daerah tertinggal, melakukan kebijakan integral melalui pembanguan
social ekonomi. Pemerintah mendorong penanganan konflik dan pencegahan dengan jalan
menciptakan perdamaian melalui pembangunan. Seperti kata Maurice Duverger dalam buku
Political Sociology dengan terciptanya kemakmuran akan mengurangi konflik. Pembanguan
merupakan jalan bagi terwujudnya kemakmuran. Mari kita wujudkan pembanguan melalaui
pembangunan.
Otonomi daearah membawa harapan yng besar ketika digulirkan, (AB Susanto dkk dalam
Reinvensi Pembangunan Ekonomi Daerah . Esensi (erlangga Grup ) sebab inti dari otonomi daerah
adalah pendelegasian tugas melindungi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kepada
pemerintah daerah. Melindungi berarti berupaya secara optimal untuk mencegah dan
menyelamatkan rakyat dari bencana yakni segala seuatu yang menimbulkan kesussahan,
kerugian dan penderitaan. Pemerintah daerah juga memeliki tanggung jawab yang lebih besar
untuk mengupayakan agar rakyat merasa aman, tenteram dan makmur.
Pembangunan ekonomi daerah menghadapi tantangan yang semakin berat ditandai dengan laju
globalisasi, semakin eratnya hubungan anatar wilayah pesatnya kemajuan teknologi inforami dan
komunikasi berkembangnya demokrasi dan partisipasi masyarakat serta makin tingginya tuntutan
masyarakat yang semakin kompleks struktur persoalan semakin cerdas semakin kritis.
Karean itu pada penyelenggara harus mengguanakan pola piker yang diperbaharui terus menerus
untk dapat melakukan terobosan, reinvnesi pemerintahan yang dicirikan oleh struktur dan budaya
birokrasi. Struktur dan hierarki serta aturan tidak boleh kaku melainkan responsive, birokrat harus
berani ambil keputusan berani mengambil resiko meningkatkan kerjsa sama yang efektif dalam
tubuh birokrasi meningkatkan kompetensi dan motivasi. Lembaga pemerintahan hrus semakin
cepat dalam merespons berbagai peluang dan tantangan akibat perubahan yang sangat cepat.
Semangat entrepreneurship harus dipompakan kepada aparat pemerintahan, sebuah semangat
enterprising the government.Enterprise adalah lembaga yang keberhasilannya ditentukan oleh
kemmpuanya dalam merespons lingkunganya. Enterprising the government adalah mengolah
sumber daya seperti layaknya sebuah enterprise agar dapat mengembangkan nilai sumber daya
secara optimal untuk kesejjahteraan rakyatnya. Data stastistik dan geospasial dapat diolah
menajdi informasi yang bermanfaat dan dikemas dalam visualisasi dan pemetaan yang
memudahkan para pemangku kebijakan menganalisis dan mengambil kebijakan yang tepat sesuai
kebutuhan dan kondisi daerah. PP Nomor 85 2007 Jaringan data Spasial nasional.
Para pengelola pemerintahan di daerah harus menjadi orang-orang yang sealau menczi
perubahan, merespoms perubahn tersebut serta memanfaatkanya secara maksilmal sebagai
peluang ( Peter Drucker) Kemampuan individual dari para pegawai haruslah terekplorasi dalam
banyak hal sehingga bias mengambil keputusn dan bertindak professional sesuai fungsi dan tugas
maupuan dalam kemampuan kooordiansi dan kerjsama antar aparat yang produktif dan sigap.
Pola yang organisasi yang seperti ini menurut Gifford Pinchot disebit intelligence organization. Di
mana karyawan dapat mengerahkan segala pikiran dan kemampuan mereka untuk menemukan
dan memanfaatkan peluang secara optimal, menciptakan produk dan memecahakan masalah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Mayarakat merupakan
kewajiban pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat merupakan manifestasi dari hak asasi
manusia dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana
dijamin dalam pasal 28j Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen). Dalam ayat (2) pasal a
quo ditegaskan kewajiban setiap orang untuk tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menjalankan hak dan kebebasannya.
Tujuan dari pembatasan ini untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
Dengan adanya desentralisasi, maka kewajiban penyelenggaraan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat tersebut juga menjadi dari pemerintah daerah dalam rangka
melindungi keamanan dan kenyamanan masyarakatnya. Kewenangan ini diselenggarakan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagai bagian dari perangkat daerah dalam
penegakkan perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketetraman masyarakat.
Pengaturan tentang penyelenggaran ketertiban umum di Kabupaten Manggarai Timur
sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Timur Nomor 6
Tahun 1955 tentang Ketertiban Umum, namun seiring dengan perkembangan dinamika dan
kebutuhan masyarakat, makapengaturan ini dirasa kurang dapat mewadai kegiatan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Kelemahan pengaturan
dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 1955 yang sudah tidak sesuai
dengan dinamika masyarakat menyebabkan banyaknya kekosongan hukum yang menjadi
landasan tindakkan dari satpol PP, yang mana hal ini menyebabkan banyak tindakkan Satpol
PP yang tidak berlandaskan pada dasar hukum.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dengan adanya perkembangan kebijakkan dan peraturan perundang-undangan dalam
upaya mencapai ketertiban dan ketentraman masyarakat, khususnya di daerah, maka
penataan kelembagaan dan kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat
daerah yang berwenang dalam melakukan penegakkan hukum terhadap kebijakkan daerah
perlu ditinjau kembali. Hal ini didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh Satuan
Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas dan kewnangannya untuk menciptakan
kondisi yang kondusif dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Dari hasil kajian terhadap
jajak kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dan jajak pendapat masyarakat terdapat beberapa
permasalahan konkrit yaitu :
a. Dasar hukum pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Timur melakukan kewenangan
atas tindakkan pemerintah yang bertujuan mewujudkan ketertiban umum adalah
Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Timur Nomor 6 Tahun 1955 yang ketentuannya
mengacu pada “Algemene Soerabajasche Politie-verordening yang ditetapkan tanggal 8
maret 1911 dan diubah terakhir dengan Peraturan daerah tanggal 22 juni 1949.
