Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

“MENGANALISIS KEMAMPUAN DAERAH DALAM

MELAKSANAKAN OTONOMI DAERAH”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA:

ALFINA DAMAYANTI (1965141001)

MU. RAIHAN SALEH O (1965141016)

A AYU SULASTRI (1965141018)

MUHAMMAD AL FAKHRI (1965141011)

FRENGKI TINUS BASO (1965142034)

MUHAMMAD ARY ZADIQ (1965141030)

A MUH. DZULFIKAR K (1965141030)

KELAS : B. ADMINISTRASI NEGARA 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam


penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dankeleluasaan kepada daerah
untuk menyelengarakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18 UUD 1945 dan perubahannya menyatakan pembagian daerah Indonesia atas


daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan
denganundang-undang. Secara anatomis, urusan pemerintah dibagi dua yakni absolut yang
merupakan urusan mutlak pemerintah pusat (hankam, moneter, yustisi, politik luar negeri,
danagama), serta Concurrent (urusan bersama pusat, provinsi dan kabupaten/kota). Urusan
pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dengan demikian setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bagian urusan yang diserahkan kepada
provinsi, dan ada bagian urusan yangdiserahkan kepada kabupaten/kota. Pemerintah pusat
berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur, monitoring dan evaluasi, supervisi,
fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional.

Pemerintah provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan


dengan eksternal regional,dan kabupaten/kota berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan
pemerintahan dengan eksternalitas lokal. Urusan yang menjadi kewenangan daerah,meliputi
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan
yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan
kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan pemerintahan yang
bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan amanat Undang - Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pemerintahan daerah,yang mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Republik Indonesia.

Namun, ditengah pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah dilaksanakan tersebut terdapat


pertanyaan apakah pelaksanaanya akan lancar hingga akan membawa dampak positif bagi daerah
tersebut atau malah pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut akan berjalan dengan kacau sehingga
malah akan membuat daerahtersebut semakin terpuruk. Oleh karena itu, perlu ditelaah dengan
lebih lanjut bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, karena pelaksanaan Otonomi
Daerah merupakan sesuatu yang vital bagi jalannya roda pemerintahan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia?

2.Apa yang menyebabkan pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia menjadi tidak


optimal?

3.Apa yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengoptimalkan pelaksanaan


Otonomi Daerah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah Di Indonesia.
2. Untuk mengetahui penyebab pelaksaan Otonomi Daerah Di Indonesia menjadi tidak
optimal.
3. Untuk mengetahui apa yang harus ditempuh pemerinta untuk mengoptimalkan
pelaksanaan Otonomi Daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Indonesia

Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,banyak


aspek positif yang diharapkan dalam pemberlakuan Undang-Undang tersebut. Otonomi Daerah
memang dapat membawa perubahan positif di daerahdalam hal kewenangan daerah untuk
mengatur diri sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem pemerintahan yang
sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku pembangunan yang tidak begitu
penting atau sebagai pelaku pinggiran.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah sangat baik,yaitu untuk memberdayakan


daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsadan peran serta masyarakat dalam proses
pemerintahan dan pembangunan. Pada masa lalu, pengerukan potensi daerah ke pusat terus
dilakukan dengan dalih pemerataan pembangunan. Alih-alih mendapatkan manfaat
dari pembangunan,daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar biasa.
Dengan kewenangan yang didapat daerah dari pelaksanaan Otonomi Daerah, banyak daerah
yang optimis bakal bisa mengubah keadaan yang tidak menguntungkan tersebut.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah antara lain:

 Mewujudkan demokratisasi sistem pemerintahan di daerah.

 Membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas


politik di tingkat lokal.

 Terlaksananya pendidikan politik.

 Menciptakan stabilitas politik

 Pemerintah daerah akan mengetahui lebih banyak masalah yang dihadapi masyarakatnya
Beberapa contoh keberhasilan dari berbagai daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah
yaitu:

1. Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, masyarakat lokal dan LSM yangmendukung


telah berkerja sama dengan dewan setempat untuk merancang suatuaturan tentang pengelolaan
sumber daya kehutanan yang bersifat kemasyarakatan(community-based). Aturan itu ditetapkan
pada bulan Oktober yang memungkinkan bupati mengeluarkan izin kepada masyarakat
untuk mengelola hutan milik Negara dengan cara yang berkelanjutan.

2. Di Gorontalo, Sulawesi, masyarakat nelayan di sana dengan bantuan LSM-LSM


setempat serta para pejabat yang simpatik di wilayah provinsi baru tersebut berhasil
mendapatkan kembali kontrol mereka terhadap wilayah perikanan tradisional/adat mereka.
Kedua contoh di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah dapat membawa
dampak positif bagi kemajuan suatu daerah.

Kedua contoh diatas dapat terjadi berkat adanya Otonomi Daerah di daerah terebut.
Selain membawa dampak positif bagi suatu daerah otonom, ternyata pelaksanaan Otonomi
Daerah juga dapat membawa dampak negatif. Pada tahap awal pelaksanaan Otonomi Daerah,
telah banyak mengundang suara pro dan kontra. Suara pro umumnya datang dari daerah yang
kaya akan sumber daya, daerah-daerah tersebut tidak sabar ingin agar Otonomi Daerah tersebut
segera diberlakukan.

