KONSULTASI PUBLIK
Mekanisme Konsultasi Publik (KP) adalah cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk melibatkan warganegara dalam merumuskan sebuah kebijakan, program atau peraturan. Melalui proses KP, terjadi hubungan dua arah antara pemerintah dan warganegara. Meski demikian, KP bukanlah tingkatan yang paling deliberatif atau partisipatif dalam pelibatan warga (public involvement) karena pengambilan keputusan tetap dilakukan oleh pihak eksekutif selaku lembaga pemegang kewenangan. Namun dalam proses KP, warga dan pemerintah dapat menyepakati hal-hal penting atau strategis yang perlu masuk dalam suatu kebijakan atau peraturan. Apabila ada kesepakatan yang tidak diakomodir dalam rumusan kebijakan atau peraturan yang kemudian ditetapkan pemerintah, warga akan kecewa dan enggan berpartisipasi lagi. KP dapat dilakukan melalui pertemuan atau musyawarah tatap muka, bisa juga melalui forum on-line, serta melalui penyampaian masukan tertulis. KP yang bermakna secara ideal harus memenuhi sejumlah kriteria yaitu terbuka (transparan), berdasar musyawarah (deliberatif ), melibatkan berbagai pemangku kepentingan (partisipatif ), dan memihak kelompok rentan/miskin (pro-poor). Tentunya tidak mungkin lebih dari 200 juta penduduk Indonesia dan tersebar di ribuan pulau, menyampaikan masukan untuk suatu penyusunan kebijakan, program, atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat. Dalam menyelenggarakan KP, perlu dipilih kegiatan, mekanisme, alat dan teknologi yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kebutuhan masukan yang diharapkan oleh lembaga eksekutif penyelenggara KP.
Memfasilitasi
KONSULTASI PUBLIK
Refleksi Pengalaman Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (RPP- T2CP2EPRPD)
FORUM PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT (FPPM) Perumahan Cikutra Baru, Jl. Cikutra Baru X No. 20 Bandung 40124 Phone: 022-7217084 Fax: 022-70796745 Email: forumppm@indo.net.id, forumppm@gmail.com Website: www.fppm.org
BAGIAN-1
MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK
Refleksi Pengalaman Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (RPP - T2CP2EPRPD)
Tahun 2007
____________________________________________________
Penyunting Dan Satriana dan Rianingsih Djohani - Bandung, Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), 2007 xxii+168 hal; 15x23 cm ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx
Tim Penulis: Yuna Farhan (OC FPPM/Fitra Seknas); Maya Rostanty (Pattiro); Sugeng Bahagijo (Prakarsa); Suhirman (OC FPPM); Susmanto (Letmindo); Rinusu (CIBA); Firsty Husbani (DRSP-USAID) Pembahas (reviewer ): Tim Direktorat Bina Bangda Depdagri DR. Afriadi Syahbana Hasibuan, MPA.,M.Com.; Drs. Fazli Siregar, MPIA.; Drs. Dindin Wahidin; M.Si.; Ir. Dadang Sumantri Muchtar; Drs. Moch. Hanafi Alfro; Drs. Agus Suksestioso Penyunting Isi: Rianingsih Djohani (Studio Driya Media) Dan Satriana (KalyANamandira) Penyunting Bahasa: Wagiyo (Sekretariat FPPM) Cover dan Tataletak: Prawoto Setra (Sekretariat FPPM) Ilustrator: Taufan Hidayatullah (BIGS) Tim Pendukung: Team Leader Yuna Farhan (OC Bidang Advokasi FPPM) Project Officer Suhud Darmawan (BIGS/Lead Agency FPPM) Dokumentasi Alvani S, Wagiyo (Sekretariat FPPM) Staf Jaringan FPPM (di Kantor Bangda) Komar Draft Pertama, Juni 2007 FPPM Kerjasama: United State Agency for International Development Democratic Reform Support Programme (USAID-DRSP) dan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri (Dirjen Bina Bangda Depdagri)
Kata Pengantar
istem pemerintahan daerah mengalami perubahan dari pendekatan berdasarkan sentralisasi ke pendekatan berdasarkan desentralisasi, termasuk proses penyusunan berbagai kebijakan baik dalam pengambilan keputusan, perencanaan pembangunan maupun pelayanan publik. Tujuan desentralisasi adalah untuk mewujudkan kebutuhan dan keinginan masyarakat agar tercapai kesejahteraan rakyat sesuai amanat pembukaan UUD 1945. Pada pendekatan desentralisasi ini, pelayanan kepada masyarakat diefektifkan dengan mendorong pemberdayaan agar masyarakat berperan aktif dalam setiap perumusan kebijakan publik. Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan kebijakan menuntut adanya suatu keterampilan dan teknik dalam merangkum berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang dituangkan ke dalam sebuah kebijakan publik. Salah satu keterlibatan masyarakat dalam penyusunan kebijakan publik adalah dengan mekanisme Konsultasi Publik (KP). Oleh karena itu, mekanisme KP merupakan salah satu cara pelibatan masyarakat dalam menampung aspirasi atau pendapat yang akan menerima manfaat (benefit) maupun yang terkena dampak (impact) langsung dari sebuah kebijakan publik yang disusun dan ditetapkan. Selanjutnya, KP lebih sering terkait dengan proses yang dilakukan oleh eksekutif. Untuk itu, konsultasi publik sebagai jejaring aspirasi telah dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan di berbagai wilayah (region) dan di tingkat nasional dalam menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Tahapan, Tata Cara penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Kegiatan KP tersebut merupakan bukti nyata betapa pentingnya pelibatan masyarakat dalam penyusunan suatu kebijakan publik. Suatu ide yang baik dari Forum
