Anda di halaman 1dari 5

POLITIK HUKUM

Nama : Risma kilwouw

Nim : 202021517

Kelas : R5i

1. nilai-nilai Pancasila, kebijakan publik

Terkait proses advokasi nilai-nilai Pancasila dalam peraturan perundang-undangan, orang-orang yang
telah terlatih sebagaimana dimaksud di atas, hendaknya terlibat di dalam setiap penyusunan peraturan
perundang-undangan sehingga didapatkan sense bagaimana memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam
peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, menggunakan proses learning by doing untuk
menemukan metode yang efektif untuk memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan
perundang-undangan.

Upaya yang dilakukan sejauh ini adalah mencoba memerinci masing-masing sila dalam Pancasila ke
dalam nilai-nilai yang lebih konkret yang dulu disebut dengan butir-butir Pancasila. Hasil rincian ini tetap
masih memerlukan rincian lagi, pendalaman, exercise, dan simulasi secara terus menerus sehingga
didapatkan panduan praktis untuk menilai apakah suatu perbuatan atau hubungan hukum sesuai atau
tidak dengan nilai-nilai Pancasila.

2. peran masyarakat dalam perumusan kebijakan publik

Peran masyarakat dalam perumusan kebijakan publik ini dapat berupa keikutsertaan dalam
perencanaan, pembahasan, evaluasi serta pengambilan keputusan. MS. Faridi (2009) mengemukakan
dalam hal ini, kita dapat melakukannya melalui beberapa cara sebagai berikut:

1. Menyampaikan secara langsung terkait saran, kritik, usulan atau saran kepada wakil permerintahan di
daerah.

2. Menyampaikan ide di media masa, misalnya surat kabar, jejaring sosial, blog dan sebagainya. Biasanya
ide ini disampaikan dalam rubrik opini.

3. Ikut berkomentar dalam acara di forum-forum misalnya acara diskusi yang ditayangkan di televisi atau
radio.
4. Menyampaikan pendapat melalui seminar atau lokakarya yang dilaksanakan oleh pemerintah swasta,
lembaga pendidikan atau lembaga kemasyarakatan.

5. Bergabung dalam lembaga swadaya masyarakat atau LSM. Pada umumnya, disebuah LSM akan
dibentuk perwakilan yang nantinya dapat diutus untuk melakukan usulan secara resmi ke pemerintah.

6. Melakukan aksi demontrasi secara benar, baik dan beretika. Dengan demonstrasi, kita bisa menarik
perhatian masyarakat maupun pemerintah untuk menanggapi tuntutan masyarakat.

7. Melakukan penelitian terhadap suatu permasalahan yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah
kemudian hasil tersebut dikemukakan kepada pemerintah.

• Peran masyarakat dalam perumusan kebijakan publik ini akan memiliki banyak sekali manfaat. Lukman
(2009) menjelaskan bahwa manfaat ini antara lain sebagai berikut:

1. Terbentuknya masyarakat yang sadar hukum,

2. Terbentuknya masyarakat yang sadar politik,

3. Terbentuknya masyarakat yang bermoral dan berakhlak mulia,

4. Suksesnya pembangunan nasional.

Bagaimana jika peran masyarakat dalam perumusan kebijakan publik tidak ada sama sekali?

Peran masyarakat dalam perumusan kebijakan publik sangatlah penting karena di negara Indonesia,
kedaulatan tertingginya berada di tangan rakyat. Bisa dibayangkan, jika pemegang kedaulatan negara
saja tidak ikut berperan, maka dipastikan cita-cita serta tujuan bersama dalam pendirian negara ini akan
sulit tercapai. Yang lebih berbahayanya lagi, hal ini bisa berakibat dikuasainya pemerintahan oleh para
mafia karena para pemangku jabatan merasa tidak diawasi lagi oleh rakyat sehingga kebijakan publik
sangat mudah diselewengkan. Contoh penyelewengan yang terjadi adalah kasus korupsi (Baca juga:
Korupsi di Indonesia).

3. Kinerja di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan (PUU) dalam 10 tahun terakhir ini
telah memperlihatkan peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini tidak terlepas dari
proses penyusunan PUU dengan mekanisme yang makin tertib, terarah, dan terukur, meskipun masih
tetap perlu diupayakan penyusunan PUU dengan proses yang lebih cepat dengan tidak mengurangi
kualitas PUU yang dihasilkan. Percepatan penyelesaian PUU utamanya perlu didorong terhadap program
pembentukan PUU yang penyelesaiannya ditentukan dalam waktu tertentu atau diperlukan segera
untuk merealisasikan program-program strategis pembangunan.
Penyerahan sebagian besar kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah, telah menempatkan
pemerintah daerah sebagai ujung tombak pembangunan nasional, dalam rangka menciptakan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Dalam kaitan ini peran dan dukungan daerah dalam rangka
pelaksanaan PUU sangat strategis, khususnya dalam membuat peraturan daerah (Perda) dan peraturan
daerah lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perda sebagai jenis PUU nasional memiliki landasan konstitusional dan landasan yuridis dengan
diaturnya kedudukan Perda dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat (6), UU No.10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
termasuk perundang-undangan tentang daerah otonomi khusus dan daerah istimewa sebagai lex
specialis dari UU No.32/2004.

