PENDAHULUAN
1.1.
ini bisa dimaknai sebagai strategi atau solusi atas maraknya isu disintegrasi daerah.
Ada banyak sebab lahirnya tuntutan itu. Salah satunya karena cara-cara
penyelesaian problem kebangsaan oleh pemerintah
militeristik adalah ciri fasisme1. Selain itu, otonomi daerah ini adalah bentuk
kompromi dari pertikaian panjang antara dua konsep bentuk negara dengan akar
historis dan filosofis sangat berbeda. Kedua konsep itu adalah bentuk negara federal
dan bentuk Negara kesatuan yang masing-masing diadopsi dan dipertahankan oleh
Muhammad Hatta dan Soekarno.
Reformasi telah membawa suasana baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Prestasi reformasi (Chrisnandi, 2008) 2 ditandai dengan rezim lama
diturunkan dan digantikan rezim baru. Politik otoritarianisme digantikan politik
demokrasi. Sentralisme dikubur dengan desentralisasi. Konstitusi lama (UUD 1945)
diamandemen sebanyak empat kali. Multipartai menyediakan ruang bagi setiap
1 Menurut Mansour Faqih, pemerintah dan bangsa ini dalam menyelesaikan konflik atas
sumber-sumber alam menggunakan cara-cara yang mengkombinasi teror dan represi,
penjinakan ideologi serta hegemoni. Lebih lengkap lihat di, Kata Pengantar Mansour Faqih
dalam Hugh Purcell, Fasisme, Resist Book, Yogyakarta, 2004 hal. xiii dan xiv. Alih bahasa
Faisol Feza dkk.
2 Chrisnandi menulis, terlepas dari prestasi itu, keprihatinan tengah merundung perjalanan
reformasi. Bayangkan, sewindu reformasi belum juga tampak Indonesia menepi dari
keterpurukan. Lebih lengkap lihat, Yuddy Chrisnandi, Beyond Parlemen: Dari Politik Kmapus
Hingga Suksesi Kepemimpinan Nasional, Penerbit Indo Hill Co, Jakarta, 2008, Cetakan 2,
hal 31 dan 32.
1
orang untuk berkumpul dan mendirikan partai politik. Dibentuk lembaga baru seperti
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat
daerah.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia 3. Melalui asas desentralisasi, otonomi
daerah hadir untuk memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola sendiri
urusan pemerintahan dalam upaya meningkatkan kemandirian daerah.
Desentralisasi merupakan sebuah proses di mana pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Pemerintah daerah memiliki
kewenangan untuk menjalankan segala urusan pemerintahan kecuali urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan urusan Politik Luar Negeri, Pertahanan,
Keamanan, Yustisi, Moneter dan Fiskal Nasional, dan Agama 4. Karena itu adalah
urusan pemerintahan yang hanya menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Urusan
wajib
yang
menjadi
kewenangan
pemerintah
kabupaten/kota
5 Lebih lengkap lihat UU No 12 Tahun 2008 Pasal 14. Lihat juga PP No 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
6 Landasan hukumnya adalah UUD 1945 Pasal 18, UU No 1 Tahun 1945, UU No 22 Tahun 1948,
UUDS 1950 Pasal 131-133, UU No 44 Tahun 1950, UU No 1 Tahun 1957, UU No 6 Tahun 1959, UU
No 5 Tahun 1960, UU No 18 Tahun 1965, Ketetapan No XXI/MPRS/1966, Ketetapan No V/MPR/1973,
UU No 5 Tahun 1974, dan UU No 22 Tahun 1999, UU No 32 Tahun 2004, dan UU RI No 12 Tahun
2008.
Menurut Keban (Fakrulloh dkk, 2004) 7, ada beberapa hal yang dapat mengganggu
kinerja pencapaian tujuan otonomi daerah yaitu (1) adanya kesalahan strategis
dalam perwujudan otonomi daerah, (2) perbedaan persepsi dan pemahaman tentang
konsep otonomi daerah, (3) perbedaan paradigma otonomi daerah yang dianut oleh
para elit politik, (4) paradigma birokrasi masih kuat.
Sebagai salah satu daerah otonom pasca pemekaran dari Kabupaten Poso 8
tahun 2000, kabupaten Morowali tidak jauh dari realitas empirik tersebut.
Pembangunan infrastruktur jalan dan fasilitas pelayanan umum lainnya belum begitu
memadai. Berdasarkan data Dinas Kimpraswil Kabupaten Morowali dalam Angka
2001, menunjukkan bahwa ada 55% jalan negara, provinsi, dan kabupaten yang
mengalami kerusakan. Hanya 18% jalan dalam kondisi baik. Atas dasar itu, pada
Tahun Anggaran 2003 Kabupaten Morowali mendapatkan DAK non reboisasi
sebesar Rp 1,6 M untuk perbaikan jalan.
Selain itu, salah satu problema yang dihadapi oleh sebagian daerah
kabupaten/kota khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah dewasa ini adalah berkisar
pada upaya peningkatan PAD. Problema ini muncul karena adanya kecenderungan
berpikir dari sebagian kalangan birokrat di daerah yang menganggap bahwa
parameter utama yang menentukan kemandirian suatu daerah dalam berotonomi
adalah terletak pada besarnya PAD 9. Kecenderungan berpikir ini tidak lahir begitu
saja tanpa landasan rasional dan empiris mengingat masih banyak daerah otonom
7 Fakrulloh, Z.A., Eko, S., dan Saragi, T. P. Kebijakan Desentralisasi di Persimpangan Jalan,
Jakarta: CV. Cipruy. 2004, hal 22-25.
8 Pembentukan Kabupaten Morowali berdasarkan pada UU No 51 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
4
Morowali yang memiliki banyak kekayaan sumber daya alam. Pengelolaan kekayaan
alam itu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wajib pajak dan retribusi
daerah.
Kabupaten dengan visi Morowali Menuju Kabupaten Agribisnis 2012" ini
menyimpan kekayaan alam di sektor perkebunan, pertanian, peternakan, kelautan,
pertambangan, dan pariwisata yang melimpah yang bisa dikelola untuk menambah
sumber-sumber PAD dalam rangka meningkatkan kemampuan daerah dalam
membiayai secara mandiri urusan rumah tangga daerah. Sektor-sektor potensial ini
jika dikelola secara maksimal akan membantu mempercepat pertumbuhan
perekonomian masyarakat yang pada gilirannya akan menambah jumlah objek PAD.
Misalnya, di sektor pertambangan dan perkebunan yang cukup mendominasi di
Kabupaten Morowali, para pengusaha pertambangan dan perkebunan untuk
melaksanakan usahanya pasti mengurus Surat Izin Usaha dan dokumen-dokumen
lain yang dikenakan pajak maupun retribusi. Sebagai gambaran, pada tahun 2010
sektor pertambangan nikel memberikan kontribusi ke PAD sebesar Rp 4 M 12.
Sektor pertanian adalah tumpuan 76 persen penduduk. Pada tahun 2001 nilai
kegiatan ekonomi pertanian Rp 527 miliar, sekitar 37 persen berasal dari
11 Pendapatan Asli Daerah (PAD) digolongkan menjadi 4 bagian yaitu Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan
yang Sah. Lihat, UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. Baca juga
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (perubahan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006)
Pasal 26.
12 Lihat Harian ANTARA News, Koran Lokal Palu, Pertambangan Nikel Sumbang PAD
Morowali Rp5 Miliar , Jumat, 21 Januari 2011.
6
manajemen keuangan daerah hasil penerimaan dari sumber-sumber PAD. Dalam hal
ini, dituntut efektifitas dan efisiensi pelaksanaan peran DPPKAD dalam manajemen
keuangan daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kecerdasan
pengelolaan penerimaan keuangan dibutuhkan untuk memastikan semua pos
anggaran pembelanjaan daerah dalam setiap tahun anggaran mendapat bagian
secara proporsional. Selain itu, juga untuk menekan defisit APBD dalam setiap tahun
anggaran.
Persoalannya kemudian, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Morowali dalam tiga tahun anggaran terakhir mengalami defisit. Tahun
2006 defisit APBD Morowali mencapai lebih Rp 75 miliar, tahun 2007 lebih Rp 63
miliar dan tahun anggaran 2008 mencapai lebih 63 miliar 16.
Di sisi lain, realisasi penerimaan PAD Kabupaten Morowali selama tiga Tahun
berturut-turut yakni pada tahun anggaran 2007 sebesar Rp 8,80 M, 2008 sebesar Rp
14,53 M, 2009 sebesar Rp 13,82 M17. Angka ini menunjukkan peningkatan PAD.
Pertanyaannya, apakah rasio perbandingan antara kekayaan alam dengan PAD
Kabupaten Morowali dalam tiga tahun terakhir itu, seimbang?
Artinya, dengan
melihat potensi kekayaan SDA, bukankah pemerintah daerah dalam hal ini DPPKAD
dapat membuat target pencapaian PAD yang lebih besar?
Selain itu, Penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Morowali pada
tahun anggaran 2007 sebesar Rp 434,48 M, pada tahun 2008 sebesar Rp 373,308 M
dan
pada
tahun
2009
sebesar
Rp
368,918
M18.
Dibandingkan
dengan
Atas dasar ini, penulis melakukan penelitian tentang bagaimana peran salah
satu SKPD yang banyak bergelut dalam pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dengan judul Peran DPPKAD
dalam Manajemen Keuangan Daerah (Studi Tentang Pengelolaan Pendapatan
Asli Daerah) Kabupaten Morowali Tahun 2008-2011.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian ini, rumusan masalahnya sebagai berikut:
mempengaruhi
Peran
DPPKAD
dalam
Peran DPPKAD
Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan studi ilmiah untuk mengetahui Peran DPPKAD dalam
Manajemen Keuangan Daerah dan secara spesifik pengelolaan PAD
Kabupaten Morowali dalam kurun waktu 2008-2011.
b. Sebagai bahan studi perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang
berkaitan dengan Peran DPPKAD dalam Manajemen Keuangan Daerah
dan secara spesifik pengelolaan PAD Kabupaten Morowali dalam kurun
waktu 2008-2011 beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
10
1.5.
Metode Penelitian
1.5.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dipusatkan di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah.
1.5.2. Dasar dan Jenis Penelitian
a. Dasar penelitian deskriptif. Peneliti akan melihat langsung realitasrealitas di lapangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Realitasrealitas itu akan dipilah berdasarkan kebutuhan penelitian lalu
dikumpulkan untuk kemudian dianalisis.
11
b. Jenis
penelitian
deskriptif
kualitatif
yakni
suatu
metode
yang
Wawancara
dan
terbuka
dengan
bertatap
muka
langsung
dengan
12
Observasi
Studi kepustakaan
(data
sekunder) dari berbagai literatur baik berupa buku, makalah, majalah, hasil
penelitian yang relevan, koran dan dokumen-dokumen tertulis lain sebagai
referensi yang berkaitan dengan objek penelitian.
13
keterbatasan waktu, dana dan tenaga, penulis memilih tiga UPTD kecamatan
sebagai informan dengan pertimbangan berdasarkan capaian realisasi
penerimaan PAD dari sektor yang memiliki kontribusi besar dalam PAD pada
tahun anggaran 2011 dan pertimbangan jarak tempuh antara Ibu Kota
Kabupaten dengan Ibu Kota Kecamatan.
Selain karena masalah waktu, tenaga dan biaya, kesulitan-kesulitan
yang penulis temui selama proses pengumpulan data menjadi salah satu
pertimbangan penulis dalam memilih informan/responden. Kesulitan-kesulitan
yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam pengumpulan data yang
dimaksud di antaranya adalah keterbatasan informan/responden dalam
memberikan data yang dibutuhkan karena adanya ketakutan pembahasan
akan membias karena persoalan keuangan masih dianggap sebagai
persoalan yang sensitif meski penulis sudah memberikan pemahaman bahwa
penelitian ini hanya untuk tujuan kajian akademik, tidak ada hubungannya
dengan
persoalan
audit
sebagaimana
yang
dilakukan
BPK
(Badan
Pemberantasan Korupsi).