iii
Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), Bandung Institute for Governance Studies (BIGS), dan Democratic Reform Support Programme (DRSP) USAID, untuk menyusun buku ini sebagai refleksi pengalaman yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat. Saya menyambut baik dan mendukung sepenuhnya atas tersusunnya buku refleksi pengalaman menfasilitasi penyelenggaraan konsultasi publik ini, yang merupakan rekaman peristiwa mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada mengkompilasi masukan hasil KP. Hasil KP tersebut telah tersusun ke dalam sebuah kebijakan pemerintah berupa RPP. Buku ini merupakan refleksi pengalaman yang memadukan serta merangkum semua proses KP baik secara teori maupun praktek di lapangan. Buku ini juga memaparkan apa dan bagaimana KP digunakan sebagai salah satu dari metode-metode partisipatif dalam merancang dan memutuskan sebuah kebijakan bersama pemerintah. Meskipun buku ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, saya berharap bisa memelopori suatu wacana, pemikiran dan praktek mengenai bagaimana membangun demokrasi deliberatif yang ditandai oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat ini memerlukan forum, metode, teknik atau alat yang mampu dikelola sebagai suatu wahana dialog dan berunding antara pemerintah dengan warga masyarakat mengenai isu yang menjadi kepentingan publik dengan membangkitkan praktek kehidupan berdemokrasi sehari-hari. Saya berharap buku ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam menyelenggarakan proses konsultasi publik pada waktu penyusunan kebijakan pemerintah agar proses kebijakan dimaksud dapat lebih baik di masa datang. Selain itu, buku ini diharapkan dapat juga bermanfaat sebagai acuan atau pedoman bagi Pemda, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta pemangku kepentingan lain. Jakarta, 21 Juni 2007
iv
Kata Pengantar
onsultasi Publik (Public Consultation) dan Dengar Pendapat Umum (Public Hearing) adalah dua istilah yang menjadi popular dengan berkembangnya proses-proses partisipatif dalam penentuan kebijakan (policy formulation and policy decision) dan perumusan/penyusunan peraturan perundang-undangan yang tentunya akan berdampak bagi warganegara. Konsultasi publik merupakan istilah yang lebih sering terkait dengan proses yang dilakukan oleh eksekutif, sedangkan dengar pendapat umum lebih sering terkait dengan proses yang dilakukan di gedung atau kantor dewan oleh kalangan legislatif. Meskipun sebenarnya legislatif juga dapat melakukan konsultasi publik di daerah-daerah untuk memperoleh masukan mengenai suatu rancangan peraturan perundang-undangan yang sedang disusunnya. Panduan ini memaparkan apa dan bagaimana konsultasi publik digunakan sebagai salah satu dari metode-metode partisipatif dalam merancang dan memutuskan sebuah kebijakan bersama eksekutif. Konsultasi publik tidak lain adalah musyawarah antara warganegara dan pemerintah untuk mencari cara terbaik atau untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui KP, relasi antara warga negara dan pemerintah dikembangkan menjadi hubungan yang lebih erat, sejajar dan saling memerlukan satu sama lain. Pemerintah (eksekutif ) akan tampil sebagai pemimpin yang reformis dan aspiratif. Sementara, warganegara akan memiliki forum alternatif yang lebih konstruktif ketimbang unjuk rasa dan demonstrasi dalam menyampaikan aspirasinya dan gagasannya. Karena itu buku panduan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan masyarakat (active citizen) mengenai cara memanfatkan peluang dan akses keterlibatan dalam perumusan kebijakan/peraturan melalui
proses KP. Sedangkan untuk kalangan pemerintah (eksekutif), diharapkan buku ini dapat menjadi salah satu sumber mengenai bagaimana pengelolaan dan pelaksanaan KP yang lebih partisipatif. Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada, melalui buku ini FPPM berharap dapat ikut memelopori terbangunnya wacana, pemikiran dan praktek demokrasi deliberatif di Indonesia yang ditandai oleh adanya partisispasi warganegara dalam pengambilan keputusan publik. Kami berharap, inisiatif ini akan terus bergulir dan memunculkan berbagai alternatif lainnya dalam membangun berbagai metode dan teknik yang bisa mengoperasionalikan konsep partisipasi warga dalam tata pemerintahan yang demokratis. Sehingga, bisa membangkitkan praktek kehidupan berdemokrasi kita sehari-hari.