Ketentuan dalam peraturan daerah ini secara substansi dan kelembagaan sudah tidak
sesuai dengan sistem penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagaimana yang tertuang
dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(amandemen) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Dengan adanya perubahan tersebut, maka Peraturan Daerah tersebut
merupakan dasar hukum wewenang Satuan Polisi Pamong Praja sebagai lembaga
pelaksana atas terwujudnyaketertiban umum dan ketentraman masyarakat di
Kabupaten Manggarai Timur.
b. Satuan Polisi Pamong Praja berwenang melakukan penegakkan hukum atas pelaksanaan
Peraturan Daerah sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat. Dengan adanya perubahan sistem penyelenggaraan
pemerintah daerah yang menyerahkan sebagian urusan pemerintahan menjadi urusan
wajib dan urusan pilihan kepala Pemerintah Kabupaten sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten banyak ditetapkan
sejumlah Peraturan Daerah yang mengatur urusan tersebut. Hal ini membawa dampak
bagi Satuan Polisi Pamong Praja untuk memiliki kemampuan dan kekuatan dalam
melakukan pengawasan dan penegakkn hukum terhadap peraturan daerah.
c. Keabsahan tindak pemerintah dalam melakukan tugas adalah wewenangan, substansi
dan prosedur. Berdasarkan sejumlah Peraturan daerah di Kabupaten Manggarai Timur
dan hampir diseluruh Kabupaten/Kota di Indonesia pengaturan prosedur pengawasan
dan penegakkan hukum dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja sebagai SKPD yang
diberi tugas dan wewenang menegakkan peraturan daerah dan/atau bekerjasama
(koordinasi) dengan instansi (SKPD) teknis. Koordinasi dan kerjasama ini seringkali sulit
dilakukan sehingga menimbulkan kelemahan dalam melakukan pengawasan, sehingga
keadaan ini menimbulkan pelanggaran peraturan daerah merupakan suatu hal yang
wajar bagi masyarakat.
d. Pengawasan dan penegakkan hukum terhadap peraturan daerah merupakan suatu
peraturan yang mengurangi hak rakyat dan dapat menimbulkkan keadaan saling
bermusuhan, oleh karena itu perlu adanya dasar hukum yang jelas dan prosedur yang
tetap agar pengawasan dan penegakkan hukum tersebut merupakan hukum tersebut
merupakan upaya terakhir dalam mewujudkan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur.
Secara garis besar proses penyusunan peraturan daerah ini meliputi tiga tahap yaitu:
1). Tahap konseptualisasi, 2). Tahap sosialisasi dan konsultasi publik, dan 3). Tahap proses
politik dan penetapan.
1. Tahap Konseptualisasi
Tahap ini merupakan tahap awal dari kegiatan technical assistance yang dilakukan
oleh tim penyusun. Pada tahap ini tim penyusun melakukan konseptualisasi naskah
akademik dan perumusan Rancangan Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum dan
Ketentraman Mayarakat di Kabupaten Manggarai Timur yang dilakukan dengan
konsultasi dengan tim ahli, forumgroup dikusi dengan SKPD terkait. Dari forum group
diskusitersebut diharapkan akan mendapatkan masukan mengenai hal-hal yang diatur
dalam naskah akademik dan rancangan peraturan daerah tersebut.
2. Tahap Sosialisasi dan Konsultasi Publik
Pada tahap ini, tim penyusun melakukan sosialisasi dan konsultasi publik mengenai
Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat dan dilakukan
dengan diskusi yang dihadiri oleh stake holder. Target output kegiatan sosialisasi ini
adalah tersosialisasikannya rencana pembentukkan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat dan memperoleh masukan dari peserta
guna perbaikkan dan pnyempurnaan rancangan peraturan daerah.
3. Tahap Proses Politik dan Penetapan
Proses politik dan penetapan merupakan pembahasan Ranperda tentang Ketertiban
Umum dan Ketentraman Masyarakat. Tahap penetapan adalah tahap ketika Raperda
sudah disetujui antara DPRD Kabupaten Manggarai Timur dengan Kepala Daerah/Bupati
Kabupaten Manggarai Timur.
BAB II
TELAAH AKADEMIK
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pmerintah Daerah, merupakan salah satu
wujud reformasi otonomi daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sebagai upaya menciptakan
kondisi yang kondusif, agar pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh Negara dan pemerintah
daerah dapat mencapai kesejahteraan masyarakat.
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah
diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi
urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakn daerah untuk memberi
pelayananan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan rakyat.