Penulis memulai penelitian pada bulan Desember 2011. Bertepatan
dengan waktu evaluasi pengelolaan APBD tahun anggaran 2011 dan
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
Kabupaten Morowali tahun 2012. Dalam perumusan, pembahasan dan
penetapan yang dilakukan dalam Rapat Paripurna di DPRD melibatkan
seluruh SKPD pengelola/pengguna keuangan daerah, tidak terkecuali
DPPKAD sebagai koordinator pengelola PAD. Hal ini menjadi salah satu
16
analisis
data
dilakukan
dengan
mengorganisasikan
data,
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini berisi deskripsi singkat tentang landasan teori yang digunakan
sesuai dengan fokus penelitian, kerangka konsep dan skema kerangka konsep
sesuai dengan desain penelitian, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang
berhubungan erat dengan objek penelitian.
Posisi teori dalam desain deskriptif kualitatif sangat penting mengingat teori
dalam desain ini adalah acuan dalam menganalisis hasil-hasil penelitian. Teorisasi
penelitian ini adalah deduktif. Konsekuensinya, peneliti dituntun oleh teori saat
mengumpulkan data dan ketika melakukan analisis. Pengaruh teori dalam
pembahasan hasil penelitian sangat membantu peneliti dalam melakukan analisis.
Namun tidak berarti data-data hasil penelitian tidak objektif karena telah dicemari
oleh teori.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Bungin (2007:31) bahwa:
ketika sebuah masalah penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoban
membahas masalah penelitian tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya.
Model deduktif dalam format deskriptif kualitatif akan sangat membantu
peneliti tidak saja saat menemukan masalah, tetapi juga untuk membangun
hipotesis, menyusun kerangka metodologis, menganalisis data maupun
pembahasan hasil penelitian, bahwa teori ini akan dibahas untuk dikritik atau
disempurnakan24
24 Burhan Bungin, 2007, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Putra Group, Edisi Pertama, Cetakan Kedua.
Hlm 31
19
Oleh karena itu, penulis menggunakan dua teori utama untuk mengungkap
gejala atas fenomena objek penelitian, yaitu teori peran (role theory) dan teori
manajemen.
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Toeri Peran
Peran berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan
yang terutama25. Levinson (Soekamto, 1982)26, menulis bahwa peranan adalah
suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi
struktur
sosial
masyarakat,
peranan
meliputi
norma-norma
yang
Levinson
mengemukakan
bahwa
peranan
dapat
3. sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat 27.
Menurut Robert M. Z. Lawang, peran diartikan sebagai suatu pola
perilaku yang diharapkan dari sesorang yang memiliki status atau posisi
tertentu dalam organisasi28.
Dalam perspektif
(role) adalah sebuah bangunan teori tersendiri yang disebut dengan Role
Theory29. Ditinjau dari perspektif sosiologi, Barbara (Gana, 2009) 30, peran
adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
29 Dalam teori ini dijelaskan bahwa sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada
skenario yang disusun oleh masyarakat. Skenario itu mengatur apa dan bagaimana peran
setiap orang dalam lingkungannya. Seseorang yang patuh akan hidup harmoni, tetapi jika
seserang menyalahi skenario, maka hidupnya tidak akan harmoni, ia akan dihujat. Jadi
jangan heran jika terjadi demonstrasi karena pemimpin menyalahi skenario. Selengkapnya
baca di Janah, Lailia Fatkul. 2009. Sumber : http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teoriperan.html. Dan baca juga di Syakira, Gana. 2009. Teori Peran, tersedia di http://syakirablog.blogspot.com/2009/01/konsep-diri-peran.html diunduh tanggal 17 September 2011.
Sumber-sumber itu di antaranya mengambil pemikiran Robert Linton dan Glen Elder.
30 Syakira, Gana. 2009. Teori Peran (Online). Sumber: http://syakirablog.blogspot.com/2009/01/konsep-diri-peran.html diunduh tanggal 17 September 2011.
21
Peran pemerintah daerah terbagi atas peran yang lemah dan peran
yang kuat. Menurut Leach, Stewart dan Walsh
masyarakat. Ketika salah satu sistem peran tidak berjalan maka sistem
peran yang lain akan dipengaruhi oleh sistem peran yang tidak berjalan
tersebut. Maka tak jarang menimbulkan persoalan sosial dalam
masyarakat32.
dalam
pengelolaan
PAD.
Manajemen
sangat
penting
untuk
Berikut
ini
beberapa
definisi/pengertian
manajemen
yang
32 Selengkapnya lihat Taufik Manji dalam Analisis Peran Pemerintah Kota terhadap
Perkelahian antar Kelompok di Kota Makassar , 2010, Politik Pemerintahan FISIP Universitas
Hasanuddin Makassar, hlm 27-28 tentang Definisi Peran.
23
33 Ishak Arif dalam Pokok-Pokok Organisasi Dan Manajemen, Yayasan Pembinaan Umat
NURUL FALAH, Palu, 1989, hlm. 16
34 Sarwoto, dalam Dasar-Dasar Organisasi Dan Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1998, hlm. 45
35 Selengkapnya lihat di SP. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku organisasi,
Gunung agung, Jakarta, 1994, hlm. 8
36 Lihat juga M. Manulang dalam Dasar-Dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1997, hlm. 54
24
beberapa
bahwa
pada
pengertian/definisi
dasarnya
para
ahli
di
atas,
dalam
penulis
memberikan
definisi/pengertian tidak terlepas dari beberapa hal yang sangat penting dalam
manajemen yaitu:
1. adanya wadah dan alat pencapaian tujuan
2. adanya proses/fungsi tertentu termasuk kerjasama dalam mencapai tujuan
3. adanya tujuan bersama yang ingin dicapai.
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Penyusunan pegawai (staffing)
4. Pemberian bimbingan (directing)
5. Pengkoordinasian (coordinating)
6. Pelaporan (reporting)
7. Penganggaran (budgeting)38
Kemudian Harol Kont dalam Sarwoto merumuskan fungsi manajemen
dalam POSC yaitu :
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Penyusunan Pegawai (staffing)
4. Pengawasan (controlling)39
Selanjutnya George R. Terry dalam Sutopo memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang fungsi manajemen yang dikenal dengan POAC
yaitu:
1. Perencanaan (planning)
38 Selengkapnya di Sutopo,Administrasi Manajemen Dan Organisasi, Lembaga
Administrasi Negara RI, Jakarta 2001, hlm. 24
39 Sarwoto, op.cit, hlm. 24
26
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Penggerakan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)40
Dari beberapa rumusan tersebut oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnnya rumusan tersebut hanya berkisar pada empat fungsi
sebagaimana yang dirumuskan oleh George R. Terry. Berikut ini penjelasan ke
empat fungsi tersebut.
2.1.2.1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital yang bukan hanya tugas
seorang pemimpin tetapi juga harus melibatkan setiap orang dalam sebuah
organisasi guna menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara
mencapainya.
Sondang P. Siagian, menjelaskan bahwa: perencanaan (planning)
adalah keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.41
Selanjutnya, M. Manulang mendefinisikan bahwa: perencanaan adalah
apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kuantitatif) dan bila hak itu
harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai,
siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa harus dicapai. 42
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan
suatu proses perumusan tentang apa yang akan dilakukan dan dan
bagaimana pelaksanaannya.
2.1.2.2.
Pengorganisasian (Organizing)
perencanaan
dilakukan,
maka
fungsi
selanjutnya
adalah
Penggerakan (Actuating)
atau
pelaksanaan
dilakukan
setelah
fungsi
2.1.2.4.
Pengawasan (Controlling)
Rekso
Hadiprojo
mengemukakan
bahwa
perencanaan
pada
2.2.
Kerangka Konsep
2.2.1. Konsep Peran
Atas dasar uraian di atas, peran DPPKAD Kabupaten Morowali di sini
ialah segala tindakan DPPKAD baik dalam bentuk kebijakan strategis,
kebijakan teknis ataupun peran dalam bentuk kerja sama dengan institusi
lain/SKPD pengelola PAD, yang terkait dengan pengelolaan PAD.
2.2.2. Konsep Keuangan Daerah
Keuangan daerah dapat diartikan sebagai: semua hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa
uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum
dimiliki/dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak
45 Dikutip dari Rekso Hadiprojo dalam Dasar-Dasar Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1993,
hlm. 53
46 Susilo Martoyo dalam Pengetahuan Dasar Manajemen Dan Kepemimpinan, BPFE,
Yogyakarta, 1988, hlm. 123
30
lain
sesuai
ketentuan/peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
(Mamaseh, 1995)47.
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daeah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut 48.
Semua hak yang dimaksud di sini adalah hak untuk memungut sumbersumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan/atau hak untuk menerima sumbersumber penerimaan lain seperti Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus sesuai peraturan tang ditetapkan. Sedangkan semua kewajiban yang
dimaksud adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk membayar
tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan fungsi
pemerintahan, infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi.
Keuangan daerah memiliki ruang lingkup yang terdiri atas keuangan
daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Keuangan daerah yang dikelola langsung terdiri atas Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah.
47 Lihat, Halim dalam Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit
Salemba Empat, 2004, hlm 18-20
48 Lihat poin 6 Pasal 1 Peraturan Daerah Kabupaten Morowali Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Morowali.
31
tujuan
yang
dikehendaki
daerah
tersebut
49.
Alat
untuk
berdasarkan
prinsip-prinsip,
standar-standar
tertentu
serta
49 Lihat, Halim dalam Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit
Salemba Empat, 2004, hlm 20.
32
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan.
Ketentuan
tersebut
bertanggungjawab
atas
pengelolaan
keuangan
34
atas
anggaran
pendapatan,
anggaran
belanja,
dan
anggaran
daerah
daerah.
perlu
Untuk
diwujudkan
mewujudkan
dalam
otonomi
rangka
daerah
mewujudkan
dibutuhkan
54 Lebih lengkapnya buka Pasal 5 Ayat (1), (2) dan (3) dan Pasal 6 Ayat (1) dan (2) UU No
33 Tahun 2004 tentang Perimbangn Keuangan Antara Pemerinntah Pusat dengan
Pemerintah Daerah.
36
daerah. Lebih jauh, Yani (2002:106)55 menyatakan bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan PAD diantaranya:
1. Memberikan peluang kepada masyarakat untuk memberikan usaha yang
dapat meningkatkan pendapatan daerah.
2. Adanya dukungan dan dorongan dari pihak pemerintah untuk mencari dan
menggali sumber-sumber PAD yang ada di daerah.
3. Membuka peluang yang seluas-luasnya untuk melakukan berbbagai
hubungan kemitraan dengan semua pihak baik swasta, investor dan
kalangan pengusaha dalam memperoleh pendapatan.
Senada dengan hal itu, Soedjamanto (1999;72) mengemukakan:
PAD merupakan potensi yang sangat kuat didalam meningkatkan taraf
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang diperoleh dari berbagai
pencarian
dan
pengalian
sumber-sumber
dana
daerah
yang
55 Dikutip dari Tesis Charles N Toha, 2010, Universitas Tadulako Palu, Analisis Implementasi
Kebijakan Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Morowali.
37
resikonya.
Pada dasarnya, setiap pemerintah daerah selalu berupaya seoptimal
mungkin untuk memperbaharui manajemen pengelolaan PAD mengingat PAD
adalah cerminan pendapatan masyarakat suatu daerah. Selain itu, pemerintah
daerah akan dianggap gagal jika hanya mengandalkan bantuan keuangan dari
pemerintah pusat. Untuk itu perlu adanya rumusan strategi bagi pemerintah
daerah dalam pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah. Pemerintah
daerah harus lebih cerdas mengidentifikasi titik-titik yang berpotensi
meningkatkan
mempengaruhi
PAD.