vi
FGD FITRA-Seknas FPPM Gakin IPM Jaring Asmara KKN LETMINDO LGSP LSM
vii
MTEF Menko Kesra Musrenbang Ornop Otda PATTIRO P5D Pemda Pemkot PKL PPA RDPU RAPBD RKPD RPJMD RPJPD RPP RPP - T2CP2EPRPD
Medium Term Expenditure Framework Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Organisasi Non-Pemerintah Otonomi Daerah Pusat Telaah dan Informasi Regional Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah Pemerintah Daerah Pemerintah Kota Pedagang Kaki Lima Participatory Poverty Assessement Rapat Dengar Pendapat Umum Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Rancangan Peraturan Pemerintah Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Sumber Daya Manusia Surat Edaran Bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan Standar Pelayanan Minimal Undang-undang
viii
Daftar Isi
Kata Pengantar Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri Kata Pengantar Dewan Pengarah Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat Daftar Singkatan dan Istilah Daftar Isi Daftar Tabel dan Skema PROLOG Prospek Membuka Ruang Publik dalam Penyusunan Kebijakan Pemerintah; Sebuah Catatan Bekerjasama dengan FPPM (Dr. Afriadi S. Hasibuan, MPA, MCom) PENDAHULUAN BAGIAN-1 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HUKUM KP Bab-1 Konsep Konsultasi Publik Bab-2 Gagasan Konsultasi Publik yang Bermakna Bab-3 Payung Hukum KP dalam Proses Penyusunan RPP BAGIAN-2 PERSIAPAN DAN RENCANA KP Bab-4 Membangun Kesepahaman Awal Bab-5 Merancang Kerangka Kerja KP BAGIAN-3 PELAKSANAAN KP Bab-6 Mengelola Pelaksanaan KP Regional Bab-7 Mengelola Pelaksanaan KP Lintas-Sektor 59 71 35 47 3 17 25 iii
v vii ix xi xiii
xix
ix
BAGIAN-4 TINDAK LANJUT KP Bab-8 Merumuskan Masukan KP Regional dan Lintas-Sektor BAGIAN-5 PENGEMBANGAN SISTEM DUKUNGAN KP Bab-9 Monitoring dan Evaluasi Proses dan Hasil KP Bab-10 Pengembangan Kerjasama dan Jejaring BAGIAN-6 KETERAMPILAN MEMFASILITASI KP Bab-11 Teknik Fasilitasi Partisipatif KP Bab-12 Teknik Komunikasi dan Konsultasi EPILOG Pelembagaan Konsultasi Publik dalam Penyusunan Kebijakan Pemerintah (Drs. Fazli Siregar, MPIA) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN-1: FORMAT EVALUASI HASIL KP (TABULASI USULAN DITERIMA DAN DITOLAK PADA PERUMUSAN MASUKAN KP LINTAS-SEKTOR) LAMPIRAN-2: FORMAT EVALUASI HASIL KP (PENELUSURAN CAPAIAN ISU DALAM RPP-T2CP2EPRPD) 141 144 149 119 129 93 103 81
159
SKEMA
Skema-2.1 Skema-2.2 Skema-2.3 Rentang Peningkatan Interaksi dalam KP Proses Konsultasi Publik Pilihan Kegiatan Teknik dan Mekanisme KP 21 22 22
xi
xii
Prolog:
Prospek Membuka Ruang Publik dalam Penyusunan Kebijakan Pemerintah: Sebuah Catatan Bekerjasama dengan FPPM
(Dr. Afriadi S. Hasibuan, MPA, MCom)
xiii
memberikan suara masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan. Pengembangan kebijakan yang disusun dengan cara berkonsultasi publik dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat lebih tepat dilakukan, karena sekaligus menanamkan perasaan memiliki di dalam masyarakat. Hal ini menunjang semangat masyarakat dan menciptakan dinamika penyusunan kebijakan publik yang lebih efisien, transparan dan dengan hasil yang berkelanjutan. Untuk itu, dalam mendorong partisipasi yang efektif dapat dilakukan dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan kepada masyarakat agar dapat mengaktualisasikan