Sebaliknya, bagi daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber daya,mereka pesimis


menghadapi era otonomi daerah tersebut. Masalahnya, otonomidaerah menuntut kesiapan daerah
di segala bidang termasuk peraturan perundang-undangan dan sumber keuangan daerah. Oleh
karena itu, bagi daerah-daerah yangtidak kaya akan sumber daya pada umumnya belum siap
ketika Otonomi Daerah pertama kali diberlakukan. Selain karena kurangnya kesiapan daerah-
daerah yang tidak kaya akan sumber daya dengan berlakunya otonomi daerah, dampak negatif
dari otonomi daerah juga dapat timbul karena adanya berbagai penyelewengan dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut.
Berbagai penyelewengan dalam pelaksanan otonomi daerah:

1. Adanya kecenderungan pemerintah daerah untuk mengeksploitasi rakyat


melaluipengumpulan pendapatan daerah. Keterbatasan sumberdaya dihadapkan
dengan tuntutan kebutuhan dana (pembangunan dan rutin operasional pemerintahan)
yang besar. Hal tersebut memaksa Pemerintah Daerah menempuh pilihan
yang membebani rakyat, misalnya memperluas dan atau meningkatkan objek
pajak dan retribusi. Padahal banyaknya pungutan hanya akan menambah biaya
ekonomi yang akan merugikan perkembangan ekonomi daerah. Pemerintah daerah
yang terlalu intensif memungut pajak dan retribusi dari rakyatnya hanya akan
menambah beratnya beban yang harus ditanggung warga masyarakat

2. Penggunaan dana anggaran yang tidak terkontrol. Hal ini dapat dilihat dari pemberian
fasilitas yang berlebihan kepada pejabat daerah.Pemberian fasilitas yang berlebihan
ini merupakan bukti ketidakarifan pemerintahdaerah dalam mengelola keuangan
daerah.3.

3. Rusaknya Sumber Daya Alam. Rusaknya sumber daya alam ini disebabkan karena
adanya keinginan dari Pemerintah Daerah untuk menghimpun pendapatan asli daerah
(PAD), di mana Pemerintah Daerah menguras sumber daya alam potensial yang ada,
tanpa mempertimbangkan dampak negatif/kerusakan lingkungan dan prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Selain itu, adanya
kegiatandari beberapa orang Bupati yang menetapkan peningkatan ekstraksi besar-
besaran sumber daya alam di daerah mereka, di mana ekstraksi ini merupakan suatu
proses yang semakin mempercepat perusakan dan punahnya hutan serta sengketa
terhadap tanah.

Akibatnya terjadi percepatan kerusakan hutan dan lingkungan yangberdampak pada


percepatan sumber daya air hampir di seluruh wilayah tanah air.Eksploitasi hutan dan lahan yang
tak terkendali juga telah menyebabkan hancurnyahabitat dan ekosistem satwa liar yang
berdampak terhadap punahnya sebagianvarietas vegetasi dan satwa langka serta mikro organisme
yang sangat bermanfaatuntuk menjaga kelestarian alam.
4. Bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerahPraktik korupsi di daerah tersebut
terjadi pada proses pengadaan barang-barangdan jasa daerah (procurement).
Seringkali terjadi harga sebuah barang dianggarkan jauh lebih besar dari harga barang
tersebut sebenarnya di pasar.

5. Pemerintahan kabupaten juga tergoda untuk menjadikan sumbangan yang diperoleh


dari hutan milik negara dan perusahaan perkebunan bagi budget mereka.

B. Hal-Hal Yang Menyebabkan Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Indonesia Menjadi


Tidak Optimal

Penyebab tidak optimalnya pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia:

1. Lemahnya pengawasan maupun check and balances. Kondisi inilah kemudian


menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dan ketidakseimbangan kekuasaan
dalam pelaksanaan otonomi Daerah.

2. Pemahaman terhadap Otonomi Daerah yang keliru, baik oleh aparat maupun


olehwarga masyarakat menyebabkan pelaksanaan Otonomi Daerah menyimpang
daritujuan mewujudkan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera.

3. Keterbatasan sumberdaya dihadapkan dengan tuntutan kebutuhan


dana(pembangunan dan rutin operasional pemerintahan) yang besar, memaksa
Pemda menempuh pilihan yang membebani rakyat, misalnya memperluas dan atau
meningkatkan objek pajak dan retribusi, dan juga menguras sumber daya alam
yang tersedia.