Meningkatnya
pertumbuhan
pendapatan
ekonomi
dan
masyarakat
kesejahteraan
jelas
sekaligus
Pajak Daerah
dipungut oleh pemerintah provinsi dan pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah Kabupaten atau kota.
Pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah Provinsi adalah pajak yang
kewenangan pungutannya terdapat pada pemerintah daerah provinsi. Pajak
provinsi terbagi atas beberapa jenis yaitu, pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
Atas Air, pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah Kabupaten/kota adalah
pajak yang kewenangan pemungutan ada pada pemerintah daerah kabupaten
atau kota. Berdasarkan UU Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah, jenis
pajak kabupaten atau kota ditetapkan sebanyak tujuh, yaitu pajak Hotel, pajak
Restoran, pajak Hiburan, pajak Reklame, pajak Penerangan Jalan, pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan pajak Parkir 56. Namun dalam
penelitian dibatasi hanya pada pajak daerah Kabupaten.
Selain itu, kehadiran Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah membuka peluang sebesar-besarnya
kepada daerah untuk meningkatkan PAD. Ada pajak-pajak baru yang
kewenangan pemungutannya diserahkan kepada daerah kabupaten sebagai
sumber penerimaaan PAD
sebelumnya menjadi kewenangan pemerintah pusat itu terdiri dari pajak bumi
dan bangunan (PBB) perdesaan dan perkotaan, dan bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan (BPHTB).
2.2.4.2.
Retribusi Daerah
Selain
pajak
daerah,
penerimaan
pemerintah
daerah
yang
berbeda satu sama lain, untuk itu pemerintah daerah harus dapat melihat
peluang apa saja yang dapat dilakukan dalam menggali penerimaan dari
retribusi untuk menunjang penerimaan.
Menurut Siahaan (2005:5), retribusi adalah pembayaran wajib dari
penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh
negara bagi penduduknya secara perorangan. Namun tidak semua jasa yang
diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya. Tetapi, hanya
jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial-ekonomi layak
dijadikan sebagai objek retribusi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, pungutan daerah dalam bentuk retribusi
digolongkan menjadi tiga, yaitu golongan retribusi jasa umum, retribusi jasa
usaha dan retribusi perizinan tertentu.
Retribusi jasa umum terdiri dari 14 jenis retribusi, retribusi jasa usaha 11
jenis dan retribusi perizinan tertentu ada 4 jenis yaitu izin mendirikan bangunan
40
(IMB), izin tempat penjualan minuman beralkohol, izin gangguan (HO), izin
trayek dan izin usaha perikanan.
Jelas bahwa jenis pajak daerah dibatasi. Sedangkan untuk retribusi
daerah masih dimungkinkan jenis lain apabila ditetapkan dalam peraturan
pemerintah (PP). Khususnya retribusi perizinan tertentu, berdasarkan pasal
150 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, jenis retribusi selain yang
ditetapkan itu masih memungkinkan untuk menetapkan jenis retribusi lain
sepanjang memenuhi kriteria.
Kriteria yang dimaksud yaitu perizinan tersebut termasuk kewenangan
pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi, perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi
kepentingan
umum,
dan
biaya
yang
menjadi
beban
daerah
dalam
41
daerah/BUMD
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta
2.2.4.4.
P
EE
N
D
L R
A
E
AA
A
RR
A
E
N
A
T
((
11
EE
A
G
))
Gambar 2.1.
Bagan Indikator Pengelolaan PAD
2.3.
43
44
karena itu, penulis menyarankan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan retribusi pasar guna meningkatkan penerimaan PAD yaitu:
a. peningkatan perencanaan, koordinasi, pengawasan;
b. peningkatan kualitas (pengetahuan dan keterampilan) pengelola retribusi
pasar untuk membangun kreativitas pengelola pasar yang professional di
masa yang akan datang;
c. pengelolaan
retribusi
pasar
diserahkan
ke
aparatur
pemerintah
Kecamatan;
d. kelengkapan fasilitas pasar seperti air dan penerangan yang memadai;
e. mengoptimalkan potensi-potensi pasar seperti lahan, petak dan pelataran;
f. memperbaiki penataan pasar sehingga nyaman dan indah.
Ketiga, laporan Penelitian PT Esa Pratama Cipta Celebes Konsultan,
Optimalisasi Pengelolaan Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Morowali oleh Konsultan Manajemen Perencanaan. Hasil penelitian itu menunjukkan
bahwa optimalisasi pengelolaan
retribusi pasar sangat perlu dilakukan mengingat nilai pemasukan dari sektor retribusi
pasar bagi PAD cukup besar. Dari hasil survey lapangan diperoleh data bahwa
sebagian besar pasar tradisonal yang bersifat swabangun maupun pasar inpres
(pasar permanen) yang dibangun oleh pemerintah belum cukup memadai. Hal ini
sangat mempengaruhi pengelolaan pungutan retribusi. Akibatnya, di beberapa pasar,
pungutan retribusi pasar tidak dilakukan secara rutin, bahkan ada beberapa
pedagang yang tidak dikenakan biaya retribusi tempat berjualan. Selain itu, di
beberapa pasar tradisonal tidak dikenakan pungutan apa pun.
45
Morowali oleh Charles N Toha dari Universitas Tadulako Palu tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengungkapkan bahwa hampir sebagian
besar aparat pemungut retribusi pasar belum maksimal
melaksanakan tugasnya
dengan baik. Hal ini disebabkan antara lain masih minimnya pengetahuan petugas
dan tingkat pendidikan rata-rata masih SLTA bahkan ada yang SLTP, kurangnya
dukungan dana operasional serta tidak adanya pemberian insentif. Kondisi ini
mengakibatkan semakin lemahnya mental aparat pelaksana karena apa yang harus
dikerjakan tidak akan sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Ini berarti
bahwa pelaksanaan kebijakan retribusi pasar dalam meningkatkan pendapatan asli
daerah belum baik.
Sehubungan dengan hal itu, Charles menyarankan kepada
pemerintah
bahwa dalam rangka peningkatan PAD perlu adanya pemberian insentif serta
dukungan dana operasional, sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat
meningkatkan kinerja. Selain itu, menurutnya, dalam proses pemungutan retribusi
daerah, utamanya retribusi pasar yang harus dilakukan oleh aparat Dinas PPKAD
Kabupaten Morowali, adalah:
a. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi daerah;
b. melakukan intensifikasi data melalui pemutakhiran data;
c. frekuensi jam kerja pemungutan ditingkatkan/ditambah;
d. setiap bulan secara periodik mengadakan evaluasi permasalahan dan
hambatan yang terjadi dilapangan, dan
46
e. mengubah Perda yang sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang dan
meningkatkan kesejahteraan aparat pemungut.
Keenam, hasil penelitian untuk Skripsi, Optimalisasi Pengelolaan Pendapatan
Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Morowali oleh Rena Kamaruddin Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako tahun 2011. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan satu variabel yaitu, optimalisasi pengelolaan
PAD dengan indikatornya yaitu perencanaan pemerintah setempat, kerjasama yang
dilakukan, pelaksanaan dan pengawasan dari pemerintah daerah. Indikator ini
dirumuskan dengan menggunakan teori manajemen G.R. Terry.
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, Rena menemukan fakta
bahwa, dalam penentuan target PAD diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan
perencanaan penentuan target yang terkait dalam pengelolaan pendapatan asli
daerah sudah sesuai dengan data potensi sumber PAD. Dari 10 responden 4 orang
atau 40% menyatakan sesuai, 3 orang atau 30% menyatakan cukup sesuai dan 3
orang atau 30% menyatakan kurang sesuai karena aparatur DPPKAD sendiri turun
langsung mencari informasi. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan dalam
perencanaan penentuan target PAD Kabupaten Morowali masih belum sesuai.
Setelah melakukan pembahasan dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk
dimasukkan ke dalam RAPBD dan dibahas oleh DPRD untuk menjadi APBD masih
terdapat perubahan anggaran dari target yang telah ditentukan. Menurut Rena, hal ini
menunjukkan bahwa proses pengumpulan atau penyampaian informasi/data
47
mengenai potensi penerimaan PAD masih belum begitu akurat sehingga penentuan
perencanaan target PAD tidak didasarkan pada data yang ril.
Dari
mengungkapkan
bahwa
pelaksanaan
hubungan kerjasama yang dilakukan oleh DPPKAD dengan isntansi pemerintah yang
lain dalam rangka meningkatkan penerimaan PAD Kabupaten Morowali adalah baik.
Dari 10 responden 6 orang atau 60% menyatakan baik, 3 orang atau 30%
menyatakan cukup baik dan 1 orang atau 10% menyatakan kurang baik.
Bentuk kerjasama yang dilakukan DPPKAD dengan instansi pemerintah yang
lain misalkan penyampaian laporan data realisasi pendapatan daerah dari SKPD
maupun UPTD melalui rapat evaluasi terhadap realisasi pendapatan yang dilakukan
per 3 bulan, yang dilanjutkan dengan monitoring bersama terhadap hasil evaluasi
pendapatan. Selain itu Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
juga melakukan hubungan kerjasama dengan dinas lain melalui penagihan secara
tim terhadap objek-objek yang berpotensi besar misalkan dalam penagihan pajak
terhadap perusahaan-perusahaan pertambangan yang ada di Kabupaten Morowali.
Sehingga dapat disimpulkan hubungan kerjasama yang dilakukan dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dengan dinas-dinas lain sudah baik.
Dari indikator Pelaksanaan, Rena menemukan bahwa prosedur pelaksanaan
penerimaan dan penyetoran PAD sudah baik. Dari 10 responden 5 orang atau 50%
menyatakan baik. 1 orang atau 10% menyatakan sangat baik dan 4 orang atau 40%
menyatakan cukup baik.
48
pembangunan
sumber
daya
manusianya.
Selain
itu,
Rena
juga
49
Faktor personil atau sumber daya pengelola yang masih rendah. Ini nampak
dari tingkat pendidikan aparatur DPPKAD dari jumlah pegawai yang berpendidikan
setingkat SMA 62,5 % atau 130 orang dari pegawai keseluruhan DPPKAD. Oleh
karena itu, DPPKAD telah mengupayakan melakukan pelatihan-pelatihan kepada
semua pegawainya. Dari segi tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi,juga masih sangat rendah. Dapat terlihat dari 91.839 Wajib Pajak
Kabupaten Morowali yang membayar hanya 81.747 Wajib Pajak. Hal ini dikarenakan
masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan DPPKAD kepada masyarakat.
Landasan Hukum:
1. UUD RI 1945
2. UU No 12/2008
3. UU No 33/2004
4. UU No 28/2009
5. Perda Kab. Morowali No 10/2009
6. Perbup Morowali No 14/2008
Pengelolaan
PAD
Landasan Teori
1. Role Theory
2. POACE
Keadaan Geografis
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun 1999, Kabupaten Morowali
merupakan salah satu daerah otonom yang terbentuk bersama dua kabupaten
50
sekitar 22,77 % dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah
Kabupaten Morowali menempati urutan pertama bila dibandingkan dengan
luas daratan kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Tengah. Perhatikan tabel
berikut:
Tabel 3.1.
Perbandingan Luas Daratan Kabupaten Morowali dengan Kabupaten/Kota lainnya di Sulawesi
Tengah, Tahun 2010
No
Kabupaten/Kota
Luas (km2)
Persentas
60 Data ini penulis peroleh dari diskusi dengan pegawai BPS. Empat kecamatan tersebut
belum diinput dalam data Morowali Dalam Angka 2011 karena masih menggunakan data
2010. Sedangkan buku Morowali Dalam Angka 2012 belum diterbitkan karena datanya
belum rampung.