pendekatanpendekatan partisipatif dalam melaksanakan tugas. Selanjutnya, berkonsultasi publik dengan cara belajar melalui kerja (learning by doing) dengan memfasilitasi proses partisipatif di dalam tubuh organisasi dan forum-forum pemerintah, yang secara langsung melibatkan stakeholders dalam penyusunan kebijakan publik. Sebaliknya, partisipasi yang keliru adalah melibatkan masyarakat dalam berkonsultasi publik hanya untuk didengar suaranya tanpa betulbetul memberi peluang bagi mereka untuk diakomodir masukannya dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang partisipatif diarahkan untuk selalu harmonis, namun seringkali ada banyak prioritas dan kepentingan yang harus dipilih. Oleh sebab itu, mekanisme konflik kepentingan tersebut harus tangani oleh pemerintah guna mengelola ketidaksepakatan. Dengan demikian, supaya efektivitas konsultasi publik dapat tercapai dengan baik seyogianya para pelaku mempunyai kemampuan dan pemikiran yang konstrukstif agar mampu untuk mendengarkan, memahami, mendampingi, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk melayani kepentingan masyarakat. Pelaku konsultasi publik juga harus mampu mempertanggungjawabkan kebijakan dan tindakannya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
xiv
yang dimainkan setelah mereka menjadi bagian dari kelompok yang diberdayakan dengan tersedianya ruang partisipasi masyarakat dalam konsultasi publik. Ada berbagai bentuk partisipasi yang dapat dilaksanakan dalam konsultasi publik, yaitu:
Secara langsung menghadirkan masyarakat dalam forum; Dengan perwakilan, yaitu memilih wakil dari kelompok-kelompok masyarakat; Secara politis, yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yang mencalonkan diri untuk mewakili mereka; Berbasis informasi, yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkan kepada pengambil keputusan melalui website atau internet; Berbasis mekanisme pasar yang kompetitif, misalnya dengan melakukan pembayaran terhadap jasa yang diterima.
Konsultasi publik yang dilakukan dalam proses penyusunan RPP adalah mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat maupun dengan mekanisme perwakilan masyarakat serta melalui electronic website . Bentuk dari partisipasi tersebut dengan harapan dapat memberikan penyempurnaan terhadap draft kebijakan publik dimaksud.
xv
Perspektif Pemerintah tentang Keterlibatan Masyarakat Sipil dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah
Berdasarkan pengalaman Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah - Departemen Dalam Negeri dalam menyelenggarakan konsultasi publik di berbagai wilayah terkait
xvi
dengan penyusunan RPP tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka dapat dikatakan sangat positif, oleh karena dapat berdialog secara langsung kepada pemangku kepentingan (stakeholders) dalam bidang perencanaan. Dalam dialog tersebut antara lain :
Masyarakat secara kritis menanggapi/mengomentari RPP yang disusun; Masyarakat bersedia memberikan masukan pada pasal-pasal yang krusial sesuai dengan kepentingan mereka; Dapat interaktif dalam penyempurnaan RPP, sehingga tidak terkesan RPP ini produk pemerintah secara sepihak; Konsultasi publik berusaha untuk melibatkan berbagai elemen masyarakat yang luas, tidak terbatas hanya mereka yang dipandang ahli atau berasal dari kalangan akademik.