Selain itu terkait dengan pelaksanaan wewenang dan tugas DPRD dalam membentuk Perda adalah UU
No.27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD tentang Tata Tertib DPRD. Penting pula untuk
diperhatikan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi sebagai pengganti UU No.18 Tahun 1997
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.34 Tahun 2004, dalam rangka pengendalian Perda
tentang Pajak dan Retribusi dan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam rangka
keterpaduan RTRW nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menyatakan bahwa pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan
daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Dalam kaitan ini maka sistem hukum nasional memberikan kewenangan atributif kepada daerah untuk
menetapkan Perda dan peraturan daerah lainnya, dan Perda diharapkan dapat mendukung secara
sinergis program-program Pemerintah di daerah.

Perda sebagaimana PUU lainnya memiliki fungsi untuk mewujudkan kepastian hukum (rechtszekerheid,
legal certainty). Untuk berfungsinya kepastian hukum PUU harus memenuhi syarat-syarat tertentu
antara lain konsisten dalam perumusan dimana dalam PUU yang sama harus terpelihara hubungan
sistematik antara kaidah-kaidahnya, kebakuan susunan dan bahasa, dan adanya hubungan harmonisasi
antara berbagai peraturan perundang-undangan.

Pengharmonisasian PUU memiliki urgensi dalam kaitan dengan asas peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
sehingga hal yang mendasar dalam penyusunan rancangan peraturan daerah adalah kesesuaian dan
kesinkronannya dengan PUU lainnya.

4. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari senantiasa diatur oleh peraturan, baik tertulis dan tidak
tertulis.Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari senantiasa diatur oleh peraturan, baik tertulis dan
tidak tertulis.
Semua kegiatan warga negara diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di Indonesia
terdapat hukum tidak tertulis dan hukum tertulis. Keduanya berfungsi untuk mengatur warga negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegaraSemua kegiatan warga negara diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Di Indonesia terdapat hukum tidak tertulis dan hukum tertulis. Keduanya berfungsi untuk mengatur
warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Hukum tidak tertulis adalah norma atau peraturan tidak tertulis yang telah dipakai oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya sudah turun temurun dan tidak dibuat secara resmi oleh lembaga
yang berwenang, contohnya norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma adat.

Hukum tertulis adalah aturan dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh lembaga yang berwenang, seperti
peraturan perundang-undangan Peraturan perundangan-undangan nasional merupakan peraturan
tertulis yang telah dibuat oleh lembaga yang berwenang.

Di mana peraturan tersebut sebagai pedoman warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Pemerintah (Presiden) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan lembaga yang berwenang dalam
membentuk perundang-undangan nasional.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dalam masyarakat peraturan
tersebut sangat penting.

5. Demokratisasi dalam proses formulasi kebijakan publik dapat dipahami sebagai akomodasi
kepentingan masyarakat dalam kebijakan serta adanya partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan
kebijakan publik. Pengusungan nilai-nilai demokrasi seperti keadilan dan pemerataan seringkali
berbenturan dengan nilai-nilai birokrasi seperti nilai efektivitas dan pertanggungjawaban kepada
lembaga donor. Partisipasi dan akomodasi kepentingan publik juga seringkali terbentur dengan nilai-nilai
prosedural hirarkis-birokratis-formal yang menyebabkan proses formulasi seakan-akan berada dalam
ruang terbuka akan tetapi sarat dengan muatan birokratis yang memunculkan nilai demokratis semu.
Proses formulasi kebijakan publik dengan demikian tidak berada dalam ruang terbuka untuk melakukan
proses demokratisasi, di mana terdapat proses dialogis atau multilogis antar elemen kebijakan dalam
merumuskan suatu kebijakan. Akan tetapi seringkali ruang tersebut
tertutup dan digantikan dengan kelas pengarahan berdasarkan prosedur juklak dan juknis yang telah
disepakati secara ³bulat¥ dalam proses pembuatan suatu kebijakan. Institusionalisasi kedewasaan
berargumentasi dalam kebijakan tidak tumbuh, partisipasi masyarakat terabaikan dan legitimasi publik
akan pemerintahan yang mampu merespon kebutuhan dan keinginan masyarakat luntur.
Kebijakan dengan demikian hanya dipandang menjadi milik sekelompok orang atau elit yang
mengatasnamakan masyarakat untuk merealisasikan kepentingan ³publik¥. Awal dari keadaan
paradoksal nilai-nilai ini bermula dari kekuasaan (power), kekuasaan untuk memerintah dan mengelola
publik dan membuat kebijakan-kebijakan untuk publik. Pemerintah sebagai pengelola kunci bagi negara
dan masyarakat seringkali melupakan esensi dari kekuasaan yang dimilikinya. Pembagian kekuasaan
(power sharing) seringkali mewujud dalam konteks formalitas dan kalaupun terdapat sharing kekuasaan
untuk melakukan aktivitas dan kebijakan publik terkandung pertanyaan keadilan di sana.

Anda mungkin juga menyukai