52
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
Poso
Tojo Una-Una
Donggala61
Parigi Moutong
Toil-Toli
Buol
Palu
3.214,46
9.672, 70
15.490,12
8.712,25
5.721,51
10.471,71
6.231,85
4.079,77
4.043,57
395,06
e
4,73
14,22
22,77
12,81
8,41
15,39
9,16
6,00
5,94
0,58
Sulawesi Tengah
68.033,00
100,00
Sumber: Morowali Dalam Angka 2010 dan 2011, BPS Kabupaten Morowali
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
223,63
1.271,19
1.080,98
1.112,80
758,93
504,77
519,70
1.332,84
1.508,81
1.048,93
1.635,24
605,51
2.406,79
1.480,00
1,44
8,21
6,98
7,18
4,90
3,26
3,36
8,60
9,79
6,77
10,56
3,91
15,54
9,55
Kabupaten Morowali
15.490,12
100,00
Sumber: Morowali Dalam Angka 2010 dan 2011, BPS Kabupaten Morowali.
Hingga akhir tahun 2010, Kabupaten Morowali terdiri dari 240 Desa
dengan
topografi
169
desa/kelurahan
berupa
tanah
datar
dan
71
Kecamatan
Pantai
Lembah/DAS
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
19
32
10
23
9
5
4
13
3
8
3
2
4
1
-
Lereng/Punggun
g Bukit
1
1
3
7
4
2
2
5
2
Dataran
Jumlah
2
5
1
5
5
14
6
6
9
10
19
33
12
29
10
13
9
24
12
8
28
9
20
54
14
No
Mamosalato
6
4
2
2
Kabupaten
132
14
29
65
Morowali
Sumber: Morowali Dalam Angka 2010 dan 2011, BPS Kabupaten Morowali.
Ibu Kota
Kabupaten
Bungku
10
11
13
14
3.2.
14
240
Tabel 3.4.
Jarak Ibu Kota Kabupaten dengan Ibu Kota Kecamatan
Kecamatan/Ibu
Jarak Melalui
Ditempuh dengan
Darat
(Km)
Laut
(Mil)
Kota
Kedaraan
Menui Kepulaun/
99
Laut
Ulunambo
64
Darat+Laut
Bungku Selatan/
44
Laut
Kaleroang
Darat+Laut
Bahodopi/
41
Darat
Bahodopi
Bungku Tengah/
0
0
Darat
Bungku
Laut
Tabel 3.4. (lanjutan)
Bungku Barat/
27
Darat
Wosu
Bumi Raya/
48
Darat
Bahonsuai
Witaponda/
61
Darat
Lantula Jaya
Limbo/
149
Darat
Beteleme
Mori Atas/
200
Darat
Tomata
Mori Utara/
221
Darat
Mayumba
Petasia/
115
Darat
Kolonodale
Soyo Jaya/
115
15
Darat+Laut
Lembasumara
Bungku Utara/
115
45
Darat+Laut
Baturube
Mamosalato/
161
45
Darat/Laut
Tanasumpu
Sumber: Morowali Dalam Angka 2010 dan 2011, BPS Kabupaten Morowali.
Keadaan Demografis
3.2.1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Dari hasil registrasi penduduk dan juga hasil Sensus Penduduk
(SP2010) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Morowali setiap
55
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Kabupaten Morowali
2010
2009
2008
2007
5.920
8.677
3.508
14.242
5.321
5.960
8.820
10.677
5.540
3.627
17.556
4.281
7.569
5.308
6.144
8.596
3.086
13.532
4.772
5.528
8.122
9.623
4.878
3.192
16.149
3.603
7.130
4.961
Rasio Jenis
Kelamin
96,35
100,94
113,67
105,25
111,50
107,81
108,59
110,95
113,57
113,63
108,71
118,82
106,16
106,99
107.006
104.074
101.481
97.349
99.316
99.790
97.517
92.680
107,74
104,29
104,06
105,02
Tabel 3.6.
Penyebaran Penduduk Menurut Kecamatan, 2007-2010
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Kabupaten
Morowali
2010
2009
2008
2007
12.064
17.273
6.594
27.774
10.093
11.488
16.942
20.300
10.418
6.819
33.705
7.884
14.699
10.269
% terhadap
penduduk
kabupaten
5,85
8,37
3,20
13,46
4,89
5,57
8,21
9,84
5,05
3,31
16,34
3,82
7,12
4,98
206.322
203.864
198.998
190.012
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: Morowali Dalam Angka 2010 dan 2011, BPS Kabupaten Morowali.
57
Dari
segi
kepadatan
penduduk,
Kecamatan
Menui
Kepulauan
merupakan daerah terpadat yaitu 54 jiwa/ per km 2 dan dua kecamatan lain
yakni Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Bahodopi dengan kepadatan
paling rendah yaitu 6 jiwa per km 2. Secara umum kepadatan penduduk di
Morowali pada tahun 2010 sebesar 13 jiwa.km 2.
Tabel 3.7.
Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan, 2007-2011
No
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Kabupaten
Morowali
12.064
17.273
6.594
27.774
10.093
11.488
16.942
20.300
10.418
6.819
33.705
7.884
14.699
10.269
223,63
1.271,19
1.080,98
1.112,80
758,93
504,77
519,70
1.332,84
1.508,81
1.048,93
1.635,24
605,51
2.406,79
1.480,00
Kepadatan Penduduk
Per km2
54
14
6
25
13
23
33
15
7
7
21
13
6
7
2010
2009
2008
2007
206.322
203.864
198.998
190.012
15.490,12
15.490,12
15.490,12
15.490,12
13
13
13
12
Sumber: Morowali Dalam Angka 2010 dan 2011, BPS Kabupaten Morowali.
antara
pertumbuhan
penduduk
yang
pesat
yang
58
Uraian
Sisa Pencari Kerja dari Tahun Lalu
Pencari Kerja yang Terdaftar (sisa
tahun lau+tahun ini)
Ditempatkan Tahun ini
Dihapuskan Tahun ini
Pencari Kerja yang Belum
Ditempatkan
Sisa Lowongan dari Tahun lalu
Permintaan Lowongan Tahun ini
Pemenuhan Lowongan Tahun ini
Penghapusan Lowongan
Laki-laki
2.274
3.173
Perempuan
3.469
4.871
Jumlah
5.743
8.044
161
104
2.908
155
242
4.474
316
346
7.382
161
161
-
155
155
-
376
376
-
Kabupaten Morowali
2010
Tabel 3.9.
Pencari Kerja yang Masih Terdaftar menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2007-2010
No
1
Tingkat Pendidikan
SD
Laki-laki
6
Perempuan
2
Jumlah
8
SLTP
29
33
SLTA
1.341
1.840
3.181
D1-D3
608
1.416
2.024
63 Sumber data pada Tabel 3.8.-3.10. ini diambil dari Dinas Nakertranssos Kabupaten
Morowali.
59
SARJANA
924
Kabupaten Morowali
2010
2009
2008
2007
1.212
2.908
2.274
1.009
1.726
2.136
4.474
3.469
1.674
1.999
7.382
5.743
2.683
3.725
Tabel 3.10.
Penempatan Pencari Kerja yang Masih Terdaftar menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis
Kelamin, 2007-2010
No
1
Tingkat Pendidikan
SD
Laki-laki
-
Perempuan
-
Jumlah
-
SLTP
SLTA
20
26
D1-D3
SARJANA
136
150
285
Kabupaten Morowali
2010
2009
2008
2007
161
1.009
40
264
155
1.674
2
264
315
2.683
42
528
3.2.3. Pendidikan
Salah satu indikator utama untuk melihat keberhasilan proses
pembangunan suatu daerah adalah dukungan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas dengan tetap tidak mengabaikan kuantitas. Pendidikan
sebagai salah satu wahana untuk melahirkan SDM yang memiliki daya saing
tinggi yang diharapkan dapat mempercepat kemajuan dan kesejahteraan
bangsa dan Negara. Beberapa program pendidikan nasional yang diterapkan
pemerintah seperti wajib belajar 9 tahun dan beberapa program pendidikan
60
64Selengkapnya, tabel yang memuat data tentang jumlah sekolah, pelajar, tenaga pendidik
atau guru dan jumlah Peserta dan Lulusan Ujian Akhir dari tingkat taman kanak-kanak (TK)
sampai tingkat sekolah tingkat menengah atas (SMA dan SMK), lihat tabel 4.1.1.-4.1.10. hlm
53-62 di Morowali Dalam Angka 2011, BPS Kabuparen Morowali.
61
merupakan
perbandingan
antara
jumlah
murid
dengan
guru
menunjukkan bahwa beban tenaga pengajar di tingkat SD adalah 12. Hal ini
berarti bahwa rata-rata satu orang guru harus mengajar 12 orang murid SD.
Beban mengajar yang lain yaitu untuk SMP, SMU, dan SMK masing-masing
sebesar 17;18; dan 16.
Tingkat efisiensi; penggunaan dan kecukupan sarana pendidikan. dapat
diketahui dari rasio murid terhadap sekolah atau perbandingan jumlah murid
dengan jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Morowali. Pada tahun ajaran
2010-2011 rasio pendidikan di tingkat SD, SMP, SMU, SMK yaitu rata-rata
murid per sekolah sebanyak 119, 162, 273, dan 193.
Tingkat kelulusan SD, SMP, SMU, dan SKM pada tahun 2010 masingmasing sebesar 97,32% ;99,38%; 99,02%; dan 91,32%. Pada tahun
sebelumnya tingkat kelulusan siswa masing-masing sebesar 89,02%; 87,77%;
65 Selengkapnya lihat di Morowali Dalam Angka 2010 yang disusun oleh BPS Kabupaten
Morowali.
62
partisipasi
masyarakat,
khususnya
masyarakat
dengan
Kecamatan
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Kabupaten
Morowali
2010
2009
2008
2007
Negeri
Sekolah
3
6
2
7
2
3
2
4
3
2
6
2
5
4
Pelajar
582
863
291
1.367
312
529
787
775
456
223
1.398
152
540
349
Guru
29
41
20
107
9
32
31
56
34
15
86
21
19
17
Swasta
Sekolah
1
1
1
1
2
-
Pelajar
49
125
140
101
228
-
Guru
15
10
11
12
-
Jumlah
Sekolah
3
6
2
7
2
4
2
5
4
3
8
2
5
4
Pelajar
528
863
291
1.367
312
578
787
900
596
324
1.626
152
540
349
Guru
29
41
20
107
9
31
71
44
26
98
21
19
17
51
49
49
33
8.570
8.152
7.588
6.658
517
640
578
526
6
5
5
6
643
579
562
530
48
65
60
64
57
54
54
39
9.213
8.731
8.150
7.188
533
704
638
590
perawatan iuy dan balitanya. Pada tahun 2009 jumlah bidan sebanyak 65
orang sedangkan dukun bayi tercatat 296 orang di antaranya 58,11% (172
orang) merupakan dukun terlatih.
Tabel 3.12.
Banyaknya Tenaga Dokter menurut Kecamatan 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kecamatan
Dokter
Jumlah
Umum
Spesialis
Gigi
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Kabupaten
Morowali
1
1
11
1
1
1
1
1
7
1
1
2
-
2
1
1
-
1
1
14
1
1
1
2
1
10
1
1
2010
2009
2008
2007
27
30
30
27
3
3
3
3
4
7
7
5
34
40
40
35
Sumber: Morowali Dalam Angka 2010 dan 2011, BPS Kabupaten Morowali.
3.2.5. Pemerintahan
Pada awal pemekaran yakni pada tahun 1999, wilayah administrasi
Kabupaten Morowali terdiri dari 8 kecamatan, kemudian pada tahun 2003
menjadi 10 kecamatan yang membawahi 218 desa definif dan 1 unit
pemukiman transmigrasi (UPT), di antaranya 10 yang berstatus kelurahan
65
serta kedudukan Ibu Kota Kabupaten Morowali di Kota Kolonodale. Pada tahun
2009 Kabupaten Morowali mengalami pemekaran menjadi 14 kecamatan.
Kemudian pada tahun 2011 menjadi 18 kecamatan.
Berdasarkan status pemerintahan, pada tahun 2009 sampai 2010
terdapat 240 kelurahan/desa yang terdiri dari 230 desa dan 10 kelurahan.
Perhatikan tabel di bawah ini68.
Tabel 3.13.