Alasan Ditjen Bina Bangda Bekerja Sama dengan Lembaga Donor dan LSM dalam Penyusunan RPP Ditjen Bina Bangda merupakan lembaga publik yang memungkinkan untuk bekerja sama dengan lembaga manapun termasuk lembaga donor dan LSM sesuai dengan Inmendagri No. 7 Tahun 2005 tentang Tugas Penyelesaian Penyusunan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut Inmendagri tersebut, Ditjen Bina Bangda mendapat tugas untuk menyusun 3 buah peraturan pemerintah, salah satunya adalah RPP tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 154. Untuk mempercepat proses penyusunannya, maka Ditjen Bina Bangda memberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan elemen masyarakat, seperti LSM dan DRSP-USAID. Hal ini disebabkan kewenangan penyusunan peraturan pemerintah berada pada pihak eksekutif. Namun demikian, berbagai kalangan menyadari bahwa suatu peraturan akan lebih baik jika disusun sesuai dengan kebutuhan aktual masyarakat dan praktisi di lapangan. Bahwa LSM dan lembaga donor berpengalaman dalam pendampingan di berbagai kalangan masyarakat, baik pemerintah
xvii
maupun stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan peraturan perundangundangan. Adanya suatu program yang didanai oleh USAID dalam proyek DRSP yang fokus kegiatannya dalam penyusunan peraturan perundang-undangan dan kelembagaan yang dianggap secara esensial akan memberikan kontribusi pada kesinambungan pembangunan dan pengawalan demokrasi di Indonesia. Sesuai dengan misinya, program tersebut membuka peluang bagi Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah untuk menjalin kerjasama dalam penyusunan RPP sebagaimana perintah Inmendagri No. 7 Tahun 2005. Peluang tersebut disambut dengan baik oleh kedua belah pihak yang dilanjutkan dengan penandatangan MOU yang merupakankesepakatan kedua belah pihak.
Penilaian Ditjen Bina Bangda terhadap Konsultasi Publik yang Melibatkan LSM dan Lembaga Donor
Pelaksanaan Konsultasi Publik hasil kerjasama dengan pihak donor (DRSP-USAID) dan LSM lainnya, yang tergabung dalam Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) telah membuahkan hasil. Konsultasi publik di beberapa wilayah tersebut juga terlaksana dengan baik, sehingga RPP telah disusun dengan baik melalui berbagai tahapan dan proses konsultasi publik di beberapa wilayah. Atas jalinan kerjasama yang baik selama ini, Ditjen Bina Bangda sangat menghargai dan memberikan penilaian positif terhadap kinerja yang sudah terlaksana. Hal ini merupakan langkah positif dan konstruktif untuk menjalankan kerjasama lebih lanjut di bidang tugas lainnya.
xviii
Pendahuluan
ak masyarakat untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan telah dijamin dalam UU No. 10 Tahun 2004, tetapi mekanisme dan teknik memberikan masukan dan mengakomodasi masukan masyarakat masih belum diketahui secara luas. Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan kebijakan di wilayah eksekutif jarang terjadi. Pihak eksekutif umumnya jarang memberikan ruang bagi publik untuk terlibat dalam perumusan kebijakan. Bisa jadi hal ini disebabkan keterbatasan pemahaman dan teknik mengelola masukan dari masyarakat, baik di kalangan eksekutif maupun legislatif. Kondisi ini dipersulit oleh beberapa peraturan perundang-undangan sektoral yang juga membuka ruang bagi masyarakat untuk memberi masukan tetapi dengan kelembagaan dan prosedur yang berbeda. Berangkat dari pemikiran ini, dipandang penting untuk mendokumentasikan praktek-praktek pelaksanaan konsultasi publik sebagai sebuah metode partisipatif dalam penyusunan kebijakan eksekutif dan legislatif. Buku ini memaparkan pengalaman mengelola proses konsultasi publik dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan dan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
xix
perundang-undangan. Meskipun buku ini berdasarkan pengalaman KP yang diterapkan dalam proses penyusunan RPP, namun pengalamannya dapat juga dipergunakan dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan lainnya. Sebagai sebuah pengalaman, apa yang dipaparkan di dalam buku ini tentunya perlu direfleksi dan dikritisi untuk disempurnakan metodenya sehingga tercipta sebuah format KP yang benar-benar deliberatif dan inklusif. Tentunya penerapan-penerapan selanjutnya diharapkan dapat membuahkan panduan KP versi Indonesia seperti yang telah dimiliki negara-negara demokrasi lainnya.
xx
tentunya bukan hanya sekadar membutuhkan peralatan dan kapasitas pengelolaan teknologi belaka, melainkan membutuhkan suatu proses perubahan budaya komunikasi dari lembaga pemerintah dan masyarakat. Bagaimanapun kemajuan teknologi komunikasi membutuhkan kesiapan untuk mengelola arus pertukaran informasi. Butuh konsep yang jelas dan persiapan yang seksama untuk menggunakan teknologi dalam proses KP di masa depan.