4. Kesempatan seluas-luasnya yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi


dan mengambil peran, juga sering disalah artikan, seolah-olah merasadiberi
kesempatan untuk mengekspolitasi sumber daya alam dengan cara masing-masing
semaunya sendiri.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yang seharusnya berperan mengontrol
dan meluruskan segala kekeliruan implementasi Otonomi Daerah tidak
menggunakan peran dan fungsi yang semestinya, bahkan seringkali mereka ikut
terhanyut dan berlomba mengambil untung dari perilaku aparat dan masyarakat
yang salah . Semua itu terjadi karena Otonomi Daerah lebih banyak menampilkan
nuansa kepentingan pembangunan fisik dan ekonomi.
6. Kurangnya pembangunan sumber daya manusia / Sumber Daya Manusia
(moral,spiritual intelektual dan keterampilan) yang seharusnya diprioritaskan.
Sumber DayaManusia berkualitas ini merupakan kunci penentu dalam keberhasilan
pelaksanaan Otonomi Daerah. Sumber Daya Manusia yang tidak/belum berkualitas
inilah yangmenyebabkan penyelenggaraan Otonomi Daerah tidak berjalan
sebagaimana mestinya, penuh dengan intrik, konflik dan penyelewengan serta
diwarnai oleh menonjolnya kepentingan pribadi dan kelompok.

C. Cara Optimalkan Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Otonomi Daerah yang seharusnya membawa perubahan positif bagi daerah


otonom ternyata juga dapat membuat daerah otonom tersebut menjadi lebih terpuruk akibat
adanya berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh aparat pelaksana Otonomi Daerah
tersebut. Penerapan Otonomi Daerah yang efektif memiliki beberapa syarat yang sekaligus
merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan Otonomi Daerah, yaitu:

1. Manusia selaku pelaksana dari Otonomi Daerah harus merupakan manusia yang
berkualitas.

2. Keuangan sebagai sumber biaya dalam pelaksanaan Otonomi Daerah harus tersedia


dengan cukup.

3. Prasarana, sarana dan peralatan harus tersedia dengan cukup dan memadai

4. Organisasi dan manajemen harus baik.


Dari semua faktor tersebut di atas, “faktor manusia yang baik” adalah faktor yang paling penting
karena berfungsi sebagai subjek dimana faktor yang lain bergantung pada faktor manusia ini.
Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
karena inilah kunci penentu dari berhasil tidaknya pelaksanaan Otonomi Daerah.

Selain itu, untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Daerah harus ditempuh berbagai cara,
seperti:

1. Memperketat mekanisme pengawasan kepada Kepala Daerah. Hal ini dilakukan agar
Kepala Daerah yang mengepalai suatu daerah otonom akan terkontrol tindakannya
sehingga Kepala Daerah tersebut tidak akan bertindak sewenang-wenang dalam
melaksanakan tugasnya tersebut. Berbagai penyelewengan yang dapat dilakukan oleh
Kepala Daerah tersebut juga dapat dihindari dengan diperketatnya mekanisme
pengawasan ini.

2. Memperketat pengawasan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pengawasan


terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat dilakukan oleh Badan Kehormatan
yang siap mengamati dan mengevaluasi sepak terjang anggota Dewan.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib menyusun kode etik untuk menjaga martabat
dan kehormatan dalam menjalankan tugasnya Dengan berbekal ketentuan yang baru
tersebut, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang telah jelas-jelas
terbukti melanggar larangan atau kode etik dapat diganti.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa


pelaksanaanOtonomi Daerah di Indonesia masih belum optimal. Walaupun di daerah
Wonosobodan Gorontalo terdapat contoh nyata keberhasilan pelaksanaan Otonomi
Daerah,tetapi kedua daerah tersebut hanya merupakan contoh keberhasilan kecil
daripelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Secara keseluruhan, pelaksanaanOtonomi
Daerah di tempat-tempat lain di seluruh pelosok Indonesia masih belum dapat berjalan
dengan optimal. Belum optimalnya pelaksanaan Otonomi Daerah antara lain disebabkan
karenaadanya berbagai macam penyelewengan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di daerah-daerah otonomi.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi


Daerah, tetapi hal yang paling penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan
pelaksanaan Otonomi Daerah itu adalah dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia sebagai pelaksana dari Otonomi Daerah tersebut. Sumber Daya Manusia yang
berkualitas merupakan subjek dimana faktor-faktor lain yang ikut menentukan
keberhasilan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah ini bergantung. Oleh karena itu, sangat
penting sekali untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia karena inilah
kunci penentu dari berhasil tidaknya pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia.

A. SARAN
Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain:
1. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan
pemerintahan dan antar pemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.
2. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab tetap dijadikan acuan dengan
meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat dengan
masyarakat.

3. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah jugaperlu


diupayakan. Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dan mengambil peran. Masyarakat dapat memberikan kritik
dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan aparat pemerintah yang
merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.Karena pada dasarnya
Otonomi Daerah ditujukan untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, masyarakat juga perlu bertindak aktifdan berperan serta dalam rangka
menyukseskan pelaksanaan Otonomi Daerah.

4. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebaiknya


membuang jauh-jauh egonya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan
kelompoknya dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat. Pihak-pihak
tersebut seharusnya tidak bertindak egois dan melaksanakan fungsi serta
kewajibannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/

Perundang-Undangan Indonesia. Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 32


tahun 2004.Pasal 1 butir 5.

Anda mungkin juga menyukai