Nama Ibu Kota Kecamatan, Desa Definitif menurut Kecamatan dan Status Pemerintahan, 2010
No
Kecamatan
Menui Kepulauan
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Status
Desa
18
33
12
23
10
13
9
24
12
8
25
9
20
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kelurahan
1
6
3
-
Kabupaten Morowali
Bungku Tengah
230
10
tahun
sebelumnya
yakni
Rp
34.774,792
juta.
Sektor
70 Ibid 2009
71 Ibid 2010
72 Sumber data adalah DPPKAD yang tercantum dalam Morowali Dalam Angka 2010 di
Kantor BPS Kabupaten Morowali.
67
Tabel 3.14.
Realisasi Penerimaan Pajak dan Retribusi Kabupaten Morowali, 2007-2010 (ribu rupiah) 73
No
Jenis Penerimaan
2007
2008
2009
2010
8.807.252
14,533,137
13,820,311
17,417,709
Retribusi Daerah
a. Retribusi Pelayanan
Kesehatan
b. Retribusi
Penggantian Biaya
KTP & Catpil
c. Retribusi Pasar
d. Retribusi Kendaraan
Bermotor
e. Retribusi Pasar
Grosir & Pertokoan
f. Retribusi Terminal
g. Retribusi RPH
1.073.645
246.414
h. Retribusi
Pengangkutan Ikan
i. Retribusi Ijin
Peruntukkan
Pengunaan Tanah
j. Retribusi IMB
k. Retribusi Tempat
Khusus Parkir
693.962
4.352
1.398
1.000
60.345
988.144
14.731
449.828
2.433.766
17.834
4.583
588.836
522.237
104.630
76.000
426.778
110.422
400.145
133.402
857.668
20.808
36.945
976.253
209.205
1.930.843
874.662
6.931.999
5.362.038
33.351
23.661
143.109
80.201
91.099
21.108
110.920
24.554
166.073
40.551
113.041
42.043
-
11.875
85.462
17.282
25.641
-
14.000
56.150
74.302
11.120
-
1.664.100
12.409
2.000
25.871
632.750
99.151
16.093
-
26.408
25.000
240.098
148.449
36.437
-
222.087
11.850
73 Sumber data pada tabel 3.14 dan tabel 3.15 dari DPPKAD Kabupaten Morowali.
68
l.
Retribusi Izin
Gangguan HO
m. Retribusi Izin Trayek
n. Retribusi Hasil
Hutan Ikutan
o. Retribusi lainnya
503.788
6.027
384.119
-
13.490
13.505
67.273
757.116
6000
382.671
164.285
Penerimaan Lain-lain
3.815.100
10.941.327
9.785.855
3.597.787
II
35.335.844
51.306.754
50.669.668
49.827.269
34.630.289
41.054.248
43.520.876
49.172.666
705.555
705.555
-
10.252.506
-
7.148.791
-
654.603
-
127.098
2.316.411
358.231
118.373
237.498
417.105
7.808.997
Tabel 3.15.
Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Sektor, 2007-2010
No
Sektor
Pedesaan
2
3
4
5
Perkotaan
Perkebunan
Kelautan
Pertambangan
Jumlah
2007
529.970
85.847
189.523
29.740.314
30.545.365,5
Tahun
2008
334.818
29.697
272.870
34.137.407
34.774.792
2009
829.066
2010
1.092.767
510.999
1.292.728
127.661
1.514.091
54.985.493
57.720.014
33.874.856
34.507.649
69
3.3.
Kepala Dinas
Kepala
Dinas
mempunyai
tugas
pokok
melaksanakan
urusan
74 Bagan Struktur Organisasi DPPKAD Periode 2008-2012 dapat dilihat pada Lampiran 2.
70
mempunyai
tugas
pokok
melaksanakan
pemberian
3.3.1.3.
Bidang Pendapatan
71
Bidang
pendataan,
Pendapatan
meginventarisir
mempunyai
dan
tugas
mengkaji
pokok
potensi
melaksanakan
sumber-sumber
daerah
Mengkoordinasikan tentang penerimaan daerah dengan instansi terkait
Memberikan bimbingan dan pertimbangnan teknis terhadap kegiatan
Bidang Anggaran
Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok menyiapkan dan
mengkaji
data
serta
dasar-dasar
dalam
rangka
penyusunan
dan
perubahan APBD
Mengkaji data dalam perencanaan anggaran
Menyiapkan dasar-dasar pelaksanaan anggaran
Menyiapkan pengesahan dokumen anggaran.
3.3.1.5. Bidang Akuntansi
Bidang
Akuntansi
mempunyai
tugas
pokok
mengkoordinir,
terdiri
dari:
Rancangan
peraturan
daerah
tentang
pemeriksaan.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
3.3.1.6. Bidang Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melakukan
pembinaan operasional, mengkoordinasikan dan melakukan evaluasi serta
73
pelaksanaan APBD
Menyimpan uang APBD
Melaksanakan penetapan
uang
daerah
dan
dalam
mengelola/menata
Aset
mempunyai
tugas
pokok
menyusun
kegiatan
penghapusan,
penyimpanan
dan
pengamanan
serta
74
lebih
lanjut
oleh
Kepala
Dinas
sepanjang
tehnis
pelaksanaannya.
3.3.1.9.
sebagian
tugas
Dinas
Pendapatan,
Pengelolaan
Kelompok Jabatan
75
%, dan yang
atau
46,32 %.
Tabel 3.16. Keadaan Pegawai menurut Pangkat/Golongan 75.
No
Pangkat/ Golongan
Jumlah
1.
IV / c
2.
IV / b
3.
IV / a
4.
III / d
5.
III / c
14
6.
III / b
7.
III / a
39
8.
II / d
9.
II / c
10.
II / b
11.
II / a
52
12.
I/c
13.
Pegawai Non
Organik
80
Jumlah
216
Eselon
Jumlah
Pendidikan
Jumlah
II
Magister (S2)
III
Sarjana (S1)
60
IV
18
Diploma
SLTA
63
Non Eselon
112
SLTP
Jumlah total
136
Jumlah total
136
PASCA
PASCA
SARJANA
SARJANA
S.3
S.2
SARJANA
JUMLAH
SARJANA
MUDA
D.1
SLTA
SLTP
SD
S.1
JUMLAH
54
54
67
67
10
11
130
10
Jumlah
1.
1 orang
2.
5 orang
3.
10 orang
4.
10 orang
5.
2 orang
6.
10 orang
7.
2 orang
8.
Kursus Bendaharawan
5 orang
9.
5 orang
10.
86 orang
136 orang
Nama Perlengkapan
Jumlah
Gedung kantor
1 buah
Mobil
8 Unit
Sepeda motor
69 unit
Air Conditioner
13 buah
Brankas
4 buah
Lemari
31 buah
Mesin tik
16 buah
Kalkulator
76 buah
Filling kabinet
11 buah
10
Laptop
18 buah
11
UPS
12
13
Meja biro
124 buah
14
16 buah
15
Kursi lipat
73 buah
16
Komputer
4 unit
17
Printer
17 buah
18
Meja kerja
20 buah
19
Papan data
1 buah
20
Kursi rapat
50 buah
7 unit
1 buah
79 Sumber: Bidang Aset Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Morowali, 2011
79
21
1 buah
22
Mesin fax
1 unit
23
Kursi sofa
2 unit
24
Meja staf
15 buah
25
Genset
1 unit
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Salah satu Grand Strategy80 Pemerintah Kabupaten Morowali yang tertuang
dalam Visi Kabupaten Morowali, Kabupaten Agrobisnis (Kabupaten SiE) adalah
menciptakan pemerintahan yang akuntabel. Grand Strategy ini dijabarkan dalam misi
bahwa
setiap
SKPD
menerapkan
Standar
Operasional
Prosedur
dalam
adalah
bahwa
SKPD
ini
harus
menerapkan
pengelolaan,
penatausahaan dan penyajian laporan keuangan secara tepat waktu dan akurat,
sistem informasi keuangan (SIMKEU) secara online dan terintegrasi dan asset yang
diinventarisir secara tepat81.
80 Selengkapnya lihat Visi Misi Kabupaten Morowali Periode 2008-2012 pada Lampiran 14.
81 Selain itu, beberapa penjabaran lain dari salah satu Grand Strategy ini yaitu:Setiap SKPD
memiliki persentase ketepatan waktu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
kegiatan, kelengkapan data secara akurat dan pemenuhan terhadap SOP.
b.
Setiap SKPD mencapai sasaran kinerjanya secara terukur dalam administrasi yang tertib dan
lancar, persentase kelancaran kegiatan dengan administrasi yang tertib. Rasio realisasi PAD
terhadap potensi di setiap SKPD pengelola PAD.
80
Berdasarkan penjabaran salah satu poin Grand Strategy di atas, setiap SKPD
dalam lingkup Kabupaten Morowali terikat dengan Grand Strategy ini dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan bidang kerjanya masingmasing. Konsekuensinya adalah bahwa ada program kegiatan tertentu dalam setiap
SKPD
yang
menjadi
prioritas
Pemerintah
Kabupaten
Morowali
dalam
pengelolaan APBD dalam setiap tahun anggaran. Demikian halnya dengan PAD yang
merupakan salah satu komponen dalam pendapatan daerah. Selain dari pengelolaan
belanja dan pembiayaan, pengelolaan pendapatan adalah bagian integral dalam
pengelolaan APBD. Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagai salah satu komponen dalam APBD.
Oleh karena itu, untuk menghindari pembahasan yang membias, peran yang
dimaksud dalam penelitian ini ialah peran DPPKAD yang berhubungan langsung
c.
d.
setiap SKPD memilki persentase aparatur yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya. Dan
penurunan pelanggaran disiplin pegawai. Selengkapnya lihat di Lampiran 3 tentang Grand
Strategy Kabupaten Norowali.
81
tetapi, tidak berarti bahwa peran bidang lain yang berhubungan dengan pengelolaan
PAD tidak dibahas sama sekali, demikian halnya dengan SKPD lain yang memiliki
keterkaitan dalam penelitian ini. Penulis tetap menghubungan peran bidang lain
dalam lingkup DPPKAD dan SKPD-SKPD lain pengelola PAD sebagai sebuah kerja
sistem dalam pengeloaan keuangan daerah dalam hal ini Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Morowali. Untuk itu, ada indikator yang penulis rumuskan dalam
definisi operasional dengan mengacu pada tugas pokok dan fungsi Bidang
82 Peran yang dimaksud di sini bukan hanya apa yang ada dalam Tugas Pokok dan Fungsi
DPPKAD, tetapi juga peran lain yang berhubungan langsung dengan Pengelolaan PAD.
Selain itu, karena tujuan penelitian ini bukan untuk mengetahui implementasi Peraturan
Bupati No 14 Tahun 2008.
83 Pra Penelitian penulis lakukan, 22-29 November 2011, untuk mencari informasi awal
tentang objek penelitian guna mempermudah pelaksanaan penelitian.
82
83
tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan PAD. Tetapi peran itu dilaksanakan oleh Sub
Bagian Urusan Perencanaan dan Program DPPKAD.
Tugas pokok dan fungsi sub Bagian Urusan Perencanaan Program
adalah mempersiapkan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang
pengelolaan PAD. Dalam pelaksanaan fungsi tersebut, Sub Bagian ini
,melaksanakan fungsi koordinasi dengan Bidang Pendapatan.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Sub Bagian Urusan
Perencanaan dan Program (Sappa Sao, S.Sos. Msi):
tugas sub Bagian Urusan Perencanaan Program adalah mempersiapkan
kebijakan teknis, rencana dan program di bidang pengelolaan PAD.
Untuk itu, dalam pelaksanaan fungsi ini, kami melaksanakan fungsi
koordinasi dengan Bidang Pendapatan86.
Setiap bidang dalam lingkup DPPKAD menyusun RKT (Rencana Kerja
Tahunan) sebagai input di Sub Bagian Urusan Perencanaan dan Program.