Bagian-1 Kerangka Konseptual dan Hukum KP. Bagian ini terdiri atas 3 bab dan menjadi dasar bagi pelaksanaan KP, yaitu Bab-1 Konsep Konsultasi Publik; Bab-2 Gagasan Konsultasi Publik yang Bermakna; dan Bab-3 Payung Hukum KP dalam Proses Penyusunan RPP. Bagian-2 Persiapan dan Rencana KP. Bagian tediri atas 2 bab, yaitu Bab-4 Membangun Kesepahaman Awal; dan Bab-5 Merancang Kerangka Kerja KP.
xxi
Bagian-2, Bagian-3, Bagian-4 dan Bagian-5 dapat dilihat sebagai sebuah alur proses KP di dalam Skema tentang Kerangka Kerja Proses KP RPP-T2CP2EPRPD. Dua bab yang terdapat di Bagian-5 merupakan kegiatan yang bergulir di sepanjang proses KP (yang dipaparkan dalam Bagian-2, Bagian-3, dan Bagian-4). Sementara Bagian-1 merupakan konsep dan roh dari keseluruhan alur proses KP. Sedangkan Bagian-5 adalah keterampilan yang perlu dikuasai untuk mengelola KP.
xxii
BAB-1
Konsultasi Publik dan Demokrasi Deliberatif Apa Demokrasi Deliberatif itu? Empat Tingkat Keterlibatan Warga Alat Pelibatan Warga Apa Konsultasi Publik itu? Pengertian KP Ciri-ciri KP Elemen-elemen KP Unsur-unsur KP Persyaratan KP yang Ideal/efektif Manfaat KP: Bagi Pemerintah dan Warga Beda KP dengan Sosialisasi/Penyuluhan
(ii) Menghindari kompetisi individual memperebutkan posisi pemimpin dalam proses pemilihan (voting) langsung; (iii) Mengurangi praktik-praktik intimidasi, kekerasan, politik uang (money politics), dan KKN.
Empat Tingkat Keterlibatan Warga Bagaimana cara memperluas inklusi, deliberasi, dan pengaruh warganegara dalam proses-proses penyusunan kebijakan? Ada beberapa tingkat keterlibatan warga (public involvement) dan KP bukanlah tingkatan yang paling deliberatif atau partisipatif. Walau demikian, KP menjadi suatu proses atau alat yang tepat untuk suatu tujuan atau kebutuhan tertentu. Dalam Tabel-1.1 tergambar empat tingkat keterlibatan warga, tujuan, strategi komunikasi, dan forum/ metode/teknik/alat yang bisa digunakan untuk mengembangkan keterlibatan warga di dalam proses penyusunan kebijakan1. Alat Pelibatan Warga Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, inti dari proses demokrasi deliberatif adalah komunikasi dan dialog yang mengandung aspek pendidikan politik bagi warga. Tabel-1.2 menampilkan beberapa contoh alat (forum, metode/teknik, media) untuk melakukan komunikasi dan dialog antara pemerintah dan warga.
Sumber: OECD (2003) dan Public Deliberation: A Managers Guide to Citizen Engagement, Carolyn J. Lukensmeyer dan Lars Hasselblad Torres, IBM Center for The Businesss of Government, Tahun 2006.
1
Tabel-1 .1 Empat T ingk at K e t erlibat an W ar ga abel-1. Tingk ingkat Ke erlibatan War arga
TINGKAT Pertukaran informasi (information exchange): warga menyampaikan informasi dan memperoleh informasi Konsultasi (consultation): Warga dimintai masukannya dalam menganalisis, menyusun alternatif dan mengambil keputusan PENJELASAN TUJUAN Penyadaran warga Mengumpulkan opini publik Membangun momentum bagi penyusunan kebijakan STRATEGI KOMUNIKASI Komunikasi tertulis Komunikasi elektronik Komunikasi lisan Komunikasi visual METODE/ TEKNIK/ALAT Opinion poll/ survey Komentar publik Dengar pendapat umum Poster dan media kampanye Pertemuan warga (public meeting) Konsultasi online (Econsultation)