RKT-RKT itu kemudian dikoreksi, diverifikasi dan dikompilasi untuk kemudian
dijadikan RKT DPPKAD.
Untuk itulah, dalam upaya untuk memantapkan perencanaan program
dalam setiap tahun anggaran, Bagian Urusan Perencanaan Program
86 Hasil wawancara tanggal 4 Desember 2012 pukul 09:30 WITA di Kantor DPPKAD
Kabupaten Morowali.
85
data
perencanaan
Pendapatan
Daerah
termasuk
PAD
indikator yang perlu untuk diketahui yaitu mengetahui potensi PAD, dasar
kewenangan, dan arah kebijakan.
4.1.1.1.
b.
c.
d.
2.
Pelayanan Pasar
Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor
Pelayanan Parkir
Retribusi Jasa usaha, terdiri dari:
a. PKD (Pemakaian Kekayaan Daerah)
b. Pelayanan Terminal
c. Pelayanan Tempat Khusus Parkir
d. Pelayanan Kepelabuhanan
e. Pelayanan Jasa Usaha Pemotongan Hewan
sumber-sumber
PAD
yang
berpotensi
memberikan
konstribusi besar sangat berperan penting dalam pencapaian target. Hal ini
berdasarkan pengalaman dari empat tahun terakhir dalam pengelolaan PAD
yang
dilakukan
DPPKAD
Kabupaten
Morowali.
Sebagaimana
yang
Oleh
karena
itu,
untuk
mengetahui
potensi-potensi
itu,
Bidang
satu
fungsi
Seksi
Evaluasi
dan
Pelaporan
adalah
4.1.1.2.
Dasar Kewenangan
93 Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan Bidang Pendapatan
DPPKAD pada tanggal 30 Januari 2012 pukul 10:45 WITA di Kantor DPPKAD Kabupaten
Morowali.
90
4.1.1.3.
langkah-langkah
yang
dapat
menjamin
terselenggaranya
dibarengi dengan
faktor ini
92
Jenis Pajak
Hotel
Restoran
Hiburan
Reklame
Penerangan Jalan
Pengambilan Bahan Galian Gol C
Televesi dan Parabola
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jenis Retribusi
Pengganti Biaya Cetak Akte Catatan Sipil
Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah;
Jasa Usaha Tempat Pelelangan
Jasa Usaha Tempat Penginapan
Jasa Usaha Pelayanan Kapal
Jasa Usaha Pelayanan Kapal
Usaha Penjualan Produksi Izin Tempat Penjualan
Minuman Beralkohol
Izin Gangguan
Izin Trayek
Izin Usaha Angkuatan
Pengendalian Komoditi Perkebunan dll
Izin Usaha Perdagangan
Biaya Administrasi Wajib Daftar Perusahaan
Penyediaan Administrasi Proyek
Izin Pengusahaan di Bidang Minyak dan Gas
Bumi
Penumpang Kapal Laut
Penggantian Biaya Cetak dan Jasa KTP
Izin Tanda Pendaftaran Usaha Peredaran Kaset
Penjualan Bibit Tanaman
Izin Usaha Perikanan
Izin Usaha Pertambangan
Lain lain Retribusi yang sah
pemerintah
Kabupaten
Morowali
secara
bertahap
menata
infrastruktur dan suprastruktur daerah agar satu dengan yang lainnya tidak
terjadi tumpang tindih.
95 Sumber: BAPPEDA Kabupaten Morowali dalam RPJMD 2008-2012
93
pemerintah
daerah
dengan
pihak
ketiga/swasta.
f. Meningkatkan pelayanan publik sesuai bidang kewenangan dari
setiap satuan kerja.
g. Memberikan kepastian hukum dalam kaitan penaman modal baik
asing maupun swasta
h. Secara terbuka bersama-sama dalam kaitan dengan perhitungan
objek pajak maupun retribusi
94
97 Hasil wawancara tanggal 26 januari 2012 pukul 10:15 WITA di Kantor UPTD Kecamatan
Lembo yang berjarak 149 km dari Ibu Kota Kabupaten Morowali.
98 Hasil wawancara tanggal 25 Januari 2012 pukul 14:00 WITA di Kantor Kecamatan
Witaponda yang berjarak 61 km dari Ibu Kota Kabupaten Morowali.
96
pelaksanaan
pemungutan/penagihan,
terlebih
dahulu
Tabel 4.2.
Jenis-Jenis PAD yang dikelola langsung DPPKAD Kabupaten Morowali 101
No
Jenis PAD
1.
Pajak Hotel
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C
~ Batu
~ Batu Pecah
~ Pasir
~ Sirtu
~ Kerikil
~ Urugan (Pasir dan Kerikil)
~ Marmer
~ Blok Marmer
Pajak Air Bawah Tanah
Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
Pengelola
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
Dinas PPKAD
hadiah
(doorprise),
ajakan
untuk
bertanggungjawab,
dan
berdasarkan
prinsip-prinsip,
standar-standar
tertentu
serta
101
102
106 Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Akuntansi tanggal 10 Januari 2012 pukul 21:30
WITA di Kantor DPPKAD.
103
107 Setiap Bidang dalam DPPKAD terdapat Seksi Evaluasi dan Pelaporan sesuai dengan
kewenangan masing-masing. Dan yang melakukan fungsi Evaluasi dan Pelaporan PAD
adalah Seksi Evaluasi dan Pelaporan Bidang Pendapatan.
104
Koordinasi
ini
sangat
penting
terutama
dalam
atau
terlambat
memasukkan
datanya
sebelum
dilakukan
laporan
pertanggungjawaban di DPRD.
Sehubungan dengan itu, Kepala Bidang Pendapatan (M. Jufri Taiyeb)
menjelaskan bahwa:
untuk menyikapi pemberlakuan UU Nomor 28 Tahun 2009, pada tahun
2012 ini Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali dalam hal ini
DPPKAD melakukan; peningkatan kapasitas dinas melalui penguatan
fungsi UPTD. UPTD setiap kecamatan saling berkoordinasi untuk
mempertanggungjawabkan semua pengeloaan dan pendapatan di
wilayah kecamatan masing-masing. Hal ini sangat penting mengingat
UPTD Kecamatan adalah ujung tombak pengelolaan PAD. Jumlah
standar personil UPTD kecamatan yang memungut pajak minimal
sebanyak 3 orang masing-masing Kepala UPTD, Pembantu UPTD dan
BKP (Bendahara Khusus Penerimaan). Mereka harus membuat laporan
realisasi setiap bulan. Khusus untuk BKP, akan lebih dimaksimalkan
fungsinya sehingga laporan realisasi bulanan masuk tanpa kendala.
Untuk itulah akan dikuatkan fungsinya karena selama ini, kapasitas
personil masih sangat lemah. Untuk konteks saat ini, langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengantisipasi masalah tersebut adalah dengan
melakukan bimbingan teknologi (bintek), magang di DPPKAD
kabupaten/kota lain seperti saat ini dilakukan di Kota Palu dan
Kabupaten Poso. Selain itu, ke depannya akan dilakukan studi banding
ke daerah-daerah yang telah sukses dalam pengelolaan PAD-nya 112.
Selanjutnya, dari hasil wawancara mendalam dengan informan yang sama (M
Jufri Taiyeb, SE), penulis memperoleh informasi tentang langkah-langkah
taktis DPPKAD untuk meningkatkan PAD meski informasi ini tidak detail
karena Kepala Bidang Pendapatan tidak bersedia memberikan informasi ini
secara detail. Menurut Taiyeb, hal itu adalah rahasia internal DPPKAD.
Selanjutnya Taiyeb mengungkapkan bahwa:
114 Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Pendapatan DPPKAD tanggal 29 Desember
2011 pukul 22:00 WITA.
110
115 Hasil wawancara dengan Kadis DPPKAD pada tanggal 30 Desember 2011 pukul 13:00
WITA di Kantor DPPKAD.
111
pengelolaan PAD khususnya dalam Evaluasi dan Pelaporan PAD dalam setiap
tahun anggaran.
4.1.4.1.
Pada Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6 berikut diuraikan tentang
target dan realisasi dari seluruh komponen jenis PAD Kabupaten Morowali
dalam tahun anggaran 2008, 2009, 2010 dan 2011. Berdasarkan tabel-tabel
ini dapat ditentukan jenis PAD yang paling besar kontribusinya dalam
pendapatan daerah. Selanjutnya dapat pula dilihat apakah terjadi peningkatan
dalam pengelolaan PAD atau tidak dalam empat tahun terakhir.
Berdasarkan Tabel 4.3, jenis PAD yang paling besar kontribusinya dari
jenis Pajak Daerah adalah Pajak Bulk Sampling yaitu sebesar Rp
1.275.000.000 dari target Rp 1.175.000.000. Dari jenis Retribusi yang paling
besar
adalah
Retribusi
Pelayanan
Kesehatan
Rp 549.950.000.
yakni
sebesar
Rp
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang besar adalah Bagian Laba Alat
Penyertaan Modal/Investasi yakni sebesar Rp 382.671.540 dari target Rp
382.000.000. Sedangkan dari jenis Lain-lain PAD yang Sah, yang paling besar
adalah Pendapatan Lainnya yakni sebesar Rp 7.586.556.969 dari target Rp
2.890.000.000.
Berdasarkan Tabel 4.4. jenis PAD yang paling besar kontribusinya dari
jenis Pajak Daerah adalah Pajak Penerangan Jalan yaitu sebesar Rp
591.346.587 dari target Rp 588.836.405. Dari jenis
Dipisahkan
yang
besar adalah
Bagian
Laba Alat
Penyertaan
113
TARGET
PERUBAHAN
Rp 13.375.442.795
Rp
REALISASI
14.533.137.053
114
PAJAK DAERAH
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak P. Bahan Galian Gol. C
Pajak Alat Tangkap Ikan
Bulk Sampling
Pajak Galian C Lainya
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2.760.894.070
50.400.000
25.200.000
1.000.000
75.000.000
504.257.820
500.036.250
30.000.000
1.175.000.000
400.000.000
Rp 2.433.766.659,00
Rp
17.834.750
Rp
4.583.000
Rp
Rp
110.422.374
Rp
588.836.405
Rp
400.145.130
Rp
36.945.000
Rp
1.275.000.000
Rp
-
RETRIBUSI DAERAH
Ret Pelayanan Kesehatan
~ Dinas Kesehatan
~ Badan Pengelola RSUD
Ret Penggantian Biaya Cetak KTP
Ret Pembuatan Kartu Keluarga
Ret Pelayanan Pasar
Ret Pengujian Kendaraan Bermotor
Ret Pelayanan Kepelabuhan
Ret Pemakaian Kekayaan Daerah
Ret Izin Usaha Perikanan
Ret Jasa Usaha Rumah Potong Hewan
Ret Peruntukan Lahan
Ret Terminal
Ret Penguasaan Atas Lahan
Ret Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Ret Izin Gangguan (HO)
Ret Izin Trayek
Ret Sewa Alat
Ret Izin Usaha Industri
Ret Penjualan Produksi Hasil Hutan
Ret Pelayanan Administrasi
Ret Izin Pemungutan Hasil Hutan
Ret Pembinaan Dan Pengawasan Hasil
Bumi Industri
Ret Izin Usaha Jasa Kontruksi
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.106.430.725
549.950.000
42.000.000
507.950.000
90.000.000
30.000.000
104.844.000
29.230.000
1.250.000
200.000
85.462.075
6.935.000
600.000.000
25.624.000
1.000.000.000
350.000.000
27.991.150
2.204.000
100.000.000
90.000.000
300.000.000
10.960.500
1.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.930.843.008
874.662.375
44.734.500
829.927.875
90.000.000
53.109.000
110.920.600
24.554.000
1.986.000
99.151.331
8.199.000
16.093.000
148.449.387
36.437.750
13.490.000
90.631.468
83.313.975
194.332.122
14.368.500
-
Rp
Rp
35.000.000
65.980.000
Rp
Rp
5.164.500
65.980.000
Rp
382.671.540
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
382.000.000
-
Rp
Rp
382.671.540
-
115
Rp
6.126.118.000
Rp
9.785.855.846
Rp
2.000.000.000
Rp
2.199.298.877
Rp
116.000.000
Rp
Rp
Rp
1.120.118.000
2.890.000.000
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
7.586.556.969
-
TA 2008
Pajak
Retribusi
HPKDyd
Lain-lain PAD
17%
13%
2%
68%
Gambar 4.1
Sumber PAD Terbesar di Kabupaten Morowali Tahun 2008
Keterangan
Pajak
: Rp 2,433,766,659
Retribusi
: Rp 1,930,843,008
: Rp
382,671,540
: Rp 9,785,855,846
TARGET PERUBAHAN
Rp
Rp
30.457.238.927
2.595.236.405
REALISASI
Rp
Rp
13.820.311.687
1.314.533.345
116
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak P. Bahan Galian Gol. C
Pajak Alat Tangkap Ikan
Bulk Sampling
Pajak Galian C Lainya
RETRIBUSI DAERAH
Ret Pelayanan Kesehatan
~ Dinas Kesehatan
~ RSUD Bungku
~ RSUD Kolonodale
Ret Penggantian Biaya Cetak KTP/Akte
Catatan Sipil
Ret Pelayanan Pasar
Ret Pengujian Kendaraan Bermotor
Ret Pelayanan Kepelabuhan
Ret Pemakaian Kekayaan Daerah
Ret Izin Usaha Perikanan
Ret Jasa Usaha Rumah Potong Hewan
Ret Peruntukan Lahan
Ret Terminal
Ret Penguasaan Atas Lahan
Ret Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Ret Izin Gangguan (HO)
Ret Izin Trayek
Ret Sewa Alat
Ret Izin Usaha Industri
Ret Penjualan Produksi Hasil Hutan
Ret Pelayanan Administrasi
Ret Izin Pemungutan Hasil Hutan
Ret Pembinaan Dan Pengawasan Hasil
Bumi Industri
Ret Jasa konstruksi
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
50.400.000
75.000.000
1.000.000
75.000.000
588.836.405
600.000.000
30.000.000
1.175.000.000
7.936.539.500
4.121.000.000
61.000.000
60.000.000
4.000.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
14.499.210
10.515.550
91.547.343
591.346.587
580.844.655
25.780.000
6.190.794.175
4.200.680.108
7.160.000
183.524.791
4.009.995.317
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
150.000.000
104.844.000
45.000.000
6.200.000
436.000.000
125.000.000
6.935.000
300.000.000
34.980.000
1.000.000.000
1.000.000.000
50.000.000
14.620.000
35.000.000
100.000.000
10.960.500
1.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
161.893.000
150.505.765
28.522.000
3.940.000
118.330.000
6.935.000
221.500.000
29.140.000
587.087.642
18.805.200
11.189.000
227.873.816
93.579.345
98.174.600
12.017.050
-
Rp
Rp
350.000.000
45.000.000
Rp
Rp
42.851.070
177.770.574
Rp
700.000.000
Rp
776.594.929
Rp
Rp
Rp
Rp
776.594.929
-
Rp
5.538.389.238
Rp
19.225.463.022
117
Rp
1.500.000.000
Rp
683.976.970
Rp
116.000.000
Rp
Rp
Rp
52.764.769
16.495.892.367
1.060.805.886
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
321.414.322
3.377.192.060
1.155.805.886
TA 2009
Pajak
Retribusi
HPKDyd
Lain-lain PAD
10%
40%
45%
5%
Gambar 4.2
Sumber PAD Terbesar di Kabupaten Morowali Tahun 2009
Keterangan
Pajak
: Rp 1,314,533,345
Retribusi
: Rp 6,190,794,175
: Rp
776,594,929
: Rp 5,538,389,238
TARGET PERUBAHAN
REALISASI
118
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
49.110.252.215,94
8.451.158.560,00
75.000.000
100.000.000
4.000.000
175.000.000
800.000.000
7.297.158.560
124.872.910
38.401.920
124.632.898
128.673.100
48.535.760
32.270.800
2.450.000
3.281.250
3.020.137.873
3.773.902.049
15.968.497.951
10.750.000.000
1.750.000.000
6.500.000.000
2.500.000.000
500.000.000
500.000.000
1.000.000.000
60.000.000
60.000.000
9.500.000
100.000.000
20.000.000
Rp 17.417.709.460
Rp 1.660.857.251
Rp
17.737.501
Rp
36.686.603
Rp
2.000.000
Rp
130.521.812
Rp
632.750.506
Rp
841.160.829
Rp
127.106.688
Rp
54.516.496
Rp
172.562.103
Rp
179.542.102
Rp
66.121.646
Rp
122.173.754
Rp
Rp
Rp
Rp
119.138.040
Rp
Rp 6.894.976.056
Rp 5.226.222.113
Rp 1.129.677.129
Rp 3.643.477.285
Rp
453.067.699
Rp
47.921.573
Rp
113.627.912
Rp
224.306.297
Rp
40.551.000
Rp
26.400.000
Rp
13.150.000
Rp
103.573.613
Rp
12.505.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.500.000.000
150.000.000
250.000.000
50.000.000
30.000.000
55.000.000
25.000.000
68.997.951
250.000.000
320.000.000
270.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
313.439.828
117.350.000
255.970.290
25.057.000
43.282.210
24.920.000
63.062.838
3.538.232
240.098.150
-
119
Rp
1.000.000.000
Rp
Rp
1.000.000.000
Rp
Rp
23.690.595.704,94
Rp
8.861.876.152
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.500.000.000
450.000.000
1.500.000.000
12.839.330.255
7.401.265.449
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
131.327.406
316.552.431
192.721.100
7.437.606.852
783.668.363
TA 2010
Pajak
Retribusi
HPKDyd
Lain-lain PAD
9%
51%
40%
Gambar 4.3
Sumber PAD Terbesar di Kabupaten Morowali Tahun 2010
Keterangan
Pajak
: Rp 1,660,857,251
Retribusi
: Rp 6,894,976,056
: Rp -
: Rp 8,861,876,152
120
TARGET PERUBAHAN
REALISASI
Rp 46.947.535.901,49
Rp 6.657.543.120,27
Rp
Rp
19.651.390.324
2.876.509.750
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C
~ Batu
~ Batu Pecah
~ Pasir
~ Sirtu
~ Kerikil
~ Urugan (Pasir dan Kerikil)
~ Marmer
~ Blok Marmer
~ Bulk Sampling
~ Pajak Galian C Lainnya
Pajak Air Bawah Tanah
Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
75.000.000
125.000.000
5.000.000
200.000.000
900.000.000
4.850.543.120,27
150.000.000
50.000.000
150.000.000
150.000.000
50.000.000
50.000.000
10.000.000
10.000.000
1.120.000.000
3.110.543.120,27
2.000.000
500.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
32.917.804
43.244.145
2.350.000
114.537.817
952.312.493
1.731.147.491
16.764.452
9.897.294
121.009.287
116.555.485
12.588.802
44.314.963
1.410.017.208
-
RETRIBUSI DAERAH
Rp
10.662.297.691
Rp
9.521.557.299
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
8.893.297.691
1.750.000.000
4.643.297.691
2.500.000.000
150.000.000
9.000.000
200.000.000
30.000.000
25.000.000
25.000.000
180.000.000
20.000.000
75.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
7.953.809.883
1.916.846.213
3.441.097.798
2.595.865.872
159.802.111
36.150.000
393.454.323
29.926.000
30.740.000
12.800.000
8.180.000
17.185.000
70.626.100
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
125.000.000
500.000.000
50.000.000
65.000.000
100.000.000
15.000.000
200.000.000
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
139.300.000
200.521.434
250.000.000
26.360.900
29.120.860
10.700.000
10.342.958
142.537.730
-
121
Rp
1.000.000.000
Rp
1.847.791.562
Rp
1.000.000.000
Rp
1.847.791.562
Rp 28.627.695.090,22
Rp 5.405.531.713,82
Rp
500.000.000
Rp
200.000.000
Rp15.000.000.000
Rp12.927.695.090
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
45.019.922
154.719.880
4.964.035.927
241.755.985
TA 2011
Pajak
Retribusi
HPKDyd
Lain-lain PAD
14%
28%
9%
49%
Gambar 4.4
Sumber PAD Terbesar di Kabupaten Morowali Tahun 2011
Keterangan
Pajak
: Rp 2,876,509,750
Retribusi
: Rp 9,521,557,299
: Rp 1,847,791,562
: Rp 5,405,531,713
122
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Target
Realisasi
Sisa
Sisa
Realisasi
Target
Gambar 4.5.
Realisasi, Target, dan Sisa PAD Tahun Anggaran 2008, 2009, 2010 dan 2011117
* Keterangan:
1. Tahun Anggaran 2008; Target Rp13.375.442.795, Realisasi Rp 14.533.137.053, Sisa
Surplus Rp 1.157.694.258
2. Tahun Anggaran 2009; Target Rp 30.457.238.927, Realisasi Rp 13.820.311.687, dan Sisa
Defisit Rp 16.636.927.240
3. Tahun Anggaran 2010; Target Rp 49.110.252.215, Realisasi Rp17.417.709.460, dan Sisa
Defisit Rp 31.692.542.755
4. Tahun Anggaran 2011; Target Rp 46.947.535.901, Realisasi Rp 19.651.390.324, dan Sisa
Defisit Rp 27.296.145.577
25
20
15
10
5
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
Gambar 4.6.
Kurva Pergerakan Nilai Realisasi Penerimaan PAD Kabupaten Morowali Tahun 2008-2011
(dalam angka milyaran rupiah)118
Keterangan:
Realisasi Penerimaan PAD Kabupaten Morowali Tahun Anggaran;
(1)
(2)
(3)
(4)
PAD
Kabupaten
Morowali
kembali
normal
bahkan
10
125
Gambar 4.7.
Kurva Pergerakan Nilai PAD Kabupaten Morowali Tahun 2003-2011 (dalam angka milyaran rupiah) 119
Keterangan:
PAD Kabupaten Morowali Tahun Anggaran;
(5) 2003 sebesar Rp 3.857.832.000;
(6) 2004 sebesar Rp 3.856.498.000;
(7) 2005 sebesar Rp 4.346.474.000;
(8) 2006 sebesar Rp 5.588.707.000;
(9) 2007 sebesar Rp 8.807.252.820;
(10)2008 sebesar Rp14.533.137.053;
(11)2009 sebesar Rp13.820.311.687;
(12)2010 sebesar Rp17.417.709.460;
(13)2011 sebesar Rp19.651.390.324.
.
4.1.4.2.
Rp
kewenangan
dalam
pengelolaan
PAD
khususnya
dalam
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pasar serta PBB
sektor Pedesaan/Perkotaan. Perhatikan Tabel 4.8.
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat capaian penerimaan PAD setiap Kecamatan
dari berbagai sektor PAD termasuk PBB. Dari sektor Pajak Hotel, kecamatan
yang paling besar capaian penerimaan PAD-nya adalah Kecamatan Lembo
120 Hasil analisis ini adalah salah satu alasan penulis untuk memfokuskan penelitian pada
DPPKAD Kabupaten Morowali. Adapun dari SKPD lain, penulis melakukan penelusuran data
sekunder untuk memperkaya analisis.
127
dari
sektor
PBB Perkotaan/Pedesaan
adalah
Kecamatan
SKPD
pengelola
PAD
target, pelaksanaan
(RKT)
sebagai
bahan
pembahasan
dalam
Musrembang
dari
hasil
pengamatan
selama
penelitian
penulis
129
langkah-langkah
peningkatan
PAD
yang
perbaikan
melibatkan
pengelolaan
SKPD
lain.
dalam
Sebagaimana
rangka
yang
sifatnya masih asumsi. Realisasi lima tahun itu dijumlah kemudian dibagi 5
untuk mendapatkan 5 tahun ke depan. Selanjutnya dihitung apakah terjadi
surplus atau defisit. Ini dilakukan oleh Panitia Analisis Rencana Anggaran 122.
Hasil wawancara tersebut memperkuat analisis penulis bahwa dalam
pengelolaan PAD, DPPKAD tidak berdiri sendiri tetapi juga ditopang oleh
SKPD lain pengelola PAD. Hal ini terlihat jelas pada saat penyusunan RKT
yang mencakup rencana pendapatan, rencana pembiayaan pengeluaran dan
pembiayaan penerimaan. RKT dari masing-masing SKPD itu menjadi RKA
pasca musrembang yang kemudian ditetapkan menjadi RAPBD dan terakhir
menjadi APBD. Sedangkan langkah-langkah perbaikan dalam pengelolaan
PAD sebagaimana diuraikan sebelumnya ditetapkan oleh DPPKAD setelah
dilakukan evaluasi dengan SKPD lain pengelola PAD pada saat rekonsilisasi.
Langkah-langkah perbaikan itu bertujuan untuk meningkatkan realisasi PAD
untuk tahun anggaran berikutnya yang tertuang secara implisit dalam
perencanaan target PAD.
Tabel 4.7.
Daftar realisasi Penerimaan PAD per SKPD Keadaan Sampai dengan 30 Oktober 2011123
SKPD
JENIS PENERIMAAN
TARGET (P)
REALISASI
122 Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan Bidang Pendapatan
DPPKAD pada tanggal 30 Januari 2012 pukul 10:45 WITA di Kantor DPPKAD Kabupaten
Morowali.
123 Sumber: Bidang Pendapatan DPPKAD Kabupaten Morowali dalam Tahun Anggaran 2011
131
Dinas Kesehatan
Daerah
RSUD Kolonodale
RSUD Morowali
Dinas Pekerjaan
Umum Daerah
Dinas Perumahan
dan Penata Ruang
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika Daerah
Dinas Koperasi,
UMKM, Perindustrian
dan Perdagangan
Daerah
Dinas Pendapatan,
Pengelolaan
Keuangan dan Asset
Daerah
Rp 1.750.000.000
Rp 3.000.000.000
Rp 2.500.000.000
Rp
Rp
Rp
1.497.485.213
3.441.097.798
2.034.230.660
Rp
Rp
150.000.000
9.000.000
Rp
Rp
95.700.028
36.150.000
Retribusi I M B
Ret. Pengujian Kendaraan
Bermtr
Retribusi Terminal
Ret. Tempat Khusus Parkir
Ret. Pelayanan Kepelabuhan
Ret. Izin Trayek
Ret. Pembinaan dan
Pengawasan
Rp
500.000.000
Rp
340.793.440
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
50.000.000
25.000.000
25.000.000
180.000.000
20.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
29.926.000
23.926.000
11.100.000
6.180.000
12.185.000
Rp 1.500.000.000
Rp
64.053.550
Rp
200.000.000
Rp
129.400.000
Rp 4.850.543.120
Rp
1.314.994.866
Rp
Rp
2.000.000
500.000.000
Rp
Rp
Rp
50.000.000
Rp
65.000.000
Rp
100.000.000
Rp 15.000.000.000
Rp 11.268.137.538
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
250.000.000
25.566.800
27.263.360
5.291.172.444
Rp
Rp
8.120.000
Rp
Rp
10.342.958
Rp
Rp
200.000.000
Rp
Rp
900.000.000
Rp 43.109.680.658
15.000.000
250.000.000
Rp
Rp
129.642.480
Rp
Rp
950.588.312
Rp 15.729.918.909
Tabel 4.8.
Daftar realisasi Penerimaan PAD dan PBB Kecamatan Se-Kabupaten Morowali Tahun 2011 (Keadaan
Sampai dengan 30 Oktober 2011)124
Kecamatan
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Jumlah
1.000.000
2.577.500
400.000
1.600.000
2.220.000
14.189.343
750.000
6.000.000
46.600
29.083.443
150.000
500.000
1.300.000
2.030.000
2.000.000
1.500.000
10.221.668
2.854.750
10.315.000
8.851.000
44.225
39.926.643
650.000
650.000
Menui Kepulaun
Bungku Selatan
Bahodopi
Bungku Tengah
Bungku Barat
Bumi Raya
Witaponda
Lembo
Mori Atas
Mori Utara
Petasia
Soyo Jaya
Bungku Utara
Mamosalato
Jumlah
3.395.500
1.522.705
606.000
3.700.000
1.427.450
6.000.000
8.488.797
7.384.134
5.868.950
2.285.000
6.481.000
1.500.000
1.420.975
2.570.000
52.650.511
8.165.750
5.952.600
4.000.000
17.950.250
3.202.000
3.000.000
5.390.000
49.352.500
7.500.000
3.916.000
50.210.000
3.483.334
2.300.000
164.422.434
4.2.
PBB Sektor
Pedesaan/ Perkotaan
(Rp)
38.557.109
34.271.704
36.582.012
53.658.735
76.042.129
165.428.070
227.550.138
180.420.994
98.699.410
48.364.925
132.901.171
58.596.633
63.778.120
38.994.971
1.253.846.121
yang belum termasuk dalam komponen PAD. Bentuk penghargaan ini adalah
pemberian mobil opresional yang diberikan kepada Camat dan kendaraan roda
dua kepada Kepala Desa berdasarkan kriteria sebagaimana yang diuraikan
pada sub pembahasan Langkah-Langkah Perbaikan dalam Pengelolaan PAD
ke depan. Meski dalam pelaksanaan pemeberian penghargaan ini belum
maksimal karena bergantung pada prestasi yang dicapai setiap kecamatan
dalam pengelolaan PAD, langkah ini merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi guna meningkatkan capaian realisasi PAD dalam setiap tahun
anggaran.
134
125 Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Pendapatan DPPKAD tanggal 29 Desember
2011 pukul 22:00 WITA.
126 Hasil wawancara dengan Kadis DPPKAD pada tanggal 30 Desember 2011 pukul 13:00
WITA di Kantor DPPKAD.
135
senada
diungkapkan
Kepala
Seksi
Penerimaan
Bidang
129 Hasil wawancara tanggal 27 Januari 2012 pukul 10:35 WITA di Kantor DPPKAD.
130 Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan Bidang Pendapatan
DPPKAD pada tanggal 30 Januari 2012 pukul 10:45 WITA di Kantor DPPKAD Kabupaten
Morowali.
137
yang
semestinya.
Sebagai
contoh,
seorang
Kepala
Bidang
131 Hasil wawancara tanggal 10 Januari 2012 pukul 20:30 WITA di Kantor DPPKAD Kabupaten
Morowali.
138
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis, penulis menyimpulkan
139
instansi
pemerintah
daerah
dalam
menjalankan
urusan
kewenangan Bidang
jenis
PAD
yang
dikelola
kecamatan.
Selain
itu,
dengan
pertimbangan efisiensi dan efektifitas, ada beberapa jenis PAD yang dikelola
UPTD lain pengelola PAD yang juga melakukan pemungutan berdasarkan
kewenangannya masing-masing.
Untuk menanggulangi kendala-kendala teknis dalam pemungutan PAD,
DPPKAD melakukan langkah-langkah seperti pembinaan kepada masyarakat
dan peningkatan kualitas petugas pemungut, memberikan hadiah kepada
petugas UPTD yang berprestasi, dan pendataan serta pemetaan kembali
objek pajak/retribusi untuk menaikkan nilai nominal sesuai dengan kondisi
objektif di lapangan.
Ketiga, fungsi pengawasan atas penatausahaan PAD dilakuikan Bidang
Akuntansi. Dalam hal ini adalah pencatatan dan pelaporan karena inti dari
tugas pokok dan fungsi Bidang Akuntansi adalah melakukan pencatatan dan
pelaporan penerimaan PAD per SKPD per semester bahkan per bulan
berdasarkan peraturan yang berlaku. Pencatatan dan pelaporan adalah
bentuk
pengawasan
yang
dilakukan
Bidang
Akuntansi
berdasarkan
kewenangannya. Pencatatan itu meliputi data target dan realisasi PAD setiap
tahun anggaran, laporan realisasi yang dimasukkan oleh petugas UPTD
Kecamatan, laporan realisasi setiap SKPD pengelola PAD, termasuk laporan
keuangan dari jenis PAD pada bidang perbendaharaan. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kesesuaian dan keakuratan data laporan pengelolaan PAD oleh
141
diinput
Seksi
Evaluasi
dan
Pelaporan
untuk
kemudian
anggaran
2011
sebesar
Rp
19.651.390.324
dari
target
Rp
5.2. Saran
1. Kabupaten Morowali adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah dengan
potensi SDA yang sangat besar terutama dari sektor perikanan dan kelautan,
pertanian dan pertambangan. Artinya, ada banyak peluang bagi pemerintah
Kabupaten dalam hal ini DPPKAD untuk menggali sumber-sumber PAD untuk
meningkatkan Pendapatan Daerah. Oleh karena itu, DPPKAD harus
merumuskan
langkah-langkah
strategis
baru
untuk
mengekstensifikasi
tidak
berdasarkan
pada
kebutuhan
belanja
daerah
tetapi
berdasarkan pada potensi PAD. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya defisit yang sangat besar antara realisasi dengan target pasca
perubahan target PAD dalam APBD-P seperti yang terjadi pada APBD tahun
anggaran 2008-2011.
mengurusi tiga bidang urusan pemerintah daerah kabupaten sekaligus. Hal ini
sangat
berpengaruh
pada
upaya
DPPKAD
dalam
memaksimalkan
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I, 1989, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Palu: Yayasan Pembinaan
Umat NURUL FALAH.
Bagir, M., 1994, Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah menurut UUD
1945, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Bungin, B., 2007, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Busroh, A.D., 1990. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Chrisnandi, Y., 2008, Beyond Parlemen: Dari Politik Kampus Hingga Suksesi
Kepemimpinan Nasional, Jakarta: Penerbit Indo Hill Co.
Darise, N., 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah: Pedoman Untuk Eksekutif dan
Legislatif, Rangkuman 7 UU, 30 PP dan 15 Permendagri. Jakarta: Indeks
Jakarta.
Fakrulloh, Z.A., Eko, S., dan Saragi, T. P., 2004, Kebijakan Desentralisasi di
Persimpangan Jalan, Jakarta: CV. Cipruy.
Gade, M., 2000. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Halim, A., 2004, Akuntansi Pendapatan Daerah, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi
Keuangan Daerah, Jakarta: Salemba Empat.
Hadiprojo, R., 1993, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: BPFE.
Manulang, M., 1997, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia.
146
Usman, H., dkk. 2008. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Daerah Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh.
Jakarta: Rajawali Pers.
Yani, A, 2008, HUBUNGAN KEUANGAN antara PEMERINTAH PUSAT dan
PEMERINTAH DAERAH di INDONESIA, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Dokumen Lain
Harian ANTARA News, Koran Lokal Palu, Jumat, 21 Januari 2011
Harian KOMPAS, Selasa, 01 Juli 2003
RPJMD Kabupaten Morowali Tahun 2008-2012
Morowali Dalam Angka 2008
Morowali Dalam Angka 2009
Morowali Dalam Angka 2010
Morowali Dalam Angka 2011
Peraturan Bupati Morowali No 14 Tahun 2008 tentang Tupoksi DPPKAD Kabupaten
Morowali
Perda Kab. Morowali No 10 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 59 Tahun 2007 perubahan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007 Tanggal 6
Desember 2007 Tentang Rincian Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi
Dan Kabupaten/Kota Tahun 2008.
Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tanggal 24
Desember 2008 tentang Rincian Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota Tahun 2009. Kunjungi
Peraturan Bupati Morowali Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Masing-masing Jabatan pada Organisasi Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Morowali, susunan
organisasi DPPKAD Kabupatej Morowali.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
UUD Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen IV)
UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
UU No 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali,
dan Kabupaten Banggai Kepulauan
UU No 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah
UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah
UU No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah
UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
148
149